Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)

(1)

KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA DI DESA SUKA DAMAI, KECAMATAN GEREUDONG PASE, KABUPATEN ACEH UTARA

(1987-2000) Skripsi Sarjana

Dikerjakan

O L E H

Nama : Dewi Sartika NIM : 080706001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA DI DESA SUKA DAMAI, KECAMATAN GEREUDONG PASE, KABUPATEN ACEH UTARA

(1987-2000) Yang Diajukan Oleh

Nama: Dewi Sartika Nim: 080706001

Telah disetujui untuk selanjutnya diajukan dalam ujian skripsi sarjana sastra.

Pembimbing,

Dra. S.P. Dewi Murni, M.A Tanggal, 2013 Nip. 195408141984032002

Ketua Departemen Sejarah,

Drs. Edi Sumarno, M. Hum Tanggal, 2013 Nip. 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Lembar pengesahan pembimbing skripsi

KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA DI DESA SUKA DAMAI, KECAMATAN GEREUDONG PASE, KABUPATEN ACEH UTARA

(1987-2000) Skripsi Sarjana

Dikerjakan Oleh:

Nama: Dewi Sartika Nim: 080706001

Pembimbing

Drs. S.P Dewi Murni, M.A Tanggal, 2013 NIP. 195408141984032002

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra dalam bidang Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(4)

Lembar persetujuan ketua departemen

Disetujui Oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen Sejarah

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M. Hum Nip. 196409221989031001


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Sarjana oleh Dekan dan Panitia Ujian

Diterima oleh.

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam bidang Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya

Pada :

Hari/Tanggal : 2013

Pukul : WIB

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. H. Syahron Lubis, M.A. NIP : 195110131976031001

Panitia Ujian.

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M. Hum. ( )

2. Dra. Nurhabsyah, M. Si. ( )

3. Dra. S.P. Dewi Murni, M.A. ( )

4. Dra. Peninna Simanjuntak, M.S. ( )


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Kasih dan SayangNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Adapun judul skripsi yang penulis tulis adalah mengenai KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA DI DESA SUKA DAMAI, GEUREUDONG PASE KABUPATEN ACEH UTARA (1987-2000) ”, yang diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di Depertemen Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Studi Kepustakaan dan Studi Lapangan. Selain itu digunakan juga wawancara bebas untuk lebih mendalami keadaan Masyarakat Transmigran Jawa di Desa Suka Damai.

Tujuan dari penulisan Skripsi ini, dengan mengambil judul “ KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA DI DESA SUKA DAMAI, GEUREUDONG PASE KABUPATEN ACEH UTARA (1987-2000) ”, adalah untuk mengetahui latar belakang, proses perpindahan masyarakat Jawa dan keberhasilan apa yang mereka dapatkan menjadi Transmigran di Desa Suka Damai, Kabupaten Aceh Utara.

Sadar akan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, maka dengan kerendahan hati Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga Skripsi ini bermanfaat bagi Penulis khususnya dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Maret 2013 Penulis,

Dewi Sartika 080706001


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, serta salawat dan salam atas junjungan baginda Rosul nabi Besar Muhammad SAW yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, serta telah memberikan kesehatan, kekuatan, ketabahan, serta ketekunan kepada penulis, sehingga selesainya penulisan skripsi ini. Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Almarhum ayahnda dan ibunda ku yang tercinta dan tersayang yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan ananda serta tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya kepada ananda selama dalam mengikuti perkuliahan. Segala bentuk nasehat dan petuah yang ayahnda dan ibunda berikan senantiasa akan selalu ananda ingat. Tidak mungkin ananda dapat membalas semua pengorbanan yang ayahnda dan ibunda berikan, hanya Allah SWT yang dapat membalasnya. Terakhir ananda hanya dapat memohon do’a kepada Allah SWT agar ayahnda dan ibunda selalu mendapat lindunganNya, amin.

2. Bapak Dr. H. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, beserta Pembantu Dekan I Dr.M. Husnan Lubis, M.A, Pembantu Dekan II Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Drs. Yudi Andrian Muliadi M.A. penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan selama mengikuti perkuliahan.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M.Hum selaku Pimpinan Departemen Sejarah yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama dalam perkuliahan.


(8)

4. Ibu Dra. S.P. Dewi Murni, M.A. Sebagai Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah begitu banyak memnerikan dorongan, semangat, dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis. Budi baik yang ibu berikan akan selalu penulis ingat, tidak mungkin penulis dapat membalas semua budi baik ibu, hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.

5. Seluruh Dosen, Staf Administrasi pendidikan Departemen Sejarah yang telah banyak membantu penulis dari mulai masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Terkhusus penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Nurhabsyah Msi, yang telah memberikan masukan dan dorongan kepada penulis. Juga saya ucapkan terima kasih kepada Bang Ampera yang telah banyak membantu penulis dalam segala urusan Administrasi. Semoga Allah SWT yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, amin.

6. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan nasehat-nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini. Semua nasehat yang ibu berikan akan selalu penulis ingat, tidak mungkin penulis dapat membalas semua yang telah ibu berikan, hanya Allah SWT yang dapat membalasnya.

7. Untuk saudara kandung ku, Ermiandi Siregar, Dedek Syafrullah Siregar, Afdiana Siregar, Abdi latif Siregar, Normalina Siregar, terima kasih atas dukungannya selama ini. Terkhususnya untuk adik ku Ririn Maya Hardina Siregar buatlah keluarga besar kita bangga akan dirimu.


(9)

8. Spesial penulis ucapkan kepada BUDI yang selalu setia dan sabar memberikan dukungan dan semangat kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

9. Abang, kakak senior dan alumni serta Adik-adik sejurusan terima kasih atas dukungan yang kalian berikan. Sahabat-sahabat ku stambuk 08 kepada Frider, Jakob, Kuasa, Evi, Glorika, Marco, Riana, Yuni, Erni, Puspita, Hotman, Arenda, Nurhayani, Wenny, Jansarman, Resti, Putri, Fahmi, Alfian, Novita, Edyta, Royandi, Azis, Albert, Elegus, Eko, Yohanes, Suranta, Husein, Ery yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsinya.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini terkhususnya Dinas Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi Kabupaten Aceh Utara dan semua yang terlibat di dalam kesempurnaan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan ganjaran yang berlipat ganda.

Medan, July 2013 Penulis

Dewi Sartika 080706001


(10)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan masyarakat transmigran Jawa yang ada di desa Suka Damai pada tahun 1982, serta sekaligus mengetahui proses kehidupan masyarakat transmigran dengan masyarakat asli yaitu Aceh di Mbang kecamatan Gereudong Pase.

Skripsi ini berjudul “ Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)”. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yaitu Heuristik ( Pengumpulan Data ), Kritik Sumber baik itu kritik ekstern maupun kritik intern, Interpretasi ( menyimpulkan kesaksian/data yang dipercaya dari bahan yang ada),dan yang terakhir adalah Historiografi ( penulisan).

Dari program Transmigrasi yarakat Jawa dan masyarakat Aceh saling bersosialisasi dengan baik hidup rukun dan damai tentran tanpa ada yang disakiti satu sama lain.

Oleh pemerintah dipindahkannya penduduk-penduduk Pulau Jawa ke desa Suka Damai. Transmigran ini berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Ternyata dilatarbelakangi oleh kemiskinan, keinginan merantau untuk memperbaiki kehidupan lebih baik dan keinginan merantau untuk mengetahui daerah baru dan sebagainya.

Tujuan penelitian tentang Kehidupan Transmigran Jawa di Desa Suka Damai pada tahun 1987-2000 adalah untuk mengetahui latar belakang, proses berpindahnya masyarakat Jawa dan keberhasilan apa yang mereka dapatkan menjadi trasnmigran di Desa Suka Damai, Kabupaten Aceh Utara.

Dan program transmigrasi yang dijalankan pemerintah Kabupaten Aceh Utara pada masa itu memperoleh keberhasilan meningkatkan kehidupan masyarakat Jawa.


(11)

LEMBAR PERSEMBAHAN

“pelajarilah ilmu.

Barang siapa mempelajarinya karena Allah, itu taqwa. Menuntutnya, itu ibadah.

Mengulang-ngulangnya, itu tasbih. Membahasnya, itu jihad.

Mengajarkannya kepada orang yang tidak tahu, itu sedekah. Memberikannya kepada ahlinya,

Itu mendekatkan diri kepada Allah”.

( Abusy Syaikh Ibnu Hibban dan Ibnu Abdil Barr, Ilya Al-Ghozali,1986) Dengan Ridho Allah SWT kuselesaikan skripsi ini, yang kupersembahkan sebagai tanda bukti dan terima kasihku buat orang-orang yang selalu kucintai

dan kusayangi yang sangat berarti dalam hidupku :

Orang tuaku tercinta :

Almarhum H. Erwin Siregar ( Ayahanda )

Hj. Rusda ( Ibunda )

Saudara kandung ku tersayang : Ermiandi Siregar

Dedek Syafrullah Siregar Sri Afdiana Siregar

Abdi latif Siregar Normalina Siregar Ririn Maya Hardina Siregar


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

ABSTRAK……….……… v

DAFTAR ISI……… vii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1Latar Belakang………...……….1

1.2Rumusan Masalah………...………6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian………6

1.4Tinjauan Pustaka………...………..7

1.5Metode Penelitian………9

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SUKA DAMAI…………...…...….12

2.1 Kondisi Geografis………..12


(13)

BAB III AWAL KEDATANGAN TRANSMIGRAN JAWA KE DESA

SUKA DAMAI……….…..23

1.1 Latar Belakang Masalah………..23

1.2 Transmigrasi Dari Semarang Jawa Tengah………...27

1.3 Transmigrasi Dari Madiun Jawa Timur………...29

1.4 Transmigrasi Dari Bandung Jawa Barat……….31

BAB IV KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA SETELAH BERADA DI DESA SUKA DAMAI………...36

4.1 Sistem Kekerabatan Masyarakat Jawa……….………...36

4.2 Interaksi Masyarakat Jawa Dengan Penduduk Asli…………..41

4.3 Kehidupan Masyarakat Jawa ………..…………..42

4.4 Kehidupan Transmigrasi Di Bidang Keagamaan………...…...45

BAB V TRANSMIGRAN JAWA DALAM PERKEMBANGAN DI DESA SUKA DAMAI………...48

5.1 Aspek Ekonomi……….48

5.2 Aspek Pendidikan………..54

5.3 Aspek Budaya………56


(14)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN……….………...64

6.1 Kesimpulan………....64 6.2 Saran………..66

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN


(15)

Daftar Lampiran

Lampiran 1.

Daftar Informan

Lampiran 2.

Foto Perkebunan Sawit, Karet, dan Perumahan

Lampiran 3.

Surat Pengesahan Gubernur Tingkat Daerah Istimewa Aceh

Lampiran 4.

Peta Desa Suka Damai Kecamatan Gereudong Pase


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Tata Guna Tanah Desa Suka Damai Tahun 1987……….16

TABEL 2. Komposisi Jumlah Penduduk………...18

TABEL 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin………19


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan masyarakat transmigran Jawa yang ada di desa Suka Damai pada tahun 1982, serta sekaligus mengetahui proses kehidupan masyarakat transmigran dengan masyarakat asli yaitu Aceh di Mbang kecamatan Gereudong Pase.

Skripsi ini berjudul “ Kehidupan Transmigran Jawa Di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)”. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, yaitu Heuristik ( Pengumpulan Data ), Kritik Sumber baik itu kritik ekstern maupun kritik intern, Interpretasi ( menyimpulkan kesaksian/data yang dipercaya dari bahan yang ada),dan yang terakhir adalah Historiografi ( penulisan).

Dari program Transmigrasi yarakat Jawa dan masyarakat Aceh saling bersosialisasi dengan baik hidup rukun dan damai tentran tanpa ada yang disakiti satu sama lain.

Oleh pemerintah dipindahkannya penduduk-penduduk Pulau Jawa ke desa Suka Damai. Transmigran ini berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. Ternyata dilatarbelakangi oleh kemiskinan, keinginan merantau untuk memperbaiki kehidupan lebih baik dan keinginan merantau untuk mengetahui daerah baru dan sebagainya.

Tujuan penelitian tentang Kehidupan Transmigran Jawa di Desa Suka Damai pada tahun 1987-2000 adalah untuk mengetahui latar belakang, proses berpindahnya masyarakat Jawa dan keberhasilan apa yang mereka dapatkan menjadi trasnmigran di Desa Suka Damai, Kabupaten Aceh Utara.

Dan program transmigrasi yang dijalankan pemerintah Kabupaten Aceh Utara pada masa itu memperoleh keberhasilan meningkatkan kehidupan masyarakat Jawa.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau Jawa ke daerah lain yang ada di Indonesia seperti Papua, Kalimantan, Sumatera, Madura, Bali, Aceh dan lainnya.1

Pemindahan penduduk dari pulau Jawa ke Aceh Utara, para transmigran sebelumnya mendapat bimbingan tentang kondisi masyarakat setempat untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Pada dasarnya mereka mengelola lahan pertanian sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di Aceh, Karena lahan pertanian khususnya di Aceh Utara lebih luas jika dibandingkan dengan di Transmigrasi telah berlangsung sejak awal abad ke-20 yaitu pada tahun 1905 setelah diberlakukannya politik Etis. Hal ini berperan dalam menangani kemiskinan yang terjadi di pulau Jawa juga merupakan salah satu pengurangan kepadatan penduduk. Program transmigrasi dilanjutkan pada zaman kemerdekaan yaitu pada masa kepemimpinan Soekarno tahun 1949. Maksud dilakukannya transmigrasi lebih kepada dampak kemiskinan yang ditimbulkan oleh kepadatan penduduk di pulau Jawa.

1

Soeratman, Dari Daerah Asal sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman, Jakarta: Universitas Kristen Satya Wacana, 1984, hal. 13


(19)

pulau Jawa, dan hasil pertanian yang mereka peroleh harus dibagi dengan pemerintah.

Proses transmigrasi Jawa ke Aceh Utara berawal dari penyampaian tentang daerah baru sebagai tempat tujuan untuk tempat tinggal dan bercocok tanam. Para transmigran ke Aceh memiliki tujuan untuk peningkatan hidup yang lebih baik, selain itu mereka juga diberi peluang untuk membuka lahan pertanian atau perkebunan. 2

Transmigran yang berada di Desa Suka Damai umumnya berasal dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka tinggal di Desa Suka Damai diberi tanah oleh pemerintah untuk dikelola, namun tanah yang mereka tempati termasuk jenis tanah gambut yang hanya dapat ditanami pohon sawit dan karet. Pemerintah memberi jangka waktu sampai perkebunan karet dan sawit dapat dipanen maka para transmigran dapat melunasi atau berbagi hasil dengan pemerintah, yang disebut dengan Perkebunan Inti Rakyat ialah ikatan pemerintah yang berkaitan dengan perkebunan atau ikatan kredit.

Sama dengan masyarakat Jawa yang bertransmigrasi ke Desa Suka Damai Aceh Utara, mereka tiba pada 10 Oktober 1987, dan menempati daerah yang telah ditentukan oleh pemerintah.

3

Proyek yang berperan baik dalam perbaikan kehidupan transmigran di daerah-daerah yang relatif subur, seperti di Desa Suka Damai terdapat beberapa

2

Swasono Edi dan Masri Singarimbun, Transmigrasi Di Indonesia 1905-1985, Jakarta : 1985, hal. 32

3 Mubyarto, Sepuluh Windhu Transmigrasi di Indonesia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986, hal. 7


(20)

kendala, di antaranya sosial budaya yang berbeda adat istiadat, tradisi yang berkaitan dengan masyarakat setempat seperti pemisahan antara laki-laki dan perempuan ketika berlangsung upacara keagamaan, atau pun acara pernikahan yang diadakan oleh masyarakat setempat.

Masing-masing keluarga yang berada di Desa Suka Damai masing-masing keluarga mendapat rumah untuk tempat tinggal yang sebelumnya telah disediakan oleh pemerintah. Saat mereka telah resmi tinggal di desa tersebut, mereka melakukan aktifitas sehari-hari dengan bercocok tanam, seperti menanam singkong, sayur-sayuran dan sebagainya. Pada tahun 1989 transmigran ini mulai menanami lahan yang ada dengan kelapa sawit dan karet, karena mereka menyadari hanya dengan bercocok tanam saja tidak dapat meningkatkan taraf hidup untuk lebih baik. Lahan pertanian yang diberikan pemerintah kepada para transmigran ini telah bersertifikat sejak diadakannya Transmigrasi ke Aceh Utara di Desa Suka Damai Kecamatan Geuredong Pase. Lahan yang diberikan kepada mereka harus dibayar dengan sistem kredit atau berbagi hasil. Hal ini dilaksanakan agar masyarakat Aceh tidak beranggapan bahwa tanah atau lahan yang ada di Tanah Rencong ini tidak diberikan dengan cuma-cuma kepada para transmigran.

Awalnya masyarakat Jawa yang hendak bertransmigrasi ke Aceh ini masih merasa enggan dan takut untuk pindah, karena pada tahun 1987 terjadi konflik antara rakyat Aceh dan Militer yaitu pemberlakuan DOM, dan mereka juga berpikir tentang perbedaan adat-istiadat dengan masyarakat Aceh, mereka


(21)

beranggapan bahwa kedatangan orang Jawa ke Aceh hanya ingin menguasai lahan perkebunan yang mereka klaim sebagai milik mereka.

Lahan-lahan perkebunan yang dikerjakan dan menghasilkan, hal ini dikarenakan orang Jawa sangat gigih dalam bekerja, siap mengelola tanah kosong menjadi perkebunan.4

Masyarakat Jawa yang hidup di Desa Suka Damai memiliki keahlian dalam mengelola tanah dan juga dari segi fisik sangat kuat bekerja. Di daerah asalnya (Jawa) mereka tidak bisa mengelola tanah dikarenakan lahan pertanian yang telah padat dengan pembangunan. Untuk mengatasi problema yang dihadapi,

Namun para transmigran yang hidup dengan tata pola kekerabatan dan penuh tatakrama sehingga masyarakat setempat dapat menerima mereka dengan baik di lingkungan masyarakat setempat.

Desa Suka Damai merupakan daerah agraris, para transmigran Jawa yang ada di Desa Suka Damai ini juga merupakan petani di daerah asalnya, sehingga mereka tidak mengalami kesulitan untuk mengerjakan tanah pertanian sebagai mata pencaharian. Meskipun untuk mata pencaharian mereka tidak mengalami kesulitan, namun dalam hal pembauran dengan penduduk asli (Aceh) masih terdapat hambatan-hambatan terutama dalam komunikasi dan norma-norma yang terdapat pada masyarakat Desa Suka Damai. Umumnya yang menyesuaikan diri adalah suku Jawa yang berusaha mempelajari bahasa penduduk setempat begitu pula dengan norma-norma yang ada.

4

Nasrudin Anshoriy, Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008, hal. 18


(22)

masyarakat mengambil inisiatif untuk mengikuti program transmigrasi, selain itu pemerintah juga memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut program tersebut. Cara yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi sulitnya lahan yang sempit di Jawa adalah dengan mengikuti program transmigrasi.

Pada tahun1987 masyarakat yang bertransmigrasi ke wilayah Aceh Utara tidaklah terlalu banyak, mereka datang secara bertahap ini dikarenakan sebahagian masyarakat Jawa yang enggan dan tidak mau meninggalkan tanah kelahiran mereka. Masyarakat Jawa juga mengkhawatirkan terjadinya konflik antara masyarakat Jawa dengan penduduk asli tempat mereka bermukim.

Tahun 1988 didatangkan lagi transmigran dari Jawa ke Aceh Besar, setelah mereka dapat pengarahan, mereka ditempatkan di tempat-tempat yang telah disediakan sesuai dengan jumlah yang datang.

Para transmigran dapat hidup sejahtera di daerah Aceh Utara karena lahan-lahan kosong dapat mereka garap menjadi lahan-lahan pertanian. Dengan peningkatan para transmigran yang datang ke daerah Aceh Utara semakin menambah luas lahan pertanian di Aceh Utara. Dari lahan pertanian inilah mereka dapat hidup lebih baik, jika dibandingkan ketika mereka masih tinggal di Pulau Jawa.

Dengan adanya transmigrasi maka kehidupan para transmigran di desa Suka Damai tampak berhasil, karena pada awalnya tujuan dari transmigrasi yaitu mengurangi kepadatan penduduk dan meningkatkan taraf hidup masyarakat


(23)

menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kehidupan transmigran yang ada di desa Suka Damai.

1.2 Rumusan Masalah

.

Penelitian ini akan membahas mengenai transmigrasi dengan judul,

Kehidupan Transmigran Jawa di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara (1987-2000)”. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa latar belakang terjadinya Transmigrasi di Desa Suka Damai, Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara?

2. Bagaimana kehidupan Transmigran di Desa Suka Damai

3. Apakah dengan adanya Transmigrasi ke Aceh Utara menimbulkan perubahan bagi kehidupan para Transmigran

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan kondisi Desa Suka Damai sebelum kedatangan para Transmigran tahun 1987-2000

2. Menjelaskan kehidupan para transmigran ketika berada di Desa Suka Damai 1987-2000

3 .Menguraikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat Jawa yang bertransmigrasi ke Desa Suka Damai 1987-2000


(24)

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai tambahan refrensi bagi masyarakat umum agar dapat mengetahui

proses transmigrasi dan perkembangan kehidupan transmigran Jawa yang ada di Desa Suka Damai.

2. Berguna memberi sumbangan pemahaman untuk pemerintah tentang transmigrasi yang ada di Indonesia.

3. Sebagai bahan pemikiran lebih lanjut bagi penulis dan menambah sejarah Lokal untuk menambah sumber bagi sejarah nasional.

1.4 Tinjauan Pustaka

Dalam kajian ini selain akan melakukan penelitian ke lapangan, peneliti juga menggunakan beberapa literatur kepustakaan berupa buku-buku dan laporan sebagai bentuk studi kepustakaan yang akan dilakukan selama penelitian.

Buku yang berjudul “Transmigrasi Di Indonesia ditulis oleh Edi Swasono dan Masri Singarimbun. Menerangkan bahwa Transmigrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Transmigrasi berfungsi untuk mempercepat perubahan pengelompokan dan penggolongan manusia dan membentuk jalinan hubungan sosial dan interaksi sosial yang baru.Transmigrasi yang biasa digunakan di Indonesia adalah transmigrasi umum (transmigrasi yang biayanya di tanggung pemerintah ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat) dan (transmigrasi swakarsa yang seluruh pembiayaanya di tanggung sendiri). Pemerintah hanya


(25)

menyediakan lahan pertanian dan rumah. Pola transmigrasi yang digunakan dibagi menjadi beberapa variabel menurut bidang usahanya, menurut pembiayaannya, dan menurut tipe dan lokasi.

Walaupun transmigrasi sudah berjalan lama, transmigrasi tetap memicu timbulnya pengaruh-pengaruh terhadap daerah transmigran. Pengaruh tersebut bisa berupa pengaruh baik maupun pengaruh buruk bagi masyarakat asli dan pendatang. Berkurangnya kesempatan kerja bagi masyarakat asli, benturan budaya antara masyarakat asli dan pendatang, dan konflik yang terjadi atas kepemilikan lahan. Hal tersebut tidak hanya dirasakan dalam bidang ekonomi, namun juga dibidang politik. Ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian tentang transmigrasi yang ada di Desa Suka Damai.

Buku berjudul “ Kearifan Lingkungan Budaya Jawa” ditulis oleh Nasrudin Anshoriy. Membahas mengenai tingkah laku serta tata cara hidup masyarakat Jawa yang tetap memegang sistem kekerabatan dan mudah diterima dalam masyarakat ataupun lingkungan luar karena masyarakat Jawa selalau mengutamakan kebersamaan, mementingkan kesopanan. Kesamaan keadaan inilah yang ada di masyarakat desa Suka Damai sebagai masyarakat yang bertransmigrasi dari Pulau Jawa ke Aceh Utara yaitu Desa Suka Damai.

Selain itu buku: “Pengaruh Hubungan Antara Suku Bangsa Terhadap Integrasi Nasional“ ditulis oleh Usman Pelly. Menyatakan bahwa dalam proses penyesuaian antara transmigran dengan penduduk setempat masing-masing sistem


(26)

sosial mengalami perubahan. Dalam asimilasi terjadi suatu proses antara penetrasi dan fusi dimana seseorang atau kelompok lain dengan keterlibatan kehidupan bersama. Penyesuaian transmigran di daerah tujuan, bila sistem sosial budaya masyarakat tuan tanah lebih dominan, maka ada kecendrungan sistem sosial masyarakat pendatang berubah mengikuti sistem sosial masyarakat tuan rumah. Pertemuan sistem sosial ini mengakibatkan terjadinya pembauran dan adaptasi antara sistem sosial yang ada pada masyarakat yang mengalaminya.

1.5 Metode Penelitian

Penulisan sejarah yang deskriptif-analitis haruslah melalui tahapan demi tahapan. Ada empat tahap metode dalam penelitian sejarah: Heuristik

(pengumpulan sumber); Verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber); Interpretasi

(analisis dan sintesis); Historiografi (penulisan).

Tahap pertama adalah mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian ini, tahap ini sering disebut dengan nama heuristik. Penelitian kepustakaan (library research) juga dilakukan untuk mendukung penelitian ini, pengumpulan sumber-sumber seperti artikel-artikel, buku-buku dan majalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Di samping penelitian kepustakaan dilakukan juga penelitian lapangan (field research) dengan cara meninjau langsung objek yang diteliti, dan tidak lupa juga peneliti mencoba mewawancarai sekretaris desa dan wakil sekretaris desa yang mengerti secara detail mengenai Desa Suka Damai.


(27)

Tahap kedua yang dilakukan adalah kritik. Dalam tahapan ini, kritik dilakukan terhadap sumber yang telah terkumpul untuk mencari keabsahan sumber tersebut baik dari segi substansial (isi), yakni dengan cara menganalisa sejumlah sumber tertulis, misalnya, buku-buku atau dokumen yang terkait dengan perpustakaan daerah. Kritik ini disebut kritik intern. Mengkritik dari segi materialnya untuk mengetahui keaslian atau palsukah sumber tersebut agar diperoleh keautentikannya disebut kritik ekstern.

Tahap ketiga adalah interpretasi. Dalam tahapan ini, data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan satu analisis baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

Tahap keempat adalah historiografi, yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta untuk mendapatkan penulisan sejarah yang kritis dan ilmiah.


(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis

Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada di Lhokseumawe. Jarak dari Desa Suka Damai menuju kota Lhokseumawe ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh Utara (Lhoksukon) ± 28 km atau sekitar 1 ½ jam jarak tempuh, dan dari Desa Suka Damai menuju Kecamatan Gereudong Pase ± 4 km.

Letak geografis Desa Suka Damai berbatasan dengan wilayah, sebelah utara berbatasan dengan lahan karet Satuan Pemukiman (SP) III, sebelah timur berbatasan dengan gampong Pulo Meuria, sebelah Selatan bebatasan dengan PT. Satya Agung, dan sebelah Barat berbatasan dengan SP III.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang berada di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yang berkantor di Jl. Medan-Banda Aceh Alue Drien, Desa Suka Damai hanya dihuni oleh penduduk berasal dari pulau Jawa merupakan desa yang berada di sekitar wilayah yang berjarak ± 4 km dari pemukiman masyarakat setempat yaitu Mbang yang terletak di Kecamatan Geureudong Pase. Mereka datang ke daerah ini melalui program

5

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) perdesaan. Kabupaten Aceh Utara, tahun 2011-2012


(29)

Transmigrasi pada tahun 1987 untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa. Seluruh daerah pertanian yang terdapat di Desa Suka Damai dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka, seperti menanam umbi-umbian dan menanam kebutuhan tanaman yang mereka butuhkan sehari-hari yaitu singkong, bawang, cabe dan yang lain-lainnya. Luas keseluruhan daerah Desa Suka Damai adalah sekitar 600 ha, yang terdiri dari, tanah perkarangan, tanah perkebunan, tanah rawa-rawa dan lahan tidur, lahan sawah tidak terdapat di desa Suka Damai dan yang bukan lahan sawah seluas 432 ha.

Untuk mendukung terlaksananya program pembangunan nasional dan daerah secara lebih merata, seperti yang digariskan dalam pembangunan, maka kebijaksanaan umum pembangunan daerah Aceh diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas, yang mencakup peningkatan produksi pangan, tanaman perdagangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, yang semuanya dikaitkan dengan peningkatan pendapatan masyarakat serta perluasan kesempatan kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut diadakan usaha ekstensifikasi, diversifikasi, intensifikasi di bidang produksi dan rehabilitasi prasarana dan sarana pertanian, peningkatan fungsi irigasi yang telah ada, dan pembangunan irigasi baru. Oleh sebab itu demi mencapai laju pertumbuhan perekonomian daerah Aceh, maka transmigrasi merupakan salah satu program terpenting bagi pemerintah Aceh Utara untuk mewujudkan pembangunan tersebut.

Rendahnya kepadatan penduduk kepulauan di luar Pulau Jawa khususnya di Aceh Utara sejajar dengan luas hutannya. Permukaan yang ditumbuhi hutan


(30)

mungkin sekali mencakupi wilayah hutan sekunder yang luas dan dari berbagai usia, bahkan termasuk savana yang ditumbuhi alang-alang.

Meskipun pembabatan hutan terjadi secara intensif sejak tiga puluh tahun belakangan ini, pada tahun 1985 potensi hutan masih di sebagian besar daerah di luar Jawa. Meskipun demikian, di beberapa daerah, seperti Sumatera Selatan dan Lampung, potensi hutan sangat banyak digerogoti.

Pada tahun 1905 kepulauan di luar Pulau Jawa merupakan wilayah luas yang masih sangat sedikit penduduknya dan ditumbuhi hutan. Dapatkah orang membayangkan lahan yang lebih baik untuk perkebunan. Betapa pun, amat itu mengarah pada letak masalah penyebab ketimpangan demografis di Indonesia. Penyebab rendahnya kepadatan penduduk di luar Jawa selalu menimbulkan banyak polemik. Pengaruh faktor ekologi, kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, politis atau faktor lainnya sangat sulit dibuktikan.

Sebelum daerah ini menjadi salah satu daerah program penempatan transmigrasi asal Pulau Jawa, yaitu pada tahun 1970-an menurut hasil wawancara dengan bapak Ibrahim penduduk setempat di desa Mbang daerah ini dahulunya adalah hutan.6

6

Wawancara dengan Bapak Ibrahim, penduduk setempat, Desa Mbang, 25 Februari 2013 Ketika menjadi salah satu program penempatan transmigrasi maka pada tahun 1980-an oleh pemerintah membuka hutan tersebut dengan dua cara. Yang pertama cara manual membabat dan membakar, yang dilakukan dahulu membabat rumput-rumput kemudian menebang pohon-pohon yang ada. Sesudah kering dilakukan pembakaran dan kemudian batang-batang kayu dapat


(31)

dipotong-potong untuk dijual atau dimanfaatkan sebagai kayu bakar, atau dipakai untuk keperluan lain seperti bangunan. Cara yang kedua yaitu cara mekanis memakai alat-alat besar seperti bulldozer, untuk menumbangkan pohon-pohon dan kemudian membersihkan lahan dari semua tumbuhan-tumbuhan termasuk tunggul-tunggul pohon. Pemotongan batang-batang kayu sukar dilakukan karena seluruh tumbuh-tumbuhan bercampur aduk, pengumpulan ranting-ranting dibiarkan tetapi biasanya dibakar sesudah dikeringkan. Daerah yang mulanya hutan sudah mulai dapat dibuka sebagai lahan untuk para transmigran dengan membuat akses jalan.

Jalan yang dibuat menghubungkan dari Satuan Pemukiman (SP) ke daerah pemukiman lain disebut dengan jalan poros, serta jalan yang menghubungkan ke pusat Satuan Kawasan Pemukiman (SKP), jalan ini juga menghubungkan dengan jalan negara/ jalan propinsi yang ada.7

Dengan dibukanya daerah baru menyebabkan terbentuknya RSTP, sehingga terbukalah daerah yang dinamakan Desa Suka Damai yang terdiri atas empat dusun, adapun ke empat dusun tersebut seperti Dusun Suka, Dusun Damai, Dusun Rahayu, Dusun Karang Rejo, dusun-dusun yang terdapat didalam wilayah desa Suka Damai. Setiap dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun atau sering disingkat Kadus, yang memiliki kantor yang berada di tengah-tengah desa.

Proyek pembukaan hutan dan jalan ini disebut dengan Rencana Satuan Pemukiman Transmigrasi ( RSPT ).

8

7

Wawancara dengan Bapak Margo Utomo, Tuha Peut Desa Suka Damai, 17 Maret 2013

8

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) Perdesaan. Kabupaten Aceh Utara. Op.Cit, hal. 6


(32)

Tabel 1

Tata Guna Tanah Desa Suka Damai tahun 1987 Tahun 1987

No. Jenis Hektar

1 Perkarangan 25 Ha

2 Perkebunan 500 Ha

3 Rawa-rawa 70 Ha

4 Lahan tidur 5 Ha

Jumlah 600 Ha

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa areal perkebunan merupakan areal yang paling luas kecuali daerah hutan yang pada saat itu belum dapat dikelola. Areal perkebunan tersebut banyak ditanami dengan tanaman kelapa sawit, dan pohon karet atau rambung yang dalam cara tanamnya tidak terlalu banyak membutuhkan perairan sehingga tanaman ini cocok dibudidayakan. Lahan Tidur yang terdapatpada tabel di atas tidak ditanami sayur-sayuran juga tidak untuk memelihara kerbau atau kambing, melainkan dibiarkan begitu saja oleh para transmigran. Hal ini terjadi karena perkarangan di rumah mereka masih sangat luas. Pada tahun 1987 mereka mendapatkan areal perkebunan untuk menjadi salah


(33)

satu hak milik bagi masyarakat transmigran sehingga mereka dapat menggarap lahan pertanian yang sudah disediakan dengan bebas, tetapi pemerintah tetap mengingatkan para transmigran agar berbagi hasil dengan pemerintah untuk mencicil pembayaran lahan dan rumah yang telah diberikan kepada mereka.

Selain itu areal pemukiman menjadi areal terluas kedua. Hal ini mengingat jumlah penduduk yang berada di Desa Suka Damai banyak, karena penduduk yang tinggal di Desa Suka Damai adalah masyarakat Transmigran. Pada tahun 1980 daerah ini merupakan hutan yang sama sekali belum digarap menjadi lahan pertanian. Ketika menjadi salah satu program penempatan transmigrasi maka hutan tersebut dikelola oleh pemerintah dengan cara manual membabat dan membakar semak belukar.

Kepadatan penduduk adalah sebanyak 1371 jiwa dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap dusun. Dari keempat dusun yang ada di Desa Suka Damai terdapat penduduk yang terpadat di dusun 1 yaitu dengan kepadatan sebanyak 503 jiwa. Untuk lebih jelasnya berapa jiwa yang terdapat dimasing-masing dusun dapat dilihat pada tabel:


(34)

Tabel II

Komposisi jumlah penduduk

No Dusun Jiwa

1 Dusun 1 453

2 Dusun 2 406

3 Dusun 3 355

4 Dusun 4 157

Jumlah 1371

Sumber: Kantor Camat Geureudong Pase tahun 1987

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang tinggal di Desa Suka Damai sudah bisa dikatakan banyak, ini dikarenakan kenyakinan transmigran untuk tetap tinggal di Desa tersebut. Dari 1371 jiwa jumlah KK yang keseluruhannya tiga ratus lima puluh tiga (353).

Desa Suka Damai ini memiliki enam wewenang yang harus dilaksanakan oleh beberapa pengurus. Diantaranya Kaur Umum di Jabat oleh Bapak Boediyono, Sekretaris Desa oleh Bapak Sueyatno, Bendahara oleh Bapak Sarjono, Kaur


(35)

Pemerintah oleh Bapak Zulfikar Fauzi, Tuha Peut oleh Bapak Ponirin, Keuchik oleh Bapak Mustofa Hasan.9

No

Keseluruhan jumlah penduduk Desa Suka Damai pada tahun 1987 berjumlah 1371 jiwa, menurut jenis kelamin adalah jumlah laki-laki sebanyak (682) jiwa dan perempuan (689) jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel III

Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 1987 Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

1 Laki-laki 682 jiwa

2 Perempuan 689 jiwa

Jumlah 1.371 jiwa

Sumber: Kantor Camat Geureudong Pase tahun 1987

2.2 keadaan Penduduk

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa desa Suka Damai dihuni oleh masyarakat transmigrasi dari pulau Jawa, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dalam penempatan di setiap desa tidak hanya diperuntukkan bagi pendatang yang berasal dari satu daerah asal saja, akan tetapi setiap desa dihuni oleh penduduk dari ketiga daerah asal tersebut.

9


(36)

Perpindahan transmigran ke Desa Suka Damai terjadi akibat kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang sulit diatasi oleh pemerintah. Pendapatan mereka yang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari menyebabkan mereka bersedia mengikuti program transmigrasi yang dilakukan oleh pemerintah.10

Desa Suka Damai memiliki keunikan tersendiri, jika dibandingkan dengan desa-desa yang ada di sekitarnya. Salah satu yang membedakannya adalah bila dilihat dari letak daerah dan asal usul desa itu sendiri. Awal kehadiran mereka di tengah-tengah pemukiman masyarakat Aceh, tidak mudah bagi mereka bersosialisasi dengan masyarakat setempat. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan bahasa, akan tetapi perbedaan bahasa tidak menyurutkan mereka untuk saling beradaptasi, bahkan perbedaan itu dijadikan dasar untuk saling menghormati. Walaupun adanya perbedaan bahasa di tengah-tengah mereka

Tujuan transmigrasi di Indonesia pun sangat jelas, untuk mengurangi kepadatan dan kemiskinan penduduk di wilayah yang sempit.

Transmigrasi di Desa Suka Damai dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap pertama dilakukan pada tahun 1987 transmigrasi hanya dilaksanakan satu kali saja, yaitu tanggal 10 Oktober dan pada tahun 1988 dilakukan transmigrasi dua kali yaitu pada 22 Maret dan 12 Juni, Desa Suka Damai memungkinkan untuk menjadi daerah penempatan transmigran mengingat lahan-lahan di daerah tersebut masih sangat luas, sehingga dapat dijadikan lahan mata pencaharian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup.

10


(37)

namun terdapat kesamaan agama antara penduduk asli dengan pendatang, yaitu sama-sama memeluk agama Islam. Kesamaan agama inilah yang dipandang sebagai “ Saudara seiman dan setaqwa”.

Di pemukiman yang baru, mereka diberi rumah sebagai tempat tinggal dan tanah seluas 3 ha untuk setiap KK (kepala keluarga). Tempat tinggal yang diberikan oleh pemerintah telah dilengkapi dengan peralatan dapur dan alat pertanian agar mereka dapat membuka tempat bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan hidup mereka. Di areal tanah seluas 3 ha itu diusahakan menjadi areal perkebunan sedangkan sisanya untuk pekarangan yang biasanya ditanami juga dengan tanaman palawija dan sayur-sayuran. Walaupun selama dua tahun 1987-1988 sejak awal kedatangan mereka kebutuhan pokok masih disubsidi oleh pemerintah , akan tetapi untuk bertahan hidup masyarakat tidak bargantung sepenuhnya pada subsidi tersebut. Para transmigran tetap melakukan bercocok tanam sayur-sayuran, umbi-umbian yaitu singkong, cabe dan palawija.

Keadaan penduduk berdasarkan jumlah kelahiran dan kematian di desa Suka Damai berjumlah 17 orang yang mana kematian berjumlah satu orang dan kelahiran berjumlah 16 orang. Jumlah rumah tangga menurut sumber penghasilah utama kepala rumah tangga dari sektor pertanian berjumlah tiga ratus empat puluh dua (342), perdagangan berjumlah Sembilan (9), dan jasa lainnya sekitar dua (2). Jumlah rumah tangga pertanian menurut sub sektor, tanaman pangan berjumlah sembilan puluh lima (95) dan perkebunan serjumlah dua ratus lima puluh delapan (258).


(38)

BAB III

AWAL KEDATANGAN TRANSMIGRAN JAWA KE DESA SUKA DAMAI 1987-2000

3.1 Latar Belakang Sejarah

Transmigrasi sebagai suatu upaya untuk mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, juga dimaksudkan untuk menciptakan perluasan kesempatan kerja, meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Sehingga dengan tugas tersebut transmigrasi akan mampu memberikan dukungan kepada sekto pembangunan Indonesia.

Setelah para calon transmigran mendaftarkan diri dan yang dinyatakan lulus dalam seleksi, maka sebelum diberangkatkan ke lokasi pemukiman transmigrasi terlebih dahulu mereka harus menunggu pemberitahuan dan jadwal keberangkatan dari pihak transmigrasi. Mengenai pemberangkatan para transmigran dari daerah asal menuju ke lokasi pemukiman transmigrasi pemerintah bekerja sama dengan Departemen Perhubungan yang bertugas menyediakan sarana angkutan yaitu laut dan darat serta pengamannya untuk proses penempatan trasnmigrasi agar berjalan dengan lancar.

Transmigrasi yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat Jawa ke Desa Suka Damai merupakan upaya pemerintah untuk mencapai keseimbangan penyebaran penduduk, juga dimaksudkan untuk menciptakan perluasan


(39)

kesempatan kerja, dalam meningkatkan taraf hidup baik itu produksi maupun meningkatkan pendapatan.

Kebijakan transmigrasi dirumuskan dalam lima bagian terpadu yaitu melalui rumusan transmigrasi, perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam rangka membentuk masyarakat baru untuk membantu pembangunan daerah, baik daerah yang ditinggalkan maupun daerah yang didatangi dalam rangka pembangunan Nasional. Pengaturan mengenai daerah asal dapat ditemukan pada pasal 10 Undang-undang nomor 3 tahun 1972, Menjelaskan bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan, daerah yang dipandang perlu dipindahkan penduduknya, dapat di tetapkan sebagai daerah asal dengan keputusan Presiden.11

11

Edi Swasono dan Masri Singarimbun, Op.Cit., hal. 188

Yang dimaksud dengan pertimbangan-pertimbangan sosial, ekonomi dan pertahanan keamanan adalah sebagai berikut; yang pertama kepadatan penduduk dan lapangan pekerjaan yang sangat minim, luas areal pertanian yang sangat terbatas, yang ketiga jenis tanah yang tidak menguntungkan, dan terakhir adanya bencana alam dan gangguan keamanan.

Keputusan Presiden Nomor 1 tahun 1973 menetapkan pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok sebagai Daerah Asal Transmigrasi. Berikut merupakan ukuran untuk menentukan prioritas pemindahan penduduk dari pulau-pulau tersebut diatas yaitu:


(40)

a) Daerah yang terkena bencana alam

b) Daerah kritis tanah-tanah gundul atau gersang

c) Daerah yang penduduknya terlalu padat

d) Daerah yang terkena suatu pembangunan 12

Transmigrasi bertujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang diikutsertakan berpindah ke daerah-daerah yang telah ditentukan. Desa Suka Damai merupakan salah satu wilayah yang dijadikan sebagai desa transmigrasi oleh pemerintah dan ada beberapa alasan mengapa desa ini menjadi desa transmigrasi karena desa ini sangat sedikit penduduknya, namun memiliki lahan pertanian atau tanah yang masih kosong sehingga dapat dijadikan tempat untuk bercocok tanam bagi para transmigran.

Pada tahun 1987 transmigran yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, tiba di Banda Aceh. Pada tanggal 10 Oktober para transmigran ditempatkan oleh pemerintah ke pemukiman yang telah disediakan yaitu Desa Suka Damai. Untuk penempatannya dilakukan dengan cara undian. Hal ini dilakukan agar para transmigrasi yang berasal dari beberapa wilayah dapat bersosialisasi ataupun berinteraksi dengan transmigran lainnya.

Pemerintah memberi jatah tanah kepada para Transmigran seluas 3 hektar, dengan ketentuan 2 hektar untuk perkebunan, ¾ ha untuk ladang atau tempat

12

Rukmadi Warsito, Transmigrasi Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya Di Tempat Pemukiman, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hal. 201


(41)

bercocok tanam bagi mereka, dan ¼ ha untuk perumahan. Tahun pertama ketika para transmigran sampai di Desa Suka Damai, kehidupan mereka masih menjadi tanggung jawab pemerintah dengan memberi bantuan berupa makanan seperti beras, ikan asin, garam, minyak goreng, minyak tanah, gula pasir dan sabun cuci yang dibagikan kepada mereka setiap bulannya dan berlangsung selama dua tahun (awal mereka tiba tahun 1987 sampai tahun 1989).

Penduduk yang bersedia mengikuti program transmigrasi dari Jawa ke Desa Suka Damai dikarenakan kemiskinan yang dirasakan kurang menjadi jaminan bagi masyarakat Jawa pada saat di Pulau Jawa. Mereka ingin merubah hidup lebih baik dan akhirnya memilih untuk mengikuti program transmigransi walaupun sebenarnya mereka sangat berat.13

13

Wawancara dengan Ibu Jumiati, Desa Suka Damai, 23 Desember 2012

Namun keinginan yang begitu kuat untuk merubah kehidupan yang lebih baik, mereka rela meninggalkan kampung halaman dengan memulai kehidupan baru di Desa Suka Damai yang dijadikan tempat dari program transmigrasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah.


(42)

Tabel IV

Jumlah Masyarakat Transmigrasi Dari Daerah Asal Tahun 1987

Asal KK Jiwa

Jawa Tengah 119 Kk 469 Jiwa

Jawa Timur 116 Kk 445 Jiwa

Jawa Barat 118 Kk 457 Jiwa

Sumber Kantor Camat Gereudong Pase tahun1987

3.2 Transmigran dari Semarang Jawa Tengah

Para calon transmigran yang tertarik untuk mengikuti program transmigrasi dan mendaftarkan diri ke Kepala Desa dimana tempat mereka tinggal dan mengisi formulir pendaftaran calon transmigran ke Aceh. Beberapa waktu kemudian keluarlah pengumuman, bahwa mereka terdaftar menjadi transmigran yang akan diberangkatkan ke Aceh.

Sebelum berangkat mereka mendapat penyuluhan seperlunya untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Meskipun sebahagian para transmigran tidak dapat membaca (buta huruf) tetapi, penyuluhan yang mereka peroleh dapat membantu terselenggaranya merupakan bekal hidup mereka dengan masyarakat setempat nantinya.


(43)

Berdasarkan informasi dari para transmigran bahwa sebelum mereka mendaftar di Kantor Desa tempat mereka tinggal sebelumnya sekitar 4 bulan kemudian keluarlah pengumuman yang menyatakan bahwa diperbolehkan untuk ikut bertransmigrasi ke Desa Suka Damai, Aceh Utara. Kemudian mereka diberangkatkan dengan menggunakan bus ke Solo dan hanya membawa perlengkapan seadanya, mereka tidak dibenarkan membawa minyak tanah, rokok, dan korek api dan sebagainya hal ini untuk menghindari terjadinya kebakaran selama diperjalanan.14

Transmigran asal Semarang yang menjalani kehidupan di daerah transmigrasi Desa Suka Damai, tetap mengikuti arahan dari dinas transmigrasi baik penempatan tempat tinggal, maupun pembagian lahan pertanian yang akan dibagikan dan dikelola oleh mereka sebagai lahan pertanian yang sudah diberikan oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan yang telah pemerintah janjikan yaitu pembagian tanah pertanian dan tempat tinggal yang sudah disiapkan. Kehidupan masyarakat transmigran dari Semarang berjalan sebagaimana di tempat asalnya Pada tanggal 10 Oktober 1987, sejumlah 119 jiwa transmigran asal Semarang sampai di Desa Suka Damai. Mereka diberangkatkan dari Semarang dengan menggunakan bus dan barang-barang bawaan mereka diangkut dengan truk. Sebelum mereka sampai di daerah tujuan utama (Desa Suka Damai), mereka dibawa ke Aceh Besar (Banda Aceh) untuk kemudian dengan menggunakan mobil kecil diantar ke daerah tujuan transmigrasi.

14


(44)

dengan menjalani kehidupan sebagai petani, dan melakukan pekerjaan baik dengan merawat perkebunan karet dan sawit yang telah ditanami oleh pemerintah sebelumnya.

3.3 Transmigran dari Madiun Jawa Timur

Transmigran asal daerah Jawa Timur yang akan ikut bertransmigrasi mendaftar kepada Kepala Desa setempat dan instansi terkait. Kurang lebih sekitar 4 bulan setelah itu diumumkan oleh Kepala Lurah Madiun Jawa Timur kepada penduduk yang mendaftar bahwa telah dinyatakan sebagai transmigrasi penempatan di daerah Aceh yang tepatnya di Kabupaten Aceh Utara. Mereka juga diberi pengarahan untuk persiapan keberangkatan dan penempatan yang telah disediakan.

Beberapa hari setelah itu, mereka diberangkatkan dengan membawa perlengkapan seadanya dan menggunakan bus dari Jawa Timur ke Aceh. Setibanya di Banda Aceh, mereka mendapat penyuluhan lagi dari pemerintah tentang keadaan desa yang akan mereka tempati. Mereka diberangkatkan melalui darat menggunakan bus ke Kabupaten Aceh Utara. sedangkan barang-barang bawaan di angkut menggunakan truk pengangkut barang yang telah disediakan oleh pemerintah setempat. Akhirnya pada tanggal 10 Oktober 1987 mereka tiba di daerah tersebut yaitu di Desa Suka Damai, Kecamatan Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara.


(45)

Berdasarkan wawancara dengan bapak Ngatimin asal Jawa Timur, pada awal mulanya para transmigran sebenarnya tidak mau ikut dalam program transmigrasi ini. Mereka beranggapan bahwa kehidupan mereka nantinya di daerah transmigrasi akan sama dengan daerah asal mereka. Tetapi setelah mereka mendapat pengarahan dari pengelola dinas transmigrasi mereka tertarik untuk mengikuti program transmigrasi, dan mendaftarkan diri sebagai calon transmigran yang akan diberangkatkan ke luar Pulau Jawa.15

15

Wawancara dengan Bapak Ngatimin, Desa Suka Damai. 23 Desember 2012

Program transmigrasi tidak hanya pada daerah Jawa Tengah saja namun dilakukan juga di daerah Jawa Timur (Madiun), Jawa Barat (Bandung dan Garut), yang pada saat itu dipilih menjadi kelompok yang mengikuti transmigrasi. Transmigran yang berasal dari Madiun yang ikut bertransmigrasi juga ingin merubah kehidupan yang lebih baik.

Mereka sangat berminat mengikuti transmigrasi karena mereka tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap dan diolah sebagai lahan mata pencaharian mereka, meskipun sebelumnya mereka tidak mengetahui dimana tempat yang akan dituju. Namun setelah mereka mendapat penjelasan dari pihak penanganan transmigrasi mengenai tujuan dari pemerintah (petugas transmigrasi) tentang tempat transmigrasi yang dijalankan oleh pemerintah. Dari penjelasan yang diberikan pemerintah ini semakin memberi semangat bagi mereka untuk mengikuti transmigrasi.


(46)

Masyarakat Madiun dengan tekad yang kuat ikut pindah ke Aceh Utara di Desa Suka Damai Kecamatan Geureudong Pase. Setibanya ditempat tujuan para transmigran ini kembali mendapat pengarahan mengenai penempatan pemukiman, yang akan dilakukan dengan mencabut undian atau nomor sebelum mereka masuk kepemukiman. Dari nomor undian yang mereka peroleh, rumah serta lahan yang akan ditempati oleh mereka sesuai dengan nomor yang ada.

3.4 Transmigran dari Bandung dan Garut Jawa Barat

Keinginan penduduk Jawa Barat mengikuti transmigrasi tidak jauh berberda alasannya dengan masyarakat yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu untuk merubah taraf kehidupan yang lebih baik. Penduduk Bandung dan Garut juga pada awalnya enggan untuk ikut transmigrasi, namun dengan adanya pengarahan dari dinas transmigrasi mereka berfikir untuk dapat merubah taraf hidup mereka menjadi lebih baik.

Transmigran yang berasal dari Jawa Barat, yang berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, penduduk Bandung dan Garut juga mendapat jatah Tanah serupa dengan luasnya transmigran lainnya masing-masing kk mendapatkan 3 ha. Para transmigran mendapatkan bantuan dari dinas transmigrasi sejak mereka mulai berada dipemukiman. Pembagian jatah pangan ini dilakukan selama 1 bulan sekali secara adil dan merata. Jatah bantuan pangan dibagikan melalui pendataan dinas transmigrasi yang dibagikan kepada setiap kepala keluarga secara menyeluruh dan merata.


(47)

Para transmigran Jawa ketika mereka sampai di Desa Suka Damai mendapat pengarahan dan dikumpulkan di kantor unit transmigrasi. Dinas transmigrasi harus melakukan pendataan terlebih dahulu pada setiap transmigran yang terdaftar, tidak hanya pengarahan yang diberikan oleh pengelola transmigrasi namun juga memberikan pengacakan nomor tempat pemukiman bagi mereka. Pemukiman tersebut adalah tempat tinggal yang akan ditempati oleh mereka. Dengan nomor yang sudah mereka dapat transmigran saling mencocokan nomor pemukiman sesuai dengan nomor yang mereka peroleh, pemukiman yang menjadi hak milik mereka dengan nomor yang sudah diperoleh. Dengan pengundian nomor inilah maka para transmigrasi saling berinteraksi satu sama lain dan tidak hanya satu lingkungan saja dengan para transmigrasi asal tetapi juga dengan para transmigran dari daerah lainnya.16

Dengan tempat tinggal yang mereka peroleh, para transmigran mulai menelusuri wilayah perkebunan bardasarkan nomor yang mereka dapat dari undian, dengan lahan perkarangan yang akan dikelola menjadi lahan bercocok tanam. Dinas transmigrasi memberikan pengarahan bahwa tanah yang diberikan kapada para transmigran yaitu sebagai lahan yang harus dipergunakan untuk bercocok tanam dan harus dimanfaatkan dan para transmigran harus dapat membayar secara kredit atau berbagi hasil dari panennya perkebunan setelah tiba waktunya panen, karena lahan tersebut merupakan modal awal bagi para transmigran untuk memulai kehidupan mereka.

16


(48)

Lahan-lahan yang didapatkan oleh transmigran memang sudah terlebih dahulu disiapkan oleh pemerintah untuk dijadikan lahan bagi masyarakat transmigran dan rumah juga sudah dibangun terlebih dahulu oleh pemerintah. Kerena upaya transmigrasi ini dilakukan berdasarkan dalam memajukan taraf hidup dan memberikan kesempatan bagi kemajuan perekonomian masyarakat transmigran yang hidup di Desa Suka Damai. Berdasarkan arsip yang diperoleh, realisasi transmigran yang mengikuti transmigrasi sejumlah 353 kepala keluarga yang berjumlah 1371 jiwa.17

Para transmigran mulai menjalankan kehidupannya dengan mengelola lahan-lahan pertanian yang sudah ditentukan oleh dinas transmigrasi yaitu seluas 3 hektar. Pada tahun 1987-1999 dinas transmigrasi masih terus membantu para transmigran sehingga mereka tidak merasa khawatir tentang kehidupan di

Kedatangan para transmigran di Desa Suka Damai pada tahun 1987 menjadikan kecamatan Geureudong Pase semakin ramai, hutan-hutan yang dulunya tidak terdapat di sekitar desa telah diolah menjadi lahan perkebunan oleh para transmigran, sehingga masyarakat lain yang melintasi desa tersebut tidak merasa ketakutan lagi. Keinginan untuk mengikuti transmigrasi dapat mereka rasakan pada saat mereka telah mendapat hak mereka sesuai dengan janji dari dinas transmigrasi, yaitu diberikannya lahan pertanian serta tempat pemukiman setibanya di Aceh, walaupun akhirnya mereka tahu belakangan tentang lahan yang diberikan kepada mereka harus dibayar secara kredit.

17


(49)

lingkungan Desa Suka Damai, maupun dalam penggarapan lahan pertanian yang akan dikelola.

Awal mula kedatangan transmigran Jawa ke Desa Suka Damai disambut baik oleh masyarakat setempat, mereka juga saling bersosialisasi dengan baik, saling membantu dan saling menyesuaikan diri mengingat mereka adalah dua suku yang saling berbeda. Namun lambat laun terjadinya konflik di Aceh pada tahun 1988, dan orang-orang Aceh beranggapan bahwa transmigran Jawa telah merebut lahan atau tanah Aceh, Saat konflik terjadi masyarakat Aceh mengusir transmigran asal Jawa. Mereka merasa takut tetapi dengan adanya perlindungan dari Tentara Nasional Indonesia dan dari dinas pertanian yang juga memberi pengarahan kepada transmigran, jika mereka meninggalkan rumah dan lahan pertanian belum tentu mereka akan hidup lebih baik seperti di Desa Suka Damai. Mereka akan kehilangan tempat tinggal dan pemerintah juga memberi pengarahan kepada masyarakat setempat bahwa para ‘transmigran ini bukan merebut tanah Aceh, mereka malah membantu pemerintah dan pemerintah juga tidak memberikan lahan tersebut secara cuma-cuma.18

Penjelasan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat setempat, memberi kesadaran bagi masyarakat Aceh khususnya di Kecamatan Geureudong Pase dan mereka ikut membantu TNI untuk menjaga para transmigran. Setelah perdamain terlaksanakan pada tahun 2005 kehidupan para transmigran dengan

18

Para transmigran menerima lahan dari pemerintah tidak secara cuma-cuma, mereka harus membayar dengan cara mencicil dari hasil lahan yang dikerjakan.


(50)

penduduk asli Aceh terjalin libih harmonis, dimana kedua suku ini sama-sama saling menjunjung rasa kekeluargaan dan kekerabatan sebagai ciri masyarakat yang beradaptasi dengan baik. Dengan adanya hubungan ini maka kehidupan masyarakat Aceh saling tolong menolong dan memberikan hasil yang baik pula, karena mereka tidak terlepas untuk saling ketergantungan dengan sesama masyarakat yang sama-sama hidup dalam satu lingkungan yang sama yaitu di Kecamatan Geureudong Pase Kabupaten Aceh Utara.


(51)

BAB IV

KEHIDUPAN TRANSMIGRAN JAWA SETELAH BERADA DI DESA SUKA DAMAI 1987-2000

4.1 Kekerabatan Sesama Masyarakat Jawa

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam pergaulan kehidupannya memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain mulai ia dilahirkan sampai meninggal, dan ini memberikan gambaran bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Demikian pula dengan Masyarakat Jawa yang tinggal di Desa Suka Damai, masyarakat transmigran dalam kehidupannya sehari-harinya dalam kehidupan bermasyarakat membutuhkan bantuan orang lain. Kehidupan bermasyarakat dan sosialisasi terjalin dengan baik dengan masyarakat setempat baik itu dengan sesama suku Jawa ataupun masyarakat Aceh.

Perencanaan sosial dapat dijelaskan dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut. Pertama, upaya apa yang sebaiknya dilakukan agar Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat dapat menerima para transmigran sebagai bagian dari kehidupan baru mereka dalam konteks pembangunan. Kedua, tata ruang bagaimana yang sebaiknya dirancang agar transmigran dapat membentuk pranata sosial dengan segera untuk semua bidang kehidupan. Bila tanpa pranata sosial yang terbentuk dengan mantap, transmigran akan sulit untuk betah dan kerasan.19

19


(52)

Transmigran pada umumnya menjalankan kehidupannya di tempat yang bukan daerah asalnya dengan menggunakan cara hidup mereka sendiri, maksudnya masyarakat transmigran sebisa mungkin mengimbangi kehidupan penduduk asli agar tidak menimbulkan sebuah konflik ataupun hal yang menimbulkan pertentangan yang bisa membuat jarak antara masyarakat Jawa dengan penduduk asli suku Aceh. Begitu transmigran tiba di lokasi, mereka langsung dihadapkan pada situasi asing, baik fisik maupun non-fisik. Di lokasi yang teramat sunyi itu tak bisa mereka menerka apakah bahaya yang akan mengancam dan apakah masyarakat setempat akan menerima mereka secara spontan.20

Kehidupan yang terjalin antara para transmigran dengan penduduk asli menghasilkan sebuah budaya yang baik, ini didukung dengan adanya kesamaan agama antara masyarakat Jawa dan masyarakat Aceh yang sama-sama menganut Para transmigran selalu menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat Aceh yang berdekatan dengan desa mereka yaitu desa Mbang karena mereka sadar benar akan keberadaan mereka yang hanya sebagai pendatang. Keberadaan mereka sebagai transmigran menjadikan suatu perubahan yakni dalam penambahan penduduk di Kecamatan Geureudong Pase, dengan adanya pertambahan penduduk maka terjadi perubahan di Kecamatan Geureudong Pase dengan dibukanya sebuah desa yaitu Desa Suka Damai, selain itu terjadi hubungan sosialisasi dan perubahan budaya serta ekonomi di Kecamatan Geureudong Pase di Desa Suka Damai tersebut.

20


(53)

agama Islam, sehingga ini menjadikan salah satu pendukung juga bagi sosialisasi dan interaksi antara para transmigran Jawa dengan penduduk asli Mbang.

Perbedaan suku bukan menjadi pemicu untuk menjadikan suatu perbedaan antara etnis Jawa dan Aceh dalam mewujudkan hubungan yang saling bersosialisasi. Untuk mempererat hubungan mereka yang berbeda etnis dan berbeda bahasa mereka menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Bahkan dengan bermukimnya masyarakat Jawa di kawasan tersebut membuat masyarakat Aceh lambat laun dapat mengerti dan memahami bahasa Jawa yang selalu digunakan masyarakat Jawa. Tetapi meskipun masyarakat di Mbang sebahagian besar telah mengerti bahasa Jawa bukan berarti transmigran langsung besar kepala, masyarakat tetap menggunakan bahasa Indonesia bila berkomunikasi dengan masyarakat Aceh khususnya di Mbang walaupun mereka berkomunikasi sesama transmigran bila di dekat mereka terdapat etnis Aceh mereka tetap berbahasa Indonesia.

Dalam melaksanakan budaya ataupun adat masing-masing antara masyarakat Jawa dan masyarakat Mbang saling menghargai dan menghormati, karena mereka menyadari bahwa perbedaan itu akan menjadi suatu keunikan dan dapat menjadikan suatu ikatan silaturahmi yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari baik suku Jawa dan Aceh tidak mengalami keributan dalam sosialisasi, ini dikarenakan antara masyarakat Jawa dan Mbang saling menghargai satu sama lainnya.


(54)

Bila Maulid Nabi telah tiba, biasanya diadakan acara oleh masyarakat Aceh manapun tanpa terkecuali di desa Suka Damai tersebut. Acara yang biasanya diadakan seperti sedekah anak yatim dan sorenya diadakan ceramah. Setelah acara pokok selesai barulah diadakan perlombaan, peserta yang ikut bukan masyarakat Aceh saja tetapi anak-anak transmigran juga ikut serta dalam acara perlombaan tersebut, seperti lomba Azan, lomba ceramah, Mengaji, Fesinshow, dan melukis. Juri dan tim sukses acara tersebut juga banyak dari masyarakat transmigrasi tidak hanya masyarakat Aceh saja.

Para transmigran sangat pintar dalam bersosialisasi dan saling berinteraksi, walaupun sebenarnya mereka hidup bukan di tempat kelahiran mereka ataupun tempat asal mereka melainkan hanya pendatang yang mencoba untuk menjadi lebih baik di Desa Suka Damai. Masyarakat sama sekali tidak menghiraukan ataupun menganggap suatu perbedaan suku dan ini terlihat dimana masyarakat Aceh saling berkomunikasi bahkan saling mengunjungi bila di Desa masing-masing diadakannya pesta ataupun ada yang meninggal dunia, mereka saling bekerja sama dengan baik dan saling hidup berdampingan.

Pada awal mulanya masyarakat Jawa sangat takut untuk beradaptasi dengan masayarakat Aceh mengingat penduduk asli adalah suku yang berbeda dengan para transmigran dan dalam adat istiadat berbeda dengan penduduk asli, namun lambat laun ketakutan yang dikhawatirkan tidak terjadi malah barbalik, masyarakat Aceh menyambut baik keberadaan mereka. Dengan adanya keterbukaan dari masyarakat Aceh maka ini menjadi semangat bagi masyarakat


(55)

transmigran untuk merubah hidup mereka walaupun mereka bukan berada di tempat asal mereka. Berbekal keahlian yang mereka bawa baik dari cara bercocok tanam ataupun ahli musim, yaitu para transmigran tidak hanya ahli namun dalam cuaca mereka bisa terus menerus melakukan aktifitas pekerjaan mereka dalam bertani.

Jika dilihat dari sisi kehidupan sebenarnya masyarakat Jawa sangat gigih dan ulet dalam menginginkan kehidupan yang lebih baik karena mereka tidak ingin hidup miskin seperti pada saat mereka hidup di Pulau Jawa. Ketakutan akan mengikuti program transmigrasi memang ada namun dikarenakan keadaan yang memaksa maka para transmigran harus mau mengikutinya, tidak hanya takut dalam meninggalkan kampong halaman sebagai tanah kelahirannya namun juga takut akan terjadinya konflik dengan masyarakat asli di desa Mbang pemukiman yang sudah menjadi desa penempatan transmigrasi.21

21

Wawancara dengan Bapak Abdul Azis, Suka Damai, 12 Januari 2013

Hubungan masyarakat Jawa dan masyarakat Aceh baik-baik saja hingga saat ini walaupun sempat terjadinya konflik, tetapi dengan adanya penjelasan dari pemerintah untuk msing-masing etnis mereka dapat menjaga kembali keharmonisan diantara masyarakat Jawa dan Aceh. Bahkan masyarakat Aceh menjadikan para transmigran ini sebagai masyarakat yang memiliki hubungan kekerabatan dan kekeluargaan.


(56)

4.2 Interaksi Masyarakat Jawa Dengan Penduduk Asli

Para transmigran Jawa memiliki sistem kekerabatan yang dinilai cukup baik, yaitu dari segi saling menganggap saudara satu sama lain dan saling bergotong royong. Hubungan baik transmigran Jawa dan Aceh menjadikan kehidupan di Kecamatan Geureudong Pase memiliki nilai tersendiri, kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa tidak lepas dari keramahtamahan dan sopan dalam bertutur kata dan sopan inilah modal utama bagi masyarakat Jawa untuk dapat hidup dengan masyarakat setempat.

Transmingran Jawa memiliki ciri sebagai masyarakat yang menjunjung kebersamaan dan ini diwujudkan dalam suatu bentuk gotong royong berupa kenduri yang dilakukan oleh para transmigran dalam memanjatkan doa atau memenuhi nazar mereka atau acara pesta besar atau kecilmisalnya pernikahan atau sunat Rosul para transmigran saling bantu membantu hingga acara tersebut selesai. Bila dilihat dari tatacara hidup masyarakat Jawa terlihat memang masyarakat Jawa telah memiliki sebuah gaya hidup yang baik dan saling tolong menolong yang tidak jauh gaya hidup masyarakat Jawa juga dipegang teguh oleh masyarakat Aceh yang saling tolong menolong juga menjunjung tinggi tali persaudaraan antara sesama masyarakat.

Kehidupan masyarakat transmigran di Desa Suka Damai didukung adanya jalinan silaturahmi yang sangat baik, di mana masyarakat Jawa selalu menjunjung nilai-nilai kekerabatan seperti sopan santun, ramah taman, ahli musim dalam


(57)

mengelola pertanian.22

22

Nasrudin Anshory,Kearifan Lingkungan Budaya Jawa, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2008 hal. 18

Sehingga kekerabatan masyarakat Jawa dengan masyarakat Aceh terjalin dengan baik di Kecamatan Geureudong Pase, sehingga desa transmigran yang dianggap dapat memberikan keistimewaan baik itu dari pola kehidupan maupun dari sosialisasi yang terjalin antara mereka dengan penduduk setempat.

4.3 Kehidupan Masyarakat Jawa

Kerukunan dan rasa solidaritas yang tinggi memang sangat ditanamkan dalam kehidupan para transmigran terutama dalam kehidupan mereka. Walaupun mereka bukan dari satu daerah asal namun mereka tetap menjunjung tinggi nilai kebersamaan yang kuat. Masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat namun juga memiliki hubungan kekeluargaan terlebih sesama suku Jawa itu sendiri. Bukan karena mereka sama-sama dari transmigran, tetapi menurut mereka hidup dengan saling mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan, mereka menyadari bahwa mereka tidak akan pernah terlepas dari hubungan kerjasama dan bantuan sesama suku Jawa lainnya.

Kehidupan masyarakat Jawa saling bantu membantu dan saling bergotong royong di Desa Suka Damai, kehidupan masyarakat Jawa sesama etnis Jawa lainnya juga berjalan dengan baik walaupun mereka sebenarnya berbeda daerah namun dalam segi budaya dan bahasa mereka saling memahami satu sama lainnya.


(58)

Sebagai sesama transmigran antara orang Jawa satu dengan orang Jawa lainnya saling berkomunikasi dengan baik, hal ini lah yang selalu mereka jaga agar nantinya tidak terjadi selisih faham. Dan jalinan kerukunan yang baik ini masyarakat Jawa tidak han ya hidup dengan kerukunan namun hidup saling tolong menolong.

Walaupun berbeda daerah namun para transmigran tetap memiliki hubungan yang erat dan saling menjaga silaturahmi dengan etnis Jawa lainnya yang ikut serta dalam transmigrasi tersebut. Tidak hanya menjaga silaturahmi dan kekerabatan saja tetapi juga saling melestarikan budaya yang mereka bawa dari tempat asal mereka.

Hubungan masyarakat Jawa dengan sesama etnis Jawa lainnya memang terlihat sangat baik dimana mereka sama-sama bergotong royong dan sama-sama saling membantu satu dengan lainnya. Mereka tetap menjaga hubungan yang baik guna menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat karena mereka menyadari betul akan pentingnya suatu kebersamaan dan kerukunan juga kekeluargaan yang harus mereka tanam dalam kehidupan.23

Masyarakat Jawa dengan sesama etnis lainnya tidak menimbulkan konflik di desa Suka Damai namun mereka saling menunjukkan suatu hubungan yang baik dan saling menjadi contoh bagi masyarakat Aceh bahwa kehidupan masyarakat Jawa sebenarnya saling bergotong royong dan ini juga tidak hanya dengan sesama etnis Jawa saja namun juga dengan sesama masyarakat lainnya.

23


(59)

Dengan adanya hubungan kekeluargaan dan kekerabatan yang terjalin antara masyarakat transmigran dengan penduduk asli menjadikan kehidupan yang harmonis di desa tersebut. Tidak hanya terjadinya kerja sama yang baik maka masyarakat transmigran dengan penduduk asli juga saling bahu membahu dan mengembangkan Desa Suka Damai, karena mereka sadar bahwa mereka tidak terlepas dari hubungan interaksi sosial satu sama lainnya terlebih saat mereka hidup dilingkungan yang berdekatan.

Para trasnmigran sangat menghargai masyarakat asli karena mereka menyadari bahwa dengan keterbukaan masyarakat Mbang terhadap mereka memberikan suatu peluang untuk menjadikan kehidupan mereka jauh lebih layak, dan dengan adanya hubungan yang baik antara kedua suku ini maka kehidupan para transmigran dan penduduk asli berjalan dengan baik hingga saat ini di Desa Suka Damai.

4.4 Kehidupan Transmigran di Bidang Keagamaan

Meskipun desa Suka Damai sudah terbuka dan banyak dipengaruhi kehidupan kota, tapi warna kehidupan masih bercorak kehidupan pedesaan yang banyak dipengaruhi agama Islam. Kegiatan masyarakat ini yang dilatarbelakangi kepentingan agama, akan mendapat dukungan besar dari anggota masyarakat, bahkan para pemuka agama di desa ini, memperoleh kemudahan-kemudahan dari masyarakat, misalnya mengadakan kenduri antara masyarakat transmigran dan


(60)

penduduk asli, dan para pemuka agama juga selalu mendapat kehormatan untuk duduk dalam organisai-organisasi sosial yang ada di desa ini.24

Di Desa Suka Damai ini juga ada perkumpulan ibu-ibu rumah tangga atau kaum wanita yang mau dan bersedia menjadi anggota. Walaupun sudah menjadi Untuk menunjang kehidupan dan kegiatan agama serta untuk mewariskan nilai-nilai agama, di desa ini telah berdiri kelompok-kelompok kegiatan yang bersifat keagamaan, selain itu penduduk desa ini juga mengikuti kegiatan keagamaan di menasah yang terletak di tengah-tengah desa Suka Damai, di desa Suka Damai ini ada sebuah langgar/surau tempat kegiatan agama dan social diselenggarakan.

Kegiatan perkumpulan ini diselenggarakan setiap malam senin dan malam jum’at, dalam kegiatan tahlilan ini diisi dengan membaca surat Al Ikhlas, Selawat Salatan, Salawat Kamilah, Zikir, dan membaca Al-Qur’an. Tujuan yang akan dicapai perkumpulan tahlilan ini sebenarnya sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Desa Suka Damai mengalami pemekaran, perkumpulan tahlilan ini jumlah anggotanya lebih dari 200 orang dan pusat kegiatannya di menasah atau surau/langgar.

Tujuan yang ingin dicapai oleh perklumpulan ini hanya sekedar untuk menambah pengetahuan agama dan membina kekeluargaan antara sesama warga. Disamping itu juga untuk mengisi kegiatan waktu luang di malam hari.

24


(61)

anggota perkumpulan tahlilan, para ibu-ibu tidak lupa akan kegiatan mereka di rumah, seperti mengurus anak, rumah dan suami. Pusat kegiatan ini berpusat di menasah atau langgar. Waktu kegiatan setiap senin sore sehabis Shalat Dhuhur. Dipilihnya waktu sore, untuk memberi kesempatan kepada ibu-ibu yang bekerja agar tidak banyak mengurangi waktu kerjanya.

Kegiatan ibu-ibu agak berbeda sedikit dengan kegiatan perkumpulan kaum pria, untuk kaum wanita kegiatan perkumpulan tahlilan meliputi: tahlil atau zikir, arisan, handil Qurban, handil maulid, dan warung amal, didapatkanya kegiatan dalam sekali pertemuan tahlilan, agar kaum ibu tidak terganggu urusan rumah tangganya. Apabila kegiatan ini dijadikan dua kali pertemuan dalam seminggu kemungkinan banyak kaum wanita yang tidak dapat mengikuti kegiatan tahlilan ini.25

25


(62)

BAB V

TRANSMIGRASI JAWA DALAM PERKEMBANGAN DI DESA SUKA DAMAI

5.1 Aspek Ekonomi

Dalam tulisan ini, penulis melakukan suatu pembahasan teoritis mengenai transmigrasi. Penulis melihat transmigrasi sebagai suatu bagian dari pembangunan ekonomi secara menyeluruh. Program transmigrasi adalah semata program pembangunan ekonomi dalam bentuk “mini”. Oleh sebab itu, cara pandang dalam menangani program transmigrasi tidak jauh berbeda dengan cara pandang dalam menangani program pembangunan ekonomi pada umumnya.

Di segala bidang, ekonomi ataupun bukan ekonomi, pencapaian sesuatu tujuan secara efisien mengharuskan adanya alokasi sumberdaya secara optimal. Sumberdaya dapat terdiri dari: sumberdaya modal fisik seperti (gedung, uang, mesin), sumberdaya modal manusia, dan sumberdaya alam. Jumlah tiap sumberdaya tidak selalu sama, begitu pula mutunya. Oleh sebab itu, dalam jangka pendek masalahnya adalah bagaimana menggunakan tiap sumberdaya yang ada (dengan jumlah dan mutu tertentu) sebaik-baiknya. Dalam jangka panjang, persoalannya adalah sumberdaya mana yang mutunya dapat ditingkatkan sehingga memberikan kombinasi yang memberikan hasil tertinggi.

Bila dilihat lebih khusus mengenai pembangunan ekonomi, maka dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi akan berhasil bila telah menggunakan


(63)

sumberdaya yang ada secara optimal. Karena pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berlangsung dalam jangka panjang (tidak hanya dalam satu generasi saja), maka pembangunan sumberdaya secara optimal harus pula mempertimbangkan dinamika, baik jumlah maupun mutu sumberdaya yang ada. Komposisi sumberdaya juga akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi dan mekanisme pembangunan ekonomi itu sendiri. Untuk wilayah yang luas seperti Indonesia ini, distribusi jumlah dan mutu sumberdaya amat menentukan pola pembangunan yang dilakukan.

Dulu transmigrasi bertujuan mengurangi kepadatan penduduk di Jawa. Atau, lebih ringan, memperbaiki ketimpangan distribusi penduduk di Indonesian, (61,9% penduduk Indonesia berlokasi di Jawa, yang hanya merupakan 6,9% wilayah yang dapat dihuni di Indonesia). Namun, kini tujuan utama program transmigrasi telah beralih ke pembangunan daerah. Yaitu, bahwa pemindahan penduduk dari Jawa ke luar Jawa bertujuan mendorong pembanguan daerah di tempat yang dituju; sekaligus mengurangi “ tekanan penduduk” di daerah yang ditinggalkan.

Memang, kalau tujuannya semata memperbaiki distribusi jumlah penduduk Jawa versus luar Jawa, maka tanpa berbuat apapun, pada akhirnya distribusi jumlah penduduk di Indonesia akan membaik dengan “sendirinya“ karena sampai saat ini angka pertumbuhan penduduk di luar Jawa masih lebih tinggi dari pada di Jawa. Lebih dari itu, lebih lanjut, kenaikkan persentase perubahan angka pertumbuhannya pun lebih tinggi di luar Jawa daripada di Jawa.


(64)

Di dalam kehidupan manusia aspek ekonomi para masyarakat Jawa. Sebenarnya sangat buruk, di kampung halamannya, dengan keadaan seperti ini banyak masyarakat Jawa yang ingin merubah nasip kehidupannya dengan melakukan transmigrasi yang diadakan oleh pemerintah. Dan hal ini dilakukannya, transmigrsai Jawa dilakukan pemerintah bertujuan untuk menguirangi kepadatan penduduk di pulau Jawa.

Akan tetapi dengan kedatangan para transmigran di Desa Suka Damai memberikan dampak positif, peranan positif ini dapat dilihat dengan cara para transmigran Jawa mengelola lahan-lahan pertanian yang sudah diberikan pemerintah. Keinginan merubah kehidupan menjadi lebih baik memacu semangat para transmigran Jawa untuk terus mengelola lahan-lahan pertanian, karena mereka menyadari bahwa apa yang mereka kerjakan akan memberikan hasil yang baik.

Kehidupan para transmigran memiliki pengaruh dalam perkembangan Desa Suka Damai terutama dalam aspek ekonomi. Masyarakat transmigran dapat hidup tanpa kelaparan, bahkan hasil pertanian yang diperoleh memiliki hasil yang sangat memuaskan. Dengan adanya kemajuan perekonomian yang terlihat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Berkembangannya pertanian yang dikelola oleh transmigran menjadikan adanya suatu perubahan bagi mereka dan juga mempengaruhi dalam perkembangan Desa Suka Damai yakni dengan terlihatnya Desa Suka Damai menjadi ramai oleh para pedagang-pedagang yang ingin


(65)

membeli hasil dari perkebunan karet dan sawit yang telah dikelola para transmigran.

Dengan masuknya para pedagang-pedagang ini menjadi awal bahwa Desa Suka Damai semakin dikenal dan menimbulkan suatu perubahan yang sangat baik dalam segi perekonomian. Perkembangan Desa Suka Damai merupakan dampak dari hasil perekonimian yang dikelola oleh para transmigran yang kemudian menjadikan pemicu bagi perkembangan Desa Suka Damai. Perkembangan ekonomi sangat terlihat menjadi suatu dampak yang sangat besar karena memang pada mulanya peranan dari transmigrasi masyarakat Jawa ialah memperbaiki kehidupan dalam sektor perekonomian.

Perkembangan Desa Suka Damai memang terlihat sekali dipengaruhi oleh kedatangan masyarakat transmigran, sebelumnya desa tersebut hanya ditempati oleh sedikit penduduk dan masih terdapat hutan-hutan belantara namun sejak ditempati oleh para tranmigran lahan di Desa Suka Damai menjadi lahan-lahan pertanian ataupun lahan-lahan-lahan-lahan bercocok tanam yang dapat menghasilkan bagi kehidupan mereka.

Perkembangan Desa Suka Damai dalam perekonomian terlihat bukan hanya adanya perubahan kehidupan transmigran, namun juga terlihat juga dalam perubahan ramainya desa tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi para pembeli hasil-hasil pertanian. Dengan adanya lahan-lahan pertanian yang mereka kelola maka jelaslah merubah kehidupan mereka dalam perekonomian dan berdampak


(66)

pula pada Desa Suka Damai yang semakin dipenuhi oleh lahan-lahan pertanian sebagai sumber perekonomian yang sangat menguntungkan bagi masyarakat tersebut juga bagi Desa Suka Damai.

Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat yaitu pada umumnya adalah bertani karena mereka keahliannya dibidang pertanian. Hal ini sesuai dengan potensi alam sebagian besar merupakan lahan pertanian. Namun dibalik potensi alam yang bagus ternyata tidak semua penduduknya dapat menikmati dan memakmurkan kehidupannya. Hal ini dikarenakan ada penduduk yang tidak memiliki lahan pertanian, yaitu ladang ataupun sawah sehingga pekerjaan mereka mencari kayu bakar kehutan untuk dijula kepada penduduk yang membutuhkannya. Bagi penduduk yang tinggal di desa-desa hasil dari bertani tersebut umumnya hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari tanpa ada peningkatan, sehingga banyak penduduk yang miskin dan apalagi yang tidak memiliki lahan atau perkarangan.

Begitu juga halnya dengan mata pencaharian penduduk Jawa yang tinggal di pedesaan sangatlah bergantung kepada keadaan daerah itu sendiri. Umumnya mereka bertani dan bekerja di perkebunan karet sebagai buruh perkebunan karet. Menurut sumber yang didapat menerangkan bahwa lapangan usaha masyarakat umunya bergerak dalam bidang pertanian yaitu sekitar 68 persen sedangkan yang


(67)

lainnya di bawah 10 persen seperti: industri, perdagangan, Bank dan lembaga kerja lainnya.26

Berdasarkan informasi yang didapat dari bapak Sarjono di Suka Damai 23 Desember 2012, yang didaerah asalnya ia seorang petani, bahwa di desa-desa di Jawa Barat daerah sekitarnya hampir seluruhnya merupakan tanah pertanian sawah tadah hujan. Tanah pertanian mencakup sebagian dari tanah perkarangan, tetapi tidak tersedia data yang pasti tentang luas perkarangan yang ditanami dengan pohon buah-buahan dan pohon yang diambil buahnya untuk dibuat bahan makanan. Pohon buah-buahan mencakup pohon mangga, pisang, dan sukun, sedangkan pohon yang diambil buahnya yaitu pohon kelapa. Air nira dari pohon kelapa ini oleh sebagian besar penduduk dimanfaatkan untuk gula jawa. Usaha pertanian perkarangan ini merupakan salah satu sumber pendapatan keluarga, selain dari usaha tani palawija dan sayur-sayuran. Dari hasil bercocok tanam tersebut, kehidupan untuk setiap hari bisa dicukupi namun tidak dapat meningkatkan untuk lebih baik lagi27

Dalam aspek ekonomi di desa Suka Damai juga terdapat beberapa kios atau toko yang berjumlah 10 toko dan kedai makan atau rumah makan yang berjumlah

.

Dari hal di atas, para transmigran memiliki latar belakang dan faktor pendorong yang berbeda-beda dalam mengikuti proyek penempatan transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah ke Pulau Sumatera khususnya ke Desa Suka Damai.

26

Wawancara dengan Bapak Bambang, desa Suka Damai, 15 Mei 2013

27


(68)

3 pintu. Dari ke 13 usaha ini milik para transmigran yang memiliki keahlian lebih di bidang usaha jual beli. Ada juga tanaman yang ditanam untuk kebutuhan sehari-hari para transmigran guna menyambung hidup, pemberian dari pemerintah yang tidak cukup untuk kebutuhan transmigran selama kurun waktu tuga tahun dari 1987-1999, oleh karena itu transmigran menanam kacang panjang, cabe, tomat, terong, ketimun, kangkung, bayam.

5.2 Aspek Pendidikan

Pemerintah melalui bermacam-macam programnya telah berusaha untuk memberikan pendidikan yang layak kepada seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah menyadari bahwa rendahnya kualitas hidup dan rendahnya tenaga kerja terampil yang tersedia yang pada akhirnya akan mengakibatkan produktivitas negara menjadi rendah pula. Meskipun tanggungjawab pendidikan terutama terletak di tangan keluarga di samping masyarakat dan pemerintah, tetapi pemerintah selalu tampil paling depan dalam hal pelaksanaan pembangunan pendidikan.

Di Indonesia tingkat pendidikan masyarakat pedesaan umumnya masih rendah. Untuk menggairahkan keikutsertaan masyarakat pedesaan dalam pelaksanaan program pendidikan, di setiap sekolah dibentuk semacam lembaga kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat yaitu: Badan Pembantu Pelaksanaan Pendidikan (BP3). Badan ini sangat besar manfaatnya dalam menampung segala masalah yang timbul dari arus hubungan sekolah dan


(69)

masyarakat. Dalam kenyataannya badan ini ada yang bisa aktif jalannya, ada pula yang tersendat-sendat. Ini semua tergantung dari tinggi rendahnya pengertian masyarakat pentingnya pendidikan. Di samping itu pemerintah juga sangat mengharap adanya kelompok-kelompok masyarakat yang dapat menciptakan situasi pendidikan di luar pendidikan dalam sekolah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para transmigrasi yang ikut serta ke daerah Suka Damai dapat dilihat tingkat pendidikan formal yang telah tercapainya. Berdasarkan hasil yang didapat dari kantor camat Geureudong Pase kabupaten Aceh Utara, dapat dilihat tingkat pendidikan yang dimiliki mereka. Ada yang tamat Sekolah Dasar dan ada yang tidak tamat Sekolah Dasar dan ada juga yang tamat SLTP dan ada juga yang tidak tamat, begitu juga dengan SLTA.

Dengan latar belakang pendidikan yang rendah mereka tetap berusaha untuk bisa bekerja dan para transmigran yang ikut program transmigrasi dapat menampung mereka, hal ini disebabkan program transmigrasi mengikutsertakan mereka bukan mengharapkan atau karena skillnya, melainkan kemampuan fisik dan sedikit keterampilan dan keuletan mereka di pertanian.

Tidak semua orang tua mereka mampu memberi pendidikan lebih dan tidak semua anak mereka mau sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena mereka beranggapan bahwa akhirnya mereka juga seperti orang tuanya menjadi petani, tamat SD juga tidak menjadi masalah bagi mereka.


(70)

Ketidakmampuan orang tua menyekolahkan anak-anaknya, menyebabkan mereka akhirnya bekerja. Di samping orang tua mereka kurang mampu, menurut kepala desa Suka Damai, penduduk disana pada saat itu kurang memperhatikan tingkat pendidikan anak-anaknya. Orang tua mereka belum menyadari perlunya pendidikan anak, tidak berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Orang tua mereka masih beranggapan anak-anaknya cukup hanya bisa menulis, membaca dan mengitung dalam istilahnya tidak buta huruf.

Tingkat pendidikan masih rendah ini diakibatkan terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan di desa, dan juga minimnya tenaga pengajar yang berkualitas, disebabkan para tenaga pengajar yang berkualitas kurang berminat mengabdikan diri di desa tersebut. Hal ini dikarenakan menurut para pengajar untuk jenjang karir kedepannya kurang menjanjikan jika mengajar di pedesaan.

5.3 Aspek Budaya

Tingkat budaya masyarakat suatu daerah mempengaruhi kebijaksanaan kepemimpinan yang berlaku di daerah tersebut. Segala kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh penduduk merupakan suatu ungkapan sistem ini berupa keseluruhan nilai-nilai, norma, sikap, harapan-harapan dan tujuan, termasuk di dalamnya pandangan dunia dan ideologi masyarakat.


(71)

Masyarakat pedesaan yang masih belum banyak dijamah sarana modernisasi umunya masih dipengaruhi oleh sistem budaya tradisonal. Nilai-nilai dan norma yang hidup di masyarakat tergambar dalam sikap, tujuan dan pandangan setiap anggota masyarakat. Dalam masyarakat Jawa umumnya nilai-nilai dan norma yang hidup di masyarakat berkaitan erat dengan ajaran Islam dan petuah-petuah para petua masyarakat. Bagi Desa Suka Damai yang penduduknya 100 persen beragama Islam, maka nilai-nilai agama dan norma-norma yang diturunkan dari petua masyarakat tersebut memberikan corak pandangan bagi warganya. Hal ini juga tidak berbeda dengan apa yang terdapat di Desa Mbang, karena desa yang dihuni asal suku Aceh ini juga tercatat sebagai warga yang semuanya beragama Islam. Kedua warga desa yang berlainan suku ini umumnya menuntut kebenaran dari segala hal. Segala sesuatu tindakan di masyarakat yang bertentangan dengan nila-nilai dan norma-norma tersebut menimbulkan reaksi dari warga desa.

Sehubungan dengan hal di atas kebudayaan yang dituntut para transmigran adalah kebudayaan yang bercirikan keikhlasan, ketaqwaan, tanpa pamrih dan pengabdian. Karena bagi seseorang kebudayaan yang formal dalam menjalankan suatu instruksi kemasyarakatan perlu memperhatikan batas-batas “boleh” dan “tidak boleh” sesuai ketentuan-ketentuan nilai yang dipegang masyarakat. Sehingga seorang pemimpin formal akan dapat melaksanakan suatu program dengan lancar apabila program tersebut didukung oleh sistem budaya yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan sebaliknya ia tidak mendapat pendukung bila program dipandang bertentangan dengan sistem budaya masyarakatnya.


(1)

(2)

Lampiran 2

Pohon sawit ini merupakan perkebunan dari para transmigran yang di foto dari ja

Pohon sawit ini terletak di pinggiran jalan desa Suka Damai dan merupakan milik para transmigran


(3)

(4)

Pohon karet ini merupakan perkebunan milik para transmigran, yang terletak dipinggiran jalan desa Suka Damai

Para ibu-ibu ini baru selesai menderes getah karet dari perkebunan mereka, dan berjalan pulang kerumah mereka.


(5)

Ini rumah transmigran yang dari awal di bangun dan di berikan kepada mereka, tidak pernah di renofasi


(6)