S SMS 1201802 Chapter1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angklung merupakan salah satu alat musik yang terkenal di tatar Sunda.
Angklung terbuat dari bambu, akan tetapi tidak semua jenis bambu dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan angklung. Biasanya jenis bambu temen,
bambu wulung (bambu hitam) atau bambu gombong yang dapat digunakan untuk
membuat angklung. Angklung dapat dibedakan dilihat dari segi bentuknya. Secara
umum angklung memiliki tiga bentuk yaitu: angklung bertabung dua berfungsi
sebagai angklung melodi, bertabung tiga berfungsi sebagai akor minor, dan
bertabung empat berfungsi sebagai akor mayor yang pada umumnya menyertakan
nada septimnya atau nada ke-7. Menurut Azhari & Andarini (t.t, hlm.32)
mengemukakan bahwa angklung terdiri dari beberapa bagian: Tabung sora atau
tabung suara yang terdiri atas 2-4 tabung, ancak yaitu bagian rangka angklung
yang dibagi menjadi beberapa bagian, jejer atau rangka angklung, tabung dasar
yang berada di bawah dan palang gantung sebagai penyangga tabung sora.
Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan ke kanan dan ke kiri oleh tangan
kanan sesuai dengan nilai nada yang dimainkan. Bunyi yang terdengar merupakan
hasil dari benturan antara tabung sora (tabung bambu yang vertikal) dengan
tabung dasar (tabung bambu yang horizontal) sehingga menghasilkan bunyi yang
bergetar.
Tanukusumah (2006) mengemukakan bahwa angklung pun dahulunya
bernada pentatonis (da-mi-na-ti-la), namun karena pada zaman itu di Indonesia
banyak lagu-lagu yang menggunakan tonalitas mayor atau minor, sehingga Daeng
Sutigna dengan obsesi ingin lagu-lagu bertonalitas mayor dan minor dapat
dimainkan dengan menggunakan angklung.
Karena itu Daeng Sutigna
merealisasikan keinginannya dengan berinovasi instrumen angklung dari sistem
pentatonis ke sistem diatonis. Selain itu Azhari dan Andarini (t.t, hlm. 7)
mengatakan, bahwa “hasil inovasi Daeng Sutigna ini ternyata mendapat sambutan
baik dari berbagai kalangan, bahkan angklung dimainkan dihadapan pemimpin
1
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
negara dalam acara Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung
pada tahun 1955”.
Sejak saat itu, di Indonesia ataupun di luar negeri bermunculan
komunitas-komunitas paduan angklung. Komunitas paduan angklung di Indonesia
seperti Saung Angklung Udjo, KABUMI, Keluarga Paduan Angklung ITB,
Angklung Web Institute (AWI), sedangkan komunitas paduan angklung yang
berada di luar negeri seperti Angklung Hamburg Orchestra di Jerman, AGI
Munster di Jerman, Sri Warisan di Singapura. Komunitas paduan angklung
tersebut merupakan kumpulan orang-orang yang mencintai angklung dan tertarik
untuk
mempelajarinya.
Bahkan
beberapa
komunitas
paduan
angklung
menyelenggarakan festival secara rutin seperti KABUMI dengan Lomba Musik
Angklung Pak Daeng di UPI, ITB dengan Festival Paduan Angklung. Festival
angklung pun tidak hanya diselenggarakan di dalam negeri saja. Tahun 2016 di
Belanda diadakan Festival Angklung Eindhoven yang dinanti-nantikan oleh warga
kota Eindhoven, seperti yang dicantumkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia
pada tanggal 8 Juni 2016.
Seiring berjalannya waktu hasil dari diplomasi pemerintah, pada bulan
November 2010 angklung mendapat pengakuan dunia dengan ditetapkannya
sebagai Karya Agung Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Pengakuan ini
merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia dan memperlihatkan eksistensinya
di dunia. Eksistensi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampaknya
membawa angklung memasuki ranah pariwisata. Tidak sedikit wisatawan
mancanegara ataupun domestik yang datang untuk melihat permanian angklung,
contohnya permainan angklung di Saung Angklung Udjo.
Sanggar Udjo Ngalagena merupakan pembaharu jenis musik angklung
yang telah menjadikan musik angklung sebagai bentuk musik pertujukan
yang bisa
setiap saat bahkan setiap hari selalu mementaskan angklung
terutama bila kedatangan para tamu dari mancanegara maupun tamu
domestic yang berkunjung (Supriadi, 2006).
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk melihat dan menonton warisan budaya asli
Indonesia. Eksistensi angklung juga ditunjukkan pada tahun 2015 ketika angklung
ikut menyemarakan peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika yang diikuti
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
oleh 20.000 pelajar sehingga kegiatan tersebut merupakan kegiatan pemecahan
rekor dunia dalam bermain angklung.
Musik angklung bersifat masal, artinya dimainkan secara bersama-sama.
Oleh karena itu, selain memupuk rasa musikalitas pemain angklung diajarkan
nilai-nilai sosial yang terkandung dalam permainan angklung. Pemain angklung
diajarkan kebersamaan sehingga membentuk sikap tenggang rasa agar tidak
adanya rasa ingin menonjol diantara pemain yang lain, kerjasama, menumbuhkan
sikap disiplin, rasa tanggung jawab, kecermatan dan keterampilan. Dengan adanya
nilai sosial tersebut, permainan angklung dijadikan sarana positif dalam
membangun dan mengembangkan pendidikan karakter bangsa, sehingga
berdampak pada banyaknya sekolah yang memiliki angklung. Angklung telah
ditetapkan sebagai alat pendidikan musik oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan sehingga dikeluarkan Surat Keputusan pada tanggal 23 Agustus
1968, No.082/1968.
Terdapat banyak sekolah mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi yang menjadikan
angklung sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
menyalurkan dan mengembangkan minat, bakat, hobi serta menambah
keterampilan peserta didik atau mahasiswa dalam bidang musik dan melestarikan
budaya Indonesia. Namun belum banyak sekolah yang menjadikan pembelajaran
angklung sebagai kegiatan intrakurikuler.
Semua upaya ini merupakan kesadaran dari semua pihak untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia agar tidak punah, menumbuhkan rasa cinta
ataupun kepedulian terhadap budaya bangsa dan meningkatkan eksistensi
kebudayaan Indonesia di dalam negeri bahkan dunia internasional. Di dunia
pendidikan musik khususnya daerah Jawa Barat sedang gencar-gencarnya
mengajarkan
angklung
pada
peserta
didik.
Situasi
ini
harus
segera
didokumentasikan oleh peneliti, karena guru seni budaya sedang gencargencarnya mengajarkan angklung pada peserta didik dan menjadi referensi
peneliti dalam pembelajaran angklung untuk sekolah dasar di kelas III. Salah satu
sekolah yang menjadikan pembelajaran angklung sebagai intrakurikuler adalah
SDK 2 Bina Bakti Bandung. Setelah peneliti berbicang-bincang dengan seorang
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
guru seni budayanya, bahwa sekolah tersebut menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) yang terdiri dari instrumen gitar, bass, arumba, drum, piano dan kendang
dalam proses pembelajaran angklungnya. MPEG layer 3 (MP3) ini dibuat dengan
menggunakan aplikasi Cubase sehingga bunyi yang dihasilkan lebih mirip dengan
bunyi dari instrumen yang dimainkan secara langsung. Media Media MPEG layer
3 ini merupakan media yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Setiap
hari anak-anak pasti mendengarkan musik, baik lewat handphone, laptop ataupun
lainnya. Musik yang didengar oleh anak kebanyakan berformat MPEG layer 3
(MP3).
Dalam pembelajaran angklung ini, media MPEG layer 3 (MP3) sangat
membantu proses pembelajaran karena dapat meminimalisir kekurangan yang ada
di lapangan, seperti pengalaman bermusik peserta didik. Pada hakikatnya media
digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar serta peserta didik lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik dengan proses lebih lanjut dalam
pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3 di kelas III.
Karena media MPEG layer 3 (MP3) membawa suasana dalam belajar, peserta
didik lebih merasakan ketukan, temponya stabil dan ritmik lebih tepat. Untuk
merealisasikan ketertarikan tersebut, maka peneliti mengangkat menjadi
permasalahan penelitian skripsi dengan judul “Pembelajaran Angklung dengan
Menggunakan Media MPEG Layer 3 (MP3) di Kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran angklung
dengan menggunakan MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?” Aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini disusun melalui
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG
layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung?
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2.
Apa manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?
3.
Bagaimana hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan MPEG layer
3 (MP3) dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu bisa menjawab
permasalahan penelitian yang ada pada penelitian, seperti:
1.
Tujuan Umum
Penulis ingin mengetahui dan mendeskripsikan tentang pembelajaran
angklung dengan menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK
2 Bina Bakti Bandung.
2.
Tujuan Khusus
Penulis ingin mengetahui, memaparkan, mendeskripsikan dan menjawab
pertanyaan penelitian tentang:
a. Tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
b. Manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung.
c. Hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui media pembelajaran
dalam pembelajaran angklung yang efektif, efisien dan menyenangkan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat daeri segi teoritis, segi
praktis, baik bagi peneliti, praktisi angklung maupun lembaga pendidikan dan segi
kebijakan.
1.
Segi Teoritis
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Dari hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat secara teoritis yaitu
dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
menerapkan
sistem pembelajaran musik dengan menggunakan media yang
sifatnya tekhnologi dan elektronik. Dengan diterapkannya media ini diharapkan
menjadi motivasi dan menarik perhatian peserta didik sekolah dasar untuk fokus
saat pembelajaran seni musik berlangsung sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
2.
Segi Praktis
a.
Peneliti
Memperoleh pengalaman berharga dalam
penelitian,
menambah
wawasan keilmuan dalam metodelogi pembelajaran musik angklung, dan
memperoleh ilmu dalam menghadapi peserta didik sekolah dasar khususnya
peserta didik
b.
kelas III.
Praktisi Musik Angklung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi musik
angklung (guru, pelatih) sebagai pilihan alternatif dalam pembelajaran angklung
di pendidikan sekolah ataupun di pendidikan luar sekolah.
c.
Lembaga
1) Sekolah
Memberikan masukan untuk memfasilitasi segala kebutuhan yang
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran musik
angklung.
2) Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI
Menambah
referensi
untuk
memperluas
keilmuan
dalam
bidang
metodologi pembelajaran musik angklung.
3.
Segi Kebijakan
Merupakan cara pandang yang berbeda mengenai pembelajaran angklung
dengan menggunakan media MPEG layer 3 (MP3).
E. Struktur Organisasi Skripsi
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Struktur organisasi skripsi tentang Pembelajaran Angklung dengan
Menggunakan Media MPEG Layer 3 (MP3) di Kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung, diantaranya;
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA merupakan bagian pembahasan tentang teoriteori yang menyangkut pembahasan pembelajaran angklung dengan menggunakan
media MPEG layer 3 (MP3). Seluruh teori-teori yang dianggap relevan dijadikan
pisau bedah oleh penulis untuk pembedahan data.
BAB III METODE PENELITIAN merupakan strategi dalam mendesain
penelitian, mengumpulkan data , mengolah serta menganalisis data penelitian agar
penelitian jelas dan terarah. Isi metode penelitian meliputi desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data serta analisis data penelitian.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN meliputi hasil dan pembahasan
dari observasi, wawancara serta dokumentasi selama penelitian yang membahas
tentang:
1.
Tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
2.
Manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung
3.
Hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan MPEG layer 3 (MP3)
dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI meliputi
kesimpulan akhir dari penelitian, implikasi terhadap dunia pendidikan dan penulis,
serta reko endasi terhadap dunia pendidikan.
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angklung merupakan salah satu alat musik yang terkenal di tatar Sunda.
Angklung terbuat dari bambu, akan tetapi tidak semua jenis bambu dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan angklung. Biasanya jenis bambu temen,
bambu wulung (bambu hitam) atau bambu gombong yang dapat digunakan untuk
membuat angklung. Angklung dapat dibedakan dilihat dari segi bentuknya. Secara
umum angklung memiliki tiga bentuk yaitu: angklung bertabung dua berfungsi
sebagai angklung melodi, bertabung tiga berfungsi sebagai akor minor, dan
bertabung empat berfungsi sebagai akor mayor yang pada umumnya menyertakan
nada septimnya atau nada ke-7. Menurut Azhari & Andarini (t.t, hlm.32)
mengemukakan bahwa angklung terdiri dari beberapa bagian: Tabung sora atau
tabung suara yang terdiri atas 2-4 tabung, ancak yaitu bagian rangka angklung
yang dibagi menjadi beberapa bagian, jejer atau rangka angklung, tabung dasar
yang berada di bawah dan palang gantung sebagai penyangga tabung sora.
Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan ke kanan dan ke kiri oleh tangan
kanan sesuai dengan nilai nada yang dimainkan. Bunyi yang terdengar merupakan
hasil dari benturan antara tabung sora (tabung bambu yang vertikal) dengan
tabung dasar (tabung bambu yang horizontal) sehingga menghasilkan bunyi yang
bergetar.
Tanukusumah (2006) mengemukakan bahwa angklung pun dahulunya
bernada pentatonis (da-mi-na-ti-la), namun karena pada zaman itu di Indonesia
banyak lagu-lagu yang menggunakan tonalitas mayor atau minor, sehingga Daeng
Sutigna dengan obsesi ingin lagu-lagu bertonalitas mayor dan minor dapat
dimainkan dengan menggunakan angklung.
Karena itu Daeng Sutigna
merealisasikan keinginannya dengan berinovasi instrumen angklung dari sistem
pentatonis ke sistem diatonis. Selain itu Azhari dan Andarini (t.t, hlm. 7)
mengatakan, bahwa “hasil inovasi Daeng Sutigna ini ternyata mendapat sambutan
baik dari berbagai kalangan, bahkan angklung dimainkan dihadapan pemimpin
1
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
negara dalam acara Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung
pada tahun 1955”.
Sejak saat itu, di Indonesia ataupun di luar negeri bermunculan
komunitas-komunitas paduan angklung. Komunitas paduan angklung di Indonesia
seperti Saung Angklung Udjo, KABUMI, Keluarga Paduan Angklung ITB,
Angklung Web Institute (AWI), sedangkan komunitas paduan angklung yang
berada di luar negeri seperti Angklung Hamburg Orchestra di Jerman, AGI
Munster di Jerman, Sri Warisan di Singapura. Komunitas paduan angklung
tersebut merupakan kumpulan orang-orang yang mencintai angklung dan tertarik
untuk
mempelajarinya.
Bahkan
beberapa
komunitas
paduan
angklung
menyelenggarakan festival secara rutin seperti KABUMI dengan Lomba Musik
Angklung Pak Daeng di UPI, ITB dengan Festival Paduan Angklung. Festival
angklung pun tidak hanya diselenggarakan di dalam negeri saja. Tahun 2016 di
Belanda diadakan Festival Angklung Eindhoven yang dinanti-nantikan oleh warga
kota Eindhoven, seperti yang dicantumkan di Kedutaan Besar Republik Indonesia
pada tanggal 8 Juni 2016.
Seiring berjalannya waktu hasil dari diplomasi pemerintah, pada bulan
November 2010 angklung mendapat pengakuan dunia dengan ditetapkannya
sebagai Karya Agung Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Pengakuan ini
merupakan kebanggaan bagi bangsa Indonesia dan memperlihatkan eksistensinya
di dunia. Eksistensi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dampaknya
membawa angklung memasuki ranah pariwisata. Tidak sedikit wisatawan
mancanegara ataupun domestik yang datang untuk melihat permanian angklung,
contohnya permainan angklung di Saung Angklung Udjo.
Sanggar Udjo Ngalagena merupakan pembaharu jenis musik angklung
yang telah menjadikan musik angklung sebagai bentuk musik pertujukan
yang bisa
setiap saat bahkan setiap hari selalu mementaskan angklung
terutama bila kedatangan para tamu dari mancanegara maupun tamu
domestic yang berkunjung (Supriadi, 2006).
Hal ini menjadi daya tarik tersendiri yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk melihat dan menonton warisan budaya asli
Indonesia. Eksistensi angklung juga ditunjukkan pada tahun 2015 ketika angklung
ikut menyemarakan peringatan ke-60 tahun Konferensi Asia Afrika yang diikuti
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
oleh 20.000 pelajar sehingga kegiatan tersebut merupakan kegiatan pemecahan
rekor dunia dalam bermain angklung.
Musik angklung bersifat masal, artinya dimainkan secara bersama-sama.
Oleh karena itu, selain memupuk rasa musikalitas pemain angklung diajarkan
nilai-nilai sosial yang terkandung dalam permainan angklung. Pemain angklung
diajarkan kebersamaan sehingga membentuk sikap tenggang rasa agar tidak
adanya rasa ingin menonjol diantara pemain yang lain, kerjasama, menumbuhkan
sikap disiplin, rasa tanggung jawab, kecermatan dan keterampilan. Dengan adanya
nilai sosial tersebut, permainan angklung dijadikan sarana positif dalam
membangun dan mengembangkan pendidikan karakter bangsa, sehingga
berdampak pada banyaknya sekolah yang memiliki angklung. Angklung telah
ditetapkan sebagai alat pendidikan musik oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan sehingga dikeluarkan Surat Keputusan pada tanggal 23 Agustus
1968, No.082/1968.
Terdapat banyak sekolah mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi yang menjadikan
angklung sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
menyalurkan dan mengembangkan minat, bakat, hobi serta menambah
keterampilan peserta didik atau mahasiswa dalam bidang musik dan melestarikan
budaya Indonesia. Namun belum banyak sekolah yang menjadikan pembelajaran
angklung sebagai kegiatan intrakurikuler.
Semua upaya ini merupakan kesadaran dari semua pihak untuk
melestarikan kebudayaan Indonesia agar tidak punah, menumbuhkan rasa cinta
ataupun kepedulian terhadap budaya bangsa dan meningkatkan eksistensi
kebudayaan Indonesia di dalam negeri bahkan dunia internasional. Di dunia
pendidikan musik khususnya daerah Jawa Barat sedang gencar-gencarnya
mengajarkan
angklung
pada
peserta
didik.
Situasi
ini
harus
segera
didokumentasikan oleh peneliti, karena guru seni budaya sedang gencargencarnya mengajarkan angklung pada peserta didik dan menjadi referensi
peneliti dalam pembelajaran angklung untuk sekolah dasar di kelas III. Salah satu
sekolah yang menjadikan pembelajaran angklung sebagai intrakurikuler adalah
SDK 2 Bina Bakti Bandung. Setelah peneliti berbicang-bincang dengan seorang
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
guru seni budayanya, bahwa sekolah tersebut menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) yang terdiri dari instrumen gitar, bass, arumba, drum, piano dan kendang
dalam proses pembelajaran angklungnya. MPEG layer 3 (MP3) ini dibuat dengan
menggunakan aplikasi Cubase sehingga bunyi yang dihasilkan lebih mirip dengan
bunyi dari instrumen yang dimainkan secara langsung. Media Media MPEG layer
3 ini merupakan media yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Setiap
hari anak-anak pasti mendengarkan musik, baik lewat handphone, laptop ataupun
lainnya. Musik yang didengar oleh anak kebanyakan berformat MPEG layer 3
(MP3).
Dalam pembelajaran angklung ini, media MPEG layer 3 (MP3) sangat
membantu proses pembelajaran karena dapat meminimalisir kekurangan yang ada
di lapangan, seperti pengalaman bermusik peserta didik. Pada hakikatnya media
digunakan untuk mempermudah proses belajar mengajar serta peserta didik lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan guru.
Oleh karena itu peneliti merasa tertarik dengan proses lebih lanjut dalam
pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3 di kelas III.
Karena media MPEG layer 3 (MP3) membawa suasana dalam belajar, peserta
didik lebih merasakan ketukan, temponya stabil dan ritmik lebih tepat. Untuk
merealisasikan ketertarikan tersebut, maka peneliti mengangkat menjadi
permasalahan penelitian skripsi dengan judul “Pembelajaran Angklung dengan
Menggunakan Media MPEG Layer 3 (MP3) di Kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran angklung
dengan menggunakan MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?” Aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian ini disusun melalui
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG
layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung?
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
2.
Apa manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?
3.
Bagaimana hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan MPEG layer
3 (MP3) dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu bisa menjawab
permasalahan penelitian yang ada pada penelitian, seperti:
1.
Tujuan Umum
Penulis ingin mengetahui dan mendeskripsikan tentang pembelajaran
angklung dengan menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK
2 Bina Bakti Bandung.
2.
Tujuan Khusus
Penulis ingin mengetahui, memaparkan, mendeskripsikan dan menjawab
pertanyaan penelitian tentang:
a. Tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
b. Manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung.
c. Hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat mengetahui media pembelajaran
dalam pembelajaran angklung yang efektif, efisien dan menyenangkan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat daeri segi teoritis, segi
praktis, baik bagi peneliti, praktisi angklung maupun lembaga pendidikan dan segi
kebijakan.
1.
Segi Teoritis
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Dari hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat secara teoritis yaitu
dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
menerapkan
sistem pembelajaran musik dengan menggunakan media yang
sifatnya tekhnologi dan elektronik. Dengan diterapkannya media ini diharapkan
menjadi motivasi dan menarik perhatian peserta didik sekolah dasar untuk fokus
saat pembelajaran seni musik berlangsung sehingga tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
2.
Segi Praktis
a.
Peneliti
Memperoleh pengalaman berharga dalam
penelitian,
menambah
wawasan keilmuan dalam metodelogi pembelajaran musik angklung, dan
memperoleh ilmu dalam menghadapi peserta didik sekolah dasar khususnya
peserta didik
b.
kelas III.
Praktisi Musik Angklung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi musik
angklung (guru, pelatih) sebagai pilihan alternatif dalam pembelajaran angklung
di pendidikan sekolah ataupun di pendidikan luar sekolah.
c.
Lembaga
1) Sekolah
Memberikan masukan untuk memfasilitasi segala kebutuhan yang
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran musik
angklung.
2) Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI
Menambah
referensi
untuk
memperluas
keilmuan
dalam
bidang
metodologi pembelajaran musik angklung.
3.
Segi Kebijakan
Merupakan cara pandang yang berbeda mengenai pembelajaran angklung
dengan menggunakan media MPEG layer 3 (MP3).
E. Struktur Organisasi Skripsi
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Struktur organisasi skripsi tentang Pembelajaran Angklung dengan
Menggunakan Media MPEG Layer 3 (MP3) di Kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung, diantaranya;
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA merupakan bagian pembahasan tentang teoriteori yang menyangkut pembahasan pembelajaran angklung dengan menggunakan
media MPEG layer 3 (MP3). Seluruh teori-teori yang dianggap relevan dijadikan
pisau bedah oleh penulis untuk pembedahan data.
BAB III METODE PENELITIAN merupakan strategi dalam mendesain
penelitian, mengumpulkan data , mengolah serta menganalisis data penelitian agar
penelitian jelas dan terarah. Isi metode penelitian meliputi desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data serta analisis data penelitian.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN meliputi hasil dan pembahasan
dari observasi, wawancara serta dokumentasi selama penelitian yang membahas
tentang:
1.
Tahapan pembelajaran angklung yang menggunakan media MPEG layer 3
(MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
2.
Manfaat yang diperoleh guru dalam pembelajaran angklung dengan
menggunakan media MPEG layer 3 (MP3) di kelas III J SDK 2 Bina Bakti
Bandung
3.
Hasil pembelajaran angklung dengan menggunakan MPEG layer 3 (MP3)
dalam pembelajaran angklung di kelas III J SDK 2 Bina Bakti Bandung.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI meliputi
kesimpulan akhir dari penelitian, implikasi terhadap dunia pendidikan dan penulis,
serta reko endasi terhadap dunia pendidikan.
Widianti Karisna Dewi, 2016
PEMBELAJARAN ANGKLUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MPEG LAYER 3 (MP3) DI KELAS III
J SDK 2 BINA BAKTI BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu