Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga dengan Tindakan Pencarian Pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

(1)

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 3 menyebutkan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyakarat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu upaya yang dilakukan jika mengalami gangguan kesehatan adalah dengan melakukan pencarian tindakan berobat ke sarana pelayanan kesehatan. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa, tindakan mengobati sendiri (selftreatmen), mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), mencari pengobatan dengan membeli obat di warung sampai mencari pengobatan ke fasilitas yang modern yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dokter praktik (Notoatmodjo, 2012).

Studi mengenai perilaku pencarian pengobatan pada orang sakit umumnya menyangkut tiga pertanyaan pokok, yaitu a) sumber pengobatan apa yang dianggap mampu mengobati sakitnya, b) kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa yang ada, dan c) bagaimana proses pengambilan keputusan untuk


(2)

memilih sumber pengobatan tersebut. Sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang terkait, yaitu pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh praktek dokter, perawat, puskesmas atau rumah sakit. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan adalah tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/pengobatan, keparahan penyakit serta keterjangkauan biaya dan jarak. Proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan dimulai dengan menerima informasi, memproses dengan berbagai kemungkinan dan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dari berbagai alternatif dan melaksanakannya (Saputra, 2012).

Upaya penduduk dalam pencarian pengobatan, berdasarkan data Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri ternyata lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 65,59% memilih untuk mengobati sendiri dan yang memilih berobat jalan sebesar 44,37% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012), perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan sakit yakni sebanyak 28,59% yang melakukan pengobatan sendiri 67,71% dan yang menggunakan obat tradisional 24,33%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Bakunase Kota Kupang, tindakan pencarian pengobatan yang dilakukan paling besar ke puskesmas/pustu (50,85%), dokter/bidan/praktek 35,59%, dan rumah sakit 13,56% (Assegaf dkk, 2010).


(3)

Dalam rangka pencarian pengobatan semuanya memerlukan media sosialisasi. Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga agen sosialisasi atau sarana sosialisasi. Pengertian agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Secara rinci, beberapa media sosialisasi yang utama adalah keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja dan media massa (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Agen sosialisasi merupakan seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar sependapat dengan tujuan yang diinginkan. Peran yang harus dilaksanakan oleh agen sosialisasi yaitu peran agen sosialisasi sebagai penghubung atau linker terutama untuk menyampaikan berbagai pesan atau informasi tentang inovasi. Agen sosialisasi diperlukan terutama dalam: 1) mengembangkan kebutuhan untuk berubah, 2) mengadakan pertukaran informasi dan menjalin hubungan, 3) mendiagnosa masalah, 4) menciptakan minat pada klien untuk berubah, 5) mengubah minat menjadi tindakan, 6) memantapkan adopsi dan mencegah diskontinyu, dan 7) mencapai suatu hubungan baik (Rogers, 1983).

Pengaruh agen sosialisasi sangat besar dalam usaha pencarian pengobatan. Menurut Makian (2003) dalam Iswandi dkk (2005), dukungan keluarga dalam pemilihan tempat pengobatan sangat penting oleh karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan sosial interpersonal dengan lingkungannya, gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat memengaruhi seluruh anggota keluarga.


(4)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 1 menyebutkan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

Menurut Nurherbyanti (2008), keluarga merupakan kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang. Pendapat ini didukung oleh Dahlan (2013) yang menyatakan bahwa proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dengan mengikuti apa saja yang diajarkan oleh orang-orang di lingkungan keluarganya. Di dalam keluarga, orang-orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik agar anak memeroleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik yang akan berpengaruh pada kepribadian yang baik pula pada si anak. Untuk itu perlu strategi komunikasi yang baik dan sehat yang harus dilakukan orang tua untuk menciptakan suasana keluarga yang baik dan sehat pula.

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi


(5)

dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat (Cangara, 2006). Menurut pendapat Tyastuti dkk (2009) proses komunikasi pada hakikatnya dalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dan lain-lain.

Menurut De Fleur (1982) dalam Tyastuti dkk (2009), komunikan (orang yang menerima pesan) akan merasakan efek atau pengaruh yaitu adanya perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Begitu pula ketika masyarakat menerima pesan tentang kesehatan khususnya mengenai pencarian pengobatan, mereka akan merasa bahwa pengetahuan mereka tentang pencarian pengobatan bertambah, sehingga mereka tahu harus bersikap bagaimana dan harus pergi ke mana untuk mencari pengobatan.

Dalam suatu keluarga, tindakan pencarian pengobatan dipengaruhi oleh komunikasi antara anggota keluarga. Menurut Rogers (1983) seorang pakar Sosiolog Pedesaan Amerika mengungkapkan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Komunikasi merupakan proses mendapatkan pesan dari satu orang ke orang lain. Sifat pertukaran informasi antara pasangan individu menentukan kondisi dimana sumber akan atau tidak akan menularkan inovasi ke penerima. Misalnya, saluran media massa adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk menginformasikan audiens yang berpotensi menjadi pengadopsi tentang keberadaan suatu inovasi, yaitu, untuk menciptakan kesadaran pengetahuan. Saluran media massa adalah semua


(6)

sarana transmisi pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya, yang memungkinkan sebuah sumber dari seseorang atau beberapa individu untuk menjangkau audiens yang banyak. Di sisi lain, saluran antara pribadi lebih efektif dalam membujuk seseorang untuk mengadopsi ide baru, terutama jika saluran antara pribadi menghubungkan dua atau lebih individu yang dekat seperti saudara dekat atau teman dekat. Saluran antara pribadi melibatkan tatap muka antara dua atau lebih individu.

Komunikasi merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anggota yang berperan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, melalui komunikasi akan terjalin rasa kasih sayang khususnya orang tua kepada anak. Dengan kasih sayang, anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pada orang tua bahwa keputusan orang tua dalam pencarian pengobatan adalah yang terbaik untuk anak (Parmono, 2011).

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya. Pada saat orang sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, salah satunya adalah mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri dengan minum jamu, minum obat yang dibeli di warung, toko dan apotek (Notoatmodjo, 2010).

Dalam pencarian pengobatan, tenaga kesehatan berperan sangat penting untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Peranan tenaga kesehatan sangat besar dalam mengubah perilaku masyarakat dalam mencari tindakan pengobatan, antara lain sebagai fasilitator, tenaga penyuluhan kesehatan dan sebagainya. Untuk itu


(7)

diperlukan komunikasi kesehatan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup bermakna bagi peningkatan status kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Dari penelitian yang dilakukan Sugiyanto (2002), tentang pengaruh karakteristik keluarga terhadap pencarian pengobatan bayi di Kecamatan Klambu Kabupaten Gerobongan menggambarkan bahwa 48,5% ibu mencari pengobatan tradisional yang terdiri dari dukun bayi 35,5%, membeli obat sendiri 8,4%, dukun sembur 2,4% dan mengobati sendiri dengan obat tradisional 2,4%. Dan yang paling banyak memberi keputusan dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan persentase 60% sedangkan bapak hanya sebesar 40%.

Berdasarkan penelitian dilakukan Warsito (2009) terhadap 40 responden di Wonogiri, bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi interpersonal dengan pola pencarian pengobatan. Dengan rincian, 30 orang (75%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang baik, 6 orang (15%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang sedang, dan 4 orang (10%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswandi dkk (2005), di Kecamatan Tamalate Kota Makasar tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku keluarga miskin dalam upaya pemilihan tempat pengobatan bagi anak balitanya, diketahui bahwa 95,4% penentuan keputusan adalah ibu dan sisanya 4,6% adalah bapak.

Survei awal menunjukkan bahwa di Desa Simpang Empat Upah ini masyarakat tinggal dengan beberapa generasi dalam satu lingkungan, bahkan pada satu dusun yang disebut Dusun Keluarga hanya dihuni oleh keluarga turun-temurun.


(8)

Sehingga untuk pencarian pengobatan bisa dipengaruhi oleh keluarga besar yang tinggal di dekat rumah si penderita sakit di dusun tersebut. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik.

Hasil survei awal yang dilakukan di Desa Simpang Empat Upah oleh peneliti terhadap 15 orang, yang lebih memegang peranan penting dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan jumlah 13 orang (86,7%) sedangkan ayah yang memegang peranan dalam pencarian pengobatan hanya 2 orang (13,3%). Selain itu, diketahui pula bahwa dari 15 orang tersebut, ternyata 6 orang (40%) berobat sendiri dengan membeli obat di warung, 4 orang (26,7%) mencari pengobatan tradisional, 3 orang (20%) berobat di sarana kesehatan dan 2 orang (13,3%) tidak berobat bila sakit.

Berdasarkan uraian di atas diketahui masih rendahnya tindakan pencarian pengobatan oleh keluarga dan masih rendahnya pemanfaatan sarana kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan dan untuk melihat apakah ada pengaruh strategi komunikasi yang dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang lain terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Upah, Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap


(9)

pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik agen sosialisasi keluarga dalam pencarian pengobatan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang Tahun 2014.

2. Mengetahui hubungan agen sosialisasi keluarga dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

3. Mengetahui hubungan komunikasi interpersonal dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.


(10)

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi keluarga Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tentang bagaimana cara mendapatkan pengobatan yang baik sehingga bisa diterapkan jika sewaktu-waktu mengalami sakit.

2. Sebagai masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait dalam melakukan investasi dalam masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.


(1)

dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat (Cangara, 2006). Menurut pendapat Tyastuti dkk (2009) proses komunikasi pada hakikatnya dalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dan lain-lain.

Menurut De Fleur (1982) dalam Tyastuti dkk (2009), komunikan (orang yang menerima pesan) akan merasakan efek atau pengaruh yaitu adanya perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Begitu pula ketika masyarakat menerima pesan tentang kesehatan khususnya mengenai pencarian pengobatan, mereka akan merasa bahwa pengetahuan mereka tentang pencarian pengobatan bertambah, sehingga mereka tahu harus bersikap bagaimana dan harus pergi ke mana untuk mencari pengobatan.

Dalam suatu keluarga, tindakan pencarian pengobatan dipengaruhi oleh komunikasi antara anggota keluarga. Menurut Rogers (1983) seorang pakar Sosiolog Pedesaan Amerika mengungkapkan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Komunikasi merupakan proses mendapatkan pesan dari satu orang ke orang lain. Sifat pertukaran informasi antara pasangan individu menentukan kondisi dimana sumber akan atau tidak akan menularkan inovasi ke penerima. Misalnya, saluran media massa adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk menginformasikan

audiens yang berpotensi menjadi pengadopsi tentang keberadaan suatu inovasi, yaitu, untuk menciptakan kesadaran pengetahuan. Saluran media massa adalah semua


(2)

sarana transmisi pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya, yang memungkinkan sebuah sumber dari seseorang atau beberapa individu untuk menjangkau audiens yang banyak. Di sisi lain, saluran antara pribadi lebih efektif dalam membujuk seseorang untuk mengadopsi ide baru, terutama jika saluran antara pribadi menghubungkan dua atau lebih individu yang dekat seperti saudara dekat atau teman dekat. Saluran antara pribadi melibatkan tatap muka antara dua atau lebih individu.

Komunikasi merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anggota yang berperan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, melalui komunikasi akan terjalin rasa kasih sayang khususnya orang tua kepada anak. Dengan kasih sayang, anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pada orang tua bahwa keputusan orang tua dalam pencarian pengobatan adalah yang terbaik untuk anak (Parmono, 2011).

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya. Pada saat orang sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, salah satunya adalah mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri dengan minum jamu, minum obat yang dibeli di warung, toko dan apotek (Notoatmodjo, 2010).

Dalam pencarian pengobatan, tenaga kesehatan berperan sangat penting untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Peranan tenaga kesehatan sangat besar dalam mengubah perilaku masyarakat dalam mencari tindakan pengobatan, antara lain sebagai fasilitator, tenaga penyuluhan kesehatan dan sebagainya. Untuk itu


(3)

diperlukan komunikasi kesehatan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup bermakna bagi peningkatan status kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Dari penelitian yang dilakukan Sugiyanto (2002), tentang pengaruh karakteristik keluarga terhadap pencarian pengobatan bayi di Kecamatan Klambu Kabupaten Gerobongan menggambarkan bahwa 48,5% ibu mencari pengobatan tradisional yang terdiri dari dukun bayi 35,5%, membeli obat sendiri 8,4%, dukun sembur 2,4% dan mengobati sendiri dengan obat tradisional 2,4%. Dan yang paling banyak memberi keputusan dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan persentase 60% sedangkan bapak hanya sebesar 40%.

Berdasarkan penelitian dilakukan Warsito (2009) terhadap 40 responden di Wonogiri, bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi interpersonal dengan pola pencarian pengobatan. Dengan rincian, 30 orang (75%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang baik, 6 orang (15%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang sedang, dan 4 orang (10%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswandi dkk (2005), di Kecamatan Tamalate Kota Makasar tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku keluarga miskin dalam upaya pemilihan tempat pengobatan bagi anak balitanya, diketahui bahwa 95,4% penentuan keputusan adalah ibu dan sisanya 4,6% adalah bapak.

Survei awal menunjukkan bahwa di Desa Simpang Empat Upah ini masyarakat tinggal dengan beberapa generasi dalam satu lingkungan, bahkan pada satu dusun yang disebut Dusun Keluarga hanya dihuni oleh keluarga turun-temurun.


(4)

Sehingga untuk pencarian pengobatan bisa dipengaruhi oleh keluarga besar yang tinggal di dekat rumah si penderita sakit di dusun tersebut. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik.

Hasil survei awal yang dilakukan di Desa Simpang Empat Upah oleh peneliti terhadap 15 orang, yang lebih memegang peranan penting dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan jumlah 13 orang (86,7%) sedangkan ayah yang memegang peranan dalam pencarian pengobatan hanya 2 orang (13,3%). Selain itu, diketahui pula bahwa dari 15 orang tersebut, ternyata 6 orang (40%) berobat sendiri dengan membeli obat di warung, 4 orang (26,7%) mencari pengobatan tradisional, 3 orang (20%) berobat di sarana kesehatan dan 2 orang (13,3%) tidak berobat bila sakit.

Berdasarkan uraian di atas diketahui masih rendahnya tindakan pencarian pengobatan oleh keluarga dan masih rendahnya pemanfaatan sarana kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan dan untuk melihat apakah ada pengaruh strategi komunikasi yang dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang lain terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Upah, Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap


(5)

pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik agen sosialisasi keluarga dalam pencarian pengobatan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang Tahun 2014.

2. Mengetahui hubungan agen sosialisasi keluarga dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

3. Mengetahui hubungan komunikasi interpersonal dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.


(6)

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi keluarga Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tentang bagaimana cara mendapatkan pengobatan yang baik sehingga bisa diterapkan jika sewaktu-waktu mengalami sakit.

2. Sebagai masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait dalam melakukan investasi dalam masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.