Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga dengan Tindakan Pencarian Pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

(1)

KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH : NILAWATI

111021084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PENCARIAN PENGOBATAN DI DESA SIMPANG EMPAT KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN

ACEH TAMIANG TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH : NILAWATI

111021084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

Agen sosialisasi merupakan seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar sependapat dengan tujuan yang diinginkan. Di Desa Simpang Empat Upah, masyarakat tinggal dengan beberapa generasi dalam satu lingkungan. Sehingga untuk pencarian pengobatan bisa dipengaruhi oleh keluarga besar yang tinggal di dekat rumah si penderita sakit di dusun tersebut. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik. Oleh karena itu dilakukan penelitian di desa tersebut dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di desa tersebut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel

diambil berdasarkan 4 dusun yaitu Dusun Keluarga 26 kk, Dusun Bandar 18 kk, Dusun Ampera 22 kk dan Dusun Keramat 9 kk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa agen sosialisasi keluarga memberikan pengaruh sebesar 72,1% terhadap pencarian pengobatan dan komunikasi interpersonal memberikan pengaruh sebesar 26,0% terhadap pencarian pengobatan Seluruh responden yaitu 75 orang (100%) akan ke pelayanan medis jika mengalami sakit, tetapi banyak pula responden yang ke pengobatan tradisional (dukun) ketika sakit yaitu 44 orang (58,7%).

Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya keluarga terus mempertahankan dan meningkatkan hubungan dan komunikasi yang baik antara anggota keluarga terutama dalam pemeliharaan kesehatan maupun dalam pencarian pengobatan.

Kata kunci : Agen sosialisasi keluarga, pencarian pengobatan, Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang


(5)

Socialization agents is someone who can influence others to have the same argument according to the desired destination. In Simpang Empat Upah village, people live with multiple generations in a single environment. So for the searching of treatment may be influenced by a large family who live near the house of the sufferer in the village. In addition, people in this village are still influenced by mystical things. Therefore the research in the village aims to find how the influence of family socialization agents and interpersonal communication on searching of treatment in the village.

This research was an analytical cross-sectional design by the sampling technique was simple random sampling. The samples were taken based on 4 hamlet. Family Hamlet 26 kk, Bandar Hamlet 18 kk, Ampera Hamlet 22 kk, and Keramat Harmlet 99 kk.

The results showed that family socialization agents influence by 72.1% against the searching of treatment and interpersonal communication influence by 26.0% against the searching of treatment. 75 respondents (100%) are going to medical care if they have a sick, 44 responden (58.7%) are going to traditional treatment (shaman) when they have a sick.

Suggestions of this research is family should continues to maintain and improve the relationship and communication between family members, especially in health care and in searching of treatment.

Keywords : Family socialization agents, searching of treatment, Simpang Empat Upah Village Karang Baru Subdistrict Aceh Tamiang Regency


(6)

Nama : NILAWATI

Tempat/ Tanggal Lahir : Simpang IV Upah/ 02 Oktober 1988

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua : Ayah Hamdani

Ibu Salbiah

Anak ke : 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara

Alamat Rumah : Desa Simpang IV Upah Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri Upah

Tahun 2001 – 2004 : SMP Negeri 2 Karang Baru Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Medang Ara Tahun 2007 – 2010 : Kebidanan Imelda Medan


(7)

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga dengan Tindakan Pencarian Pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014” dapat selesai. Tak lupa shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW yang telah menjadi tauladan bagi umat manusia serta membawa ke jalan kebenaran.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang diperoleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, M.K.M., selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku sekaligus Dosen Pembimbing II.

3. Ibu Dra. Syarifah, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, ilmu, arahan, motivasi, serta dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes. dan Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.

7. Bapak Yudis selaku Kepala Desa di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

8. Sembah sujud kepada kedua orangtua terkasih dan juga teristimewa Ayahanda Hamdani dan Ibunda Salbiah yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material.

9. Saudara-saudaraku Abangda Syahrial, Amd., Kakanda Ermayani, S.Pd., Adinda Badriah, S.Pd., dan Adinda Wahyudin terima kasih untuk dukungan, motivasi, serta doanya.

10. Rekan-rekan seperjuangan di Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Erin, Cici, Amelia Lubis terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Teman-temanku Neni, Jumi, Luluk, Yeni, Novrizal Pane terima kasih untuk waktu, tenaga, pikiran, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juli 2014 Penulis,


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Umum ... 9

1.3.2 Tujuan Khusus ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Agen Sosialisasi ... 11

2.1.1 Keluarga ... 11

2.2 Komunikasi ... 16

2.2.1 Definisi Komunikasi ... 16

2.2.2 Unsur Komunikasi ... 16

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Komunikasi ... 20

2.2.4 Proses Komunikasi dalam Masyarakat... 21

2.3 Komunikasi Kesehatan... 23

2.3.1 Definisi Komunikasi Kesehatan ... 23

2.3.2 Bentuk Komunikasi Kesehatan ... 24

2.4 Pencarian Penyembuhan ... 25

2.4.1 Definisi Pencarian Penyembuhan ... 25

2.4.2 Perilaku Penyembuhan ... 26

2.4.3 Perilaku Penyembuhan/Pengobatan Sendiri ... 26

2.4.4 Perilaku Pencarian Pengobatan Keluar ... 27

2.5 Kerangka Konsep ... 28

2.6 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2 Waktu Penelitian ... 29


(11)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4.1 Data Primer ... 31

3.4.2 Data Sekunder ... 31

3.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 31

3.5 Definisi Operasional... 34

3.6 Aspek Pengukuran ... 35

3.7 Pengolahan dan Analisa Data... 37

3.7.1 Pengolahan Data ... 37

3.7.2 Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Pelitian ... 40

4.1.1 Keadaan Geografi ... 40

4.1.2 Keadaan Demografi ... 40

4.2 Hasil Analisis Univariat ... 41

4.2.1 Jenis Kelamin ... 41

4.2.2 Usia ... 41

4.2.3 Pendidikan ... 42

4.2.4 Pekerjaan ... 42

4.2.5 Agen Sosialisasi Keluarga ... 43

4.2.6 Komunikasi Interpersonal ... 46

4.2.7 Pencarian Pengobatan... 47

4.3 Hasil Analisis Bivariat ... 49

4.4 Hasil Analisis Multivariat ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1 Karakteristik Responden ... 53

5.1.1 Jenis Kelamin ... 53

5.1.2 Usia ... 53

5.1.3 Pendidikan ... 53

5.1.4 Pekerjaan ... 54

5.2 Pengaruh Agen Sosialisai Keluarga Terhadap Pencarian Pengobatan ... 54

5.3 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Pencarian Pengobatan ... 57

5.4 Pencarian Pengobatan ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(12)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Agen SosialisasiKeluarga ... 33

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas KomunikasiInterpersonal ... 33

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pencarian Pengobatan ... 34

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 41

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 41

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan... 42

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Berdiskusi dengan Responden Sebelum Mendapatkan Pengobatan Bagi Anggota Keluarga yang Sakit ... 43

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat ke Pelayanan Medis ... 44

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat ke Pengobatan Tradisional ... 44

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Kontrol untuk Minum Obat Bagi Anggota Keluarga yang Sakit ... 45

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden yang Berobat Saat Menderita Penyakit yang Bersifat Biologis dan Magic ... 45

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Komunikasi Interpersonal ... 46

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pencarian Pengobatan ... 48

Tabel 4.12 Hasil Analisis Korelasi Spearman ... 49


(13)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 28


(14)

Agen sosialisasi merupakan seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar sependapat dengan tujuan yang diinginkan. Di Desa Simpang Empat Upah, masyarakat tinggal dengan beberapa generasi dalam satu lingkungan. Sehingga untuk pencarian pengobatan bisa dipengaruhi oleh keluarga besar yang tinggal di dekat rumah si penderita sakit di dusun tersebut. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik. Oleh karena itu dilakukan penelitian di desa tersebut dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di desa tersebut.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Sampel

diambil berdasarkan 4 dusun yaitu Dusun Keluarga 26 kk, Dusun Bandar 18 kk, Dusun Ampera 22 kk dan Dusun Keramat 9 kk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa agen sosialisasi keluarga memberikan pengaruh sebesar 72,1% terhadap pencarian pengobatan dan komunikasi interpersonal memberikan pengaruh sebesar 26,0% terhadap pencarian pengobatan Seluruh responden yaitu 75 orang (100%) akan ke pelayanan medis jika mengalami sakit, tetapi banyak pula responden yang ke pengobatan tradisional (dukun) ketika sakit yaitu 44 orang (58,7%).

Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya keluarga terus mempertahankan dan meningkatkan hubungan dan komunikasi yang baik antara anggota keluarga terutama dalam pemeliharaan kesehatan maupun dalam pencarian pengobatan.

Kata kunci : Agen sosialisasi keluarga, pencarian pengobatan, Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang


(15)

Socialization agents is someone who can influence others to have the same argument according to the desired destination. In Simpang Empat Upah village, people live with multiple generations in a single environment. So for the searching of treatment may be influenced by a large family who live near the house of the sufferer in the village. In addition, people in this village are still influenced by mystical things. Therefore the research in the village aims to find how the influence of family socialization agents and interpersonal communication on searching of treatment in the village.

This research was an analytical cross-sectional design by the sampling technique was simple random sampling. The samples were taken based on 4 hamlet. Family Hamlet 26 kk, Bandar Hamlet 18 kk, Ampera Hamlet 22 kk, and Keramat Harmlet 99 kk.

The results showed that family socialization agents influence by 72.1% against the searching of treatment and interpersonal communication influence by 26.0% against the searching of treatment. 75 respondents (100%) are going to medical care if they have a sick, 44 responden (58.7%) are going to traditional treatment (shaman) when they have a sick.

Suggestions of this research is family should continues to maintain and improve the relationship and communication between family members, especially in health care and in searching of treatment.

Keywords : Family socialization agents, searching of treatment, Simpang Empat Upah Village Karang Baru Subdistrict Aceh Tamiang Regency


(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 3 menyebutkan pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyakarat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Salah satu upaya yang dilakukan jika mengalami gangguan kesehatan adalah dengan melakukan pencarian tindakan berobat ke sarana pelayanan kesehatan. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa, tindakan mengobati sendiri (selftreatmen), mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), mencari pengobatan dengan membeli obat di warung sampai mencari pengobatan ke fasilitas yang modern yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun dokter praktik (Notoatmodjo, 2012).

Studi mengenai perilaku pencarian pengobatan pada orang sakit umumnya menyangkut tiga pertanyaan pokok, yaitu a) sumber pengobatan apa yang dianggap mampu mengobati sakitnya, b) kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa yang ada, dan c) bagaimana proses pengambilan keputusan untuk


(17)

memilih sumber pengobatan tersebut. Sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang terkait, yaitu pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional, pengobatan medis yang dilakukan oleh praktek dokter, perawat, puskesmas atau rumah sakit. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk memilih sumber pengobatan adalah tentang sakit dan pengobatannya, keyakinan terhadap obat/pengobatan, keparahan penyakit serta keterjangkauan biaya dan jarak. Proses pengambilan keputusan untuk memilih sumber pengobatan dimulai dengan menerima informasi, memproses dengan berbagai kemungkinan dan dampaknya, kemudian mengambil keputusan dari berbagai alternatif dan melaksanakannya (Saputra, 2012).

Upaya penduduk dalam pencarian pengobatan, berdasarkan data Susenas tahun 2008 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri ternyata lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak 65,59% memilih untuk mengobati sendiri dan yang memilih berobat jalan sebesar 44,37% (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2012), perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan penduduk Indonesia yang mengalami keluhan kesehatan sakit yakni sebanyak 28,59% yang melakukan pengobatan sendiri 67,71% dan yang menggunakan obat tradisional 24,33%. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di puskesmas Bakunase Kota Kupang, tindakan pencarian pengobatan yang dilakukan paling besar ke puskesmas/pustu (50,85%), dokter/bidan/praktek 35,59%, dan rumah sakit 13,56% (Assegaf dkk, 2010).


(18)

Dalam rangka pencarian pengobatan semuanya memerlukan media sosialisasi. Media sosialisasi merupakan tempat dimana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga agen sosialisasi atau sarana sosialisasi. Pengertian agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Secara rinci, beberapa media sosialisasi yang utama adalah keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja dan media massa (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Agen sosialisasi merupakan seseorang yang dapat memengaruhi orang lain agar sependapat dengan tujuan yang diinginkan. Peran yang harus dilaksanakan oleh agen sosialisasi yaitu peran agen sosialisasi sebagai penghubung atau linker terutama untuk menyampaikan berbagai pesan atau informasi tentang inovasi. Agen sosialisasi diperlukan terutama dalam: 1) mengembangkan kebutuhan untuk berubah, 2) mengadakan pertukaran informasi dan menjalin hubungan, 3) mendiagnosa masalah, 4) menciptakan minat pada klien untuk berubah, 5) mengubah minat menjadi tindakan, 6) memantapkan adopsi dan mencegah diskontinyu, dan 7) mencapai suatu hubungan baik (Rogers, 1983).

Pengaruh agen sosialisasi sangat besar dalam usaha pencarian pengobatan. Menurut Makian (2003) dalam Iswandi dkk (2005), dukungan keluarga dalam pemilihan tempat pengobatan sangat penting oleh karena keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan sosial interpersonal dengan lingkungannya, gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat memengaruhi seluruh anggota keluarga.


(19)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera Pasal 1 menyebutkan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya.

Menurut Nurherbyanti (2008), keluarga merupakan kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang. Pendapat ini didukung oleh Dahlan (2013) yang menyatakan bahwa proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dengan mengikuti apa saja yang diajarkan oleh orang-orang di lingkungan keluarganya. Di dalam keluarga, orang-orang tua mencurahkan perhatian untuk mendidik agar anak memeroleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik yang akan berpengaruh pada kepribadian yang baik pula pada si anak. Untuk itu perlu strategi komunikasi yang baik dan sehat yang harus dilakukan orang tua untuk menciptakan suasana keluarga yang baik dan sehat pula.

Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu


(20)

dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakat (Cangara, 2006). Menurut pendapat Tyastuti dkk (2009) proses komunikasi pada hakikatnya dalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa nasehat, bimbingan, dorongan, informasi dan lain-lain.

Menurut De Fleur (1982) dalam Tyastuti dkk (2009), komunikan (orang yang menerima pesan) akan merasakan efek atau pengaruh yaitu adanya perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Begitu pula ketika masyarakat menerima pesan tentang kesehatan khususnya mengenai pencarian pengobatan, mereka akan merasa bahwa pengetahuan mereka tentang pencarian pengobatan bertambah, sehingga mereka tahu harus bersikap bagaimana dan harus pergi ke mana untuk mencari pengobatan.

Dalam suatu keluarga, tindakan pencarian pengobatan dipengaruhi oleh komunikasi antara anggota keluarga. Menurut Rogers (1983) seorang pakar Sosiolog Pedesaan Amerika mengungkapkan komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Komunikasi merupakan proses mendapatkan pesan dari satu orang ke orang lain. Sifat pertukaran informasi antara pasangan individu menentukan kondisi dimana sumber akan atau tidak akan menularkan inovasi ke penerima. Misalnya, saluran media massa adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk menginformasikan audiens yang berpotensi menjadi pengadopsi tentang keberadaan suatu inovasi, yaitu, untuk menciptakan kesadaran pengetahuan. Saluran media massa adalah semua


(21)

sarana transmisi pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dan sebagainya, yang memungkinkan sebuah sumber dari seseorang atau beberapa individu untuk menjangkau audiens yang banyak. Di sisi lain, saluran antara pribadi lebih efektif dalam membujuk seseorang untuk mengadopsi ide baru, terutama jika saluran antara pribadi menghubungkan dua atau lebih individu yang dekat seperti saudara dekat atau teman dekat. Saluran antara pribadi melibatkan tatap muka antara dua atau lebih individu.

Komunikasi merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan kita dengan anggota yang berperan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, melalui komunikasi akan terjalin rasa kasih sayang khususnya orang tua kepada anak. Dengan kasih sayang, anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pada orang tua bahwa keputusan orang tua dalam pencarian pengobatan adalah yang terbaik untuk anak (Parmono, 2011).

Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan/atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya. Pada saat orang sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, salah satunya adalah mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri dengan minum jamu, minum obat yang dibeli di warung, toko dan apotek (Notoatmodjo, 2010).

Dalam pencarian pengobatan, tenaga kesehatan berperan sangat penting untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Peranan tenaga kesehatan sangat besar dalam mengubah perilaku masyarakat dalam mencari tindakan pengobatan, antara


(22)

diperlukan komunikasi kesehatan yang dapat memberikan kontribusi yang cukup bermakna bagi peningkatan status kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Dari penelitian yang dilakukan Sugiyanto (2002), tentang pengaruh karakteristik keluarga terhadap pencarian pengobatan bayi di Kecamatan Klambu Kabupaten Gerobongan menggambarkan bahwa 48,5% ibu mencari pengobatan tradisional yang terdiri dari dukun bayi 35,5%, membeli obat sendiri 8,4%, dukun sembur 2,4% dan mengobati sendiri dengan obat tradisional 2,4%. Dan yang paling banyak memberi keputusan dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan persentase 60% sedangkan bapak hanya sebesar 40%.

Berdasarkan penelitian dilakukan Warsito (2009) terhadap 40 responden di Wonogiri, bahwa ada hubungan yang bermakna antara komunikasi interpersonal dengan pola pencarian pengobatan. Dengan rincian, 30 orang (75%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang baik, 6 orang (15%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang sedang, dan 4 orang (10%) yang termasuk dalam kategori komunikasi yang rendah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswandi dkk (2005), di Kecamatan Tamalate Kota Makasar tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku keluarga miskin dalam upaya pemilihan tempat pengobatan bagi anak balitanya, diketahui bahwa 95,4% penentuan keputusan adalah ibu dan sisanya 4,6% adalah bapak.

Survei awal menunjukkan bahwa di Desa Simpang Empat Upah ini masyarakat tinggal dengan beberapa generasi dalam satu lingkungan, bahkan pada satu dusun yang disebut Dusun Keluarga hanya dihuni oleh keluarga turun-temurun.


(23)

Sehingga untuk pencarian pengobatan bisa dipengaruhi oleh keluarga besar yang tinggal di dekat rumah si penderita sakit di dusun tersebut. Selain itu, masyarakat di desa ini juga masih dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik.

Hasil survei awal yang dilakukan di Desa Simpang Empat Upah oleh peneliti terhadap 15 orang, yang lebih memegang peranan penting dalam pencarian pengobatan adalah ibu dengan jumlah 13 orang (86,7%) sedangkan ayah yang memegang peranan dalam pencarian pengobatan hanya 2 orang (13,3%). Selain itu, diketahui pula bahwa dari 15 orang tersebut, ternyata 6 orang (40%) berobat sendiri dengan membeli obat di warung, 4 orang (26,7%) mencari pengobatan tradisional, 3 orang (20%) berobat di sarana kesehatan dan 2 orang (13,3%) tidak berobat bila sakit.

Berdasarkan uraian di atas diketahui masih rendahnya tindakan pencarian pengobatan oleh keluarga dan masih rendahnya pemanfaatan sarana kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan dan untuk melihat apakah ada pengaruh strategi komunikasi yang dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga yang lain terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Upah, Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap


(24)

pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik agen sosialisasi keluarga dalam pencarian pengobatan berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Aceh Tamiang Tahun 2014.

2. Mengetahui hubungan agen sosialisasi keluarga dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

3. Mengetahui hubungan komunikasi interpersonal dengan pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

4. Mengetahui seberapa besar pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.


(25)

5. Mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi keluarga Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang tentang bagaimana cara mendapatkan pengobatan yang baik sehingga bisa diterapkan jika sewaktu-waktu mengalami sakit.

2. Sebagai masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait dalam melakukan investasi dalam masyarakat yang berkaitan dengan pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai pengaruh agen sosialisasi keluarga dan komunikasi terhadap pencarian pengobatan.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Agen Sosialisasi

Menurut Narwoko dan Suyanto (2004) agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Agen sosialisasi biasa juga disebut dengan media sosialisasi. Sementara, menurut Tim Mitra Guru (2007) agen sosialisasi merupakan tempat di mana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi (agent of socialization) atau sarana sosialisasi, yang dimaksud dengan agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat dimana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadikannya dewasa. Salah satu agen sosialisasi adalah keluarga.

2.1.1 Keluarga

Keluarga adalah lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok primer, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung, juga karena adanya keintiman dari pada anggotanya (Narwoko dan Suyanto, 2004).

Menurut Horton dan Hunt (1987) dalam Narwoko dan Suyanto (2004) istilah keluarga umumnya menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama

2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan darah dan perkawinan 3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak

4. Pasangan nikah yang mempunyai anak


(27)

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi terhadap manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya.

b. Orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional dimana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi.

c. Adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peran yang penting terhadap proses anak (Narwoko dan Suyanto, 2004)

Menurut Khairudin dalam Su’adah (2003), ciri-ciri keluarga adalah:

a. Kebersamaan, keluarga merupakan bentuk yang paling universal di antara bentuk-bentuk organisasi sosial lainnya dan dapat ditemukan disemua masyarakat.

b. Dasar-dasar emosional, hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan sangat mendalam dari sifat organis kita seperti perkawinan, menjadi ayah, kesetiaan akan material dan perhatian orang tua.

c. Pengaruh perkembangan, hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi, termasuk manusia dan pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kehidupan.

d. Ukuran yang terbatas, keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa


(28)

kehilangan patrialkal, struktur sosial secara keseluruhan dibentuk oleh satuan-satuan keluarga.

e. Tanggung jawab para anggota, keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontiniu daripada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.

f. Aturan kemasyarakatan, hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu di dalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya.

g. Sifat kekekalan dan kesetaraan, sebagai instruksi keluarga merupakan suatu yang demikian permanen dan universal, dan sebagai asosiasi merupakan organisasi menjadi terkelompok di sekitar keluarga yang menuntut perhatian khusus.

Secara umum, ada 2 (dua) tipe keluarga yang utama,yaitu: 1. Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum dewasa atau belum menikah. Dari segi falsafah hidup, akan ditemukan keluarga modern dan keluarga tradisional. Keluarga modern memiliki pandangan yang rasional dan menata masa depan dengan penuh perhitungan. Sedangkan keluarga tradisional masih mendahulukan tradisi lama untuk dipertahankan dan sulit untuk dirubah.

2. Extended family (keluarga besar)

Keluarga besar adalah gabungan dari beberapa keluarga inti yang masih memiliki hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu rumah. Misalnya terdiri dari paman, sepupu, kakek, nenek, dan biasanya terdiri dari tiga generasi dalam satu garis keturunan.


(29)

Menurut Horton dalam Su’adah (2003), keluarga memiliki tiga fungsi utama, yaitu:

a. Fungsi pengaturan seksual, keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.

b. Fungsi reproduksi, yaitu keluarga befungsi untuk memproduksi anak dan melanjutkan keturunan.

c. Fungsi afeksi, yaitu keluarga berfungsi sebagai penyedia kebutuhan manusia akan kasih sayang dan rasa cinta.

Segi penting dari proses sosialisasi dalam keluarga ialah bagaimana orang tua dapat memberikan motivasi kepeda anak-anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya.

Proses sosialisasi dalam lingkungan keluarga terdiri dari dua macam pola sosialisasi, yaitu:

a. Cara represif yang mengutamakan adanya pendekatan anak pada orang tua. Cara represif merupakan suatu bentuk sosialisasi yang mengarah kepada hukuman (punishment) dan pemberian suatu hadiah (reward). Pada sosialisasi ini, seseorang yang dapat menuruti kemauan dari orang lain akan mendapatkan hadiah (reward) yang akan didapatnya. Sebaliknya, jika seseorang tersebut tidak dapat menuruti kemauan dari orang lain maka ia akan mendapatkan suatu hukuman (punishment). Sebagai contoh, Ibu ingin seorang anak dapat hidup disiplin dan taat kepada aturan-aturan yang telah ditetapkannya. Jika seorang anak tersebut melanggar aturannya, Ibu akan memarahi atau bahkan memukul anaknya


(30)

setiap kali tidak taat dan disiplin. Jika dirinci, maka ciri-ciri sosialisasi refresif antara lain:

1. Menghukum perilaku yang keliru 2. Hukuman dan imbalan material 3. Kepatuhan anak

4. Komunikasi sebagai perintah 5. Komunikasi nonverbal

6. Sosialisasi berpusat pada orang tua

7. Anak memperhatikan keinginan orang tua 8. Keluarga merupakan dominasi oarang tua

b. Cara partisipatif merupakan bentuk sosialisasi yang mengutamakan pada partisipasi seorang anak dan orang tua tidak memaksakan kehendaknya kepada anak. Pada bentuk ini, sosialisasi yang terjadi adalah memberikan suatu imbalan yang baik kepada seorang anaknya. Jika dirinci, ciri-ciri sosialisasi partisipatif antara lain:

1. Memberi imbalan bagi perilaku yang baik 2. Hukuman dan imbalan simbolis

3. Otonomi anak

4. Komunikasi dengan interaksi 5. Komunikasi nonverbal

6. Sosialisasi berpusat pada anak

7. Orang tua memperhatikan keinginan anak


(31)

2.2 Komunikasi

2.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoprasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai denagan maksud pihak yang memberikan stimulus. Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan disebut komunikasi verbal sedangkan komunikasi yang mengunakan simbol-simbol disebut komunikasi nonverbal (Notoatmodjo, 2012).

2.2.2 Unsur Komunikasi

Menurut Tyastuti dkk (2009), secara garis besar unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Sumber komunikasi

Pihak yang mengawali komunikasi untuk mengirim pesan disebut sender dan ia menjadi sumber pesan (source). Pengiriman yang dimaksud di sini adalah orang yang masuk ke dalam hubungan, baik interpersonal dengan diri sendiri, interpersonal dengan orang lain dalam kelompok kecil atau kelompok besar. Sebelum terjadi proses komunikasi dengan orang lain, dalam pikiran si pengirim terjadi rangsangan yang berasal dari faktor luar atau dari hasil pengolahan isi pikiran yang menimbulkan kebutuhan, ini akan mendorong untuk menyampaikan


(32)

perasaan atau gagasan kepada orang lain. Pengirim pesan ini biasa juga disebut dengan komunikator.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud adalah sesuatu yang disampaikan pengiriman kepada penerima. Agar dapat diterima dengan baik, pesan hendaknya dirumuskan dalam bentuk yang tepat, disesuaikan, dipertimbangkan berdasarkan keadaan penerima, hubungan pengirim dan penerima serta situasi komunikasi yang dilakukan.

3. Media

Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan kepada penerima pesan. Media dapat berupa media lisan, tertulis atau elektronik.

a. Media lisan

Dapat dilakukan dengan menyampaiakan sendiri pesan secara lisan, baik melalui telepon atau saluran yang lainnya kepada perorangan, kelompok kecil, kelompok besar atau massa. Keuntungan dari penyampaian pesan secara lisan adalah penerima pesan mendengar secara langsung tanggapan atau pertanyaan, memungkinkan disertai nada atau warna suara, gerak-gerik tubuh atau raut wajah dan dapat dilakukan dengan cepat.

b. Media tertulis

Pesan disampaikan secara tertulis melalui surat, memo, hand out, gambar dll. c. Media elektronik

Pesan disampaikan melalui faksimile, email, radio, televisi. Keuntungannya adalah proses cepat dan data bisa disimpan. Penyampaian pesan juga bisa mengalami gnangguan seperti suara terlalu keras, lemah dan sebagainya.


(33)

Karakteristik media massa menurut Cangara (2006) yaitu:

a. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media massa terdiri dari banyak orang. Mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian informasi.

b. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalaupun terjadi umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda.

c. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.

d. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar dan semacamnya.

e. Bersifat terbuka, artinya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin dan suku bangsa.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi ataupun organisasi. Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Kemampuan media massa dapat menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.


(34)

4. Lingkungan

Lingkungan atau situasi (tempat, waktu , cuaca, iklim, keadaan alam, psikologis) merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses komunikasi. Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis dan dimensi waktu.

5. Pihak yang menerima pesan

Penerima pesan adalah pihak yang menerima pesan atau menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima biasanya disebut juga dengan khalayak, sasaran, komunikan atau audience/receiver.

6. Umpan balik

Umpan balik merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Tetapi ada juga yang beranggapan bahwa umpan balik terjadi sebagai akibat pengaruh yang berasal dari penerima. Umpan balik dapat berupa umpan balik positif atau umpan balik negatif. Umpan balik positif bila tanggapan penerima menunjukkan kesediaan menerima atau mengerti pesan yang disampaikan, serta memberi tanggapan sesuai yang diinginkan pengirim atau sebaliknya.

7. Pengaruh atau dampak

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa saja yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Menurut De Fleur (1982), pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (Cangara, 2006).


(35)

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Komunikasi

Faktor yang memengaruhi komunikasi antara lain: 1. Latar Belakang Kebudayaan

Dalam hal ini bagaimana seseorang menginterpretasikan suatu pesan berdasarkan latar belakang kebudayaan. Di sini akan terbentuk pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, makin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi akan semakin efektif.

2. Ikatan dengan Kelompok atau Grup

Artinya kita cenderung mengidentifikasikan diri dengan kelompok tertentu dan cenderung mengembangkan kesetiaan dan menerima norma kelompok tersebut. Nilai-nilai yang dianut oleh kelompok akan sangat memengaruhi cara mengamati pesan.

3. Harapan

Jika harapan sesuai dengan yang diinginkan maka orang tersebut akan menerima pesan tersebut atau sebaliknya jika tidak sesuai dengan harapan maka penerima pesan akan bersifat apatis, cuek bahkan memutuskan komunikasi.

4. Pendidikan

Pendidikan formal atau nonformal akan memengaruhi penerimaan pesan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin kompleks sudut pandangnya dalam menyikapi materi komunikasi.


(36)

5. Situasi

Situasi adalah tempat atau saat terjadinya komunikasi akan berpengaruh pada usaha untuk menginterpretasikan pesan, ketakutan, kecemasan akan memengaruhi cara orang menyerap pesan (Tyastuti dkk, 2009).

2.2.4 Proses Komunikasi dalam Masyarakat

Masyarakat memiliki struktur dan lapisan (layer) yang bermacam-macam, ragam struktur dan lapisan masyarakat tergantung pada kompleksitas masyarakat itu sendiri. Semakin kompleks suatu masyarakat, maka struktur masyarakat itu semakin rumit pula. Kompleksitas masyarakat juga ditentukan oleh ragam budaya dan proses-proses sosial yang dihasilkannya (Bungin, 2008).

1. Komunikasi Langsung

Pada komunikasi langsung (tatap muka) baik antara individu, atau individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, kelompok dengan masyarakat, maka pengaruh individu (interpersonal) termasuk dalam pemahaman komunikasi ini. Persyarataan yang harus ada dalam komunikasi tatap muka adalah antara komunikator dengan komunikan harus langsung bertemu dan prosesnya dipengaruhi oleh emosi, perasaan di antara kedua pihak. Makin tinggi tingkat kepercayaannya, maka makin tinggi pengaruh komunikator dan/atau sebaliknya. 2. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Unsur-unsur komunikasi massa adalah:


(37)

a. Komunikator b. Media massa

c. Informasi (pesan) massa d. Khalayak (publik) e. Umpan balik

Fungsi komunikasi massa dalam masyarakat, yaitu: a. Fungsi Pengawasan

Media massa merupakan medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan terhadap aktivitas masyarakat pada umumnya. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Fungsi Social Learning

Dalam hal ini fungsi yang utama adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat.

c. Fungsi Penyampaian Informasi

Fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat.

d. Fungsi Transformasi Budaya


(38)

e. Fungsi Hiburan

Hiburan tidak terlepas dari tujuan transformasi budaya, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa (Bungin, 2008).

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat untuk membentuk keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Bahkan proses sosialisasi melalui media massa ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Iklan-iklan yang ditayangkan media massa, misalnya disinyalir telah menyebabkan perubahan pola konsumsi, bahkan gaya hidup masyarakat (Narwoko dan Suyanto, 2004).

2.3 Komunikasi Kesehatan

2.3.1 Definisi Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk memengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat dengan menggunakan prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat dan selanjutnya perilaku kesehatan masyarakat yang sehat tersebut akan berpengaruh kepada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2012).


(39)

2.3.2 Bentuk Komunikasi Kesehatan

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah komunikasi antarpribadi (internal communication) dan komunikasi massa (mass communication).

a. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan yang lain baik perorangan maupun kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan, komunikasi antarpribadi ini terjadi antarapetugas kesehatan dengan klien atau kelompok masyarakat dengan para anggota masyarakat. Komunikasi antarpribadi akan efektif apabila memenuhi tiga hal berikut:

1. Empati, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang yang diajak berkomunikasi.

2. Respek terhadap perasaan dan sikap orang lain.

3. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi. Metode komunikasi antarpribadi yang paling baik adalah konseling karena di dalam cara ini antara komunikator dan komunikan atau klien terjadi dialog, klien dapat lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.

Proses konseling diingat dengan mudah dengan istilah GATHER yaitu: 1. Greet clients warmly (menyambut klien dengan hangat)

2. Ask clients about their problem (menanyakan tentang keadaan mereka)


(40)

4. Help clients solve their problem (membantu pemecahan masalah yang mereka hadapi)

5. Explain how to prevent to hove the same problem (menjelaskan bagaimana mencegah terjadinya masalah yang sama)

6. Return to follow-up (melakukan tindak lanjut terhadap konseling) (Notoatmodjo, 2012).

b. Komunikasi Massa

Komunikasi massa ialah menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada masyarakat. Komunikasi dalam kesehatan berarti menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media cetak dan sebagainya).

2.4 Pencarian Penyembuhan

2.4.1 Definisi Pencarian Penyembuhan

Pencarian penyembuhan/pengobatan adalah perilaku orang atau masyarakat yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan lain, untuk memeroleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah kesehatannya. Bagi keluarga, masalah kesehatan atau penyakit bukan hanya terjadi pada diri sendiri, tetapi juga bagi anggota keluarga yang lain, terutama anak-anak. Anak-anak dalam keluarga maupun anak balita, dengan sendirinya perilaku pencarian penyembuhan ini masih ditentukan atau tanggung jawab dari orangtuanya. Apabila seorang dewasa atau anak balita dalam kelurga sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang lain, biasanya keputusan yang diambil adalah:


(41)

a. Tidak melakukan tindakan apa-apa (no action).

b. Melakukan pengobatan sendiri (self mediabation atau self treatment), baik menggunakan cara tradisional atau modern.

c. Mencari pengobatan keluar, baik tradisional maupun modern. (Notoatmodjo, 2010).

2.4.2 Perilaku Penyembuhan

Perilaku penyembuhan adalah tindakan (action) yang diambil oleh seseorang yang sedang sakit, atau anaknya yang sedang sakit untuk memeroleh penyembuhan. Perilaku atau tindakan ini dikelompokkan menjadi dua, yakni mengobati sendiri dan mencari pengobatan atau penyembuhan keluar. Hal ini sebenarnya tidak masalah asalkan masyarakat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit serta cara-cara mengatasi penyakit tersebut secara adekuat (Notoatmodjo, 2010)

2.4.3 Perilaku Penyembuhan/Pengobatan Sendiri

Pola perilaku pengobatan sendiri, apabila orang dewasa sakit atau anak balitanya sakit memiliki 3 (tiga) pola pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat, yakni:

a. Obat-obat modern, baik dibeli di warung maupun di apotek, seperti obat-obat untuk sakit kepala, sakit perut, sakit mata, luka dan sebagainya.

b. Obat-obat tradisional, baik yang diramu atau dibuat sendiri dari daun-daunan maupun yang dibeli di warung, seperti jamu, jamu gendong keliling.

c. Obat-obat lainnya, yakni obat-obat lain yang tidak termasuk jenis di atas. Obat ini biasanya diberikan oleh para normal atau dukun, yang berupa air, atau


(42)

benda-2.4.4 Perilaku Pencarian Pengobatan Keluar

Perilaku pencarian pengobatan keluar (tidak diobati sendiri) pada orang dewasa atau anak balita sakit dibawa oleh keluarganya, terwujud dalam fasilitas atau pelayanan kesehatan yang digunakan oleh anggota masyarakat, dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu:

a. Rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta b. Praktek dokter

c. Puskesmas, Pustu dan Balai Kesehatan Masyarakat d. Petugas Kesehatan dan

e. Dukun dan atau pengobatan tradisional (Batra) dan lain-lain (Notoatmodjo, 2010).

Pola pencarian pengobatan ini kemungkinan bisa dilakukan secara kombinasi. Artinya seseorang bisa saja dalam waktu sakit mencari penyembuhan atau berobat ke dua fasilitas atau pelayanan kesehatan yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Pola pencarian pengobatan masyarakat perkotaan sedikit berbeda dengan pola pencarian masyarakat pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, puskesmas dan pustu merupakan pilihan tertinggi tempat pencarian pengobatan. Sedangkan pada masyarakat perkotaan, dokter praktek merupakan pilihan yang tertinggi. Peranan dukun pada masyarakat pedesaan dan perkotaan masih ada walaupun dalam persentase yang rendah (Notoatmodjo, 2010)


(43)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian untuk mendapatkan pencarian pengobatan diambil dari teori Su’adah (2003), sehingga didapatkan kerangka konsep sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal berpengaruh secara signifikan terhadap pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

Pencarian Pengobatan Agen Sosialisasi Keluarga

- Keluarga Inti Ayah

Ibu Mertua Anak Kakak Abang

- Keluarga Besar Kakek

Nenek Paman Bibi Sepupu Tetangga


(44)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional untuk mengetahui pengaruh agen sosialisasi keluarga terhadap perilaku pencarian pengobatan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2013 – Mei 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 523 kk.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah orang tua (ayah atau ibu) di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Besar minimal sampel diperoleh dengan rumus sebagai berikut:


(45)

= 64,38

64 kk Keterangan:

n = Jumlah sampel

Po = Proporsi awal 13% = 0,13

Pa = Proporsi yang diinginkan 3% = 0,03 Z = Tingkat kepercayaan sebesar 95% = 1,96 Z = Power sebesar 80% = 0,842

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh bahwa jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 64 kk. Namun peneliti menetapkan bahwa jumlah sampel yang akan diteliti lebih besar dari jumlah sampel tersebut, yaitu sebesar 75 kk dengan alasan agar data yang diperoleh lebih dapat mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sehingga setiap unit sampel mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Budiarto, 2002).

Sampel diambil berdasarkan 4 dusun yaitu Dusun Keluarga dengan jumlah penduduk 181 jiwa, Dusun Bandar dengan jumlah penduduk 127 jiwa, Dusun Ampera dengan jumlah penduduk 154 jiwa dan Dusun Keramat dengan jumlah penduduk 61 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk pada setiap dusun tersebut maka proporsi sampel penelitian untuk setiap dusun dijabarkan sebagai berikut:


(46)

Dusun Keluarga = x75 = 26 orang Dusun Bandar =

x

75 = 18 orang

Dusun Ampera = x 75 = 22 orang Dusun Keramat = x 75 = 9 orang

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara langsung dengan orang tua di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Pedoman wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kepala Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang berupa data demografi dan geografi yang berkaitan dengan penelitian serta literatur-literatur terkait.

3.4.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sebelumnya dilakukan uji coba kuesioner (instrumen) yang bertujuan untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Aplikasi yang digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas adalah SPSS 17.0. Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment dan dilihat


(47)

penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap pencarian pengobatan.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang. Uji validitas memakai korelasi Person Product Moment (r), dengan ketentuan, jika r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya. Uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item yang diperoleh dari nilai corrected item total correlation.

Sedangkan uji reliabilitas, bertujuan untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya, dengan menggunakan metode Cronbach`s Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel.

Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan suatu ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan


(48)

pengukuran dengan ketentuan jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di Desa Seumentok Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Agen Sosialisasi Keluarga

No Item

Pertanyaan n

Corrected Item-Total Correlation

Hasil Uji Cronbach’s

Alpha Hasil Uji

1. Pertanyaan 1 30 0,815 Valid

0,812 Reliabel 2. Pertanyaan 2 30 0,535 Valid

3. Pertanyaan 3 30 0,437 Valid 4. Pertanyaan 4 30 0,710 Valid 5. Pertanyaan 5 30 0,590 Valid 6. Pertanyaan 6 30 0,437 Valid

Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai corrected item-total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya keenam item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel agen sosialisasi keluarga semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,812 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa keenam item pertanyaan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Komunikasi Interpersonal

No Item

Pertanyaan n

Corrected Item-Total Correlation

Hasil Uji Cronbach’s

Alpha Hasil Uji

1. Pertanyaan 1 30 0,797 Valid

0,886 Reliabel 2. Pertanyaan 2 30 0,685 Valid

3. Pertanyaan 3 30 0,571 Valid 4. Pertanyaan 4 30 0,753 Valid 5. Pertanyaan 5 30 0,733 Valid 6. Pertanyaan 6 30 0,693 Valid


(49)

Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai corrected item-total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya keenam item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel komunikasi interpersonal semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,886 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa keenam item pertanyaan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pencarian Pengobatan

No Item

Pertanyaan n

Corrected Item-Total Correlation

Hasil Uji Cronbach’s

Alpha Hasil Uji

1. Pertanyaan 1 30 0,592 Valid

0,752 Reliabel 2. Pertanyaan 2 30 0,717 Valid

3. Pertanyaan 3 30 0,372 Valid 4. Pertanyaan 4 30 0,389 Valid 5. Pertanyaan 5 30 0,516 Valid 6. Pertanyaan 6 30 0,365 Valid

Tabel 3.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai corrected item-total correlation lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya keenam item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel agen sosialisasi keluarga semuanya valid. Nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,752 dan lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa keenam item pertanyaan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

3.5 Definisi Operasional

1. Agen sosialisasi keluarga adalah orang yang tinggal di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang yang berperan dalam pengambilan keputusan untuk membantu anggota keluarganya dalam mencari


(50)

pengobatan ketika ada anggota keluarga yang membutuhkan pengobatan atau sakit.

2. Strategi komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau gerak (nonverbal) yang dilakukan oleh orang yang tinggal di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang untuk memengaruhi perilaku anggota keluarganya dalam mendapatkan pengobatan menggunakan komunikasi interpersonal.

3. Pencarian pengobatan adalah perilaku seseorang di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang yang sedang mengalami sakit atau masalah kesehatan lain, untuk memeroleh pengobatan sehingga sembuh atau teratasi masalah kesehatannya.

3.6 Aspek Pengukuran

1. Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga

Pengaruh agen sosialisasi keluarga dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0 dengan rincian sebagai berikut:

Pertanyaan 1-6 dengan jawaban:

- Ya = 1


(51)

Skor tertinggi 6 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 1 untuk 6 pertanyaan. Skor terendah 0 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 0 untuk 6 pertanyaan.

2. Pengaruh Komunikasi Interpersonal

Pengaruh komunikasi interpersonal dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0 dengan rincian sebagai berikut:

Pertanyaan 1-6 dengan jawaban:

- Ya = 1

- Tidak = 0

Skor tertinggi 6 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 1 untuk 6 pertanyaan. Skor terendah 0 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 0 untuk 6 pertanyaan.

3. Pencarian Pengobatan

Pencarian pengobatan dapat diukur dengan skoring terhadap pertanyaan sesuai kuesioner yang telah diberi bobot dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 dengan total skor tertinggi adalah 6 dan skor terendah adalah 0 dengan rincian sebagai berikut:

Pertanyaan 1-6 dengan jawaban: - Ya = 1


(52)

Skor tertinggi 6 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 1 untuk 6 pertanyaan. Skor terendah 0 diperoleh jika responden memilih jawaban yang berbobot 0 untuk 6 pertanyaan.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dilakukan pengecekan perlengkapan data-data yang dikumpulkan. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data, maka diperbaiki dengan memeriksanya kembali serta melakukan pendataan ulang. b. Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Memberikan kode jawaban secara angka atau kode tertentu, sehingga lebih mudah dan sederhana misalnya 01, 02, 03 dan seterusnya. c. Tabulating, adalah untuk menyusun dan menghitung hasil data dan dimasukkan

dalam tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti

3.7.2 Analisis Data

Semua data yang diperoleh dibuat suatu analisis sehingga data-data tersebut dapat memberikan makna yang berguna untuk menghubungkan antara pengaruh agen sosialisasi keluarga dan strategi komunikasi terhadap perilaku pencarian pengobatan. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(53)

Analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi statistik yaitu SPSS 17.0. Analisis data yang dilakukan yaitu:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan masing-masing variabel yang meliputi agen sosialisasi keluarga, komunikasi interpersonal, dan pencarian pengobatan.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yang meliputi agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap variabel dependen yaitu pencarian pengobatan. Sebelum dilakukan uji bivariat, dilihat dahulu kenormalan data dengan uji normalitas data dengan tingkat kepercayaan 95%. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai p > 0,05, sedangkan data dikatakan tidak berdistribusi normal jika nilai p < 0,05. Jika data berdistribusi secara normal maka digunakan uji Korelasi Pearson, sedangkan jika data berdistribusi secara tidak normal maka digunakan uji Korelasi Spearman. Uji statistik menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal dikatakan berhubungan dengan pencarian pengobatan jika nilai p < 0,05. Agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal dikatakan tidak berhubungan dengan pencarian pengobatan jika nilai p > 0,05.


(54)

Variabel agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal dapat dilanjutkan ke analisis multivariat jika nilai p < 0,25. Sebaliknya variabel agen sosialisasi keluarga tidak dapat dilanjutkan ke analisis multivariat jika nilai p > 0,25.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yang meliputi agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal terhadap variabel dependen yaitu pencarian pengobatan sehingga dapat diketahui pula variabel mana yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap perilaku pencarian pengobatan pada responden di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Uji statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95%.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

0,00 - 0,199 = sangat lemah 0,20 - 0,399 = lemah

0,40 - 0,599 = sedang 0,60 - 0,799 = kuat


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografi

Desa Simpang Empat merupakan salah satu daerah yang terdapat di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang. Desa Simpang Empat memiliki luas wilayah 125 Ha. Desa ini terdiri atas 4 dusun yaitu Dusun Keluarga dengan luas 212.000 m2, Dusun Bandar dengan luas 243.000 m2, Dusun Ampera dengan luas 520.500 m2, dan Dusun Keramat dengan luas 215.000 m2.

Batas-batas wilayah Desa Simpang Empat adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara bebatasan dengan Desa Upah

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Rantau c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Seumantoh

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kbn Tanjung Seumantoh 4.1.2 Keadaan Demografi

Desa Simpang Empat terdiri dari 523 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1.839 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 965 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 874 jiwa.

Fasilitas yang tersedia di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang yaitu 1 puskesmas, 1 praktek dokter, 2 klinik, 2 apotik, dan 3 orang bidan desa.


(56)

4.2 Hasil Analisis Univariat 4.2.1 Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian, responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 13 orang (17,3%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 62 orang (82,7%). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persen (%)

1. Laki-laki 13 17,3

2. Perempuan 62 82,7

Jumlah 75 100,0

4.2.2 Usia

Usia responden terdiri atas enam kategori. Dari enam kategori tersebut yang paling banyak yaitu responden dengan kategori usia 30-34 tahun dengan jumlah 20 orang (26,7%) dan paling sedikit yaitu responden dengan kategori usia 40-44 tahun dengan jumlah 8 orang (10,7%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persen (%)

1. 20-24 17 22,7

2. 25-29 10 13,3

3. 30-34 20 26,7

4. 35-39 11 14,6

5. 40-44 8 10,7

6. ≥45 9 12,0


(57)

4.2.3 Pendidikan

Pendidikan responden terdiri atas enam kategori. Dari enam kategori tersebut yang paling banyak yaitu responden yang tamat SLTA dengan jumlah 34 orang (45,3%) dan paling sedikit yaitu responden yang tidak sekolah dengan jumlah 3 orang (4,0%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persen (%)

1. Tidak Sekolah 3 4,0

2. Tamat SD 8 10,7

3. Tamat SLTP 19 25,3

4. Tamat SLTA 34 45,3

5. Tamat Diploma 5 6,7

6. Tamat Sarjana 6 8,0

Jumlah 75 100,0

4.2.4 Pekerjaan

Pekerjaan responden terdiri atas empat kategori. Dari empat kategori tersebut yang paling banyak yaitu responden sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah 57 orang (76,0%) dan paling sedikit yaitu responden yang bekerja sebagai pegawai swasta jumlah 2 orang (2,7%). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah Persen (%)

1. Ibu Rumah Tangga 57 76,0

2. Wiraswasta 13 17,3

3. PNS 3 4,0

4. Pegawai Swasta 2 2,7


(58)

4.2.5 Agen Sosialisasi Keluarga

Hasil penelitian mengenai agen sosialisasi keluarga diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut: a. Anggota Keluarga Berdiskusi dengan Responden Sebelum Mendapatkan

Pengobatan Bagi Anggota Keluarga yang Sakit

Dari hasil analisis didapatkan bahwa anggota keluarga yang berdiskusi dengan responden sebelum mendapatkan pengobatan bagi anggota keluarga yang sakit adalah ayah berjumlah 33 orang (44,0%), sedangkan ibu berjumlah 18 orang (24%). Selain itu, ada 24 orang (32%) berdiskusi dengan keluarga lain yaitu anak, kakek, dan nenek mendapatkan pengobatan bagi anggota keluarga yang sakit. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Berdiskusi dengan Responden Sebelum Mendapatkan Pengobatan Bagi Anggota Keluarga

yang Sakit

No. Anggota Keluarga Jumlah Persen (%)

1. Ayah 33 44,0

2. Ibu 18 24,0

3. Keluarga lain 24 32,0

Jumlah 75 100,0

b. Anggota Keluarga Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat ke Pelayanan Medis

Dari hasil analisis didapatkan bahwa anggota keluarga yang memberikan saran kepada responden untuk membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke pelayanan medis adalah ibu berjumlah 28 orang (37,3%), sedangkan ayah berjumlah 22 orang (29,3%). Selain itu, ada 25 orang (33,4%) disarankan oleh keluarga lain yaitu anak, nenek, mertua, kakak, dan abang untuk berobat ke


(59)

pelayanan medis bagi anggota keluarga yang sakit. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat

ke Pelayanan Medis

No. Anggota Keluarga Jumlah Persen (%)

1. Ibu 28 37,3

2. Ayah 22 29,3

3. Keluarga lain 25 33,4

Jumlah 75 100,0

c. Anggota Keluarga Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat ke Pengobatan Tradisional

Dari hasil analisis didapatkan bahwa anggota keluarga yang memberikan saran kepada responden untuk membawa anggota keluarga yang sakit berobat ke pengobatan tradisional adalah ibu berjumlah 32 orang (42,7%), sedangkan ayah berjumlah 23 orang (30,7%). Selain itu, ada 20 orang (26,6%) disarankan oleh keluarga lain yaitu anak, mertua, nenek, kakak, abang, bibi, dan tetangga untuk berobat ke pengobatan tradisional bagi anggota keluarga yang sakit. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Saran kepada Responden untuk Membawa Anggota Keluarga yang Sakit Berobat

ke Pengobatan Tradisional

No. Anggota Keluarga Jumlah Persen (%)

1. Ibu 32 42,7

2. Ayah 23 30,7

3. Keluarga lain 20 26,6


(60)

d. Anggota Keluarga Memberikan Kontrol untuk Minum Obat Bagi Anggota Keluarga yang Sakit

Dari hasil analisis didapatkan bahwa anggota keluarga yang memberikan kontrol untuk minum obat bagi anggota keluarga yang sakit adalah ibu berjumlah 35 orang (46,7%), sedangkan ayah berjumlah 23 orang (30,7%). Selain itu, ada 17 orang (22,6%) dikontrol oleh keluarga lain yaitu anak, abang, dan nenek untuk minum obat. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga yang Memberikan Kontrol untuk Minum Obat Bagi Anggota Keluarga yang Sakit

No. Anggota Keluarga Jumlah Persen (%)

1. Ibu 35 46,7

2. Ayah 23 30,7

3. Keluarga lain 17 22,6

Jumlah 75 100,0

e. Responden Berobat Jika Menderita Penyakit yang Bersifat Biologis dan

Magic

Dari hasil analisis didapatkan bahwa seluruh responden yang berjumlah 75 orang (100,0%) akan berobat jika menderita penyakit yang bersifat biologis dan 44 orang (58,7%) responden akan berobat jika menderita penyakit yang bersifat magic. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden yang Berobat Saat Menderita Penyakit yang Bersifat Biologis dan Magic

No. Karakteristik Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Berobat Jika Menderita Penyakit yang Bersifat Biologis

75 100,0 0 0,0 75 100,0 2. Berobat Jika Menderita

Penyakit yang Bersifat Magic


(61)

4.2.6 Komunikasi Interpersonal

Hasil penelitian mengenai komunikasi interpersonal diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian diperoleh bahwa dari wawancara terhadap 75 responden didapatkan bahwa responden yang selalu berdiskusi dengan anggota keluarga ketika mencari pengobatan berjumlah 72 orang (96,0%), responden yang selalu berbicara lemah lembut ketika berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai pencarian pengobatan berjumlah 71 orang (94,7%), responden yang selalu berbicara dengan ramah tamah ketika berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai pencarian pengobatan berjumlah 72 orang (96,0%), responden yang selalu berbicara sopan ketika berdiskusi dengan anggota keluarga mengenai pencarian pengobatan berjumlah 73 orang (97,3%), responden yang segera berdiskusi dengan anggota keluarga yang lain jika ada anggota keluarga yang sakit keras berjumlah 71 orang (94,7%), dan responden yang selalu mendengarkan pendapat anggota keluarga lain ketika berdiskusi mengenai pengobatan berjumlah 72 orang (96,0%). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengaruh Komunikasi Interpersonal

No. Karakteristik Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Selalu berdiskusi dengan anggota keluarga ketika mencari pengobatan

72 96,0 3 4,0 75 100,0 2. Selalu berbicara lemah lembut

dengan anggota keluarga ketika berdiskusi mengenai pencarian pengobatan


(62)

Tabel 4.10 Lanjutan

No. Karakteristik Ya Tidak Total

n % n % n %

3. Selalu berbicara ramah tamah dengan anggota keluarga ketika berdiskusi mengenai pencarian pengobatan

72 96,0 3 4,0 75 100,0 4. Selalu berbicara sopan dengan

anggota keluarga ketika berdiskusi mengenai pencarian pengobatan

73 97,3 2 2,7 75 100,0 5 Segera berdiskusi dengan

keluarga yang lain jika ada anggota keluarga yang sakit keras

71 94,7 4 5,3 75 100,0 6 Mendengarkan pendapat

keluarga lain ketika berdiskusi

mengenai pengobatan 72 96,0 3 4,0 75 100,0

4.2.7 Pencarian Pengobatan

Hasil penelitian mengenai pencarian pengobatan diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang berobat ke pelayanan medis jika sakit ringan (contohnya batuk, flu, demam) yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama adalah 60 orang (80,0%), responden yang membeli obat di warung jika merasakan gejala sakit (contohnya panas dalam, tenggorokan sakit, batuk, flu, meriang) adalah 72 orang (96,0%), responden yang berobat ke pelayanan medis jika sakit parah (contohnya batuk yang sudah berlangsung lama sehingga mengeluarkan darah) adalah 73 orang (97,3%), responden yang berobat ke pengobatan tradisional (dukun/berobat kampung) jika sakit tiba-tiba (contohnya batuk berdarah secara tiba-tiba, gatal-gatal/anak bajang, kejang-kejang/kerasukan) adalah 64 orang (85,3%), responden yang berobat ke pengobatan


(63)

tradisional (dukun/berobat kampung) jika dokter/bidan/perawat tidak mengetahui penyebab sakit yang diderita adalah 68 orang (90,7%) dan responden yang menggunakan obat turun-temurun dari nenek moyang (obat kampung) jika sakit ringan (contohnya masuk angin, pegal-pegal, sakit gigi, suara hilang karena sakit tenggorokan, memar akibat jatuh) adalah 72 orang (96,0%). Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pencarian Pengobatan

No Karakteristik Ya Tidak Total

n % n % n %

1. Berobat ke pelayanan medis jika sakit ringan (contohnya batuk, flu, demam) yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama.

60 80,0 15 20,0 75 100,0 2. Membeli obat di warung jika

merasakan gejala sakit (contohnya panas dalam, tenggorokan sakit, batuk, flu, meriang).

72 96,0 3 4,0 75 100,0 3. Berobat ke pelayanan medis jika

sakit parah (contohnya batuk yang sudah berlangsung lama sehingga mengeluarkan darah).

73 97,3 2 2,7 75 100,0 4. Berobat ke pengobatan

tradisional (dukun/berobat kampung) jika sakit tiba-tiba (contohnya batuk berdarah secara tiba-tiba, gatal-gatal/anak bajang, kejang-kejang/kerasukan).

64 85,3 11 14,7 75 100,0 5. Berobat ke pengobatan

tradisional (dukun/berobat

kampung) jika

dokter/bidan/perawat tidak mengetahui penyebab sakit yang diderita.


(64)

Tabel 4.11 Lanjutan

No Karakteristik Ya Tidak Total

n % n % n %

6. Menggunakan obat turun-temurun dari nenek moyang (obat kampung) jika sakit ringan (contohnya masuk angin, pegal-pegal, sakit gigi, suara hilang karena sakit tenggorokan, memar akibat jatuh).

72 96,0 3 4,0 75 100,0

4.3 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen (agen sosialisasi keluarga) dengan variabel dependen (pencarian pengobatan) pada masyarakat di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang dan untuk melihat apakah variabel dapat dilanjutkan ke analisis multivariat. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Korelasi Spearman pada taraf kepercayaan 95%, karena data yang didapatkan berdistribusi secara tidak normal. Hasil analisis dinyatakan memiliki hubungan yang signifikan antar variabel jika nilai p < 0,05. Syarat suatu variabel agar bisa dilanjutkan ketahap analisis multivariat adalah jika nilai p < 0,25.

Tabel 4.13 Hasil Analisis Korelasi Spearman

Variabel Pencarian Pengobatan

P R Tingkat Hubungan

Agen Sosialisasi Keluarga 0,001 0,623 Ada Hubungan Komunikasi Interpersonal 0,004 0,327 Ada Hubungan

Dari tabel 4.13 hasil uji statistik korelasi spearman dapat dilihat bahwa variabel agen sosialisasi keluarga memiliki nilai p = 0,001 (<0,05), artinya terdapat


(65)

hubungan yang bermakna antara variabel agen sosialisasi keluarga dengan variabel pencarian pengobatan. Nilai R = 0,623 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel agen sosialisasi keluarga dengan pencarian pengobatan adalah kuat (Sugiyono, 2007). Nilai p = 0,001 (<0,25) menunjukkan bahwa variabel agen sosialisasi keluarga memenuhi syarat untuk masuk ke tahap uji multivariat.

Begitu pula dengan hasil uji statistik korelasi spearman antara variabel komunikasi interpersonal dengan variabel pencarian pengobatan didapatkan nilai p = 0,004 (<0,05), artinya variabel komunikasi interpersonal memiliki hubungan yang bermakna dengan variabel pencarian pengobatan. Nilai R = 0,327 menunjukkan bahwa hubungan antara variabel komunikasi interpersonal dengan pencarian pengobatan adalah lemah (Sugiyono, 2007). Nilai p = 0,004 (<0,25) menunjukkan bahwa variabel komunikasi interpersonal memenuhi syarat untuk masuk ke tahap uji multivariat.

4.4 Hasil Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen (agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal) dapat mempengaruhi variabel dependen (pencarian pengobatan). Dalam uji multivariat ini digunakan Uji Regresi Linear karena bentuk data independen maupun dependen adalah numerik.

Berdasarkan hasil uji bivariat bahwa variabel agen sosialisasi keluarga dan komunikasi interpersonal masuk ke tahap uji multivariat. Maka hasil uji multivariat


(1)

94

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(2)

95

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

96

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(4)

97

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

98

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(6)

99

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara