Analisisn Efektivitas Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Hampir semua negara, baik negara yang telah maju maupun negara sedang berkembang menghadapi masalah dalam memelihara kestabilan serta pertumbuhan ekonomi. Kestabilan ekonomi mencakup segi kestabilan tingkat harga, pendapatan serta tingkat kesempatan kerja, masalah kestabilan pemeliharaan kestabilan bersifat jangka pendek dan masalah pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Wijaya 1991).

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan fenomena penting yang dialami dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia mengalami perubahan yang nyata apabila disbanding sebelumnya. Sampai abad ke-18 kebanyaakan masyarakat diberbagai negara masih hidup pada tahap substensi dengan mata pencaharian utamanya disektor pertanian, perikana atau berburu. Pada masa saat ini keadaan sudah sangat jauh berbeda manusia telah mengalami kemajuan hal ini jelas terlihat dengan munculnya teknologi-teknologi pada masa saat ini. Mengenai masalah pertumbuhan ekonomi yang secara potensial dapat dicapai, dua hal penting yang dapat diingat, yakni faktor- faktor penentunya serta teori- teori yang menerangkan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara yang menyangkut perkembangan fiskal produksi barang industri dan jasa yang berlaku di suatu negara (Sukirno,2004:422-423). Seperti halnya teori Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi akan terjadi dengan beberapa asumsi seperti perekonomian dalam


(2)

keadaan pengerjaan penuh dan barang- barang modal yang terdiri dari masyarakat penuh, modal tersebut digunakan pula secara penuh, perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional dalam hal ini fungsi tabungan dimulai dari titik nol, kecenderungan untuk menabung besarnya tetap demikian juga rasio antara modal-output. Menurut Harrod-Domar setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang –barang modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut diperlukan investasi- investasi baru sebagai tambahan stok modal. Artinya jika ingin tumbuh perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi tertentu dan output totalnya. Semakin banyak tabungan dan investasi pertumbuhan ekonomi semakin cepat (Linco,2004:64-67).

Disisi lain krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 mengawali lumpuhnya kegiatan ekonomi, hal ini ditandai dengan penurunan secara drastis nilai tukar rupiah terhadap dollar, sehingga kondisi tersebut merambah ke berbagai sektor seperti halnya penutupan beberapa perusahaan, likuidasi beberapa bank, PHK besar- besaran dan harga sembako yang kian melonjak serta tingkat inflasi mencapai 65%, diikuti pula kemerosotan nilai IHSG di pasar modal. Hingga tahun 1998 ekonomi Indonesia terus merosot dan jatuh, sebagai konsekuensinya Bank Indonesia terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing khususnya dollar, sehingga nilai tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Peter Ducker (1980) mengatakan bahwa gejala


(3)

ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan sektor moneter dengan laju pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah uang yang beredar tanpa diimbangi pergerakan yang berarti dari sektor perdagangan /jasa sehingga mengakibatkan nilai uang menjadi turun sementara harga - harga melonjak naik. Situasi seperti ini menyebabkan terjadi pertumbuhan inflasi. Untuk menjamin kestabilan moneter tersebut, peranan pemerintah dalam hal ini Bank Sentral amat sangat diperlukan. Kondisi tersebut merupakan indikator utama yang melatarbelakangi pemerintah untuk melakukan perombakan kebijakan dibidang moneter khususnya. Kebijakan moneter tersebut diharapkan menjadi indikator bagi kondisi perekonomian pada masa itu. Mengingat tujuan kebijakan moneter sebagai penggerak tumbuh kembangnya perekonomian sehingga menjadi prospek didalam mencapai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat (Friendmen). Kebijakan moneter dapat berfungsi sebagai stimulus perekonomian karena berkaitan dengan GDP, nilai tukar, suku bunga, terutama di negara- negara berkembang seperti Indonesia.

Para pengambil keputusan menggunakan kebijakan moneter sebagai kebijakan instrumen untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu negara. Menurut Miskhin (1995) kebijakan moneter merupakan instrumen penting untuk mempengaruhi perubahan output, tetapi tidak jarang kebijakan moneter menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Dengan demikian untuk dapat melaksanakan kebijakan moneter secara tepat, otoritas moneter perlu menilai secara akurat waktu dan memahami mekanisme dari kebijakan moneter. Pada tatanan teoritis terdapat dua pandangan yang berpengaruh didalam mengambil


(4)

keputusan, yakni pandangan tradisionalis dan pandangan kredit. Pandangan tradisionalis menitikberatkan output merespon kebijakan moneter pada tingkat agregat, dengan berasumsi pasar modal dapat bekerja dengan baik dan otoritas moneter mengendalikan peredaran uang yang mempengaruhi asset relatif serta mencakup jalur suku bunga dan asset pada neraca bank. Sementara pandangan kredit beranggapan pasar modal tidak bekerja secara sempurna. Jalur transmisinya didasarkan pada supply pinjaman bank yang sensitif terhadap kebijakan moneter.

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui berbagai sasaran seperti mengatur persediaan uang negara, menahan inflasi, mencapai pekerja penuh. Kebijakan moneter dapat melibatkan standar bunga pinjaman, kapitalisasi untuk bank bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir baik mlalui persetujuan negoisasi dengan pemerintah. Kebjakan moneter pada dasarnya merupakan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal ( keseimbangan neraca pembanyaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro dalam hal menjaga stabilisasi ekonomi yang di ukur dengan kesempatan kerja, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan keadaan tersebut. Pengaruh kebijakan moneter akan dirasakan pertama kali oleh sektor perbankan yang kemudian ditransfer pada sektor rill (Sukirno, 2004:310). Menurut Bank Indonesia kebijakan moneter merupakan bentuk pengendalian


(5)

agregat moneter didalam mencapai perkembangan kegiatan pertumbuhan ekonomi dan kinerja yang diediakan. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan moneter melakukan instrument tersebut: Operasi Pasar Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib Minimum dan Himbauaan Moral. Hal tersebut dimaksudkan untuk menstabilkan rupiah dan harga- harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi dan mengarah pada pertumbuhan ekonomi indonesia. Dimana pertumbuhan ekonomi yang stabil merupakan syarat keberhasilan pembangunan disuatu negara.

Todaro (1990) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi pada hampir semua negara dewasa ini. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaiaan tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik bagi penduduknya. Dimana pertumbuhan ekonomi merupakamm masalah ekonomi dalam jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara seperti pertamabahan dan jumlah barang industry , perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah pertambahan produksi barang dan jasa serta pertambahan produksi modal. Kebijakan moneter ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena moneter yang stabil adalah penting bagi pertumbuhan ekonomi yang mantap dan Bank Sentral memiliki tanggung jawab berkaitan dengan upaya stabilitas moneter.

Seperti halnya negara - negara lain, Indonesia juga memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara yang bias ditempuh adalah melalui stabilitas moneter yang kuat dengan menerapkan kebijakan dibidang moneter yang lebih tepat serta kondusif. Sehingga nantinya diharapkan dapat


(6)

menunjang pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan yang diharapkan pemerintah Indonesia. Dalam melihat tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun digambarkan dengan penyajian data PDB yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan moneter didalam suku bunga SBI. Kebijakan moneter sering kali digunakan untuk menguatkan usaha memajukan pergantian makro ekonomi melalui pasar keuangan. Dalam analisinya variabel PDB apakah mempunyai pengaruh terhadap pergerakan suku bunga SBI sementara didalam analisis lainnya suku bunga SBI memiliki pengaruh terhadap pertubuhan ekonomi, yakni jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan maka tingkat suku bunga di bank- bank juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito menjadi lebih meningkat sementara tingkat suku bunga pinjaman perbankan akan naik dan berdampak pada turunnya pendapatan perusahaan. Hal ini karena pembayaran jumlah bunga hutang akan naik dan mengakibatkan jumlah produksi berkurang. Perusahaan tidak sanggup melakukan pembiayaan produksi secara optimal hal tersebuat akan berdampak pada tenaga kerja. Dalam kondisi yang demikian untuk meminimalkan pembiayaan perusahaan karena produksi menurun, perusahaan akan melakukan PHK yang berdampang pada kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan dalam keadaannya tingkat penggangguran juga akan meningkat.

Kenaikan tingkat suku bunga yang tidak wajar dapat menggangu aktivitas ekonomi. Bunga yang tinggi mampu menghimpun dana baik dalam bentuk deposito maupun tabungan dana yang disalurkan melalui kredit. Sementara bunga yang terlalu rendah akan mengurangi niat masyarakat menabung dan mendorong


(7)

aliran dana keluar negeri akibatnya bank-bank akan kesulitan menghimpun dana. Begitu juga dengan nilai tukar yang realistis dan perubahannya yang rendah dapat meningkatkan penurunan kredit untuk usaha yang roduktif sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Naik turunya perekonomian suatu negara tidak terlepas dari kebijakan moneter serta faktor- faktor ekonomi dan non ekonomi.

Kondisi perekonomian yang tinggi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa PDB mengalami kenaikan. PDB merupakan nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu kekuatan yang mendukung prospek pembangunan ekonomi di Indonesia. Peningkatan PDB menunjukkan peningkatan dari kesejahteraan dan harapan hidup masyarakat, sehingga hal tersebut akan meningkatkan kualitas masyarakat untuk berproduksi serta melakukan investasi. Produksi yang tinggi diimbangi dengan investasi yang tinggi akan menyebabkan perluasan kesempatan kerja dan mencapai pembangunan ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menganilis sejauh mana target yang telah dicapai dengan adanya kebijakan moneter yakni didalam pergerakan suku bunga SBI terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi atau PDB di Indonesia. Apakah dengan adanya kebijakan moneter tersebut ekonomi Indonesia akan semakin tumbuh atau malah sama sekali tidak merangsang pertumbuhan ekonomi. Serta apakah pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan ketergantungan terhadap kebijakan moneter yang menyangkut suku bunga SBI. Untuk itu penulis

mengambil judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap


(8)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengambil keputusan pada akhir penulisan, terkait bentuk- bentuk kebijakan moneter yang ada sebelumnya di Indonesia apakah mempunyai ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya dapat menciptakan pembangunan ekonomi seperti yang diharapkan.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Apakah kebijakan moneter melalui suku bunga SBI mempengaruhi kenaikan

PDB di Indonesia?

2. Apakah terdapat hubungan ketergantungan timbal balik antara kebijakan

moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan dan teori di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh negatif antara kebijakan moneter didalam suku bunga SBI

terhadap tingkat PDB di Indonesia.

2. Terdapat hubungan ketergantungan timbal balik antara kebijakan moneter dan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(9)

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan moneter dalam tingkat suku bunga SBI

terhadap tumbuh kembangnya perekonomian di Indonesia.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan ilmiah penulis

khususnya menyangkut Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur dan informasi bagi mahasiswa/i

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai masukan bagai kalangan mahasiwa/i yang ingin melakukan penelitian

lebih lanjut.

4. Sebagai pertimbangan dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan moneter


(1)

keputusan, yakni pandangan tradisionalis dan pandangan kredit. Pandangan tradisionalis menitikberatkan output merespon kebijakan moneter pada tingkat agregat, dengan berasumsi pasar modal dapat bekerja dengan baik dan otoritas moneter mengendalikan peredaran uang yang mempengaruhi asset relatif serta mencakup jalur suku bunga dan asset pada neraca bank. Sementara pandangan kredit beranggapan pasar modal tidak bekerja secara sempurna. Jalur transmisinya didasarkan pada supply pinjaman bank yang sensitif terhadap kebijakan moneter.

Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui berbagai sasaran seperti mengatur persediaan uang negara, menahan inflasi, mencapai pekerja penuh. Kebijakan moneter dapat melibatkan standar bunga pinjaman, kapitalisasi untuk bank bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terakhir baik mlalui persetujuan negoisasi dengan pemerintah. Kebjakan moneter pada dasarnya merupakan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal ( keseimbangan neraca pembanyaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro dalam hal menjaga stabilisasi ekonomi yang di ukur dengan kesempatan kerja, serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan keadaan tersebut. Pengaruh kebijakan moneter akan dirasakan pertama kali oleh sektor perbankan yang kemudian ditransfer pada sektor rill (Sukirno, 2004:310). Menurut Bank Indonesia kebijakan moneter merupakan bentuk pengendalian


(2)

agregat moneter didalam mencapai perkembangan kegiatan pertumbuhan ekonomi dan kinerja yang diediakan. Untuk mencapai tujuan tersebut kebijakan moneter melakukan instrument tersebut: Operasi Pasar Terbuka, Fasilitas Diskonto, Rasio Cadangan Wajib Minimum dan Himbauaan Moral. Hal tersebut dimaksudkan untuk menstabilkan rupiah dan harga- harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi dan mengarah pada pertumbuhan ekonomi indonesia. Dimana pertumbuhan ekonomi yang stabil merupakan syarat keberhasilan pembangunan disuatu negara.

Todaro (1990) mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi pada hampir semua negara dewasa ini. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaiaan tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik bagi penduduknya. Dimana pertumbuhan ekonomi merupakamm masalah ekonomi dalam jangka panjang. Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara seperti pertamabahan dan jumlah barang industry , perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah pertambahan produksi barang dan jasa serta pertambahan produksi modal. Kebijakan moneter ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena moneter yang stabil adalah penting bagi pertumbuhan ekonomi yang mantap dan Bank Sentral memiliki tanggung jawab berkaitan dengan upaya stabilitas moneter.

Seperti halnya negara - negara lain, Indonesia juga memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara yang bias ditempuh adalah melalui stabilitas moneter yang kuat dengan menerapkan kebijakan dibidang moneter yang lebih tepat serta kondusif. Sehingga nantinya diharapkan dapat


(3)

menunjang pertumbuhan ekonomi yang sesuai dengan yang diharapkan pemerintah Indonesia. Dalam melihat tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun digambarkan dengan penyajian data PDB yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, serta kebijakan moneter didalam suku bunga SBI. Kebijakan moneter sering kali digunakan untuk menguatkan usaha memajukan pergantian makro ekonomi melalui pasar keuangan. Dalam analisinya variabel PDB apakah mempunyai pengaruh terhadap pergerakan suku bunga SBI sementara didalam analisis lainnya suku bunga SBI memiliki pengaruh terhadap pertubuhan ekonomi, yakni jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan maka tingkat suku bunga di bank- bank juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito menjadi lebih meningkat sementara tingkat suku bunga pinjaman perbankan akan naik dan berdampak pada turunnya pendapatan perusahaan. Hal ini karena pembayaran jumlah bunga hutang akan naik dan mengakibatkan jumlah produksi berkurang. Perusahaan tidak sanggup melakukan pembiayaan produksi secara optimal hal tersebuat akan berdampak pada tenaga kerja. Dalam kondisi yang demikian untuk meminimalkan pembiayaan perusahaan karena produksi menurun, perusahaan akan melakukan PHK yang berdampang pada kurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan dalam keadaannya tingkat penggangguran juga akan meningkat.

Kenaikan tingkat suku bunga yang tidak wajar dapat menggangu aktivitas ekonomi. Bunga yang tinggi mampu menghimpun dana baik dalam bentuk deposito maupun tabungan dana yang disalurkan melalui kredit. Sementara bunga yang terlalu rendah akan mengurangi niat masyarakat menabung dan mendorong


(4)

aliran dana keluar negeri akibatnya bank-bank akan kesulitan menghimpun dana. Begitu juga dengan nilai tukar yang realistis dan perubahannya yang rendah dapat meningkatkan penurunan kredit untuk usaha yang roduktif sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Naik turunya perekonomian suatu negara tidak terlepas dari kebijakan moneter serta faktor- faktor ekonomi dan non ekonomi.

Kondisi perekonomian yang tinggi merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa PDB mengalami kenaikan. PDB merupakan nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu kekuatan yang mendukung prospek pembangunan ekonomi di Indonesia. Peningkatan PDB menunjukkan peningkatan dari kesejahteraan dan harapan hidup masyarakat, sehingga hal tersebut akan meningkatkan kualitas masyarakat untuk berproduksi serta melakukan investasi. Produksi yang tinggi diimbangi dengan investasi yang tinggi akan menyebabkan perluasan kesempatan kerja dan mencapai pembangunan ekonomi.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menganilis sejauh mana target yang telah dicapai dengan adanya kebijakan moneter yakni didalam pergerakan suku bunga SBI terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi atau PDB di Indonesia. Apakah dengan adanya kebijakan moneter tersebut ekonomi Indonesia akan semakin tumbuh atau malah sama sekali tidak merangsang pertumbuhan ekonomi. Serta apakah pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan ketergantungan terhadap kebijakan moneter yang menyangkut suku bunga SBI. Untuk itu penulis mengambil judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” dalam bentuk skripsi.


(5)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengambil keputusan pada akhir penulisan, terkait bentuk- bentuk kebijakan moneter yang ada sebelumnya di Indonesia apakah mempunyai ketergantungan terhadap pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya dapat menciptakan pembangunan ekonomi seperti yang diharapkan.

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;

1. Apakah kebijakan moneter melalui suku bunga SBI mempengaruhi kenaikan PDB di Indonesia?

2. Apakah terdapat hubungan ketergantungan timbal balik antara kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?

1.3Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan permasalahan dan teori di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh negatif antara kebijakan moneter didalam suku bunga SBI terhadap tingkat PDB di Indonesia.

2. Terdapat hubungan ketergantungan timbal balik antara kebijakan moneter dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.


(6)

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan moneter dalam tingkat suku bunga SBI terhadap tumbuh kembangnya perekonomian di Indonesia.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperdalam pengetahuan dan menambah wawasan ilmiah penulis khususnya menyangkut Kebijakan Moneter dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

2. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur dan informasi bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai masukan bagai kalangan mahasiwa/i yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Sebagai pertimbangan dalam memproyeksi dan mengambil kebijakan moneter dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.