Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Auditing

Menurut Mulyadi (2002:9) :

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan – pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan – pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil – hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003 : 5) “ Auditing adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasian bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”

Defenisi auditing secara umum diataslah yang mendasari unsur-unsur penting berikut ini, yaitu :

1. Suatu proses sistematik

Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, terorganisir, dan memiliki tujuan yang luas. 2. Pengumpulan dan pengevaluasian bukti secara objektif

Proses sistematik berkaitan dengan pemerolehan bukti sebagai dasar untuk pernyataan (asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA asersi tersebut. Proses ini juga ditujukan untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersbut.

3. Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi

Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilakn satu pernyataan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi keuangan perusahaan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

4. Penetapan tingkat kesesuaian

Pengumpulan bukti mengenai asersi dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.

5. Kriteria yang ditetapkan

Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan yang telah ditetapkan badan legislatif (Undang-Undang), anggaran yang ditetapkan manajemen suatu auditte, atau prinsip akuntansi yang diterima umum di indonesi. Penetapan kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang bersasngkutan.

6. Penyampain hasil

Penyampaian hasil auditing disebut juga dengan atestasi. Penyampaian hasil audit dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) mengenai


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA temuan-temuan audit yang ditemukan auditor independen terhadap auditee. Laporan audit tentunya akan berbeda-beda dari setiap auditor independen yang mengaudit suatu entitas. Tetapi semua laporan pada dasarnya harus mampu menyampaikan informasi yang tepat mengenai suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Atestasi yang tertulis dalam laporan audit dapat menaikkan maupun menurunkan tingkat kepercayaan pihak yang berkepentingan terhadap a uditee.

7. Pemakai yang berkepentingan

Pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan seperti pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak.

2.1.2 Teori Motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dari dalam diri manusia, yang mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian maka, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi kerja.

Menurut Stephen P. Robbins (2008:222) motivasi (motivations) adalah :

“ proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.”

Tiga elemen utama dalam defenisi motivasi diatas adalah intensitas, arah dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha untuk mencapai tujuannya. Arah berhubungan dengan apa yang akan kita tuju. Sedangkan ketekunan


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa memepertahankan usahanya dalam mencapai tujuannya (Stephen P. Robbins, 2008:223).

Menurut teori kebutuhan yang dikemukakan oleh McClelland didalam menjalankan tugasnya banyak karyawan yang membutuhkan penghargaan atas apa yang mereka kerjakan, karena dengan adanya penghargaan yang mereka terima maka mereka akan merasa lebih termotivasi lagi didalam mereka mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereke. Selain itu juga, pada situasi – situasi tertentu mereka ingin mendapatkan tanggung jawab untuk menyelesaikan atau mencari sebuah solusi dari sebuah masalah yang sedang terjadi, karena dengan demikian mereka akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah mereka berkembang atau tidak. Karyawan yang demikian lebih menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain (Stephen P. Robbins, 2008:230).

Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima yaitu teori harapan (expectancy theory) yang dikemukakan oleh Victor Vroom. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalannya tampak terbuka untuk memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya (Stephen P. Robbins, 2008:253).

Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik untuk memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan pekerjaan mereka


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3 Kualitas Audit

Menurut De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit):

“sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut”.

Menurut Kusharyanti (2003) dalam Alfa Yunita (2010 : 30) mendefinisikan audit quality (kualitas audit):

Sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakakn melaporkan salah saji tergantung pada independen auditor. Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan.

Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya.

Dalam standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas audit yaitu, laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan, dari ketentuan peraturan perundang – undangann dan ketidakpatuhan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.

Istilah “kualitas audit” mempunyai arti yang berbeda – beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material missta tements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee. Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga reputasi auditor.

Kualitas audit terkait dengan mutu audit. Kualitas audit dipengaruhi oleh kemampuan auditor dalam melakukan proses audit sehingga dapat diketahui bagaimana kualitas auditnya. Kualitas audit terkait dengan kemampuan auditor dalam menyelesaikan proses audit dan kemapuan untuk memperoleh hasil yang baik dari proses auditnya.

Lee, Liu dan Wang (1999) dalam Febrianto dan Widiastuty (2010 : 4) mengatakan bahwa kualitas audit adalah “probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa penegecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material”. Wallace (1980) dalam Febrianto dan Widiastuty (2010 : 4) mengatakan bahwa “kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian (fineness)”.

DeAngelo (1981) dalam Darwin (2012 : 12) mendefenisikan kualitas audit sebagai “kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporakan kesalahan dan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien-nya terhadap standar atau kriteria yang berlaku”.

DeAngelo berpendapat bahwa “semakin bebas atau independennya auditor, maka

kemungkinannya untuk menemukan kesalahan atau pelanggaran itu akan semakin besar”. Watts dan zimmerman (1986) dalam Darwin (2012 : 12) berpendapat bahwa berpendapat bahwa “ untuk menemukan kesalahan atau pelanggaran tersebut, ada dua hal yang berperan, yakni peluang menemukan kesalahan, dan juga kemauan atau keinginan auditor untuk


(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengungkapkan kesalahan atau pelanggaran tersebut”. Peluang untuk menemukan kesalahan tersebut harus didukung oleh kapabilitas auditor dan keinginan auditor untuk mengungkapkan ketidakwajaran laporan keuangan harus didukung oleh sikap independensi dari auditor.

Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan audit telah dibuat secara wajar, lengkap, dan obyektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggungjawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan auditnya.

Sumber auditor untuk menemukan bukti audit dan sebagai indikator dari penilaian kualitas audit salah satunya dengan menggunakan laporan keuangan yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan sarana manajemen dalam mengkomunikasikan informasiinformasi yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangn (IAI, 2007) dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi laporan keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangna suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna informasi dalam hal ini seperti investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha, pelanggan, pemerintah dan masyarakat.


(8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Salah satu asumsi dasar penyusunan laporan keuangan adalah asumsi akrual. Dalam asumsi dasar akrual, pendapatan diakui saat diperoleh dan pengeluaran saat dibebankan tanpa mempertimbangkan waktu pembayaran diterima atau dikeluarkan. Asumsi ini merupakan kebalikan dari basis kas yang mencatat penerimaan saat ada kas yang diterima atau dikeluarkan. Perbedaan penggunaan asumsi ini akan mempengaruhi pencatatan perusahaan dan mempengaruhi informasi mengenai arus kas perusahaan. Para investor, kreditor, dan pembuat keputusan yang lain akan mencari informasi mengenai arus kas perusahaan dimasa depan.

Akuntansi yang berbasis akrual menyediakan informasi ini dengan melaporkan arus kas masuk dan keluar yang berhubungan dengan aktivitas earning, segera sesudah manajemen bisa memperkirakan arus kas dengan tingkat keyakinan tertentu. Piutang dan hutang merupakan akun yang sering menjadi inidkator estimasi untuk arus kas masuk dan arus kas keluar dimasa depan. Dengan kata lain, akuntansi berbasis akrual membantu dan memprediksi arus kas dimasa depan dengan melaporkan transaksi dan kejadian lain dengan konsekuensi kas yang diterima saat transaksi atau kejadian terjadi, bukan saat kas diterima atau dibayar (Kieso et al., dalam Darmadi, 2011). Porter et al., dalam Darmadi (2011) menyatakan bahwa pendapat bahwa dalam basis akrual merupakan indikator yang lebih baik untuk melihat arus kas masuk dan keluar dimasa depan.

Febrianto dan Widiastuty (2010 : 5) mendefeniskan audit yang berkualitas adalah “audit yang dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dan independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar. Sedangkan auditor yang independen adalah adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporakan


(9)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pelanggaran atau independensi auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka”. Titman (1986), Beaty (1986), Krinsky dan Rotenberg (1989) dan Davidson dan Neu (1993) dalam Febrianto dan Widiastuty (2010 : 4) menyatakan kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.

2.1.4 Komite Audit

2.1.4.1 Defenisi dan Karakteristik Komite Audit

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite Audit adalah:

“Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite Audit.”

Menurut Hiro Tugiman (1995, 8), pengertian Komite Audit adalah sebagai berikut:

“Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota Dewan Komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen.”

Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, pengertian Komite Audit tidak diterangkan secara gamblang, tetapi pada intinya menyatakan bahwa Komte Audit adalah suatu badan yang berada dibawah Komisaris yang


(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota Komisaris, dan dua orang ahli yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun pelaporannya dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris atau Dewan Pengawas. Hal tersebut senada dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 yang menyatakan bahwa Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya.

1. Sifat dan Pembentukkan Komite Audit

Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugasnya. Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam pelaporan, dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris. Lebih jelas Undang-Undang Republik Indonesia No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menyatakan:

1. BUMN maupun Emiten atau Perusahaan Publik wajib membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas.

2. Komite Audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggungjawab kepada Komisaris dan Dewan Pengawas.

3. Komite Audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya dua orang lainnya berasal dari luar perusahaan.


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Komite Audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen, independensi Komite Audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integeritasnya. Hal ini perlu disadari karena Komite Audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan Dewan Komisaris dengan Internal Auditor.

2. Tujuan dan Manfaat Pembentukan Komite Audit

Tujuan Komite Audit sebenarnya sudah ada dalam definisi Komite Audit itu sendiri. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mengemukakan bahwa Komite Audit mempunyai tujuan membantu Dewan Komisaris untuk memenuhi tanggungjawab dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 menjelaskan bahwa tujuan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris atau dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.

Sedangkan manfaat Komite Audit dikemukakan oleh Hiro Tugiman (1995, 11), adalah:

1. Dewan Komisaris dan Direksi akan banyak terbantu dalam pengelolaan perusahaan.

2. Bagi external auditor adalah keberadaan Komite Audit sangat diperlukan sebagai forum atau media komunikasi dengan perusahaan, sehingga diharapkan semua aktivitas dan kegiatan eksternal auditor dalam hal ini akan mengadakan


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemeriksaan, disamping secara langsung kepada objek pemeriksaan juga dibantu dengan mengadakan konsultasi dengan Komite Audit.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat diketahui adanya suatu indikasi bahwa Komite Audit dibentuk karena belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas Dewan Komisaris perusahaan. Pemilihan anggota Dewan Komisaris yang berdasarkan kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen, maka Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut.

3. Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Komite Audit

Komite Audit mempunyai wewenang untuk menjalankan tugas-tugasnya seperti yang diutarakan oleh Barol (2004) yang dikutip oleh Martina Eny Kristanti yaitu:

Mengaudit kegiatan manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern). Mereka yang berwenang meminta informasi tambahan dan memperoleh penjelasan dari manajemen dan karyawan yang bersangkutan. Komite Audit juga mengevaluasi seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar akunting dan prinsip akuntansi yang diterima di Australia.

Kewenangan Komite Audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu Dewan Komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas rekomendasi kepada Dewan Komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari Dewan Komisaris misalnya mengevaluasi dan


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Selain itu Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep 41/PM/2003 menyatakan bahwa Komite Audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas terhadap catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan dalam rangka tugasnya serta berwenang untuk bekerjasama dengan auditor internal.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dan YPPMI Institute, Komite Audit pada umumnya mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang, yaitu:

1. Laporan Keuangan (Financial Reporting)

Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Komite Audit bertanggungjawab untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

3. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control)

Komite Audit bertanggungjawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal-hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.


(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002, dalam membantu Komisaris/Dewan Pengawas, Komite Audit bertugas:

1. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar.

2. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.

3. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada pemegang saham.

4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris/Dewan Pengawas.

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan Pengawas sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris.


(15)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota. Dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien. Akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal.

Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) Komite Audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, diketuai oleh seorang Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.

Menurut Sarbanes-Oxley act jumlah anggota Komite Audit perusahaan yang dikutip Martina Eny Kristanti mengharuskan bahwa:

Komite Audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun. Mereka harus memiliki pengetahuan dasar tentang manajemen keuangan. Dua diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua Komite Audit dipegang oleh salah seorang anggota Komite Akuntan Publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit tidak diperkenankan menerima penghasilan dari perusahaan akuntan publik kecuali uang pensiun.


(16)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Hiro Tugiman (1999, 11) dalam Martina Eny Kristanti mengatakan bahwa:

Anggota Komite Audit adalah profesional yang bukan pegawai perusahaan, satu diantaranya dipersyaratkan mempunyai latar belakang pendidikan dan berpengalaman dalam bidang akuntansi dan auditing anggota lainnya dapat

berlatar belakang pendidikan

dan pengalaman dalam bidang hukum atau yang berkaitan dengan operasional atau kultur organisasi.”

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Komite Audit adalah sebagaiberikut:

1. Anggota Komite Audit harus memiliki keseimbangan keterampilan dan pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas.

2. Anggota Komite Audit harus independen, objektif dan profesional.

3. Anggota Komite Audit harus memiliki integritas, dedikasi, pemahaman yang baik mengenai organisasi, lingkungan bisnis serta risiko dan kontrol.

4. Paling sedikit anggota komite audit harus memiliki pengertian yang baik tentang analisa dan penyusunan laporan keuangan.

5. Ketua Komite Audit harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan terampil berkomunikasi dengan baik. Selain hal tersebut, menurut Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-41/PM/2003 menambahkan bahwa anggota Komite Audit tidak merangkap jabatan yang sama pada perusahaan lain pada periode yang sama.


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kompetensi komite audit adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap komite audit mengenai pemahaman yang memadai tentang akuntansi, audit dan sistem yang berlaku dalam perusahaan. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota komite audit untuk melaksanakan tugas dengan baik. Anggota komite audit harus mampu dan mengerti serta menganalisa laporan keuangan. Kompetensi komite audit diwujudkan oleh keahlian keuangan yang dimiliki anggota komite.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Lasmahadi (2002) dalam Alim (2007 : 6) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Sedangkan Susanto (2000) dalam Alim (2007 : 6) definisi mengenai kompetensi adalah karakteristik - karakteristik yang mendasari individu untuk melakukan suatu pekerjaan superior.

Pengetahuan dalam akuntansi dan keuangan memberikan dasar yang baik bagi anggotakomite audit untuk memeriksa dan menganalisis informasi keuangan. Latar belakang pendidikan menjadi ciri penting untuk memastikan komite audit melaksanakan peran mereka secara efektif. Anggota komite audit yang menguasai keuangan akan lebih profesional dan cepat beradaptasi terhadap perubahan dan inovasi (Hambrick dan Mason, 1984 dalam Rahmat et al. 2008 dan Dwinita Wulandini, Zulaikha 2012 : 3).

Berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 pada tanggal 24 September 2004, anggota komite audit disyaratkan independen dan


(18)

sekurang-UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kurangnya ada satu orang yang memiliki di bidang akuntansi atau keuangan. Berdasarkan pedoman corporate governance, anggota komite audit harus memiliki suatu keseimbangan keterampilan dan pengalaman dengan latar belakang usaha yang luas. Setidaknya satu anggota komite audit harus pula mempunyai pengertian yang baik tentang pelaporan keuangan.

Achmad Badjuri (2012 : 123) Kompetensi auditor sektor publik diatur dalam kode etik APIP yang terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) No.PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik APIP. Prinsip kompetensi menekankan auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Perilaku kompetensi auditor sektor publik antara lain; tugas pengawasan sesuai dengan Standar Audit; selalu meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

New York Stock Excha nge (Purwati, 2006 : 29) dalam standarnya mensyaratkan semua anggota komite audit dapat membaca laporan keuangan dan sekurang-kurangnya ada satu orang yang memiliki keahlian di bidang akuntansi atau keuangan. NYSE yakin keberadaan ahli akuntansi atau keuangan akan memberdayakan komite audit untuk melakukan penilaian secara independen atas informasi yang diterimanya, mengenali permasalahan dan mencari solusi yang tepat.

Securities a nd Exchange Commission (Purwati, 2006 : 30) memberikan kriteria “fina ncia l expert” dengan memperhatikan beberapa hal berikut:


(19)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Pengalaman sebelumnya sebagai akuntan publik atau auditor, CFO,

controller, chief accounting officer , atau posisi yang sejenis.

2. Pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan dan laporan keuangan

3. Pengalaman dalam audit atas laporan keuangan perusahaan

4. Pengalaman dalam pengendalian internal

5. Pemahaman atas akuntansi untuk penaksiran (estimates), accruals, dan cadangan (reserves).

Kompetensi komite audit adalah aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan yang tidak rutin. Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi auditor.

Torter (1986) dalam Christina (2007) Alfa Yunita (2010 : 37) mendefenisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaannya dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak perna membuat kesalahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.


(20)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.4.3 Aktivitas Komite Audit

Aktivitas adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam Ni Wayan Rustiarini Aktivitas rutin yang dilakukan komite audit dalam pelaksanaan tugasnya adalah melakukan pertemuan secara formal antar anggota komite, dewan komisaris, dewan direksi, maupun auditor eksternal. Pertemuan formal komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan kinerja komite audit. Jumlah pertemuan ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada komite audit.

Pertemuan komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan komite audit. Frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada komite audit. Jumlah pertemuan dapat ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan besarnya tugas yang diberikan kepada komite audit. Namun, pada umumnya komite audit bersidang dua sampai tiga kali dalam setahun yaitu sebelum laporan keuangan dikeluarkan, sesudah pelaksanaan audit dan sebelum laporan keuangan dikeluarkan, serta sebelum RUPS tahunan.

Dalam setiap audit committee charter yang dimiliki oleh masing-masinganggota, komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini sebagaimana ditetapkan oleh komite audit sendiri dan dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan.


(21)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2 Penelitihan Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

NO Peneliti / Tahun

Judul Variabel Cara yang

Digunakan

Hasil Penelitian 1. Rita Yuniarti

(2012)

The Effect of Tenure Audit and Dysfunctional Behavior on Audit Quality Variable Independen Tenure Audit, Dysfunctional Behaviour Variable Dependen Audit Quality Cara yang digunakan adalah deskriptif verifikasi. Data yang digunakan adalah data analisi regresi linier dimana data diambil dari 27 perusahaan KAP yang terdaftar di IAI pada tahun 2009 Tes kualitas data yang digunakan adalah statistik parametrik, ordinal kuesioner, interval skala, uji korelasi, uji validitas dan ujia reliabilitas.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan audit kepemilikan dapat mempengaruhi kualitas audit, perilaku disfungsional dapat menurunkan mutu dan kualitas audit karena tidak melakukan penelitian tentang standar akuntansi yang diterima oleh umum. Audit Kepemilikan dan Perilaku

Disfungsional sama-sama mempengaruhi kualitas audit.


(22)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Achmad

Badjuri (2012) Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaru hi Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit Sektor Publik (Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa Tengah) Variabel Independen Pengalaman Kerja Auditor, Independensi, Obyektifitas, Intergritas Auditor, Kompetensi Auditor Variabel Dependen Kualitas Hasil Pemeriksaan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data dari penelitian ini adalah dari jawaban kuisioner yang diberikan kepada auditor sektor publik sebagai PNS di kabupaten Jawa Tengah.

Tes kualitas data menggunakan Analisis regresi berganda dan SPSS for windows version 16. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 70 sampel.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa integritas dan kompetensi auditor sektor publik berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan yang dihasilkan.

Pengalaman kerja audit, independensi dan obyektivitas auditor sektor publik tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

3. Rita Yuniarti (2011)

Firm Size, Audit Fee and Audit Quality Variabel Independen Audit Firm Size, Audit Fee Variable Dependen Audit Quality Cara yang digunakan adalah dengan cara penelitian deskriptif verifikasi. Populasi yang digunakan adalah KAP yang terdaftar di IAI pada tahun 2009 di Bandung sebanyak 27 KAP dengan teknik pengambilan sample menggunakan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial ukuran KAP di bandung tidak signifikan mempengaruhi kualitas audit. Sementara Audit Fee berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit pada KAP di Bandung. Namun, Secara Simultan Ukuran KAP dan Audit Fee Tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada


(23)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA teknik purpose sa mpling. Pengelolaan data menggunakan metode statistika parametrik. Tes kualitas data menggunakan tes validitas, realibilitas, statistical dan hipotesis.

KAP di Bandung.

4. Ni Wayan Rustiarini (2011) Komite Audit Dan Kualitas Audit: Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi, Dan Aktivitas Komite Audit Variabel Independen Gender (Gen), Kebangsaan (Nat), Usia (Age), Independensi (Ind), Tingkat Pendidikan (Edu), Keahlian bidang akuntansi dan keuangan (Expt), Pengalaman Kerja (Expc), Pertemuan (Meet), Komitmen Waktu (Com) Variable Dependen Audit Quality Cara yang digunakan adalah dengan cara Regresi linear berganda. Tes Kualitas data dilakukan uji asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas , heteroskedastisit as, dan autokorelasi dengan menggunkan SPSS.

Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa gender, kebangsaan, usia, tingkat pendidikan, jumlah pertemuan komite audit dapat mengurangi tingkat akrual, yang berarti meningkatkan kualitas audit.

Variabel lainnya yaitu independensi,

keahlian dalam bidang akuntansi dan keuangan, pengalaman, dan komitmen waktu belum dapat mengurangi tingkat akrual.


(24)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Dr. Augustine

O. Enofe, Dr. Chijioke Mgbame, Adeyemi Aderin, Obehioye U. Ehi-Oshio (2013) Determinants of Audit Quality in the Nigerian Business Environment Variabel Independen Auditor Kepemilikan, Auditor Ukuran, Dewan Kemerdekaan, dan Kepemilikan Struktur. Variable Dependen Kualitas Audit Cara yang digunakan adalah kuesioner. Sumber data yang dari penelitian ini adalah jawaban dari kuesioner yang di bagikan pada bagian lintas pengguna laporan keuangan, investor, analisis keuangan dan lembaga kredit. Tes kualitas data yang digunkan dummy variabel, OLS Regresi, SPSS untuk menguji hipotesis.

Hasil dari penelitian ini adalah Audit kualitas ditemukan secara signifikan berkaitan dengan papan kemerdekaan dengan hubungan yang positif. Audit perusahaan ukuran ditemukan non significant hubungan positif dengan kualitas audit; Audit kepemilikan

hubungan negatif yang bebas-signifikan dengan audit kualitas, sementara struktur kepemilikan bebas-signifikan hubungan positif dengan audit kualitas. Penelitian ini merekomendasikan bahwa susunan Direksi non-eksekutif sebagai anggota Dewan harus dipertahankan dan diperbaiki. Hubungan antara Dewan kemerdekaan dan audit kualitas dapat dirasakan yang semakin tinggi proporsi Direktur non-eksekutif,

semakin tinggi derajat independensi Dewan yang selalu


(25)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber : Diolah Peneliti 2015

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011 : 33), kerangka konseptual (kerangka teoretis) adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan jaringan dimana hubungan antara variabel secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi.

Kerangka teoretis (kerangka konseptual) adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis anatarvariabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur (Uma Sekaran, 2007). Kerangka konseptual yang baik mendefenisikan dan menamakan variabel – variabel penting dalam situasi yang relevan dengan defenisi masalah. Kerangka konseptual secara logis menjelaskan sangkut – paut antarvariabel tersebut.

Kerangka konseptual perlu dikemukakan apabila penelitian menghubungkan dua variabel atau lebih. Jika penelitian hanya terdiri dari satu variabel mandiri saja, maka perlu diberi deskripsi untuk setiap variabel serta variasi besaran variabel yang diteliti.

probabilitas Dewan berusaha untuk mempengaruhi isi laporan keuangan; dan secara langsung atau tidak langsung, hasil penugasan audit.


(26)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik komite audit, (dimana didalam penelitian ini karakteristik komite audit diteliti berdasarkan usia dan gender), Kompetensi Komite Audit (dimana penelitian ini diteliti berdasarkan tingkat pendidikan), Aktivitas Komite Audit (dimana penelitian ini diteliti berdasarkan jumlah pertemuan). Sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Hubungan antara variabel – variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

v

H1

H2

H3

H4

H5

Kualitas Audit

(Y)

Karakteristik Komite Audit

Usia (X1)

Gender (X2)

Kompetensi Komite Audit Tingkat Pendidikan

(X3)

Aktivitas Komite Audit Jumlah Pertemuan


(27)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dilihat dari sudut pandang auditor, hasil audit dikatakan berkualitas jika mereka telah bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi ketidakpatutan auditee dan menjaga reputasi auditor. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam mengaudit suatu perusahaan.Seorang auditor dituntut untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, karena laporan auditor begitu penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil berbagai keputusan.Sedangkan menurut pihak – pihak yang berkepentingan laporan audit dikatakan berkualitas jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee.Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Keberadaan komite audit dinilai berpengaruh pada perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang disajikan akan menjadi lebih berkualitas. Karakteristik komite audit yang baik akan membawa pengaruh yang baik juga kepada perusahaan. Kompetensi yang dimiliki auditor dapat dilihat dari tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang merupakan karakteristik kognitif yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan kemampuan dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi pendidikan anggota komite, makasemakin luas pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat memiliki solusi yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan.aktivitas rutin yang dilakukan komite audit dalam pelaksanaan tugasnya adalah melakukan pertemuan secara formal antar anggota komite, dewan komisaris, dewan direksi,


(28)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maupun auditor eksternal. Pertemuan formal komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan kinerja komite audit.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011: 42), hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

2.4.1 Karkteristik Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan berdasarkan usia, dan gender. Perbedaan pemikiran dan pandangan terhadap penyebab kesuksesan pria dan wanita dapat mempengaruhi proporsi keberadaan wanita pada beberapa jabatan.

Faktor usia dapat mempengaruhi kinerja anggota komite audit. Anggota komite audit yang berusia dewasa (usia 40-60 tahun) akan mencapai jenjang karir sejauh yang mereka mampu serta posisi kariryang paling stabil, kelompok usia ini merupakan masa pencapaian seseorang untuk mempertahankan kepuasan dalam karir yang membuat mereka lebih fokus pada pekerjaan. Semakin bertambah usia maka seseorang akan semakin bijaksana dalam menyikapi masalah dan lebih bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.

Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang semakin berumur akan membuat seseorang dapat memprioritaskan dan membagi waktu dengan lebih bijaksana yaitu dengan bekal praktik-praktik yang telah dilakukannya sebelumnya penelitian Rustiarini (2011) menunjukkan bahwa usia anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap akrual lancar.


(29)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA H1 : Usia dalam komite audit berpengaruh terhadap accrual lancar

Anggapan bahwa selama ini kesuksesan pria berasal dari kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan yang diraih oleh wanita hanya berasal dari faktor keberuntungan yang menyebabkan wanita memiliki proporsi yang masih sedikit dalam beberapa jabatan yang penting dilingkup manajemen perusahaan. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan kembali bahwa keberadaan wanita memiliki sikap konservatisme yang tinggi dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan (Rustiarini, 2011).

Hal tersebut menyebabkan wanita dianggap cenderung memilih keputusan untuk menghindari resiko sehingga memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Oleh karena itu, keberadaan wanita dalam komite audit diharapkan dapat mengurangi tingkat akrual dalam laporan keuangan sehingga dimaksudkan dapat meningkatkan kualitas audit. Rustiarini (2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan wanita dalam komite audit berpengaruh negatif pada akrual lancar. Penelitian Carter et al., dalam Rustiarini (2011) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi daripada jumlah wanita yang kurang dari dua orang.

H2 : Keberadaan wanita dalam komite audit berpengaruhterhadap accrual lancar

2.4.2 Kompetensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Kompetensi bagi auditor mempunyai dua dimensi yaitu; pengalaman dan tingkat pendidikan. Komite aduit yang semakin berpengalaman dalam penugasan profesional audit akan dianggap mempunyai kompetensi yang tinggi. Semakin tinggi pendidikan komite audit, maka semakin luas pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat memiliki solusi yang lebih


(30)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA baik dalam menyelesaikan permasalahan. Tingkat pendidikan pada jenjang universitas membantu anggota komite untuk memiliki peluang karir yang lebih menjanjikan.Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan anggota komite audit diharapkan dapat meningkatkan konservatisme komite audit sehingga mengurangi tingkat akrual.

Penelitian Alim dkk (2007), membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika komite audit memiliki kompetensi yang baik. Semakin auditor mempunyai kompetensi tinggi maka kualitas hasil audit akan semakin meningkat. Penelitian Rustiarini (2011), membuktikan bahwa tingkat pendidikan dapat mengurangi tingkat akrual, yang berarti meningkatkan kualitas audit.

H3 : Tingkat pendidikan dalam komite audit berpengaruh terhadap accrual lancar

2.4.3 Aktivitas Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Adanya independensi yang baik akan semakin lengkap dan efektif dengan adanya keaktivan komite audit dalam mengadakan pertemuan. Semakin tinggi frekuensi pertemuan yang diadakan akan meningkatkan efektivitas komite audit dalam mengawasi manajemen agar tidak berusaha mengoptimalkan kepentingan sendiri.

Sharma et al. (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Sehingga semakin tinggi tingkat frekuensi pertemuan dapat meminimalisasi manajemen laba. Biasanya komite audit bersidang tiga sampai empat kali dalam satu tahun. Penelitian Rustiarini (2011) juga menemukan hasil bahwa frekuensi pertemuan dapat membantu mengurangi tingkat akrual lancar.


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber : Diolah Peneliti 2015

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Erlina (2011 : 33), kerangka konseptual (kerangka teoretis) adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Hal ini merupakan jaringan dimana hubungan antara variabel secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi.

Kerangka teoretis (kerangka konseptual) adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasi secara logis anatarvariabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survei literatur (Uma Sekaran, 2007). Kerangka konseptual yang baik mendefenisikan dan menamakan variabel

– variabel penting dalam situasi yang relevan dengan defenisi masalah. Kerangka konseptual secara logis menjelaskan sangkut – paut antarvariabel tersebut.

Kerangka konseptual perlu dikemukakan apabila penelitian menghubungkan dua variabel atau lebih. Jika penelitian hanya terdiri dari satu variabel mandiri saja, maka perlu diberi deskripsi untuk setiap variabel serta variasi besaran variabel yang diteliti.

probabilitas Dewan berusaha untuk mempengaruhi isi laporan keuangan; dan secara langsung atau tidak langsung, hasil penugasan audit.


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) akan dihubungkan secara teoritis melalui kerangka konseptual. Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik komite audit, (dimana didalam penelitian ini karakteristik komite audit diteliti berdasarkan usia dan gender), Kompetensi Komite Audit (dimana penelitian ini diteliti berdasarkan tingkat pendidikan), Aktivitas Komite Audit (dimana penelitian ini diteliti berdasarkan jumlah pertemuan). Sedangkan variabel dependennya adalah kualitas audit. Hubungan antara variabel – variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

v

H1

H2

H3

H4

H5

Kualitas Audit

(Y)

Karakteristik Komite Audit

Usia (X1) Gender

(X2)

Kompetensi Komite Audit Tingkat Pendidikan

(X3)

Aktivitas Komite Audit Jumlah Pertemuan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Dilihat dari sudut pandang auditor, hasil audit dikatakan berkualitas jika mereka telah bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi ketidakpatutan auditee dan menjaga reputasi auditor. Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dinilai mampu meningkatkan tingkat kredibilitas laporan keuangan, karena KAP besar umumnya akan menjaga reputasi mereka dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas kinerja mereka dalam mengaudit suatu perusahaan.Seorang auditor dituntut untuk menghasilkan kualitas audit yang baik, karena laporan auditor begitu penting bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil berbagai keputusan.Sedangkan menurut pihak – pihak yang berkepentingan laporan audit dikatakan berkualitas jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material (no material misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditee.Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Keberadaan komite audit dinilai berpengaruh pada perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang disajikan akan menjadi lebih berkualitas. Karakteristik komite audit yang baik akan membawa pengaruh yang baik juga kepada perusahaan. Kompetensi yang dimiliki auditor dapat dilihat dari tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang merupakan karakteristik kognitif yang dapat mempengaruhi cara berpikir dan kemampuan dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi pendidikan anggota komite, makasemakin luas pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat memiliki solusi yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan.aktivitas rutin yang dilakukan komite audit dalam pelaksanaan tugasnya adalah melakukan pertemuan secara formal antar anggota komite, dewan komisaris, dewan direksi,


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maupun auditor eksternal. Pertemuan formal komite audit merupakan hal penting bagi kesuksesan kinerja komite audit.

2.4 Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011: 42), hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

2.4.1 Karkteristik Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Karakteristik komite audit dalam penelitian ini diproksikan berdasarkan usia, dan gender. Perbedaan pemikiran dan pandangan terhadap penyebab kesuksesan pria dan wanita dapat mempengaruhi proporsi keberadaan wanita pada beberapa jabatan.

Faktor usia dapat mempengaruhi kinerja anggota komite audit. Anggota komite audit yang berusia dewasa (usia 40-60 tahun) akan mencapai jenjang karir sejauh yang mereka mampu serta posisi kariryang paling stabil, kelompok usia ini merupakan masa pencapaian seseorang untuk mempertahankan kepuasan dalam karir yang membuat mereka lebih fokus pada pekerjaan. Semakin bertambah usia maka seseorang akan semakin bijaksana dalam menyikapi masalah dan lebih bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan.

Pengalaman yang dimiliki oleh orang yang semakin berumur akan membuat seseorang dapat memprioritaskan dan membagi waktu dengan lebih bijaksana yaitu dengan bekal praktik-praktik yang telah dilakukannya sebelumnya penelitian Rustiarini (2011) menunjukkan bahwa usia anggota komite audit berpengaruh negatif terhadap akrual lancar.


(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA H1 : Usia dalam komite audit berpengaruh terhadap accrual lancar

Anggapan bahwa selama ini kesuksesan pria berasal dari kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan yang diraih oleh wanita hanya berasal dari faktor keberuntungan yang menyebabkan wanita memiliki proporsi yang masih sedikit dalam beberapa jabatan yang penting dilingkup manajemen perusahaan. Meskipun demikian, perlu dipertimbangkan kembali bahwa keberadaan wanita memiliki sikap konservatisme yang tinggi dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan (Rustiarini, 2011).

Hal tersebut menyebabkan wanita dianggap cenderung memilih keputusan untuk menghindari resiko sehingga memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Oleh karena itu, keberadaan wanita dalam komite audit diharapkan dapat mengurangi tingkat akrual dalam laporan keuangan sehingga dimaksudkan dapat meningkatkan kualitas audit. Rustiarini (2011) mendapatkan hasil penelitian bahwa keberadaan wanita dalam komite audit berpengaruh negatif pada akrual lancar. Penelitian Carter et al., dalam Rustiarini (2011) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang atau lebih wanita dalam anggota dewan memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi daripada jumlah wanita yang kurang dari dua orang.

H2 : Keberadaan wanita dalam komite audit berpengaruhterhadap accrual lancar

2.4.2 Kompetensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Kompetensi bagi auditor mempunyai dua dimensi yaitu; pengalaman dan tingkat pendidikan. Komite aduit yang semakin berpengalaman dalam penugasan profesional audit akan dianggap mempunyai kompetensi yang tinggi. Semakin tinggi pendidikan komite audit, maka semakin luas pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat memiliki solusi yang lebih


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA baik dalam menyelesaikan permasalahan. Tingkat pendidikan pada jenjang universitas membantu anggota komite untuk memiliki peluang karir yang lebih menjanjikan.Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan anggota komite audit diharapkan dapat meningkatkan konservatisme komite audit sehingga mengurangi tingkat akrual.

Penelitian Alim dkk (2007), membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika komite audit memiliki kompetensi yang baik. Semakin auditor mempunyai kompetensi tinggi maka kualitas hasil audit akan semakin meningkat. Penelitian Rustiarini (2011), membuktikan bahwa tingkat pendidikan dapat mengurangi tingkat akrual, yang berarti meningkatkan kualitas audit.

H3 : Tingkat pendidikan dalam komite audit berpengaruh terhadap accrual lancar

2.4.3 Aktivitas Komite Audit terhadap Kualitas Audit

Adanya independensi yang baik akan semakin lengkap dan efektif dengan adanya keaktivan komite audit dalam mengadakan pertemuan. Semakin tinggi frekuensi pertemuan yang diadakan akan meningkatkan efektivitas komite audit dalam mengawasi manajemen agar tidak berusaha mengoptimalkan kepentingan sendiri.

Sharma et al. (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki komite audit dengan tingkat frekuensi pertemuan yang kecil akan cenderung menghasilkan laporan keuangan yang kurang berkualitas. Sehingga semakin tinggi tingkat frekuensi pertemuan dapat meminimalisasi manajemen laba. Biasanya komite audit bersidang tiga sampai empat kali dalam satu tahun. Penelitian Rustiarini (2011) juga menemukan hasil bahwa frekuensi pertemuan dapat membantu mengurangi tingkat akrual lancar.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 103 106

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

1 76 98

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bu

0 1 14

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 9

PENGARUH KARAKTERISTIK KEUANGAN PERUSAHAAN, KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT DAN KUALITAS AUDIT Pengaruh Karakteristik Keuangan Perusahaan, Karakteristik Komite Audit Dan Kualitas Audit Terhadap Frekuensi Rapat Komite Audit Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bu

0 1 20

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

0 0 11

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

0 0 1

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

0 0 7

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

0 0 3

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Kompetensi Komite Audit dan Aktivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di BEI

0 1 15