Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Tepat waktu dikaitkan dengan isi laporan adalah keterlambatan penerbitan laporan
keuangan dikaitkan dengan berita baik (good news) dan berita buruk (bad news). Menurut
Ang (1997) informasi yang tepat waktu berarti jangan sampai informasi yang disampaikan
sudah basi atau sudah menjadi rahasia umum. Baridwan (1995) mengungkapkan bahwa
informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk
membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
pengambilan keputusan tersebut. Scott (2000) mendefinisikan informasi sebagai bukti yang
mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual.
Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan
pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaanyang mungkin
mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan. Ketepatan waktu
dapat didefinisikan dengan dua cara: Chambers dan Penman (1984) dalam Hilmi dan Ali
(2008) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara yaitu :
1. Ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal
laporan keuangan sampai tanggal melaporkan.

2. Ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal
pelaporan yang diharapkan.
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Hilmi dan Ali (2008) ada tiga kriteria
keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan antaralain :

14

15
1. Preliminary lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai
penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa.
2. Auditor’s report lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan
sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.
3. Total lag yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal
penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa.
Keterlambatan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi keuangannya setelah
tanggal yang ditentukan. Hal ini sesuai dengan peraturan X.K.2 yang diterbitkan Bapepam
dan didukung oleh peraturan terbaru Bapepam, X.K.6 tertanggal 7 Desember2006, maka
penyampaian laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dikatakan tepatwaktu apabila
diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. Sedangkan untuk laporan tengah tahunan : (1)

selambat-lambatnya 30 hari setelah tengah tahun buku berakhir,jika tidak disertai laporan
akuntan, (2) selambat-lambatnya 60 hari setelah tengah tahun berakhir jika disertai laporan
akuntan dalam rangka penelaahan terbatas, (3) selambat lambatnya 90 hari setelah tengah
tahun buku berakhir jika disertai laporan akuntan yangmemberikan pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika
informasi keuangan diumumkan kepublik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan
yang dilaporkan (McGee, 2007). Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
LaporanKeuangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK,2009), laporan keuangan harus
memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi
laporan keuangan berguna bagi para pemakainya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat
dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang
relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu.

16
Hendriksen dan Van(2000) menyatakan bahwa informasi tidak dapat relevan jika
tidak tepat waktu, yaitu hal itu harus tersedia bagi pengambil keputusan sebelum kehilangan
kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansinya,
tetapi relevansi tidaklah mungkin tanpa ketepatan waktu. Oleh karena itu, ketepatan waktu
adalah batasan penting pada publikasi laporan keuangan. Akumulasi, peringkasan

danpenyajian selanjutnya informasi akuntansi harus dilakukan secepat mungkin untuk
menjamin tersedianya informasi sekarang di tangan pemakai. Ketepatan waktujuga
menunjukkan bahwa laporan keuangan harus disajikan pada kurun waktuyang teratur untuk
memperlihatkan perubahan keadaan perusahaan yang pada gilirannya mungkin akan
mempengaruhi prediksi dan keputusan pemakai.
Tepat waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk
dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan keputusan
ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut (Baridwan,
1997). Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak
dimungkinkan tanpa ketepatan waktu. Informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan
harus secara cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan.
Laporan keuangan sebuah informasi yang akan dicerna oleh investor untuk
mengambil keputusan atas investasinya. Namun informasi Baru akan bermanfaat apabila
informasi. tersebut tepat waktu. Ketepatan waktu tidak menjarnin relevansi, tetapi relevansi
informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan posisi
perusahaan harus cepat dan tepat waktu sampai ke pemakai laporan keuangan. Ketepatan
waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval
waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan dan

mempengaruhi pemakai


informasi dalam membuat prediksi dan keputusan (Hendriksen, 1992)

17
Laporan keuangan menurut Baridwan (1997) yaitu hasil akhir dari suatu proses
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi transaksi keuntungan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan
tujuan membebaskan diri dari tanggungjawab yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik
perusahaan. Disamping itulaporan keuangan dapat juga digunakan unutk memenuhi tujuantujuan lain sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Revisi 2009, laporan
keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas. Sedangkan tujuan dari adanya laporan keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kasentitas, yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalampembuatan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan hasilpertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber
daya yang dipercayakan kepada mereka. Ketepatan waktu menunjukan rentang waktu antara
penyajian informasi yang diinginkan dengan frekuensi pelaporan informasi. Apabila
informasi tidak disampaikan dengan tepat waktu akan menyebabkan informasi tersebut
kehilangan nilai di dalam mempengaruhi kualitas keputusan (Ifada, 2009). Chamber dan
Penman dalam (Dwiyanti, 2010) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara yaitu

:
1. Ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal
laporan keuangan sampai tanggal melaporkan
2. Ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan realtif atas tanggal
pelaporan yang diharapkan.
Respati (2004) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta tahun 1999 dengan sample sebanyak 266 perusahaan go public yang mempunyai data

18
perusahaan yang lengkap dan telahdidaftarkan dalam Indonesian Capital Market Directory
(2000). Beliau meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan
keuangan di Bursa Efek Jakarta yaitu debt to equity, ukuran perusahaan, profitabilitas,
konsentrasi pemilikan luar, konsentrasi pemilikan dalam dan hasilnya adalah profitabilitas
dan konsentrasi pemilikan dari pihak luar secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Ifada (2009) meneliti tentang Faktor Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan Populasi dalam penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta termuat dalam Capital Market Directory Indonesian dan yang
mengeluarkan atau menerbitkan laporan keuangan tahunan periode Desaember 2003 sampai

Desember 2005 dan hasil penelitiannya

Variabel ukuran perusahaan (TA) dan Insider

Ownership (INSIDER) secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur. Sedangkan DER,ROA,OUTCON, dan AGE
secara signifikan tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan manufaktur. Hal ini mungkin disebabkan pada kenyataan yang secara emplisit
terjadi di pasar modal bahwa keempat variable tersebut tidak cukup menjadi pembenaran atau
ketidak mampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu, mengingat
tersedianya informasi akuntansi merupakan batasan penting dalam pengambilan keputusan
bagi para pemakainya.
Dyer dan McHugh (1975) dalam Kadir (2008) meneliti 120 perusahaan di Australia
yang terdaftar di Sydney Stock Exchange (SSE) yang dipilih secara random. Faktor-faktor
yang ditelitinya adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik perusahaan,
meliputiukuran perusahaan, tanggal penutupan akhir tahun buku dan profitabilitas. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa ukuran (size) perusahaan dan waktu penutupan akhir tahun
buku secara statistic berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan,

19

tetapi profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan
keuangan.

2.1.2 Return On Asset (ROA)
Manajer sebagai pengelola berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi
perusahaan kepada pemilik. Pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan
merupakan contoh mengenai penyampaian informasi atau salah satu signal yang diberikan
kepada pemilik (Ujiyantho, 2007). Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh
berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling
berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal, karena
mereka berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya. Sedangkan para pengguna
internal dalam hal ini pihak manajemen, memiliki kontak langsung dengan perusahaannya
dan

mengetahui

peristiwa-peristiwa

signifikan


yang

terjadi,

sehingga

tingkat

ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi laba atau return suatu
perusahaan. Seluruh manajemen perusahaan, baik yang mencakup manajemen permodalan
(CAR), manajemen kualitas aktiva (NPL), manajemen umum (PDN), manajemen rentabilitas
(NIM dan BOPO), dan manajemen likuiditas (LDR) pada akhirnya akan mempengaruhi dan
bermuara pada perolehan laba atau return perusahaan (Payamta dan Machfuedz, dalam
Wedayani, 2003).
Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di
manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola
dan mengalokasikan sumber dayanya. Informasi laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan (Gunawan dan Asri, 2003).


20
Kinerja keuanganmerupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu,
di mana informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu sering kali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Penilaian
kinerja keuangan dapat dinilai dengan pendekatan analisa rasio keuangan dari semua laporan
keuangan yang dilaporkan di masa depan (Febryani dan Zulfadin, 2003).
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba bersih
sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba perusahaan
semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan. Sehingga
EBT perusahaan akan meningkat bila kinerja keuangan perusahaan meningkat. Pencapaian
laba merupakan indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu
mengarah pada EBT. Karena EBT merupakan nilai rupiah dan masing-masing perusahaan
berbeda dalam jumlah modal maka besar EBT tidak bisa menunjukkan kinerja laba sehingga
perlu dipakai indikator lain, dalam penelitian ini digunakan Return on Asset (ROA). Kinerja
keuangan berguna untuk menilai kondisi keuangan perusahaan.
Menurut Van Horne (2005) Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan
manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan
tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Rumus

yang digunakan adalah:
Laba Bersih
ROA =
Total Aktiva
Menurut Fabozzi (2001), kinerja suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang secara umum dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal perusahaan. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berada dalam kendali
pihak manajemen perusahaan, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang

21
berada di luar kendali manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan adalah:
1) Faktor Internal
a) Manajemen Personalia
Berkaitan dengan sumber daya manusia agar dapat didayagunakan seoptimal mungkin
untuk mencapai tujuan perusahaan secara manusiawi.
b) Manajemen Pemasaran
Berkaitan dengan program-program yang ditujukan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
c) Manajemen Produksi

Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa sesuai dengan yang
diharapkan.
d) Manajemen Keuangan
Berkaitan

dengan

perencanaan,

mencari,

dan

memanfaatkan

dana

untuk

memaksimumkan efisiensi perusahaan.
2). Faktor Eksternal
a) Kondisi perekonomian
Kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas politik,
ekonomi, sosial, dan lain-lain.
b) Kondisi Industri
Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan, dan lain-lain.

2.1.3 Ukuran Perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan, semakin banyak memiliki sumber daya, lebih
banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang canggih serta memiliki sistem pengendalian

22
intern yang kuat sehingga akan semakin cepat dalam penyelesaian laporan keuangan. Selain
itu, perusahaan besar juga akan lebih tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan
untuk menjaga citra perusahaan di mata publik. (Rachmaf Saleh, 2004).
Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya
suatu perusahaan yang mengindikasikankemampuan dalam mengelola tingkat risiko investasi
yang diberikan para stakeholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. Jika perusahaan
memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap
kedewasaan (maturity) dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan
dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Daniati, 2006).
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan kecil akan cenderung menggunakan biaya modal sendiri dan hutang jangka
pendek dari pada hutang jangka panjang, karena biayanya lebih rendah. Sedangkan
perusahaan besar lebih cenderung memiliki sumber pendananaan yang kuat. Dalam penelitian
ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Talberg, et al (2008),
di mana ukuran perusahaan diproxy dengan nilai logaritma natural dari total aset.
Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi
pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan
untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan
tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak
penjualan maka semakin banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka
semakin besar pula perusahaan tersebut dikenal dalam masyarakat. Dari ketiga variabel ini ,
nilai aktiva relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan
dalam mengukur ukuran perusahaan.

23

2.1.4 Umur Perusahaan (Age)
Owusu dan Ansah (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengurangan
waktu pelaporan akan terjadi ketika jumlah laporan tahunan yang dihasilkan ditingkatkan.
Selanjutnya mereka menyatakan ketika sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya
(pekerja) belajar lebih banyak masalah, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat
diminimalisasikan.
Penelitian Owusu dan Ansah (2000) Ifada (2009) dalam konteks penelitiannya
menyatakan bahwa pengurangan waktu pelaporan akan terjadi ketika jumlah laporan tahunan
yang dihasilkan ditingkatkan. Selanjutnya Owusu dan Ansah (2000) menyatakan ketika
sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya (pekerja) belajar lebih banyak masalah
teething, menyebabkan penundaan yang luar biasa dapat diminimalisasikan. Akibatnya,
perusahaan mapan yang memiliki umur lebih cenderung untuk menjadi lebih terampil dalam
pengumpulan, pemrosesan dan output informasi ketika diperlukan karena pengalaman
belajar.

2.1.5 Debt to Equity Ratio (DER)
hutang merupakan total liabilities (kewajiban), baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang. Total modal sendiri atau yang biasa disebut juga dengan total shareholders.
DER menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk

keseluruhan utang (Brigham dan Houston, 2001). Jika DER perusahaan semakin tinggi,
maka semakin besar financial leverage , dan semakin besar pula proporsi danakreditur yang
digunakan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi DER, makasemakin berisiko bagi
perusahaan (kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar semua hutangnya). DER
sekaligus menunjukkan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan (Husnan, 2004).

24
Menurut Sartono (2001), penggunaan hutang bagi perusahaan mengandung tiga dimensi,
yaitu:
1. Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang
diberikan
2. Penggunaan hutang akan meningkatkan keuntungan perusahaan jika perusahaan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya.
3. Hutang sebagai sumber dana perusahaan dan sistem pengendali perusahaan.
Menurut Weston dan Birmingham (2000), Leverage merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan jumlah sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (hutang dan saham
preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Tujuan dari penggunaan hutang
(leverage) adalah untuk meningkatkan return bagi pemegang saham. Dengan memperbesar
unsur leverage, maka unsur ketidakpastian return makin tinggi, tapi juga memperbesar
kemungkinan pertambahan jumlah return yang diperoleh. Pada praktiknya dikenal 3(tiga)
macam bentuk leverage dalam perusahaan, yaitu operating leverage , financial leverage , dan
total leverage .
a. Operating Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2006), “operating leverage adalah tingkat sampai
sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan.” Operating
leverage juga dapat diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap dengan harapan

pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut. Dengan menggunakan operating
leverage perusahaan mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan

perubahan laba sebelum bunga dan pajak yang lebih besar.
b. Financial Leverage

Menurut Brigham dan Houston (2006), Financial Leverage adalah tingkat sampai
sejauh mana sekuritas dengan laba atau pengembalian tetap (saham preferen dan utang)

25
digunakan dalam struktur modal perusahaan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001),
Financial Leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk

memperbesar pendapatan per lembar saham biasa (Earning per Share).
Penggunaan financial leverage yang semakin besar membawa dampak positif bila
pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada bebannya
keuangan yang dikeluarkan. Sedangkan dampak negatifnya penggunaan financial leverage
yang semakin besar akan menyebabkan hutang semakin besar yang ditanggung perusahaan,
yaitu beban tetap atau beban bunganya. Apabila perusahaan tidak memenuhi kewajibannya
yang berupa beban bunganya, maka perusahaan akan mengalami kesulitan untuk
menjalankan kegiatan usahanya.
c. Total Leverage/ Combined Leverage
Total Leverage merupakan kombinasi dari Operating Leverage dengan Financial
Levearge. Leverage kombinasi terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage

maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang
saham biasa.
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva
perusahaan dibiayai dengan hutang. Rasio yang umum digunakan adalah:
a. Debt to Assets Ratio ( Debt Ratio)
b. Debt To Equity Ratio
c. Long Term Debt to Equity Ratio
d. Time Interest Earned Ratio
e. Fixed Charge Coverage Ratio
Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio

tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak tertagihnya suatu hutang. Suatu pendapat

26
mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami
pelanggaran terhadap kontrak hutang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba
sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan, supaya laba yang dilaporkan tinggi
maka manajer harus mengurangi biaya-biaya, dan tidak menutup kemungkinan salah satunya
ialah biaya tanggungjawab sosial.

2.1.6 Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan perusahaan yang go public dapat disebut sebagai kepemilikan
terhadap

saham

perusahaan

publik

yang

didalam

kepemilikan

tersebut

perlu

mempertimbangkan dua aspek, yaitu kepemilikan oleh pihak dalam atau manajemen
perusahaan (insider ownership’s) dan kepemilikan oleh pihak luar (outsider ownership’s).
Menurut Niehaus (1989) dalam Saleh (2004) mengungkapkan bahwa pemilik dari luar
berbeda dengan para manajer, dimana kecil kemungkinannya pemilik dari pihak luar untuk
terlibat dalam urusan bisnis sehari-hari. Kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai
kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media massa maupun kritikan
atau komentar yang dianggap opini publik atau masyarakat sehingga mengubah pengelolaan
perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan
dengan pengawasan. Oleh karena itu, pihak manajemen dituntut untuk melakukan kinerja
dengan baik dalam menyajikan informasi secara tepat waktu karena ketepatan waktu dalam
pelaporan keuangan akan berpengaruh pada pengambilan keputusan ekonomi.
Struktur kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh pihak luar biasanya mempunyai
presentase kepemilikan lebih dari 50% sehingga pemilik perusahaan daripihak luar
mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi kondisi dan hasil kinerja perusahaan.
Dengan adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar maka akan mengubah pengelolaan
perusahaan yang semula berjalan dengan sekehendak hati menjadi perusahaan yang berjalan
dengan pengawasan. Akibatnya, keleluasaan pihak manajemen menjadi terbatas.

27

2.1.6.1 Insider Ownership
Kepemilikan pihak dalam yang dilakukan oleh menejer merupakan hal yang sangat
penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan. Kepemilikan perusahaan oleh menejer akan
mempengaruhi kinerja manajemen. Manajer dengan kinerja yang baik akan mampu
menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu Ukago (2004).
2.1.6.2 Outsider Ownership
Ukago (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemilik perusahaan Dari pihak
luar dianggap berbeda dengan pemilik dari pihak dalam,kecil kemungkinan pihak luar untuk
terlibat dalam urusan bisnis sehari hari dalam penelitian Respati (2001) menyatakan bahwa
ketepatan waktu pelaporan keuangan berpengaruh terhadap Outsider Ownership.

2.1.7 Komite Audit
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit
operasi dan keadaan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor
akuntan publik (Siegel, 1996 dalam Susiana dan Arleen 2007).Komite audit adalah suatu
badan yang dibentuk di dalam perusahaan klien yangbertugas untuk memelihara
independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen (Supriyono, 1998).
Arens et al (2003) mendefinisikan komite audit adalah merupakan sejumlah anggota
dewan direksi yang tanggung jawabnya termasuk membantu auditor mempertahankan
independensinya. Umumnya komite audit beranggotakan tiga sampai lima atau terkadang
sebanyak tujuh direktur yangbukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan. Komite
audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalah-masalah yang berhubungan
dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan pengendalian interen (Andi 2010). Disamping itu
komite audit dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen

28
laba (earning smanagement) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan
pengawasan pada audit eksternal (Hamonangan dan Mas’ud, 2006).
Komite

audit

memiliki

tanggung jawab

untuk

membantu

auditor

dalam

menyelesaikan laporan keuangan. Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite audit akan membantu pengawasan pada
perusahaan secara internal dan membantu auditor menjaga independensinya. Komite audit
sebagai pihak independen dari internal perusahaan yang ikut serta mengawasai laporan
keuangan dan juga auditor eksternal maka akan tercipta pengawasan yang lebih baik,
sehingga independensi auditor akan terjaga.
Tujuan pembentukan komite audit adalah (Susiana Arleen, 2007):
1) Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuaidengan
praktik akuntansi yang berlaku umum.
2) Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.
3) Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial dibidang
keuangan dan implikasi hukumnya.
4) Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Menurut Andri dan Hanung (2007) Komite audit mempunyai peran yangsangat
penting dan strategis dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan
seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance . Dengan berjalannya fungsi komite audit secara
efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik sehingga konflik keagenan yang
terjadi akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri dapat
diminimalisasi.
Kalbers dan Fogarty (1993) dalam Debby (2007) menyebutkan tiga faktor yang
mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam menjalankan tugasnya yaitu

29
1) Kewenangan formal dan tertulis,
2) Kerja sama manajemen dan
3) Kualitas/kompetensi anggota komite audit.
Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik ( goodcorporate
governance), BEI mewajibkan perusahaaan tercatat wajib memiliki komisaris independen

dan komite audit. Keanggotaan komite audit sekurang kurangnya 3 anggota, seorang
diantaranya komisaris independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite,
sedangkan pihak lain adalah pihak eksternal yang independen dan sekurang-kurangnya salah
seorang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan (Agung, 2005). Dengan
adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan
akan termonitor dengan baik (Ratna, 2008). Agar komite audit dapat menjalankan tugasnya
dengan benar dan efektif, maka diperlukan kualifikasi kualifikasi khusus yang memadai agar
maksimal dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya seperti komite audit hendaknya
kompeten serta memiliki independensi (Ratna dan Herunata, 2010).
Effendi (2009) mengatakan bahwa dalam surat edaran perihal keanggotaan komite
audit disebutkan bahwa:
1) Komite audit sekurang-kurangnya terdiri atas 3 orang, termasuk ketua komiteaudit;
2) Anggota komite audit yang berasal dari komisaris maksimum hanya 1 orang. Anggota
komite audit yang berasal dari komisaris tersebut yang merupakan komisaris
independen perusahaan tercatat yang sekaligus menjabat sebagai ketua komite audit;
Anggota komite audit lainnya berasal dari pihak eksternal yang independen.Yang
dimaksud dengan pihak eksternal adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang bukan
merupakan komisaris, direksi, maupun karyawan dari perusahaan tercatat tersebut. Yang
dimaksud dengan pihak independen adalah pihak di luar perusahaan tercatat yang tidak
memiliki hubungan usaha dan hubungan dengan perusahaan tercatat tersebut maupun dengan

30
komisaris, direksi, serta pemegang saham utamanya, serta mampu memberikan pendapat
profesional secara bebas sesuai dengan etika profesionalnya dengan tidak memihak kepada
kepentingan siapapun

2.2 Review Peneliti Terdahulu
Peneliti mencoba menjelaskan yang mempengaruhi ketepatan waktu waktu pelaporan
keuangan. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa yang mempengaruhi ketepatan waktu
waktu pelaporan keuangan berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin saja disebabkan oleh
beberapa faktor misalnya data yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, perbedaan
periode pengamatan penelitian dan lain sebagainya.
Penelitian Ukago (2004) dengan judul Faktor-Faktor yang mempengaruhi Ketepatan
Waktu. Metode penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa Variabel Debt To Equity Ratio, Profitability dan Operation of
Complexcity untuk tahun 2000. Firm Size dan operation Complexity untuk tahun 2001. Debt
To Equity Ratio, OutsiderOwnership Concentration dan Operation of Complexcity untuk

tahun 2002 secara signifikan berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan
perusahaan sedangkan variable Firm Size ,Insider Ownership Concentration dan Outsider
Ownership Concentration untuk tahun 2000 Debt To Equity Ratio, Profitability, Insider
Ownership Concentration dan Outsider Ownership Concentration untuk tahun 2001 serta
Firm Size, Profitability dan Insider Ownership Concentration untuk tahun 2002 tidak

berpengaruh secara significant terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan.
Luluk (2009) dengan judul Faktor–Faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
pelaporan keuangan studi kasus perusahaan manufaktur di BEJ. Metode penelitian dengan
menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan insider ownership berpengaruh signifikan, sedangkan DER, ROA, Outsider
ownership dan AGE tidak berpengaruh.

31
Rahmad Saleh (2004) dengan judul Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan
Keuangan perusahaan manufaktur di bursa efek Jakarta. Metode penelitian dengan
menggunakan regresi linear berganda. Hasil Penelitian ini menyatakan bahwa variabel
EXTRA berpenaruh signifikan terhadap ketepatan waktu laporan keuangan. Sementara
Variabel Gearing, Profitabilitas, Size, Age dan Ownership tidak berpengaruh signifikan.
Abdul Kadir (2008) dengan judul Faktor–Faktor yang berpengaruh terhadap ketepatan
waktu pelaporan keuangan. Metode penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda.
Hasil Hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa dari 7 hipotesis ada dua yang diterima
yaitu adanya pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap
ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Al-Ghanem (2011) dengan judul An Ampirical Analysis of Audit Delays And
Timeliness of Corporate financial Reporting In Kuwait. Metode penelitian dengan

menggunakan regresi linear berganda. Hasil : Variabel industry, leverage, Persentase
perubahan laba per saham, jenis auditor, dan likuiditas tidak menunjukkan signifikan korelasi
dengan penundaan audit untuk perusahaan yang terdaftar di Kuwait.
Nuratama (2011) dengan judul Pengaruh tenur dan reputasi kantor akuntan public
Pada kualitas audit dengan komite audit sebagai variabel moderasi (studi kasus pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei tahun 2004-2009). Metode penelitian dengan
menggunakan regresi linear berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tenur
berpengaruh positif pada kualitas audit, reputasi berpengaruh negatif pada kualitas audit
sedangkan komite audit berpengaruh pada hubungan tenur KAP dengan kualitas audit.
Hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai
berikut:

No.

Nama
Peneliti

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)
Judul
Variabel/Teknik Analisis
Hasil Penelitian

32
1.

Ukago
(2004)

Faktor –Faktor
yang
mempengaruhi
Ketepatan Waktu
Pelaporan
Keuangan
dengan
bukti
empiris emiten
di Bursa Efek
Jakarta

2.

Luluk
Multimatul
Ifada (2009)

Faktor– Faktor
yang
mempengaruhi
ketepatan waktu
pelaporan
keuangan studi
kasus perusahaan
manufaktur
di
BEJ.
Dependen:
Waktu
keuangan

Independen : Timeliness,
Financial Reporting, Debt
to Equity Ratio, Firm
Size,Profitability,Outsider
Ownership Concentration,
Insider
Ownership
Concentration,Operation
Complexcity.

Hasil
penelitian
ini
menyatakan bahwa Variabel
Debt
To
Equity
Ratio
,Profitability dan Operation of
Complexcity untuk tahun 2000.
Firm Size dan operation
Complexity untuk tahun 2001.
Debt
To
Equity
Ratio,
OutsiderOwnership
Dependen:
Concentration dan Operation
Ketepatan
waktu of Complexcity untuk tahun
pelaporan keuangan
2002
secara
significant
berpengaruh
terhadap
Teknik Analisis :
ketepatan
waktu
waktu
Regresi Logistik
pelaporan
keuangan
perusahaan sedangkan variable
Firm Size ,Insider Ownership
Concentration dan Outsider
Ownership
Concentration
untuk tahun 2000 Debt To
Equity
Ratio,Profitability
,Insider
Ownership
Concentration dan Outsider
Ownership
Concentration
untuk tahun 2001 serta Firm
Size ,Profitability dan Insider
Ownership
Concentration
untuk tahun 2002 tidak
berpengaruh secara significant
terhadap ketepatan waktu
pelaporan
keuangan
perusahaan.
Independen:
Ketepatan Hasil
penelitian
ini
Waktu
menunjukkan bahwa ukuran
Dependen:
Ukuran perusahaan
dan
insider
perusahaan,insider
ownership
berpengaruh
ownership,outsider
signifikan.sedangkan DER,
Ownership,DER,
ROA,Outsider ownership dan
ROA,AGE
AGE tidak berpengaruh.
Ketepatan
Pelaporan

Teknik Analisis :
Regresi Logistik
3.

Rahmad
Saleh
(2004)

Studi
Empiris Indpenden:
Hasil
Penelitian
ini
Ketepatan Waktu Item luar biasa (Extra), menyatakan bahwa variabel
Pelaporan
Gearing (Gear), Profit, EXTRA berpenaruh signifikan

33

4.

Abdul Kadir
(2008)

5.

Al-Ghanem
(2011)

Nuratama
(2011)

Vita (2012)

Keuangan
Size,AGE ,dan Ownership
perusahaan
manufaktur
di Dependen:
bursa
efek Ketepatan
waktu
jakarta
pelaporan keuangan
Teknik Analisis :
Regresi Logistik
Faktor–Faktor
Independen:
Yang
Ukuran
Perusahaan,
berpengaruh
Profitabilitas,
terhadap
Rasio Gearing, Pos Luar
ketepatan waktu Biasa, Umur Perusahaan,
pelaporan
Kepemilikan Manajerial
keuangan
Dependen:Ketepatan
Waktu
Pelaporan
Keuangan
Teknik Analisis :
Regresi Logistik
An
Ampirical Independen :
Analysis
of Audit delay, Financial
Audit
Delays reporting, company size,
And Timeliness liquidity, and earning per
of
Corporate share
financial
Dependen : Audit Delays
Reporting
In Teknik Analisis :
Kuwait
Regresi Logistik.

terhadap ketepatan waktu
laporan keuangan. Sementara
Variabel
Gearing,Profitabilitas,Size,Age
dan
Ownership
tidak
berpengaruh signifikan.

Pengaruh tenur
dan reputasi
kantor akuntan
publik
Pada kualitas
audit dengan
komite audit
sebagai
Variabel
moderasi
(studi kasus pada
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bei
tahun
20042009)
Analisis faktorfaktor yang
mempengaruhi
ketepatan Waktu
pelaporan
keuangan pada

Hasil pengujian menunjukkan
bahwa tenur berpengaruh
positif pada kualitas
audit, reputasi berpengaruh
negatif pada kualitas audit
sedangkan komite audit
berpengaruh pada hubungan
tenur KAP dengan kualitas
audit.

Independen: tenur dan
reputasi kantor akuntan
publik
Dependen:kualitas audit
Moderating :
Komite Audit

Independen:
Debt
to
Equity
Ratio,
profitabilitas,
ukuran
perusahaan dan opini
auditor
sedangkan
variabel
independen

Hasil Hipotesis penelitian ini
Bahwa dari 7 hipotesis ada dua
yang diterima yaitu adanya
pengaruh
kepemilikan
manajerial dan kepemilikan
institusional
terhadap
ketepatan waktu pelaporan
keuangan.

Hasil : Variabel industry,
leverage,Persentase perubahan
laba per saham, jenis auditor,
dan
likuiditas
tidak
menunjukkan
signifikan
korelasi dengan penundaan
audit untuk perusahaan yang
terdaftar di Kuwait. likuiditas,
Leverage.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Debt to Equity Ratio
dan
profitabilitas
secara
signifikan berpengaruh pada
ketepatan waktu pelaporan
keuangan
perusahaan,

34
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di bursa
efek Indonesia.

Sumber : Hasil Penelitian Terdahulu

penelitian
ini
adalah
Return on Asset, ukuran
perusahaan,
umur
perusahaan, Debt To
Equity Ratio, Outsider
Ownersip,
Insider
Ownersip dan Operation
Complexcity
Dependen:
ketepatan
Waktu
pelaporan
keuangan

sedangkan
struktur
kepemilikan,
ukuran
perusahaan, dan opini auditor
tidak
berpengaruh
pada
ketepatan waktu pelaporan
keuangan
perusahaan
manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Dengan Sanksi BEI Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 130

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

0 0 15

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Sektor Finance Di Bursa Efek Indonesia Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderating

0 0 17

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Dengan Sanksi BEI Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Dengan Sanksi BEI Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Dengan Sanksi BEI Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12