Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Ringan dan Perokok Sedang

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu dimana telinga tengah adalah ruang di
dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius (Tortora, 2009).
Perjalanan OMA terdiri atas beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan
berkembang menjadi pus oleh karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya
tanda inflamasi akut, serta munculnya gejala otalgia, iritabilitas, dan demam
(Linsk et al., 2002; Kaneshiro, 2010; WHO, 2006). Dikatakan

juga bahwa

pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran nafas atas. Pada anak-anak
semakin sering terserang infeksi saluran nafas, makin besar kemungkinan terkena
OMA (Djaafar, 2007). Penyebab Otitis Media Akut didominasi oleh infeksi
bakteri dan sepertiga kasus disebabkan oleh virus. Sepertiga kasus dari infeksi

bakteri disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan sepertiga kasus untuk
Haemophilus influenza (Worrall, 2007).
Di negara-negara dengan ekonomi rendah, khususnya Indonesia, OMA
termasuk penyakit yang umum terjadi (WHO, 2007). Oleh karena itu, OMA perlu
mendapat perhatian khusus agar penyakit ini dapat dicegah dan tidak terus
berkembang. Pada penderita yang sudah atau rentan terkena OMA perlu
mendapatkan penangan yang adekuat dan layak agar tidak berkembang menjadi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Pada tiap-tiap negara OMA memiliki
angka kejadian yang bervariasi (Aboet, 2006). Center for Disease Control and
Prevention (CDC) mempunyai suatu program yang disebut CDC’s Active
Bacterial Core Surveillance (ABCs) menunjukkan bahwa kasus OMA terjadi
sebanyak enam juta kasus per tahun di Amerika Serikat. Selain itu, Meropol et al.
(2008) juga menyatakan bahwa terdapat 45-62% pemberian antibiotik pada anak-

2

anak di Amerika Serikat disebabkan terkena OMA. Studi lain melaporkan bahwa
70% dari anak-anak mengalami > 1 kali serangan OMA sebelum berusia 2 tahun.
Di Indonesia, belum ada data yang akurat untuk menunjukkan prevalensi,
insidensi maupun angka kejadian OMA. Penelitian oleh Titisari yang dilakukan di

Departemen THT FKUI RSCM & poli THT RSAB Harapan Kita menunjukkan
terdapat 43 pasien yang mengalami OMA antara Agustus 2004 sampai Februari
2005.
OMA adalah penyakit yang lazim terjadi pada anak-anak dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya. Hal itu disebabkan posisi tuba eustachius anakanak pada fase perkembangan telinga tengah lebih horizontal, pendek, dan lebar
dengan drainase yang minimal dibandingkan usia dewasa (Tortora, 2009). Faktorfaktor lain yang mempengaruhi kerjadian OMA yaitu banyaknya paparan asap
rokok, waktu pemberian ASI eksklusif, lingkungan bermain dan tempat tinggal
anak, penurunan sistem imun, serta riwayat OMA pada keluarga. Gejala yang
serius seperti demam, otalgia dan otorrhea dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
anak dan memiliki dampak negatif yang besar pada kualitas hidup mereka (Wang
et al., 2011). Puncak kejadian OMA terjadi antara usia 6 sampai 12 bulan dan
lebih dari 80% anak-anak didiagnosis dengan OMA pada usia 3 tahun (Coticchia,
2013). OMA apabila tidak ditangani dengan antibiotik yang tepat dapat
menimbulkan komplikasi, yaitu OMSK, meningitis dan abses otak (Djaafar,
2007). Untuk itu pencegahan ataupun penanganan terhadap OMA sangat penting,
sehingga informasi akan faktor-faktor resiko OMA sangat dibutuhkan. Maka
peneliti tertarik ingin melakukan penelitian tentang karakteristik pasien yang
menderita Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita Otitis Media Akut
di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.

3

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis
Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan usia
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan jenis
kelamin
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan gejala
klinis
d. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien

OMA berdasarkan


stadium OMA
e. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan sisi
telinga yang terkena OMA
f. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan riwayat
ISPA
g. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan riwayat
pemberian ASI
h. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan riwayat
penitipan anak
i.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien
paparan asap rokok

OMA berdasarkan

4

j.


Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien OMA berdasarkan riwayat
pemakaian dot

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor-faktor resiko
yang dapat menyebabkan Otits Media Akut.
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam hal pengawasan dan penanggulangan
penyakit Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan.
c. Memberikan informasi kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara

dan

lembaga

pendidikan

lainnya


mengenai

karakteristik-

karakteristik pada penderita Otitis Media Akut.
d. Menambah wawasan peneliti mengenai Otitis Media Akut dan
mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
e. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya di bidang Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher.