Pengaruh Kewirausahaan Sosial Terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu

(1)

MINGGU

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh

Dhimas Suryo Prayogo 1111054100037

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/ 2016 M


(2)

(3)

(4)

(5)

Pengaruh Kewirausahaan Sosial Terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu

Kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan bisnis dalam banyak hal. Kunci perbedaannya adalah bahwa kewirausahaan sosial berdiri/berjalan dengan sebuah misi/tujuan sosial yang eksplisit/jelas dalam pikiran. Tujuan utama mereka adalah menjadikan dunia yang lebih baik. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka mengukur kesuksesan mereka dan menstrukturkan pengelolaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu dan seberapa besarkah efektivitas nya. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah dan referensi dalam bidang keilmuan kesejahteraan sosial.

Penelitian ini merupakan jenis explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel, yaitu kewirausahaan sosial dan pengembangan individu menggunakan metode penelitian survei. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini merupakan purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana.

Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa angka R didapat 0,652, artinya korelasi antara variabel kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu sebesar 0,652. Dalam tabel 5.9 menunjukan bahwa dalam hubungan ini terjadi pengaruh antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu yang erat, karena hampir mendekati angka 1. Sedangkan R2 sebesar 0,426. Artinya presentase pengaruh kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individusebesar 42,6%, sedangkan sisanya 57,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model ini. Dengan presentase kewirausahaan sosial sebesar 42,6% pengaruh terhadap peningkatan pengembangan individu cukup signifikan.

Berdasarkan hasil pengujian model regresi untuk keseluruhan variabel menunjukkan nilai F hitung = 20,748 dengan signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka signifikansi 0,000 < 0,05. Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel Kewirausahaan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pengembangan individu pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu dapat diterima.


(6)

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang karena kasih sayang dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Kita, Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan umatNya untuk selalu bersyukur dan ikhlas dalam menjalankan hidup.

Pada kesempatan ini penulis juga akan menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi serta berdedikasi untuk memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta Bapak Dr. Suparto, S.Ag. M.Ed, Ibu Dra. Hj. Raudhanah, M.Ag, dan Bapak Drs. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial Ibu Lisma Dyawati Fuaida M.Si yang senantiasa bersabar dan teliti selama membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Dr. Wahyu Prasetyawan, MA terimakasih telah menjadi penerang dalam proses berjalannya penelitian ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial, serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang tidak bisa saya sebutkan


(7)

5. Unit Pasar Besar Pasar Minggu, Bapak Maskut, Bapak Efendi, Bapak Bapak Benyamin Manik, S.Sos, Bapak Slamet, Ibu Iyem, dan seluruh pedagang yang menjadi responden dalam penelitian ini Terimakasih telah menerima peneliti dengan tangan terbuka dan kesempatannya untuk penulis belajar mengenai hal-hal baru.

6. Bapak Slamet Nugroho dan Ibu Kris Miati Tur Rahayu, Kalian adalah manusia hebat yang selalu mengajarkan anak-anakmu untuk menjadi manusia kuat dalam keadaan sulit. Kepada Saudara sekandung, Febri Adhi Nugroho dan Valentino Lukman Bimantoro, terimakasih atas pecutan yang memperkuat dan memotivasi.

7. Keluarga besar KESSOS 2003-2015, terimakasih atas interaksi yang berilmu dan penuh kehangatan.

8. Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial 2013-2014, terimakasih untuk wadah, aspirasi, dan inspirasi yang telah mengajarkan penulis bagaimana caranya untuk bergerak Bersama Kita Maju.

9. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terimakasih untuk proses yang selalu Yakin Usaha Sampai. Bahagia HMI.

10.Keluarga besar Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI) terimakasih sudah menjadi wadah untuk memperluas wawasan dan pengetahuan baru.


(8)

Wahyudha, Wati Indriani, M. Baydhawi N., Reza Agustyadi, dan Muhammad

Ni’am, kalian adalah guru, saudara, dan kawan yang banyak mengajarkan

penulis mengenai hal-hal akademis, aktivis, dan aksara soal-soal pertemanan. 12.Kak Ajeng, Bang Ajib dan Bang Jali kakak ideologis yang senantiasa berbagi

pengetahuan dan pengalamannya tentang penelitian dan penulisan skripsi. Serta Anisa Yusman yang selalu mengingatkan penulis dan siap sedia menemani hingga proses akhir penyusunan skripsi.

13.Ahmad Galih Saputra, Rahadian Rizkina, Ferdi Agus Darmawan, Azis Priantoro, Ruseno Danu, Fahrul Rizki, Rian, Didi Apriyandi, dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Kalian adalah keluarga, saudara, sahabat, kawan, dan teman yang selalu ada untuk penulis.

Jakarta, 10 April 2016 Penulis,


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) ... 21

1. Teori-Teori Kewirausahaan Sosial ... 21

2. Konsep-Konsep Kewirausahaan social ... 24

3. Indikator Keberhasilan Kesejahteraan Sosial... 25

B. Pengembangan Individu ... 26


(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Sumber Data ... 31

B. Pendekatan ... 31

C. Jenis Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 33

F. Populasi dan Sampel ... 34

G. Metode Pengumpulan Data ... 36

1. Penyebaran Kuesioner ... 36

2. Library Research ... 36

3. Wawancara ... 37

H. Tekhnik Pengukuran Skala ... 38

I. Definisi Operasional ... 40

J. Metode Analisis Data ... 43

1. Pengujian Instrumen ... 43

2. Pengolahan Data ... 46

3. Pengujian Hipotesis ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM UNIT PASAR BESAR PASAR MINGGU A. Sejarah Berdiri dan Munculnya Ps. Minggu ... 50


(11)

C. Profil Unit Pasar Besar Ps. Minggu ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Olah Data Statistik ... 59

1. Uji Statistik ... 59

a. Uji Validitas ... 59

b. Uji Reliabilitas ... 62

c. Uji Normalitas ... 64

2. Uji Regresi Linier Sederhana ... 65

3. Uji Hipotesis ... 66

a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 66

b. Uji Homogenitas (F) ... 67

c. Uji Parsial (t) ... 68

B. Analisis Hubungan Kewirausahaan Sosial dengan Pengembangan Individu ... 70

C. Analisis Efektivitas Kewirausahaan Sosial dengan Pengembangan Individu ... 72


(12)

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

Tabel 3.1 Skor Penilaian Kuesioner ... 39

Tabel 3.2 Operasional Variabel Kewirausahaan Sosial ... 42

Tabel 3.3 Operasional Variabel Pengembangan Individu ... 43

Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 47

Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Kewirausahaan Sosial ... 59

Tabel 5.2 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Kewirausahaan Sosial ... 60

Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel Pengembangan Individu ... 61

Tabel 5.4 Distribusi Butir Item Valid dan Gugur Skala Individu ... 62

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas Skala Kewirausahaan Sosial ... 63

Tabel 5.6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Individu ... 63

Tabel 5.7 One Sample Kolmogrov Sminrov Test ... 65

Tabel 5.8 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 66

Tabel 5.9 Model summary ... 67

Tabel 5.10 Uji F ... 68

Tabel 5.11 Model Summary ... 71


(14)

DAFTAR GAMBAR


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjelang abad 21, nampaknya bangsa Indonesia mulai membuat gebrakan hebat dalam hal kewirausahaan.Kondisi perekonomian yang cukup memprihatinkan ternyata dapat menjadi salah satu pendorong berkembangnya jiwa wirausaha di beberapa kalangan. Pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK). Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema.Seminar, lokakarya, symposium, diskusi, sampai pelatihan kewirausahaan gaungnya begitu kuat. Singkatnya, waktu itu kewirausahaan atau

entrepreneurship menjadi kata kunci kegiatan yang booming. Meskipun

kadang-kadang masih terkesan sporadic, kegiatan ini sedikit demi sedikit mulai terarah dan kian hari makin menampakkan aspek pragmatisnya.1

Seperti kita tahu, dunia wirausaha memang tidak menentu dan penuh dengan perkiraan. Jadi kebanyakan dari kita pasti akan takut untuk terjun ke dunia wirausaha, ketakutan yang paling umum timbul di benak kita adalah ketakutan akan rugi yang besar jika kegiatan kewirausahaan kita tidak berjalan dengan semestinya dan tidak sesuai dengan ekspektasi. Ekspektasi terbesar dari sebuah kegiatan kewirausahaan adalah mencari keuntungan atau laba yang besar. Setiap

1

Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010) h. 1


(16)

tahap pada kewirausahaan terdapat proses yang tidak mudah, apalagi jika kita memulai dari wirausaha yang kecil. Kita tidak akan langsung mendapatkan laba yang besar. Kita akan merasakan kerja yang sangat keras walaupun tidak dibayar, setelah sekian lama kita baru akan mendapat laba yang sedikit, laba yang kita peroleh semakin hari semakin bertambah dan itu memerlukan waktu yang tidak sebentar, hingga kita mencapai kesuksesan. Jika kita ingin menjadi besar maka kita harus merasakan proses yang panjang dan tidak mudah.

Di dalam kewirausahaan diperlukan kesabaran, keuletan, ketelitian, dan kedisiplinan yang sangat besar jika kita ingin mencapai kesuksesan. Namun tidak sedikit pula masyarakat yang melaksanakan kegiatan kewirausahaan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kewirausahaan yang mereka lakukan pun biasanya statis tidak ada terobosan-terobosan baru di dalamnya. Karena memang ekspektasi mereka hanyalah untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu jika kita ingin menjalankan kegiatan kewirausahaan yang sesungguhnya kita harus memiliki ambisi serta orientasi untuk maju dan besar. Kita harus memperbanyak inovasi-inovasi baru dalam proses berjalannya kewirausahaan tersebut.

Mengenai pengertian kewirausahaan, sebenarnya telah banyak pakar yang mengemukakan.Tentu saja hal tersebut mengemuka berdasarkan sudut pandangnya masing-masing.Namun demikian, esensi pengertian yang krusial senantiasa ada di setiap pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dan menjadi hal yang mendasar. John Kao menyebutkan bahwa: “Kewirausahaan


(17)

adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil resiko, dan berorientasi laba.”Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil resiko, dan berorientasi pada laba.

Dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, dikemukakan bahwa: Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 2

Rasulullah SAW juga mengajarkan kita cara berwirausaha yang baik dan benar. Dahulu kala sebelum Nabi Muhammad SAW berdakwah, beliau sempat berwirausaha dengan berdagang. Terdapat 5 jalan spiritual bisnis atau kewirausahaan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Diantaranya adalah Jalan mengukuhkan persaudaraan, jalan menetapkan visi mulia, jalan melahirkan kepercayaan, jalan menguatkan empati, dan jalan mempersatukan. Jalan spiritual kewirausahaan pertama yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah jalan mengukuhkan persaudaraan. Pesan kearifan Nabi Muhammad SAW adalah:

2


(18)

ا دح ةبي ق ب ديعس ا دح ي ع يقع ع هز ا ع م اس ع هيبأ أ س ّا ص ّا هي ع م س اق

ُ ْس ْلا ُ خأ ُ ُ ْس ْلا ُ ُل ُ ُ ْظي ُ ُل ُ ُ ْسي ُ ُُْ ُ ك ُ يف ُ ُةج ح ُ ُ يخأ ُ ُ ك ُ َُّا ُ يف ُ ُ تج ح ُ ُُْ ُجَرف ُ ُْ ع ُ ُ ْس ُ ُ ةب ْرك ُ ُجَرف ُ َُّا ُ ُ ْ ع ُب ُ ُ ةب ْرك ُ ُُْ ُ رك ُ ُ ْ ي ُ ُة يقْلا ُ ُُْ ُرتس ُ ْس ُ ُرتس ُ َُّا ُ ُ ْ ي ُ ُة يقْلا

“Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id]; Telah menceritakan

kepada kami [Laits] dari ['Uqail] dari [Az Zuhri] dari [Salim] dari [Bapaknya]

bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang muslim

dengan muslim yang lain adalah bersaudara. Ia tidak boleh berbuat zhalim dan aniaya kepada saudaranya yang muslim. Barang siapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa membebaskan seorang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.(H.R.Muslim)3

Sudah sewajarnya kewirausahaan akan menimbulkan daya kompetisi di antara para wirausahawan. Kompetisi atau persaingan inilah yang terkadang menjadi jalan menghancurkan persaudaraan. Nabi Muhammad menempatkan persaudaraan diantara kaum muslim di bumi ini. Apabila mereka berbisnis atau berwirausaha , dilarang menzalimi diantara satu sama yang lain. Terlebih jika

3

Kitab Minhaj Sarah Shohih Muslim, Juz 8, Hadits Nomor 2580, Bab ke-40 “Al-Birru Wa assholah wal adab”, Sub bab 15 “Tahrimu adzolim”.


(19)

seorang muslim berkomplot dengan kaum kafir untuk menjatuhkan muslim lainnya.4

Kewirausahaan sebenarnya bisa menjadi jalan persaudaraan. Kewirausahaan membuat seseorang bergerak dinamis sehingga bisa menebar jaringan perkenalan, bahkan persaudaraan. Kempetitor bisnis bukanlah musuh yang harus dibinasakan, melainkan teman-teman yang harus digandeng untuk membangun kekuatan bersama. Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah konsep dasar yang menghubungkan berbagai bidang disiplin ilmu yang berbeda antara lain ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Kewirausahaan bukanlah hanya bidang interdisiplin yang biasa kita lihat, tetapi ia adalah pokok-pokok yang menghubungkan kerangka-kerangka konseptual dari berbagai disiplin ilmu. Tepatnya, ia dapat dianggap sebagai kunci dari blok bangunan ilmu sosial yang terintegrasi.5 Dari perpaduan uraian di atas kita akan mendapatkan sebuah teori yaitu kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).

Eduardo Morato, Ketua Asian Institute Management (AIM) pada tahun 1980-an, yang memperkenalkan social entrepreneurship dengan definisinya sebagai berikut: Wirausaha sosial merupakan orang atau lembaga inovatif yang memajukan penciptaan dan penyelenggaraan usaha yang berhasil bagi mereka yang membutuhkan. Wirausaha sosial berbeda dengan usaha yang lazim atau usaha niaga dengan satu ciri utama, yakni menaruh kepedulian pada upaya

4

Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW. 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW

(Bandung: Madani Prima, 2008) h. 7-8

5


(20)

membantu kesejahteraan pihak lain daripada kesejahteraan diri sendiri. Pihak yang dibantu oleh Wirausaha sosial ialah golongan yang kurang beruntung atau lebih miskin di kalangan masyarakat.6

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Barensen dan Gartner (PIRAC

(Public Interest Research and Advocacy Centre)), pada organisasi-organisasi

berikut:

•Plan Puebla di Mexico,

•Bangladesh Rural Advancement Commitee (BRAC),

•The Self-Employed Woman Association (SEWA),

•Grammeen Bank di Bangladesh dan

•Six-S di Perancis.

Berbagai organisasi tersebut diklasifikasikan sebagai organisasi social

entrepreneurship. Kesamaan karakteristik organisasi-organisasi tersebut ialah

semuanya berupaya memberikan alternatif jawaban untuk menuntaskan permasalahan sosial khususnya kemiskinan. Dari studi Barensen dan Gartner tersebut, didapat proposisi yakni untuk membedakan kegiatan organisasi sosial nirlaba seperti pada organisasi-organisasi tersebut adalah penciptaan kemandirian finansial dalam aktivitas organisasinya.7

Menurut Dees (2002: xxxi) cara terbaik mengukur kesuksesan kewirausahaan sosial adalah bukan dengan menghitung jumlah profit yang dihasilkan, melainkan pada tingkat dimana mereka telah menghasilkan nilai-nilai

6

Presentasi social entrepreneurship oleh Rachma Fitriati, FISIP Universitas Indonesia, h. 6

7


(21)

sosial (social value). Para wirausaha sosial bertindak sebagai agen perubahan dalam sektor sosial dengan berbagai cara sebagaimana dikemukakan oleh Dees dkk. Jelas sekali dalam gambaran Dees tergambar bahwa kewirausahaan sosial merupakan sebuah gerakan dengan misi sosial, yang diusahakan dengan upaya-upaya menemukan peluang dan mengolahnya dengan inovasi dan proses belajar yang tiada henti serta kesiapan untuk bertindak tanpa dukungan sumber daya yang memadai.8

Di dalam perspektif keislaman, kewirausahaan sosial (social

entrepreneurship) juga diajarkan secara tersirat oleh Nabi Muhammad SAW.

Social entrepreneurship terkandung dalam jalan spiritual kewirausahaan yaitu

pada jalan menguatkan empati dan jalan mempersatukan. Pada jalan menguatkan empati Nabi Muhammad SAW bersabda:

س ب د ا م ب يعا سا ب ع ا ًدح ب ة س ا دح .) ( ايغ ب صفح ا بخا , د ا ديع

س ب د ب ع ايغ ب صفح ا بخًأ : اق صب ا )ءا ح ا( مساق ا ب ةيامأ ا بخا , بيبش ع , ا

لا ب ة ا ع ح م : م س هي ع ه ص ه س اق : اق عقس

ُ حْريفُكْيخُِةت شْلاُر ْظتُل

ُ.ُكْي تْبيُ ُه

“Menceritakan kepada kami umar bin ismail bin mujalid bin said al-hadani,

mengabarkan kepada kita hafs bin ghiyats. Diceritakan dari Salamah bin syabib, dikabrkan umayyah bin qosim (al-khida) al bishri berkata : dikabarkan dari hafs bin ghiyats dari burdi bin sinan, dari makhul dari watsilah bin asqo berkata:

8

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011) h. 30


(22)

Rosulullah SAW Berkata : Janganlah engkau menampakan kegembiraan atas musibah yang menimpa saudaramu, sebab bisa jadi Allah merahmatinya dan menimpakan bala atasmu. (H.R At-Tirmidzi)9

Sungguh Nabi Muhammad mengajarkan kita untuk turut berempati terhadap musibah yang menimpa rekan ataupun mitra bisnis kita. Rasulullah juga mengajarkan kita agar tidak menampakan kegembiraan apabila terjadi musibah yang menimpa saudara kita. Saat orang lain terpuruk, seorang wirausahawan seharusnya berempati dengan member bantuan ataupun dukungan, baik berupa moril maupun materil.

Kita tentu tidak tahu bahwa sebenarnya orang tersebut sedang dirahmati Allah SWT atas musibahnya. Lalu kita pun datang dengan memberikan pertolongan kepada orang yang terkena musibah tersebut. Alhasil, kita pun berada dalam lingkaran rahmat Allah SWT. Selanjutnya pada jalan mempersatukan Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk selalu bersama-sama. Dalam kegiatan kewirausahaan atau bisnis pun Nabi menganjurkan kita untuk mengerjakannya bersama-sama. Contoh kecil yang dapat menggambarkan hal tersebut adalah bisnis atau dagang yang dilakukan bersama di satu tempat. Jika kita mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, kita akan peka terhadap keadaan sekitar dan peka terhadap rekan pebisnis kita yang berada satu lingkungan dengan kita. Bila ada salah satu dari mereka yang sakit atau tertimpa musibah, sudah seharusnya kita

9

Kitab Tuhfatul Ahwadzi Syarah Tirmidzi, Hadits nomor 2506, “Kitabu Shifatil Qiyamah wa


(23)

membantu dan menolongnya baik itu dalam bentuk moril maupun materiil. Jika semua itu berjalan dengan serasi, maka kita akan merasakan keuntungan yang lain selain laba yang kita dapatkan. Keuntungan itu berupa ketenangan dan ketentraman serta kesejahteraan yang muncul diantara sesama wirausahawan (entrepreneur).10

Menurut Yayasan Schwab, sebuah lembaga yang bergerak untuk mendorong aktivitas social entrepreneurship menyatakan bahwa : “Para social

entrepreneur menciptakan dan memimpin organisasi, untuk menghasilkan laba

ataupun tidak, yang ditujukan sebagai katalisator perubahan sosial dalam tataran sistem melalui gagasan baru, produk, jasa, metodologi, dan perubahan sikap.”

Definisi tersebut memberikan penjelasan bagaimana para social

entrepreneur memajukan perubahan sistemik pada lingkungan sosialnya dengan

cara mengubah perilaku dan pemahaman atau kesadaran orang-orang di sekitarnya.11

Di Indonesia sendiri kegiatan Kewirausahaan Sosial telah banyak diaplikasikan oleh asosiasi kewirausahaan sosial baik di maupun tingkat daerah. Pada tingkat nasional kewirausahaan sosial dapat dilihat pada Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI) dan Ashoka Indonesia. Kemudian untuk tingkat yang lebih kecil Kewirausahaan Sosial dapat dilihat pengaplikasiaannya padapaguyuban pemuda Asli Garut yang dikenal dengan nama Asgar Muda. Saat

10

Bambang Trim, Business Wisdom of Muhammad SAW. 40 Kedahsyatan Bisnis ala Nabi SAW (Bandung: Madani Prima, 2008) h. 16-18

11


(24)

ini Asgar Muda beranggotakan 700 pemuda-pemudi Garut yang memfokuskan kegiatannya pada tiga bidang utama: pendidikan, kewirausahaan dan pembinaan masyarakat. 12

Kemudian pada Elang Gumilang yang berhasil membangun lebih dari seribu rumah sederhana di empat proyek perumahan di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2007 Elang bermitra dengan Bank Tabungan Negara (BTN) menyediakan Kredit Pemilikan Rumah Sederhana bersubsidi (KPRS) bagi masyarakat berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta per bulan. Sebanyak 450 unit rumah terjual. Pembelinya buruh, pedagang, tukang tambal ban, dan guru. Pemenang Wirausahawan Muda Mandiri terbaik Indonesia 2007 ini tergerak menyediakan

rumah murah bagi „orang kecil’ yang kesulitan membelinya.13

Dan M. Bijaksana Junerosano yang berinisiatif mendirikan Greeneration Indonesia (GI) pada tahun 2005. Sejak tahun 2008 GI memposisikan dirinya sebagai social enterprise yang menawarkan gaya hidup ramah lingkungan melalui PRODUK dan PROGRAM.14

Hal itu pun diterapkan oleh Unit Pasar Besar Pasar Minggu. UPB Pasar Minggu mengajarkan dan memberikan gambaran bagaimana para anggotanya peka terhadap lingkungan sosialnya. Jadi tidak hanya materi saja yang mereka fokuskan dalam berwirausaha, namun kepekaan sosial pun harus dimiliki oleh setiap anggota Unit Pasar Besar Pasar Minggu.

12 Muliadi Palesangi, “

Pemuda Indonesia dan Kewirausahaan Sosial”, (Bandung:

Universitas Katolik Parahyangan.), h. 3.

13

Muliadi Palesangi, “Pemuda Indonesia dan Kewirausahaan Sosial”, (Bandung:

Universitas Katolik Parahyangan.), h. 3.

14

Muliadi Palesangi, “Pemuda Indonesia dan Kewirausahaan Sosial”, (Bandung:


(25)

Unit Pasar Besar Pasar Minggu secara tidak langsung juga sudah melaksanakan kegiatan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) yang menurut Light (2008:12) adalah sebuah usaha untuk memecahkan masalah sosial yang saling berkaitan dan saling ketergantungan lewat perubahan-perubahan yang mendobrak pola-pola yang sudah ada.15 Hal tersebut sangat terlihat jelas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Unit Pasar Besar Pasar Minggu.Mereka tidak hanya melakukan kegiatan wirausaha atau berdagang saja, namun mereka juga sering melaksanakan kegiatan sosial yang efeknya dirasakan oleh masyarakat banyak pula.

Maka, berdasarkan penjabaran latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Pengaruh Kewirausahaan Sosial Terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan untuk membatasi ruang lingkup dan pendekatan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tidak terlalu luas dan disesuaikan pula dengan keterbatasan kemampuan penelitian.

Untuk memperjelas dan memberi arah yang tepat, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada pengaruh antara dua variabel dan Pengaruh Kewirausahaan Sosial terhadap Pengembangan Individu pada Unit

15

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011) h. 12


(26)

Pasar Besar Pasar Minggu. Di mana variabel bebas ( x ) yaitu Kewirausahaan Sosial, sedangkan variabel terikat ( y ) yaitu Pengembangan Individu.

2. Perumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, yang jadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

a. Adakah hubungan antara Kewirausahaan Sosial dengan Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu?

b. Apakah ada pengaruh kegiatan Kewirausahaan Sosial terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu?

c. Seberapa besar pengaruh kegiatan Kewirausahaan Sosial terhadap Pengembangan Individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui hubungan antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu pada UPB Pasar Minggu.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kewirausahaan sosial terhadap peningkatan pengembangan individu pada UPB Pasar Minggu.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kewirausahaan sosial terhadap peningkatan pengembangan individu pada UPB Pasar Minggu.

D. Manfaat Penelitian


(27)

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para peneliti lain maupun masyarakat umum serta diharapkan dapat memberi manfaat guna menambah khasanah keilmuan yang berkaitan dengan studi pengembangan individu (mikro) secara khusus dan studi kewirausahaan sosial

(social entrepreneurship) secara umum.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan dan sarana evaluasi bagi Unit Pasar Besar Pasar Minggu sehingga mampu bersikap informan sekaligus pengontrol perkembangan individu melalui kegiatan kewirausahaan social (social entrepreneurship). b. Sebagai bahan masukan dan informasi yang berguna bagi pembaca,

khususnya bagi mahasiswa/I Kesejahteraan Sosial dalam mengetahui bagaimana kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) dapat mengembangkan seseorang atau individu.

c. Sebagai informasi bagi praktisi bisnis (para pelaku usaha, pemegang saham, direksi dan komisaris) untuk memahami sistematika kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan kegiatan kewirausahaan dan perkembangan individu. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi


(28)

yang berhubungan dengan kegiatan kewirausahaan sosial dan perkembangan individu, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda yaitu

1. Nama : Bimo Haryo Utomo (109054100016)

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan Sosial. 2015

Judul : Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat.

Skripsi tersebut meneliti tentang bagaimana peran modal sosial dapat mempengaruhi perkembangan individu yaitu pedagang kaki lima. Penelitian pada skripsi ini dikhususkan kepada pedagang yang berasal dari daerah Padang yang berdagang di Sandratex Rempoa Ciputat.16 Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengarah kepada Kegiatan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) yang mempengaruhi perkembangan individu pedagang di UPB Pasar Minggu. Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.

2. Nama : Dyas Chasbiansari (M2A 002 033)

Universitas : Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Kedokteran, Program Studi Psikologi. 2007

Judul : Kompetensi Sosial Dan Kewirausahaan (Studi Korelasi Pada

16Bimo Haryo Utomo, “Peran Modal Sosial Ter

hadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 13.


(29)

Anggota Perkumpulan Wirausahawan Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang)

Skripsi tersebut meneliti ada tidaknya hubungan antara kompetensi sosial dengan kewirausahaan pada anggota Perkumpulan Wirausahawan Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang.17 Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada seberapa jauh Pengaruh kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu. Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.

3. Nama : Gina Rainissa (1110054100003)

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan Sosial. 2014

Judul : Pengaruh Penyidikan Terhadap Aspek Psikososial Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani.

Penelitian di atas bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyidikan terhadap aspek psikologi anak. Penelitian tersebut juga menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil dari penelitian ini tidak ada pengaruh yang signifikan antara penyidikan dengan psikososial ABH di PSMP Handayani

17Dyas Chasbiansari,” Kompetensi Sosial Dan Kewirausahaan (Studi Korelasi Pada Anggota Perkumpulan Wirausahawan Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang),”(Skripsi S1 Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, 2007), h. 11.


(30)

dengan nilai signifikansi sebesar 0,129.18 Penelitian tersebut ada kemiripan dengan penilitian pada skripsi ini karena terdapat 1 variabel dependen dan 1 variabel independen. Variabel X pada penelitian di atas adalah Penyidikan dan Variabel Y adalah Psikososial Anak. Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian ini lebih mengarah kepada seberapa jauh Pengaruh kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu. Dengan kewirausahaan sosial sebagai variabel x dan pengembangan individu sebagai variable y. Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.

4. Nama : Jihan Yusnita (107053002358)

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Manajemen Dakwah. 2011

Judul : Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Asuransi Tafakul Umum.

Tujuan penelitian di atas adalah untuk mengetahui proses pemberian motivasi karyawan, pengaruh pemberian motivasi secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Penelitian tersebut juga menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel X pada penelitian di atas adalah Pemberian Motivasi dan Variabel Y

18

Gina Rainissa,” Pengaruh Penyidikan Terhadap Aspek Psikososial Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) Di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani,”( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. i.


(31)

adalah Produktivitas Kerja.19 Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan angka R= 0,781 menunjukan R mendekati angka 1 artinya pemberian motivasi terhadap produktivitas kerja memiliki pengaruh. Peneliti menjadikan skripsi di atas

sebagai tinjauan pustaka karena ada kemiripan model penelitian dan sama-sama dibimbing oleh Dr. Wahyu Prastyawan, MA.

5. Nama : Indra Bismantara (170310060047) Universitas : Universitas Padjajaran,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. 2011

Judul : Aktivitas Kewirausahaan Sosial Pada Yayasan Kreasi Usaha Mandiri Alami (KUMALA) Di Rawa Badak, Jakarta Utara.

Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas mengenai aktivitas kewirausahaan sosial yang dilakukan Yayasan Kreasi Usaha Mandiri Alami (KUMALA) dalam unit usaha Gallery K’Qta yang membuat produk kertas seni daur ulang dan kerajinan tangan bersama kelompok sasaran (anak jalanan, remaja bermasalah dan pemuda pengangguran). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi non partisipatif dan studi literatur dengan sumber data diperoleh dari pengurus Yayasan KUMALA dan juga anak jalanan yang merupakan kelompok sasaran

19

Jihan Yusnita,”Pengaruh Pemberian Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Asuransi Tafakul Umum,”( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. i.


(32)

Yayasan KUMALA. Fokus penelitian ini adalah aspek-aspek dalam aktivitas kewirausahaan sosial. 20

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa aktivitas kewirausahaan sosial yang dilakukan di Yayasan KUMALA meliputi aspek-aspek : misi sosial, kesempatan atau peluang dan inovasi baru, optimalisasi sumber daya, manajemen resiko, dan pemahaman dan penarikan konsumen. Tujuan akhir aktivitas tersebut adalah terciptanya kemandirian dari kelompok sasaran Yayasan KUMALA. Aktivitas kewirausahaan sosial Yayasan KUMALA mengalami kendala yaitu ketika minat masyarakat berkurang, maka akan memberikan dampak kepada besarnya pemasukan keuangan pada Yayasan, kegiatan-kegiatan Yayasan KUMALA akan mengalami perubahan pendanaan dan akhirnya kegiatan tersebut tidak maksimal yang dapat mengurangi kekompakan diantara kelompok sasaran akibat dari timbulnya rasa bosan dan jenuh di kelompok sasaran tersebut dan akhirnya justru mereka akan kembali ke kegiatan mereka di jalanan yang dianggap lebih baik hasilnya dibandingkan dengan kegiatan unit usaha di Yayasan KUMALA. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih mengarah kepada Kegiatan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship) yang mempengaruhi perkembangan individu pedagang di UPB Pasar Minggu. Selain itu subjek dan objek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas.

20

Indra Bismantara,” Aktivitas Kewirausahaan Sosial Pada Yayasan Kreasi Usaha Mandiri Alami (KUMALA) Di Rawa Badak, Jakarta Utara,”( Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjajaran, 2011), h. i.


(33)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Didalamnya peneliti penguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian skripsi.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Pada bab ini mengemukakan mengenai pengertian dari teori kewirausahaan sosial, pengembangan individu, intervensi mikro dan mezzo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini.

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas mengenai biodata lengkap dari subyek penelitian.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis terkait seberapa efektif kegiatan kewirausahaan sosial yang dilaksanakan oleh Unit Pasar Besar Pasar Minggu.


(34)

BAB VI PENUTUP

Merupakan bab penutup yang berisi saran dan kesimpulan dari pembahasan semua permasalahan yang ada dalam skripsi sebagai bentuk hasil dari analisa dalam penelitian penulis.


(35)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)

1. Teori-Teori Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)

Menurut Hery Wibowo, S. Psi., MM dalam bukunya yang berjudul “Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate

Social Responsibility,” terdapat 2 tokoh yang menyampaikan tentang teori Kewirausahaan

social (Social Entrepreneurship) yaitu Gregory Dees dan Paul C. Light. Berikut teori yang disampaikan oleh kedua ahli tersebut:

a. Gregory Dees

Kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan bisnis dalam banyak hal. Kunci perbedaannya adalah bahwa kewirausahaan sosial berdiri/berjalan dengan sebuah misi/tujuan sosial yang eksplisit/jelas dalam pikiran. Tujuan utama mereka adalah menjadikan dunia yang lebih baik. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka mengukur kesuksesan mereka dan menstrukturkan pengelolaannya.

Berdasarkan hal tersebut, tampak bahwa kewirausahaan sosial itu sendiri adalah sebuah gerakan yang didorong oleh semangat untuk menolong orang lain dan membuat perubahan untuk kebaikan bagi orang banyak. Walaupun pada umumnya sebuah aktivitas kewirausahaan bisnis memberikan manfaat bagi orang banyak, namun gerakan kewirausahaan sosial menempatkan hal tersebut sebagai tujuan utama, bukan sebagai dampak/implikasi maupun ikutan.


(36)

Hal ini tentu saja membuat cara menjalankan maupun cara mengelola sebuah entitas kewirausahaan sosial berbeda dengan cara mengelola kewirausahaan bisnis. Meskipun harus diakui akan banyak irisan diantara keduanya. Menurut Dees, cara terbaik mengukur kesuksesan kewirausahaan sosial adalah bukan dengan menghitung jumlah profit yang dihasilkan, melainkan pada tingkat dimana mereka telah menghasilkan nilai-nilai sosial (social value).1

b. Paul C. Light

Paul C. Light mengasumsikan bahwa social entrepreneurship terbentuk dari empat komponan besar yaitu wirausaha, ide/gagasan, peluang, dan organisasi.

1) Wirausaha

Menurut Light, wirausaha merupakan factor utama dalam terjadinya aktivitas kewirausahaan sosial. Tidak akan ada aktivitas kewirausahaan sosial tanpa talenta, kreativitas, dan dorongan kewirausahaan individu yang selalu ingin bergerak mendobrak kemapanan yang ada. Drayton (dalam Light 2008:7) menyatakan bahwa para wirausaha (entrepreneur) sangat mudah dikenali sebelum meninggalkan tanda karya mereka. Begitulah gambaran wirausaha. Mereka digambarkan sebagai seorang yang sangat erat memegang visinya. Mereka bergerak untuk mencapai visinya, yang sering kali dianggap aneh oleh orang-orang disekelilingnya. Namun demikian, tanpa seorang individu yang tidak kenal lelah seperti inilah kewirausahaan sosial terjadi.

1

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011), h. 11.


(37)

2) Ide/gagasan

Inilah komponen kedua yang membentuk social entrepreneurship. Ide, sebagai dasar pembeda gerakan social entrepreneurship dan business

entrepreneurship. Secara umum, pembeda antara kedua jenis entrepreneurship

tersebut adalah bahwa social entrepreneurship dimulai dari ide/gagasan untuk mengurangi/mengatasi masalah, sementara pada business entrepreneurship, idea atau gagasan awalnya adalah untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

3) Peluang

Light menjelaskan peluang seperti Peter Pan Phenomenon, yaitu jika Anda percaya Anda bisa terbang, maka Anda akan bisa terbang. Dess menyatakan bahwa ketika orang lain melihat masalah, wirausaha sosial melihat peluang. Mereka tidak hanya didorong oleh pandangan mereka tentang kebutuhan sosial atau rasa empati mereka. Namun, mereka memiliki visi tentang bagaimana meraih perbaikan dan berbagai usaha yang memastikan bahwa visi mereka tercapai. Mereka adalah orang-orang yang sangat persisten.

Maka dapat dikatakan bahwa peluang adalah sesuatu yang belum tentu dapat dilihat oleh orang awam, namun dapat diungkap oleh mereka yang memiliki jiwa wirausaha. Para wirausaha sosial ini, tidak hanya tergerak karena melihat ada sesuatu yang kurang beres, namun mereka melihat kesempatan untuk menjadikan segala sesuatunya menjadi lebih baik.


(38)

4) Organisasi

Organisasi adalah aspek keempat dari social entrepreneurship. Aktivitas social entrepreneurship diyakini dapat bervariasi dari mulai gerakan individu sampai ke sebuah gerakan masif.2

2. Konsep Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)

Gerakan kewirausahaan sosial sebenarnya sudah lama berlangsung. Artinya, sebelum dunia mengenal istilah ini, aktivitasnya sendiri sudah berlangsung puluhan tahun lamanya. Sepuluh tahun kebelakang, istilah ini mulai muncul dan digunakan secara luas, terutama sejak dianugerahinya Mohamad Yunus sebagai pemenang hadiah Nobel. Ia muncul dengan gagasan bahwa pemberian bantuan langsung kepada kaum miskin hanya akan mengkerdilkan mereka. Sebagai solusinya, dosen ekonomi di salah satu perguruan tinggi Bangladesh ini mengeluarkan kredit mikro tanpa agunan untuk menolong masyarakat miskin (kebanyakan kaum ibu) yang hidup di lingkungannya. Inilah spirit yang disebut sebagai kewirausahaan sosial, yaitu sebuah upaya untuk memanfaatkan mental entrepreneur (yaitu mental inovatif, kerja keras, berani ambil resiko dll) untuk sebesar-besarnya kebermanfaatan bagi masyarakat. Inilah antusisasme bisnis yang tidak menghubungkan indikator kesuksesannya dengan kinerja keuangan, melainkan lebih kepada seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Faktor yang berpotensi mendorong berkembangnya kewirausahaan sosial dari sisi suplai antara lain adalah:

2


(39)

a. Meningkatnya kesejahteraan/pendapatan perkapita secara umum meupun mobilitas sosial yang semakin meningkat.

b. Meningkatnya produktif dari manusia/individu.

c. Secara kuantitas jumlah pemerintahan yang demokratis semakin meningkat. d. Meningkatnya kekuasaan/daya jangkau/kekuatan penawaran dari perusahaan

multinasional.

e. Tingkat pendidikan yang semakin baik. f. Jaringan komunikasi yang semakin baik.3

Sedangkan dari sisi demand (tuntutan) hal-hal yang berpotensi meningkatkan gerakan kewirausahaan sosial adalah:

a. Menigkatnya krisis di ranah lingkungan dan kesehatan. b. Meningkatnya ketidakadilan ekonomi di masyarakat. c. Kurangnya efisiensi pelayanan publik.

d. Kemunduran/berkurangnya peran pemerintah dalam ranah perdagangan bebas. e. Meningkatnya peran-peran dari organisasi non pemerintah.

f. Kompetisi untuk mendapatkan sumber daya.

3. Indikator Keberhasilan Kewirausahaan Sosial (Social Entrepreneurship)

Menurut Dees, cara terbaik mengukur kesuksesan kewirausahaan sosial adalah bukan dengan menghitung jumlah profit yang dihasilkan, melainkan pada tingkat dimana mereka telah menghasilkan nilai-nilai sosial (social value). Para wirausaha sosial bertindak sebagai agen perubahan dalam sektor sosial dengan berbagai cara

3


(40)

sebagaimana dikemukakan oleh Dees dkk. Jelas sekali dalam gambaran Dees tergambar bahwa kewirausahaan sosial merupakan sebuah gerakan dengan misi sosial, yang diusahakan dengan upaya-upaya menemukan peluang dan mengolahnya dengan inovasi dan proses belajar yang tiada henti serta kesiapan untuk bertindak tanpa dukungan sumber daya yang memadai.

Semangat yang muncul ketika sedang membahas kewirausahaan sosial adalah semangat pemberian manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat, dengan cara yang inovatif dan pendekatan yang sistemik (bukan dengan jalan yang tanpa perencanaan dan pemikiran matang sebelumnya). Dibalik itu semua, sebenarnya hal ini menunjukan usaha-usaha untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang memang telah melakukan hal-hal yang luar biasa tersebut. 4

Satu hal yang dapat diungkapkan adalah bahwa kewirausahaan sosial (social

entrepreneurship) identik dengan usaha-usaha peningkatan nilai kemanusiaan

manusia. Hal tersebut biasanya dimulai dengan identifikasi peluang-peluang yang dapat dikerjakan. Tentu saja, untuk dapat memulainya diperlukan sebuah inspirasi yang besar dan kuat, serta didukung oleh kreativitas dan keberanian untuk bertindak. Sehingga pada akhirnya kegiatan ini dapat benar-benar bermanfaat sosial.

B. PENGEMBANGAN INDIVIDU

Sejarah istilah Pengembangan masyarakat telah memberi gambaran yang berwarna-warni. Sampai permulaan zaman modern, Pengembangan dimengerti sebagai teologi

zaman keselamatan. Zaman fajar budi bertitik tolak pada arti yaitu “membuka apa yang dibungkus” dan menekankan Pengembangan diri (bakat dan kemampuan) sebagai dasar

4


(41)

untuk kemajuan yang tetap dan suatu dunia yang semakin baik. Pandangan itu melahirkan historisme yang beranggapan bahwa sejarah berkembang sendiri menurut hukum-hukum yang ada di dalamnya.

Historisme juga mendasari teori tahap dari Rostow, apalagi materialism historis dari Marx. Dari zaman kolonial hingga sekarang ini, istilah itu dimengerti sebagai pengembangan aktif-transitif sumber-sumber daya yang ada, serta sebagai usaha menciptakan kemakmuran. Sesudah tahun 1945, dengan tampilnya Negara berkembang di panggung dunia, pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan pendapatan per kepala menjadi titik acuan utama. Berangsur-angsur, tekanan bergeser kembali ke arah Pengembangan diri, maupun dalam arti yang sebenarnya adalah tanggung jawab itu sendiri.5

Pengembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dari pengalaman yang terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Maksudnya, Pengembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman, lalu terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) dan akhirnya terjadi perubahan pada diri individu tersebut.6

Pengembangan mengandung nakna adanya permunculan sifat-sifat yang baru yang berbeda dari sebelumnya (Kasiram). Artinya, Pengembangan merupakan perubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.

5

Muller Johannes, Pengembangan Masyarakat Lintas Ilmu (Yogyakarta: Gramedia, 2005) h. 148.

6

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Pengembangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan ed. 5


(42)

Tugas - tugas Pengembangan individu adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses Pengembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas Pengembangan tersebut adalah : kematangan fisik dan psikis, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.

Pengembangan individu mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut : a. Terjadinya perubahan dalam aspek

 Fisik; seperti berat dan tinggi badan.  Psikis; seperti berbicara dan berfikir.

b. Terjadinya perubahan dalam proporsi

 Fisik; seperti proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase

Pengembangannya.

 Psikis; seperti perubahan imajinasi dari fantasi ke realistis.

c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama.

 Fisik; seperti rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus dan kelenjar

pineal.

 Psikis; seperti lenyapnya masa mengoceh, perilaku impulsif.


(43)

 Fisik; seperti pergantian gigi dan karakteristik sex pada usia remaja, seperti

kumis dan jakun pada laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua.

 Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan

dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama. 7

C. Definisi Operasional Yang Digunakan Pada Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu Kewirausahaan Sosial (x) dan Pengembangan Individu (y). Oleh karena itu, penulis menarik definisi operasional dari 2 teori berikut:

1. Kewirausahaan Sosial (x)

Kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) berbeda dengan kewirausahaan bisnis dalam banyak hal. Kunci perbedaannya adalah bahwa kewirausahaan sosial berdiri/berjalan dengan sebuah misi/tujuan sosial yang eksplisit/jelas dalam pikiran. Tujuan utama mereka adalah menjadikan dunia yang lebih baik. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka mengukur kesuksesan mereka dan menstrukturkan pengelolaannya. Paul C. Light menyatakan bahwa social entrepreneur terbentuk dari empat komponan besar yaitu wirausaha, ide/gagasan, peluang, dan organisasi.8 Jadi batasan indikator dari kewirausahaan social adalah wirausaha, ide/gagasan, peluang, dan organisasi. 2. Pengembangan Individu (y)

7

Muller Johannes, Pengembangan Masyarakat Lintas Ilmu, h. 18.

8

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011) h. 11.


(44)

Tugas - tugas pengembangan individu adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses Pengembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas Pengembangan tersebut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya, dan nilai-nilai serta aspirasi individu. Jadi batasan indikator dari pengembangan individu adalah kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya, dan nilai-nilai serta aspirasi individu.


(45)

A. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui kueisioner/ angket yang diberikan kepada anggota Unit Pasar Besar Pasar Minggu, dan dokumen-dokumen resmi, serta wawancara dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan atau tulisan yang telah mendahului penelitian ini.

B. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Prosesnya berawal dari teori, selanjutnya diturunkan menjadi hipotesis penelitian yang disertai pengukuran dan operasional konsep, kemudian generalisasi empiris yang bersandar pada statistik, sehingga dapat disimpulkan sebagai temuan penelitian. Pendekatan ini menggunakan bantuan statistik yaitu regresi.


(46)

C. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel, yaitu kewirausahaan sosial dan pengembangan individu. Menurut Burhan Bungin, penelitian eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh suatu variabel dengan variabel lain. Karena itu penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis.1

Dalam pelaksanaannya, explanatory research ini menggunakan metode penelitian survei. Pada format eksplanasi survei, peneliti diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan mengujinya di lapangan melalui kuesioner sebagai alat pengumpul data.

D. Variabel Penelitian

Yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Kewirausahaan Sosial ( x )

Paul C. Light menyatakan bahwa social entrepreneur terbentuk dari empat komponan besar yaitu wirausaha, ide/gagasan, peluang, dan organisasi.2 Keempat dimensi tersebut akan penulis jadikan indikator dalam penentuan pernyataan kuesioner yang akan dibahas pada sub-bab

Definisi Operasional.

1

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, ( Jakarta: Kencana, 2009) h. 38

2

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011) h. 11.


(47)

2. Pengembangan Individu ( y )

Tugas-tugas pengembangan individu adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses pengembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y.Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas pengembangan tersebut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.3 Dari ketiga dimensi tersebut akan penulis jadikan indikator dalam penentuan pernyataan kuesioner yang akan dibahas pada sub-bab

Definisi Operasional.

E. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Dalam menentukan lokasi penelitian dengan menggunakan metode

purposive, yaitu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan

atas pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut meliputi:

1. Unit Pasar Besar Pasar Minggu adalah unit pasar yang bernaung di bawah perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu PD. Pasar Jaya, jadi sangat cocok untuk diteliti karena sebagai bahan

3

Muller Johannes, Pengembangan Masyarakat Lintas Ilmu (Yogyakarta: Gramedia, 2005) h. 18.


(48)

evaluasi kinerja pemerintah dan selanjutnya dapat digunakan sebagai pembelajaran oleh masyarakat.

2. Keadaan Pasar Minggu berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, perlu diteliti apakah ada hubungan dengan kewirausahaan social dengan perubahan yang terjadi di Pasar Minggu.

3. Pasar Minggu terbentuk sekitar tahun 1960-an hingga sekarang. Terdapat banyak regulasi yang terjadi pada proses berjalannya, jadi sangat menarik untuk diteliti.

Lokasi penelitian ini adalah pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu yang beralamat pada Jl. Ragunan Raya Kelurahan Pasar Minggu Kecamatan Pasar Minggu, Kode-pos 12730 telp: 7803242.

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.4 Populasi dari penelitian ini adalah Anggota Unit Pasar Besar Pasar Minggu.

Menurut S. Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil

4


(49)

populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.5

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

purpossive sampling. Sugiyono, menyatakan bahwa purpossive sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono, pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.6

Dalam hal ini, penentuan sampel didasarkan pada beberapa hal seperti berikut ini:

1. Para pedagang yang sudah berdagang di Pasar Minggu selama lebih dari 25 tahun.

2. Masih sehat jiwa dan raga.

3. Memiliki kios sendiri pada UPB Pasar Minggu.

4. Usaha yang berjalan belum diwariskan kepada siapapun termasuk anak atau saudara.

Alasan pengambilan sampel dengan kriteria tersebut didasarkan pada sudah seberapa jauh mereka menerima manfaat atau kegiatan yang mengarah

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 117

6


(50)

pada kegiatan Kewirausahaan Sosial. Dari kriteria tersebut dapat diambil sampel yang berjumlah 30 responden dari 313 jumlah pedagang pada UPB Pasar Minggu.

G. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Di mana dalam pelaksanaannya, penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui:

1. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner ini penulis lakukan dalam upaya untuk mengetahui informasi yang akurat dan dapat dipercaya tentang efektivitas kegiatan kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu Pada Unit Pasar Besar Pasar Minggu. Kuesioner disebarkan kepada seluruh sampel sejumlah 30 orang.

2. Library Research (Studi Kepustakaan)

Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Bisnis, Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi,


(51)

peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.7

Maksud dari studi ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan teori.

Adapun buku yang penulis jadikan pedoman dalam pengembangan teori adalah:

a) Kewirausahaan Sosial oleh Budhi Wibawa, dkk.

b) Pengembangan Masyarakat Lintas Ilmu oleh Muller Johannes. c) Metode Penelitian Bisnis oleh Sugiyono..

3. Wawancara

Dalam penelitian ini, wawancara hanya dilakukan untuk mendukung validitas-validitas data secara kuantitatif saja. Karena penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan kuesioner sebagai alat utama pengumpul data.

Wawancara dilakukan dengan tiga orang informan yang dianggap penting dan merupakan pelaku di UPB Pasar Minggu, di antaranya:

a) Bapak Benyamin Manik, S.Sos selaku Ketua Unit Pasar Besar Pasar Minggu

b) Bapak Efendi selaku Bidang Administrasi Unit Pasar Besar Pasar Minggu

c) Bapak Maskut selaku Koordinator Lapangan Unit Pasar Besar Pasar Minggu

7


(52)

H. Teknik Pengukuran Skala

Teknik pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala interval dengan menggunakan teknik skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.8

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap instrumen yang mengandung skala likert mempunyai gradasi sangat positif hingga negatif. Alternatif pilihan yang digunakan antara lain: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Cukup Setuju (CS), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan ragu-ragu atau jawaban tengah dihilangkan, dengan alasan:9

1. Jawaban tengah memiliki arti ganda sebab responden belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban yang pasti sehingga ia memberikan jawaban netral atau ragu-ragu.

2. Adanya alternatif jawaban tengah dapat menimbulkan kecenderungan untuk memilih jawaban tersebut (Central Tendency), terutama pada responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.

8

Sugiyono,Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 132.

9

Hadi, Metodologi Research, Jilid 1 (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1989) h.19-20.


(53)

3. Penghilangan alternatif jawaban tengah memberikan kesempatan untuk melihat kecenderungan jawaban responden ke arah positif atau negatif.

Dalam hal ini skala yang digunakan adalah 1 sampai dengan 6 dengan keterangan sebagai berikut:

SS = Jika Sangat Setuju dengan pernyataan

S = Jika Setuju dengan pernyataan

CS = Jika Cukup Setuju dengan pernyataan

KS = Jika Kurang Setuju dengan pernyataan

TS = Jika Tidak Setuju dengan pernyataan

STS = Jika Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

Penyusunan aitem kewirausahaan sosial dan pengembangan individu disusun berdasarkan aitem yang berbentuk positif (favorable) dan aitem yang berbentuk negatif (unfavorable).

Tabel 3.1

Skor Penilaian Kuesioner

Kategori

Pernyataaan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 5 0

Setuju 4 1

Cukup Setuju 3 2


(54)

Tidak Setuju 1 4

Sangat Tidak Setuju 0 5

I. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1. Kewirausahaan Sosial (x)

Kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) berbeda dengan kewirausahaan bisnis dalam banyak hal. Kunci perbedaannya adalah bahwa kewirausahaan sosial berdiri/berjalan dengan sebuah misi/tujuan sosial yang eksplisit/jelas dalam pikiran. Tujuan utama mereka adalah menjadikan dunia yang lebih baik. Hal ini mempengaruhi bagaimana mereka mengukur kesuksesan mereka dan menstrukturkan pengelolaannya. Paul C. Light menyatakan bahwa social entrepreneur terbentuk dari empat komponan besar yaitu wirausaha, ide/gagasan, peluang, dan organisasi.10

2. Pengembangan Individu (y)

Pengembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dari pengalaman yang terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Maksudnya, Pengembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai

10

Budhi Wibawa, dkk, Pemikiran, Konseptual, dan Praktik: Social Entrepreneurship, Social Entreprise, Corporate Social Responsibility (Bandung: Widya Padjajaran, 2011) h. 11.


(55)

usia normal) dan pengalaman, lalu terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) dan akhirnya terjadi perubahan pada diri individu tersebut.11

Tugas-tugas pengembangan individu adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada setiap tahapan atau periode kehidupan tertentu. Apabila ia berhasil ia mencapainya maka ia bahagia, tetapi sebaliknya apabila ia gagal akan kecewa dan dicela oleh orang tua atau masyarakatnya serta proses pengembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan. Menurut Robert Y. Havighust, tokoh yang merumuskan konsep ini mengemukakan banwa yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas pengembangan tersebut adalah : kematangan fisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai serta aspirasi individu.12

11

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Pengembangan Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan ed. 5 (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 2.

12

Muller Johannes, Pengembangan Masyarakat Lintas Ilmu (Yogyakarta: Gramedia, 2005) h. 18.


(56)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Kewirausahaan Sosial

Variabel Dimensi Indikator Butir

Kewirausahaan Sosial (x) 1) Wirausaha 2) Ide/gagasan 3) Peluang 4) Organisasi

- Memiliki talenta atau bakat

- Kreatif

- Motivasi yang besar

- Orientasi untuk

mengurangi/mengatasi masalah

- Memiliki gagasan untuk melaksanakan kegiatan social

- Persisten - Peka terhadap lingkungan sekitar - Keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik

- Pandai mengatur Strategi

- Melaksankan kegiatan sosial secara masif - Berani mengambil keputusan (Self-

Determination) 1,2, 3,4, 5,6, 7,8,9, 10,11, 12,13, 14,15,16, 17,18,19, 20,21,22, 23,24, 25,26,27


(57)

Tabel 3.3

Operasional Variabel Pengembangan Individu

Variabel Dimensi Indikator Butir

Pengembangan Individu (y)

1) Kematangan Fisik dan Psikis

2) Tuntutan Masyarakat atau Budaya 3) Nilai-Nilai Serta Aspirasi Individu

- Kesesuaian antara usia dengan penampilan - Kesesuaian antara usia

dengan tingkah laku

- Mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. - Menyesuaikan

dengan budaya yang berlaku di

lingkungan.

- Keinginan untuk mengharmonisasi kan masyarakat 1,2, 3,4,5, 6,7,8, 9,10,11, 12,13,14

J. Metode Analisis Data 1. Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas merupakan suatu langkah pengujian


(58)

yang dilakukan terhadap isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.13 Sementara Arikunto menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.14

Terdapat tiga kategori besar validitas, yaitu

content validity (validitas isi)\

construct validity (validitas konstrak)

criterion-related validity (validitas berdasarkan kriteria).

Untuk menguji validitas skala, peneliti menggunakan rumus korelasi

Pearson Product Moment, yaitu dengan rumus:15

   

 

2 2

2

 

2

    y y N x x N y x xy N rxy Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara item dengan total item

∑xy : jumlah penelitian item dengan total item

∑x : jumlah skor masing-masing item

∑y : jumlah skor total item

N : jumlah subjek

13

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 178

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.163-169

15

Dwi Priyatno, Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data dan Uji Statistik (PT. MediaKom 2008), h.119


(59)

Perhitungan validitas pada skala penelitian ini dihitung dengan menggunakan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 17.0. Fungsi perhitungan ini adalah untuk menyeleksi item yang layak dipakai dengan nilai batas 0,361. Apabila item mempunyai koefisien korelasi lebih besar dari 0,361 maka item tersebut akan lolos seleksi dan digunakan sebagai bagian dari skala dalam bentuk final, tetapi apabila koefisien korelasi kurang dari 0,361 maka item dianggap mempunyai daya diskriminasi rendah dan tidak diikutkan dalam skala bentuk final.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah terdapatnya kesamaan data dalam waktu yang berbeda dan menunjukkan pada suatu pengertian bahwa alat ukur tersebut cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Teknik untuk mengukur reliabilitas instrumen dengan menggunakan skala Likert dapat menggunakan rumus koefisien reabilitas Alpha Cronbach.16

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach (α) > 0,6 yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama. Tetapi sebaliknya bila alpha < 0,6 maka dianggap kurang handal, artinya bila variabel-variabel tersebut dilakukan

16


(60)

penelitian ulang dengan waktu dan variabel yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Perhitungan reliabilitas pada skala penelitian ini dihitung dengan menggunakan program Packages for Social Sciences (SPSS) versi 17.0.

2. Pengolahan Data

Uji Regresi Linier Sederhana

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.17

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: Y = a + bX

Dimana:

Y : Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a : Harga Y ketika Harga X = 0 (harga konstan).

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.

X : Subyek pada variabel independen yang mempunya nilai tertentu. Untuk mengetahui korelasi antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu, maka korelasi dilambangkan dengan nilai R= koefisien korelasi, jika nilai R tidak lebih dari harga (-1<R<+1), apabila

17


(61)

R= -1 artinya korelasinya negatif sempurna, R=0 tidak ada korelasi dan R=1 berarti korelasinya sempurna positif. Selanjutnya harga R akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai R untuk mengetahui seberapa besar tingkat hubungan, penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 3.4

Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sedangkan untuk koefisien determinasi di dalam penelitian ini dilambangkan dengan R square. Koefisien determinasi (R square) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. 18

18


(62)

2. Pengujian Hipotesis Uji t (Uji Parsial)

Menurut Sugiyono, uji t digunakan untuk mengetahui masing-masing sumbangan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, menggunakan uji masing-masing koefisien regresi variabel bebas apakah mempunyai pengaruh yang bermakna atau tidak terhadap variabel terikat.

Pengujian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas (kewirausahaan sosial) terhadap variabel terikat (pengembangan individu) secara terpisah atau parsial. Uji t dicari dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis kewirausahaan sosial terhadap pengembangan individu.

Ho: Tidak ada hubungan antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu

Ha: Ada hubungan antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu


(63)

H1: Tidak ada pengaruh antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu

H2: Ada pengaruh antara kewirausahaan sosial dengan pengembangan individu

Kriteria penerimaan hipotesis:

1. Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima Ha ditolak, H1 diterima dan H2 ditolak. Apabila t hitung > t tabel maka Ha dan H2 diterima.

2. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikasi. Apabila angka probabilitas signifikasi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, H1 diterima dan H2 ditolak. Apabila angka probabilitas signifikasi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, H1 ditolak dan H2 diterima.19

19

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), h.223


(64)

GAMBARAN UMUM UNIT PASAR BESAR PASAR MINGGU

A. Sejarah Berdiri dan Munculnya Pasar Minggu

Jakarta sebagai kota metropolitan, ternyata memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu, yang masih terdengar sampai saat ini adalah Pasar Minggu, Pasar Senen, Pasar Rebo, dan Pasar Jumat. Seluruhnya masih melekat karena kini menjadi nama sebuah daerah. Sedangkan Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, nyaris tak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari tertentu.

Misalnya, disebut Pasar Senen karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari Senen. Kini nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah Jakarta Pusat. Demikian halnya nama-nama pasar lainnya.

Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Justinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia pada tahun 1730-an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal dengan nama Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang


(65)

menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.1

Kemudian masuk pada abad ke-19 atau di tahun 1801 pemerintah VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya. Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.

Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi Pasar Induk Kramatjati. Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah Mester Passer yang kini disebut Pasar Jatinegara. Selanjutnya ada beberapa pasar yang buka di hari Jumat, sebut saja pasar Lebakbulus, Pasar Kelender dan Pasar Cimanggis.

Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah Pasar Tanah Abang. Sedangkan Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar.

1

Situs Pemerintahan Jakarta, www.jakarta.go.id>web>encyclopedia, artikel diakses pada 26 Oktober 2015.


(66)

Sayangnya, kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.

Di zaman Hindia-Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti Passer Baroe, Passer Glodok, Toko Merah. Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.2

Pada 1960-an sampai 1980-an adalah era Pasar Minggu sebagai sentra buah di Jakarta. Selain sebagai pusat perdagangan buah, kawasan ini dirimbuni berbagai jenis pohon buah. Tidak mengherankan bila Pasar Minggu penyuplai buah di Jakarta kala itu. Jadi tidak hanya mengandalkan pasokan dari luar daerah.

Rokib, 50 tahun, warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menceritakan betapa buah begitu berlimpah di Pasar Minggu saat dia masih siswa sekolah dasar pada 1970-an. “Dulu Duren Tiga, Buncit, Pejaten masih lebat dengan berbagai macam buah, tapi tiap lokasi itu selalu ada yang dominan,” kata Rokib kepada merdeka.com.3

2

Situs Pemerintahan Jakarta, www.jakarta.go.id>web>encyclopedia, artikel diakses pada 26 Oktober 2015.

3


(1)

telp: 8318924 13. Pasar Warung

Buncit

Jl. Duren Bangka Kel.Bangka Kec.Mampang Prapatan. Kode-pos 12730

telp : -

JAKARTA TIMUR

Area Timur I

1. Eks Pool Unit Angkutan

- telp : -

2. Pasar Burung Jl. Penggalang Pal Kel.Meriam Kec.Matraman. Kode-pos 13140 telp: 8581857

3. Pasar Cawang Kavling

Jl. Cawang Baru Utara Kel.Cipinang Cempedak Kec.Jatinegara telp: 8505185 / 85904317

4. Pasar Cibubur Jl. Raya Lapangan Tembak Kel.Cibubur Kec.Ciracas. Kode-pos 13720

telp: 8711305 / 87708608 5. Pasar Cijantung16 -

telp: 8413411

6. Pasar Ciplak Jl. Pancawarga I Kel.Cipinang Besar Selatan Kec.Jatinegara telp: 8504734 / 8575685

7. Pasar Ciracas Jl. Raya Ciracas Kel.Ciracas Kec.Ciracas telp: 8711067 / 8703808

16


(2)

8. Pasar Enjo Jl. Pisangan Lama II Kel.Pisangan Timur Kec.Pulo Gadung.Kode-pos 13230

telp: 4880786 / 4755414

9. Pasar Jambul Jl. SMU XIV Kel.Cililitan Kec.Kramat Jati. Kode-pos 13640 telp: 80870987

10. Pasar Lokomotif Jl. Jatinegara Barat Rawabunga telp: 8197064

11. Pasar Matraman Kebon kosong

Jl. Penggalang Kel.Pal Meriam Kec.Matraman. Kode-pos 13140 telp: 8581857

12. Pasar Pal Meriam Jl. Pal Meriam Kel.Pal Meriam Kec.Matraman telp: 8564618

13. Pasar Pramuka Jl. Pramuka Raya Ps. Pramuka Kel.Pal Meriam Kec.Matraman. Kode-pos 13140

telp: 8506428

14. Pasar Rawabening Jl. Raya Bekasi Barat, 007/02 Kel.Rawa Bunga Kec.Jatinegara. Kode-pos 13350

telp: 8197064

15. Pertokoan Waru Jl. Jatinegara Barat Kel.Rawabunga telp: 8197064

Area Timur II

1. Eks Kantor Cabang Jakarta Timur

- telp : -


(3)

2. Pasar Bidadari Jl. Kayu Putih 1-2 Kel.Pulo Gadung Kec.Pulo Gadung telp: 4711916

3. Pasar Cakung Jl. Raya Bekasi Kel.Cakung Barat Kec.Cakung telp : -

4. Pasar Cipinang Besar

Jl. Jendral Basuki Rachmat Kel. Cipinang Besar Selatan Kec.Jatinegara. Kode pos 13410

telp : - 5. Pasar Cipinang

Kebembem

Jl. Raya Cipinang Kebembem Kel.Cipinang Kec.Pulo Gadung. Kode-pos 13240

telp: 4899589 / 4710615 6. Pasar Cipinang

Muara17

Jl. BB, 005/04 Kel.Cipinang Muara Kec.Jatinegara . Kode-pos 14320

telp: 8512172

7. Pasar Duren Sawit Jl. Raya Duren Sawit Kel.Klender Kec.Duren Sawit telp: 86609227

8. Pasar Kampung Ambon

Jl. Pondasi Raya Kel.Kayu Putih Kec. Pulo Gadung telp: 4703372

9. Pasar Kayu Jati Jl. Rawamangun Tegalan, 001/03 Kel.Rawamangun Kec.Pulo Gadung. Kode-pos 13220

telp : -

10. Pasar Klender SS Jl. Raya Bekasi Timur Kel.Jatinegara Kec.Cakung telp : -

17


(4)

11. Pasar Pondok Bambu

Jl. Kejaksaan Kel.Pondok Bambu Kec.Duren Sawit .Kode-pos 13430

telp: 8604117 12. Pasar Prumpung

Tengah (Eks TPS Pasar Cipinang Besar)

- telp : -

13. Pasar Pulogadung Jl . Raya Bekasi Timur Kel. Jatinegara Kaum Kec.Pulo Gadung telp: 4712016 / 4711975

14. Pasar

Rawamangun

Jl. Pegambiran Raya Kel.Rawamangun Kec.Pulogadung telp: 4715087

15. Pasar Sawah Barat

Jl. Cempaka Kel.Duren Sawit Kec.Duren Sawit telp : -

16. Pasar Sunan Giri Jl. Sunan Giri. Kode-pos 12030 telp: 4897484

17. Pasar Ujung Menteng

Jl. Raya Bekasi Kel.Ujung Menteng Kec.Cakung telp: 46828978

18. Tanah Kosong Pasar Duren Sawit

- telp : -

UNIT PASAR BESAR

1. Pasar Baru Jl. H. Samanhudi Kel.Pasar baru telp: 3845177


(5)

2. Pasar Cipulir Jl. Cileduk Raya, 008/010 Kel.Cipulir Kec.Kebayoran Lama telp: 72801169

3. Pasar Glodok Jl. Glodok selatan Kel.Glodok Kec.Taman Sari. Kode-pos 11120 telp: 6326492 / 6344545

4. Pasar HWI Lindeteves

Jl. Hayam Wuruk No.100 Kel.Mangga Besar Kec.Taman Sari. Kode-pos 11120

telp: 5492405 5. Pasar Induk

Kramat Jati

Jl. Raya Bogor KM.20 Kel. Kramat Jati Kec.Kramat Jati telp: 8092418 / 70797683

6. Pasar Jatinegara Jl. Matraman Raya Kel. Bali Mester Kec.Jatinegara Timur telp: 8191843 / 8519661

7. Pasar Kebayoran Lama

Jl. Raya Kebayoran Lama Kel.Grogol Utara Kec.Kebayoran Lama telp: 7201808

8. Pasar Kramat Jati Jl. Raya Bogor KM.20 Kel. Kramat Jati Kec.Kramat Jati telp: 8092418 / 70797683

9. Pasar Minggu Jl. Ragunan Raya Kel.Pasar Minggu Kec.Pasar Minggu.

Kode-pos 12730 telp: 7803242

10. Pasar Perumnas Klender

Jl. Teratai Putih Raya Kel.Malaka Sari Kec.Duren Sawit telp: 8632977

11. Pasar Senen Blok III dan VI

Jl. Pasar Senen Raya Kel.Senen Kec.Senen. Kode-pos 10410 telp: 4210411 / 42881877


(6)

Abang (A-F) telp: 3160407 / 31934178 13. Pasar Tanah

Abang Blok G

- telp : - 14. Pasar Tomang

Barat18

Jl. Tanjung Duren raya Kel.Tanjung Duren Selatan Kec.Grogol Petamburan. Kode-pos 11470

telp: 5668290

18