Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik.
Badan Pengawas Pasar Modal dalam peraturannya mewajibkan bahwa laporan keuangan
tahunan yang dilaporkan perusahaan yang go public harus terlebih dahulu diaudit oleh
akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keharusan
laporan keuangan diaudit mendorong Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan kualitas
atas hasil auditnya. Seperti yang dinyatakan Ali dan Hilmi (2008) bahwa KAP yang lebih
besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik dibandingkan kantor akuntan
publik kecil.
Kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan
auditnya. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat penting bagi tingkat
manfaat dan nilai laporan tersebut. Semakin singkat jarak waktu antara akhir periode
akuntansi dengan tanggal penyampaian laporan keuangan, maka semakin banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari laporan keuangan tersebut sedangkan semakin panjang periode
antara akhir tahun dengan penyampaian laporan keuangan maka akan semakin tinggi
kemungkinan informasi tersebut dibocorkan pada pihak yang berkepentingan.
Disepanjang tahun 2011 ada 116 (45%) emiten yang menerima sanksi denda dari BEI,
sedangkan disepanjang semester pertama 2012 denda yang diterima BEI dari emiten
mencapai Rp.5,49 miliar dengan jumlah emiten sebanyak 74 perusahaan yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan kuartal pertama. Keterlambatan penyampaian laporan
1
2
keuangan perusahaan kepada publik berdampak pada pengenaan sanksi secara berjenjang.
(Bursa Efek Jakarta,2013)
Berbagai penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah
dilakukan. Penelitian ini mengkonfirmasi kembali kesimpulan dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hilmi dan Ali (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba
cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dan apabila
mengalami kerugian perusahaan tersebut akan lebih lambat dalam penyampaian laporan
keuangannya.
Pelaporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan
berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki
serta kinerjanya kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan atas informasi tersebut.
Salah satu informasi yang penting bagi pemakai yang berkaitan dengan laporan keuangan
adalah informasi Leverage keuangan dan profitabililitas perusahaan. Para pemakai sering
menjadikan leverage keuangan yang diukur dengan debt to equity ratio dan profitabilitas
perusahaan yang berasal dari laporan keuangan sebagai salah satu indikator untuk landasan di
dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Hilmi dan Ali (2004) menyatakan bahwa rasio
leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Sedangkan rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas digunakan untuk menunjukkan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.
Pelaporan keuangan perusahaan dianggap pemakai utama (investor dan kreditor)
sebagai good news dan bad news. Good news memiliki arti bahwa informasi yang disajikan
dianggap sebagai hal penting dan dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan kredit dan
keputusan investasi. Adapun bad news mempunyai pengertian bahwa informasi yang
3
disajikan tidak dapat memenuhi informasi kunci sehingga investor dan kreditor sebagai
pengguna utama memandang bahwa financial reporting masih bermanfaat namun perlu
diperbaiki. Investor sebagai pemegang saham atau pemilik perusahaan dari pihak luar
memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui tingkat kembalian (rate of return) atas
investasi dan membantu untuk memutuskan tindakan baik untuk membeli, menahan, atau
menjual saham-saham perusahaan.
Hendriksen dan Breda (2000) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi harus
relevan bagi pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan input ke dalam
model keputusan para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya apabila relevan dan handal. Informasi
yang relevan adalah informasi yang predictable, mempunyai feed back value serta tepat
waktu (Annisa, 2004). Hal ini mencerminkan betapa ketepatwaktuan (timeliness) merupakan
salah satu factor penting dalam penyajian laporan keuangan kepada publik sehingga
perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangannya agar informasi
tersebut tidak kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan
keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor
X.K.6/2002 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten Dan Perusahaan
Publik menyatakan Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah tahun buku
berakhir. Setiap Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan tahunan paling
sedikit 2 (dua) eksemplar, satu di antaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan
dalam salinan elektronik (soft copy), serta disediakan di laman (website) perusahaan.
4
Laporan tahunan dalam bentuk asli ditunjukkan dengan surat pernyataan bermaterai
sebagaimana Formulir Lampiran 1 Peraturan ini yang menyatakan keaslian laporan tahunan.
Surat pernyataan dimaksud wajib ditandatangani secara langsung oleh direktur utama
perusahaan
dan
dilekatkan
pada
laporan
tahunan.
Kemudian
diperketat
dengan
dikeluarkannya Kep-17/PM/2002 dan telah diperbaharui dengan Peraturan Bapepam Nomor
X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 36/PM/2003 yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat
yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga
(90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Penyempurnaan peraturan ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat
memperoleh informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi serta
menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam
akan dikenakan sanksi administratif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh
pada tahun 1997 Bapepam mengumumkan telah memberikan peringatan secara resmi dan
mengenakan denda sebesar Rp. 2,98 miliar kepada 170 perusahaan atas keterlambatan
penyampaian laporan keuangan (Na’im, 1999).
Penelitian-penelitian yang menganalisis faktor-faktor penyebab perusahaan tidak
mampu memenuhi ketepatan waktu pelaporan keuangan telah dilakukan di beberapa negara
seperti Amerika dan Australia, antara lain penelitian Dyer dan McHugh (1975), Davis dan
Whittred (1980), Givoly dan Palmon (1981), Schwartz dan Soo (1996). Penelitian
sebelumnya menemukan bukti empiris bahwa keterlambatan pelaporan keuangan dipengaruhi
oleh berita buruk perusahaan, seperti keterlambatan pelaporan keuangan dihubungkan dengan
kesulitan keuangan, qualified opinion oleh auditor, dan keterlambatan audit. Oktorina dan
Suharli (2005) meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan
5
dengan menggunakan 120 perusahaan di Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan. Owusu dan Ansah (2000) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu laporan keuangan di pasar modal yang berkembang di
Zimbabwe. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa hanya ukuran perusahaan
dan profitabilitas yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan
laporan keuangan tahunan yang diaudit.
Audit merupakan suatu cara akuntan untuk menyelesaikan masalah manipulasi
akuntansi, walaupun tingkat audit yang optimal tidak diketahui namun tampaknya hal
tersebut belum tercapai sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas audit terus
dilakukan (Baridwan dan Hariani, 2010). Baridwan dan Hariani (2010) menganjurkan
berbagai perbaikan audit dan komite audit dalam keprihatinannya terhadap manipulasi
akuntansi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Sarbanes Oxley Act (SOX) juga
melakukan perbaikan dan pengetatan pada komponen audit maupun pendukungnya. Usaha
peningkatan kualitas audit ini dilakukan dengan mensyaratkan pendidikan minimum per
tahun, membatasi masa perikatan (tenur) auditor dengan kliennya, serta membentuk komite
audit (Baridwan dan Hariani, 2010).
Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin
meningkatkan kinerja perusahaan. Memaksimalkan kinerja perusahaan sangat penting bagi
suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan kinerja perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen tersebut bermuara pada fungsi keuangan tepatnya pada
fungsi kegiatan pemebelanjaan perusahaan. Suatu keputusan yang diambil manajer dalam
suatu kegiatan pembelanjaan perusahaan harus dipertimbangkan secara teliti mengenai sifat
6
dan biaya dari sumber dana yang dipilih. Masing-masing sumber dana memiliki konsekuensi
keuangan yang berbeda. Sumber dana perusahaan berada pada sisi pasiva neraca, mulai dari
hutang dagang hingga laba ditahan. Seluruh perkiraan tersebut lebih dikenal dengan nama
struktur keuangan (Riyanto, 2001).
Industri merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan
secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk
yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Perkembangan industri di
Indonesia cecara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.
Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manukfaktur lebih sering terlihat
merosot.
Industri sektor finanace merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan dalam
industry finanace dengan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan
antar perusahaan finanace. Persaingan membuat setiap perusahaan finanace berusaha
meningkatkan kinerja perusahaan untuk mencapai tujuan seperti memperoleh laba yang
tinggi. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan harus
berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan. Dengan adanya perencanaan yang
matang dalam menentukan struktur modal, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi persaingan bisnis. Salah satu upaya
perusahaan untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja perusahaannya adalah
mengukur kemampuan struktur modal dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas
perusahaan.
7
Tujuan utama perusahaan finanace adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidahwati, 2002). Kinerja
perusahaan dapat dilihat melalui kegiatan pasar atau kinerja perusahaan dari ekuitasnya.
Kegiatan pasar merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan
pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari
investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin
pada nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran kinerja
perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya
juga baik. Kinerja perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika harga saham
perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan tersebut juga baik,
kinerja perusahaan dapat di tingkatkan dengan meningkatkan kinerja perusahaan.
Sumber dana perusahaan finanace dari internal berasal dari laba ditahan dan
depresiasi. Sumber dana eksternal perusahaan finanace berasal dari kreditur pemenuhan
kebutuhan dana yang berasal dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan. Dana
yang diperoleh dari para pemilik perusahaan finanace merupakan modal sendiri. Tujuan
perusahaan finanace dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan kinerja perusahaan
dengan meminimumkan biaya ekuitas perusahaan. Penggunaan kebijakan hutang bisa
digunakan untuk menciptakan kinerja perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang
juga tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait dengan ukuran perusahaan,
artinya perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik
relative lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan
bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar
modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk
menjalankan operasional perusahaan tersebut.
8
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba (Tangkilisan, 2003). Menurut Tandelilin (2001)
menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar
kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian
investasi (ROA) perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli
saham tersebut.
Penentuan proporsi hutang dan modal sendiri dalam penggunaannya sebagai sumber
dana perusahaan berkaitan erat dengan struktur modal. Usaha untuk meningkatkan kinerja
perusahaan berkaitan erat dengan penentuan struktur modal optimal yang dilakukan oleh
manajemen dan pemegang saham (shareholders). Struktur modal merupakan perbandingan
antara hutang dan ekuitas atau yang lebih dikenal dengan istilah Debt to Equity Ratio (DER)
(Husnan, 2004). DER menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, DER yang semakin
tinggi menunjukkan resiko yang semakin tinggi demikian sebaliknya. Tingginya rasio DER
menunjukkan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor cenderung lebih
tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu, jika besarnya rasio DER
lebih dari satu mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya
tinggi. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha agar tingkat DER yang dimiliki tidak lebih
dari satu dalam struktur pendanaannya (Brigham dan Houston, 2001).
Perusahaan yang terlambat dalam pelaporan keuangan perusahaan adalah akibat buruk
yang ditanggung perusahaan seperti yang pernah terjadi di pasar modal Australia terdapat 38
perusahaan yang sahamnya dilarang diperdagangkan karena 38 perusahaan tersebut gagal
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan batas waktu penyampaian. Sedangkan akibat
secara tidak langsung yaitu para investor mungkin akan menanggapi sebagai sinyal buruk
bagi perusahaan. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat penting bagi
9
tingkat manfaat dan nilai laporan tersebut. Semakin singkat jarak waktu antara akhir periode
akuntansi dengan tanggal penyampaian laporan keuangan, maka semakin banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari laporan keuangan tersebut sedangkan semakin panjang periode
antara akhir tahun dengan penyampaian laporan keuangan maka akan semakin tinggi
kemungkinan informasi tersebut dibocorkan pada pihak yang berkepentingan.
Berbagai penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah
dilakukan. Penelitian ini mengkonfirmasi kembali kesimpulan dari penelitian penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hilmi dan Ali (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba
cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dan apabila
mengalami kerugian perusahaan tersebut akan lebih lambat dalam penyampaian laporan
keuangannya.
Bandi dan Hananto (2000) meneliti hubungan ketepatan waktu pelaporan keuangan
dengan reaksi pasar atas ketepatan waktu. Dari penelitian tersebut ditemukan bukti empiris
bahwa keterlambatan antara perusahaan besar dan kecil berbeda. Temuan empiris lain dalam
penelitian ini, yaitu ketepatan waktu pelaporan antara pelaporan sebelum dan sesudah waktu
yang diharapkan tidak berpengaruh pada harga saham. Dalam penelitian Oktorina dan Suharli
(2005) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan. Sedangkan debt to equity ratio dan profitabilitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Hasil penelitian
Vita (2012) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio dan
profitabilitas secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan
10
perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak
berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan finanace yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan adanya hasil penelitian terdahulu maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan dan Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan komite audit
sebagai variabel moderating.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Return on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio,
Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan Operation Complexcity secara simultan dan
parsial berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada Perusahaan
Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia?.
2. Apakah komite audit merupakan variabel moderating yang memperkuat atau
memperlemah hubungan antara Return on Asset, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan
Operation Complexcity dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada Perusahaan
Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia?.
11
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip, Operation
Complexcity dan komite audit secara simultan dan parsial terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menguji dan menganalisis komite audit sebagai variabel moderating yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara Return on Asset, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider
Ownersip dan Operation Complexcity dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh Return
on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider
Ownersip, Insider Ownersip, Operation Complexcity terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan
komite audit sebagai variabel moderating.
2. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi
terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisis pengaruh untuk menguji pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan
Operation Complexcity terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada
12
Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan komite audit sebagai
variabel moderating.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi temuan empiris yang sudah ada
dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah pada masa akan datang
dan memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya.
4. Bagi Calon Investor diharapkan untuk memberikan informasi bagi calon investor
sebelum melakukan investasi pada perusahan finanace.
1.5 Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Vita (2012) dengan judul Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan Waktu pelaporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt
to Equity Ratio dan profitabilitas secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
opini auditor tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Beda penelitian ini dengan penelitian Vita (2012) adalah :
1.
Variabel independen penelitian Vita (2012) adalah Debt to Equity Ratio, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan opini auditor sedangkan variabel independen penelitian ini adalah
Return on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider
Ownersip, Insider Ownersip dan Operation Complexcity.
2.
Penelitian Vita (2012) tidak menggunakan variabel moderating, sedangkan penelitian ini
menggunakan variabel komite audit sebagai variabel moderating.
13
3.
Variabel dependen dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel ketepatan
waktu pelaporan keuangan.
4.
Periode penelitian Vita (2012) memiliki batasan pengambilan data dalam kurun waktu
2007- 2011, sedangkan periode penelitian ini dalam kurun waktu 2009 – 2012 dengan
segmentasi pada perusahan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
5.
Objek Penelitian Vita (2012) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Indonesia sedangkan objek penelitian ini di perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek
Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik.
Badan Pengawas Pasar Modal dalam peraturannya mewajibkan bahwa laporan keuangan
tahunan yang dilaporkan perusahaan yang go public harus terlebih dahulu diaudit oleh
akuntan yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keharusan
laporan keuangan diaudit mendorong Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan kualitas
atas hasil auditnya. Seperti yang dinyatakan Ali dan Hilmi (2008) bahwa KAP yang lebih
besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan lebih baik dibandingkan kantor akuntan
publik kecil.
Kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan
auditnya. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat penting bagi tingkat
manfaat dan nilai laporan tersebut. Semakin singkat jarak waktu antara akhir periode
akuntansi dengan tanggal penyampaian laporan keuangan, maka semakin banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari laporan keuangan tersebut sedangkan semakin panjang periode
antara akhir tahun dengan penyampaian laporan keuangan maka akan semakin tinggi
kemungkinan informasi tersebut dibocorkan pada pihak yang berkepentingan.
Disepanjang tahun 2011 ada 116 (45%) emiten yang menerima sanksi denda dari BEI,
sedangkan disepanjang semester pertama 2012 denda yang diterima BEI dari emiten
mencapai Rp.5,49 miliar dengan jumlah emiten sebanyak 74 perusahaan yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan kuartal pertama. Keterlambatan penyampaian laporan
1
2
keuangan perusahaan kepada publik berdampak pada pengenaan sanksi secara berjenjang.
(Bursa Efek Jakarta,2013)
Berbagai penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah
dilakukan. Penelitian ini mengkonfirmasi kembali kesimpulan dari penelitian-penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hilmi dan Ali (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba
cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dan apabila
mengalami kerugian perusahaan tersebut akan lebih lambat dalam penyampaian laporan
keuangannya.
Pelaporan keuangan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan
berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomi mengenai sumber daya yang dimiliki
serta kinerjanya kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan atas informasi tersebut.
Salah satu informasi yang penting bagi pemakai yang berkaitan dengan laporan keuangan
adalah informasi Leverage keuangan dan profitabililitas perusahaan. Para pemakai sering
menjadikan leverage keuangan yang diukur dengan debt to equity ratio dan profitabilitas
perusahaan yang berasal dari laporan keuangan sebagai salah satu indikator untuk landasan di
dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Hilmi dan Ali (2004) menyatakan bahwa rasio
leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang telah dibiayai oleh penggunaan hutang.
Sedangkan rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas digunakan untuk menunjukkan
keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.
Pelaporan keuangan perusahaan dianggap pemakai utama (investor dan kreditor)
sebagai good news dan bad news. Good news memiliki arti bahwa informasi yang disajikan
dianggap sebagai hal penting dan dapat digunakan sebagai pengambilan keputusan kredit dan
keputusan investasi. Adapun bad news mempunyai pengertian bahwa informasi yang
3
disajikan tidak dapat memenuhi informasi kunci sehingga investor dan kreditor sebagai
pengguna utama memandang bahwa financial reporting masih bermanfaat namun perlu
diperbaiki. Investor sebagai pemegang saham atau pemilik perusahaan dari pihak luar
memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui tingkat kembalian (rate of return) atas
investasi dan membantu untuk memutuskan tindakan baik untuk membeli, menahan, atau
menjual saham-saham perusahaan.
Hendriksen dan Breda (2000) mengungkapkan bahwa jika data akuntansi harus
relevan bagi pengambilan keputusan investor, data itu harus memberikan input ke dalam
model keputusan para investor. Laporan keuangan sebagai sebuah informasi akan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan oleh para pemakainya apabila relevan dan handal. Informasi
yang relevan adalah informasi yang predictable, mempunyai feed back value serta tepat
waktu (Annisa, 2004). Hal ini mencerminkan betapa ketepatwaktuan (timeliness) merupakan
salah satu factor penting dalam penyajian laporan keuangan kepada publik sehingga
perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangannya agar informasi
tersebut tidak kehilangan kemampuannya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan.
Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan
keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor
X.K.6/2002 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten Dan Perusahaan
Publik menyatakan Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan setelah tahun buku
berakhir. Setiap Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan tahunan paling
sedikit 2 (dua) eksemplar, satu di antaranya dalam bentuk asli, dan disertai dengan laporan
dalam salinan elektronik (soft copy), serta disediakan di laman (website) perusahaan.
4
Laporan tahunan dalam bentuk asli ditunjukkan dengan surat pernyataan bermaterai
sebagaimana Formulir Lampiran 1 Peraturan ini yang menyatakan keaslian laporan tahunan.
Surat pernyataan dimaksud wajib ditandatangani secara langsung oleh direktur utama
perusahaan
dan
dilekatkan
pada
laporan
tahunan.
Kemudian
diperketat
dengan
dikeluarkannya Kep-17/PM/2002 dan telah diperbaharui dengan Peraturan Bapepam Nomor
X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep- 36/PM/2003 yang menyatakan
bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat
yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga
(90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Penyempurnaan peraturan ini dimaksudkan agar investor dapat lebih cepat
memperoleh informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi serta
menyesuaikan dengan perkembangan pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bapepam
akan dikenakan sanksi administratif sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai contoh
pada tahun 1997 Bapepam mengumumkan telah memberikan peringatan secara resmi dan
mengenakan denda sebesar Rp. 2,98 miliar kepada 170 perusahaan atas keterlambatan
penyampaian laporan keuangan (Na’im, 1999).
Penelitian-penelitian yang menganalisis faktor-faktor penyebab perusahaan tidak
mampu memenuhi ketepatan waktu pelaporan keuangan telah dilakukan di beberapa negara
seperti Amerika dan Australia, antara lain penelitian Dyer dan McHugh (1975), Davis dan
Whittred (1980), Givoly dan Palmon (1981), Schwartz dan Soo (1996). Penelitian
sebelumnya menemukan bukti empiris bahwa keterlambatan pelaporan keuangan dipengaruhi
oleh berita buruk perusahaan, seperti keterlambatan pelaporan keuangan dihubungkan dengan
kesulitan keuangan, qualified opinion oleh auditor, dan keterlambatan audit. Oktorina dan
Suharli (2005) meneliti profil ketepatan waktu pelaporan dan normalitas keterlambatan
5
dengan menggunakan 120 perusahaan di Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dan tanggal berakhirnya tahun buku berpengaruh dengan ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan, sedangkan profitabilitas tidak signifikan mempengaruhi
ketepatan waktu pelaporan. Owusu dan Ansah (2000) meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi ketepatan waktu laporan keuangan di pasar modal yang berkembang di
Zimbabwe. Hasil penelitiannya menemukan bukti empiris bahwa hanya ukuran perusahaan
dan profitabilitas yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan
laporan keuangan tahunan yang diaudit.
Audit merupakan suatu cara akuntan untuk menyelesaikan masalah manipulasi
akuntansi, walaupun tingkat audit yang optimal tidak diketahui namun tampaknya hal
tersebut belum tercapai sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas audit terus
dilakukan (Baridwan dan Hariani, 2010). Baridwan dan Hariani (2010) menganjurkan
berbagai perbaikan audit dan komite audit dalam keprihatinannya terhadap manipulasi
akuntansi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Sarbanes Oxley Act (SOX) juga
melakukan perbaikan dan pengetatan pada komponen audit maupun pendukungnya. Usaha
peningkatan kualitas audit ini dilakukan dengan mensyaratkan pendidikan minimum per
tahun, membatasi masa perikatan (tenur) auditor dengan kliennya, serta membentuk komite
audit (Baridwan dan Hariani, 2010).
Persaingan usaha yang semakin keras menuntut perusahaan untuk semakin
meningkatkan kinerja perusahaan. Memaksimalkan kinerja perusahaan sangat penting bagi
suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan kinerja perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Pengelolaan fungsi-fungsi manajemen tersebut bermuara pada fungsi keuangan tepatnya pada
fungsi kegiatan pemebelanjaan perusahaan. Suatu keputusan yang diambil manajer dalam
suatu kegiatan pembelanjaan perusahaan harus dipertimbangkan secara teliti mengenai sifat
6
dan biaya dari sumber dana yang dipilih. Masing-masing sumber dana memiliki konsekuensi
keuangan yang berbeda. Sumber dana perusahaan berada pada sisi pasiva neraca, mulai dari
hutang dagang hingga laba ditahan. Seluruh perkiraan tersebut lebih dikenal dengan nama
struktur keuangan (Riyanto, 2001).
Industri merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara.
Perkembangan industri di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan
secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas produk
yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Perkembangan industri di
Indonesia cecara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan.
Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri manukfaktur lebih sering terlihat
merosot.
Industri sektor finanace merupakan industri yang mendominasi perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Banyaknya perusahaan dalam
industry finanace dengan kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan
antar perusahaan finanace. Persaingan membuat setiap perusahaan finanace berusaha
meningkatkan kinerja perusahaan untuk mencapai tujuan seperti memperoleh laba yang
tinggi. Upaya mengantisipasi kondisi tersebut, maka manajer keuangan perusahaan harus
berhati-hati dalam menetapkan struktur modal perusahaan. Dengan adanya perencanaan yang
matang dalam menentukan struktur modal, diharapkan perusahaan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan lebih unggul dalam menghadapi persaingan bisnis. Salah satu upaya
perusahaan untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja perusahaannya adalah
mengukur kemampuan struktur modal dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas
perusahaan.
7
Tujuan utama perusahaan finanace adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidahwati, 2002). Kinerja
perusahaan dapat dilihat melalui kegiatan pasar atau kinerja perusahaan dari ekuitasnya.
Kegiatan pasar merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan
pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari
investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan dan biasanya tercermin
pada nilai pasar saham perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran kinerja
perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya
juga baik. Kinerja perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika harga saham
perusahaan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan tersebut juga baik,
kinerja perusahaan dapat di tingkatkan dengan meningkatkan kinerja perusahaan.
Sumber dana perusahaan finanace dari internal berasal dari laba ditahan dan
depresiasi. Sumber dana eksternal perusahaan finanace berasal dari kreditur pemenuhan
kebutuhan dana yang berasal dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan. Dana
yang diperoleh dari para pemilik perusahaan finanace merupakan modal sendiri. Tujuan
perusahaan finanace dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan kinerja perusahaan
dengan meminimumkan biaya ekuitas perusahaan. Penggunaan kebijakan hutang bisa
digunakan untuk menciptakan kinerja perusahaan yang diinginkan, namun kebijakan hutang
juga tergantung dari pertumbuhan perusahaan yang juga terkait dengan ukuran perusahaan,
artinya perusahaan yang besar dan memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik
relative lebih mudah untuk mengakses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan
bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana dari hutang melalui pasar
modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan yang baik menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga hutang jika menggunakan hutang untuk
menjalankan operasional perusahaan tersebut.
8
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba (Tangkilisan, 2003). Menurut Tandelilin (2001)
menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahan dapat dilihat melalui besar
kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian
investasi (ROA) perusahaan akan tinggi sehingga para investor akan tertarik untuk membeli
saham tersebut.
Penentuan proporsi hutang dan modal sendiri dalam penggunaannya sebagai sumber
dana perusahaan berkaitan erat dengan struktur modal. Usaha untuk meningkatkan kinerja
perusahaan berkaitan erat dengan penentuan struktur modal optimal yang dilakukan oleh
manajemen dan pemegang saham (shareholders). Struktur modal merupakan perbandingan
antara hutang dan ekuitas atau yang lebih dikenal dengan istilah Debt to Equity Ratio (DER)
(Husnan, 2004). DER menunjukkan tingkat risiko suatu perusahaan, DER yang semakin
tinggi menunjukkan resiko yang semakin tinggi demikian sebaliknya. Tingginya rasio DER
menunjukkan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor cenderung lebih
tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu, jika besarnya rasio DER
lebih dari satu mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya
tinggi. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha agar tingkat DER yang dimiliki tidak lebih
dari satu dalam struktur pendanaannya (Brigham dan Houston, 2001).
Perusahaan yang terlambat dalam pelaporan keuangan perusahaan adalah akibat buruk
yang ditanggung perusahaan seperti yang pernah terjadi di pasar modal Australia terdapat 38
perusahaan yang sahamnya dilarang diperdagangkan karena 38 perusahaan tersebut gagal
menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan batas waktu penyampaian. Sedangkan akibat
secara tidak langsung yaitu para investor mungkin akan menanggapi sebagai sinyal buruk
bagi perusahaan. Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan sangat penting bagi
9
tingkat manfaat dan nilai laporan tersebut. Semakin singkat jarak waktu antara akhir periode
akuntansi dengan tanggal penyampaian laporan keuangan, maka semakin banyak keuntungan
yang dapat diperoleh dari laporan keuangan tersebut sedangkan semakin panjang periode
antara akhir tahun dengan penyampaian laporan keuangan maka akan semakin tinggi
kemungkinan informasi tersebut dibocorkan pada pihak yang berkepentingan.
Berbagai penelitian mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan telah
dilakukan. Penelitian ini mengkonfirmasi kembali kesimpulan dari penelitian penelitian
terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
keuangan. Hilmi dan Ali (2008) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba
cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya dan apabila
mengalami kerugian perusahaan tersebut akan lebih lambat dalam penyampaian laporan
keuangannya.
Bandi dan Hananto (2000) meneliti hubungan ketepatan waktu pelaporan keuangan
dengan reaksi pasar atas ketepatan waktu. Dari penelitian tersebut ditemukan bukti empiris
bahwa keterlambatan antara perusahaan besar dan kecil berbeda. Temuan empiris lain dalam
penelitian ini, yaitu ketepatan waktu pelaporan antara pelaporan sebelum dan sesudah waktu
yang diharapkan tidak berpengaruh pada harga saham. Dalam penelitian Oktorina dan Suharli
(2005) mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan di BEJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan kantor akuntan besar mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan. Sedangkan debt to equity ratio dan profitabilitas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Hasil penelitian
Vita (2012) menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio dan
profitabilitas secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan
10
perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan opini auditor tidak
berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan finanace yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan adanya hasil penelitian terdahulu maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan dan Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan komite audit
sebagai variabel moderating.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Return on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio,
Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan Operation Complexcity secara simultan dan
parsial berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada Perusahaan
Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia?.
2. Apakah komite audit merupakan variabel moderating yang memperkuat atau
memperlemah hubungan antara Return on Asset, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan
Operation Complexcity dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan pada Perusahaan
Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia?.
11
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip, Operation
Complexcity dan komite audit secara simultan dan parsial terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menguji dan menganalisis komite audit sebagai variabel moderating yang
memperkuat atau memperlemah hubungan antara Return on Asset, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider
Ownersip dan Operation Complexcity dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan
pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh Return
on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider
Ownersip, Insider Ownersip, Operation Complexcity terhadap ketepatan waktu
pelaporan keuangan pada Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan
komite audit sebagai variabel moderating.
2. Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan informasi
terutama manajer keuangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menganalisis pengaruh untuk menguji pengaruh Return on Asset, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider Ownersip, Insider Ownersip dan
Operation Complexcity terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada
12
Perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia dengan komite audit sebagai
variabel moderating.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi temuan empiris yang sudah ada
dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah pada masa akan datang
dan memperkaya khasanah keilmuan pada umumnya.
4. Bagi Calon Investor diharapkan untuk memberikan informasi bagi calon investor
sebelum melakukan investasi pada perusahan finanace.
1.5 Originalitas
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Vita (2012) dengan judul Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi ketepatan Waktu pelaporan keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt
to Equity Ratio dan profitabilitas secara signifikan berpengaruh pada ketepatan waktu
pelaporan keuangan perusahaan, sedangkan struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
opini auditor tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Beda penelitian ini dengan penelitian Vita (2012) adalah :
1.
Variabel independen penelitian Vita (2012) adalah Debt to Equity Ratio, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan opini auditor sedangkan variabel independen penelitian ini adalah
Return on Asset, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Debt To Equity Ratio, Outsider
Ownersip, Insider Ownersip dan Operation Complexcity.
2.
Penelitian Vita (2012) tidak menggunakan variabel moderating, sedangkan penelitian ini
menggunakan variabel komite audit sebagai variabel moderating.
13
3.
Variabel dependen dalam penelitian ini sama-sama menggunakan variabel ketepatan
waktu pelaporan keuangan.
4.
Periode penelitian Vita (2012) memiliki batasan pengambilan data dalam kurun waktu
2007- 2011, sedangkan periode penelitian ini dalam kurun waktu 2009 – 2012 dengan
segmentasi pada perusahan Sektor Finance di Bursa Efek Indonesia.
5.
Objek Penelitian Vita (2012) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
Indonesia sedangkan objek penelitian ini di perusahaan Sektor Finance di Bursa Efek
Indonesia