Pemeriksaan laboratorium Parasit PSKM
Dr. drh. Erida Wydiamala MKes.
Pemeriksaan laboratorium Parasit
Spesimen-spesimen yang biasa digunakan untuk pemeriksaan parasitologis
antara lain: tinja, urine, darah, sputum, biopsi jaringan, bentuk larva dan dewasa cacing
atau beberapa Arthropoda yang penting di bidang sehatan
Pada pengumpulan spesimen yang akan dibawa ke laboratorium, hal-hal penting
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Saat dan cara pengambilan yang tepat supaya spesimen tersebut mempunyai arti
diagnostik
2. Alat pengambil dan tempat spesimen harus betul-betul bersih supaya tidak
terkontaminasi organisme lain
3. Untuk spesimen yang tidak segera diperiksa, perlu zat pengawet atau larutan fiksatif
yang sesuai
4. Tempat spesimen perlu diberi label yang memuat nama penderita, umur, jenis
kelamin, tanggal dan saat pengambilan spesimen, serta disebutkan pula pada label
spesimen apa yang dikirim tersebut.
Contoh label :
Nama
: ..............................................................................................................
Umur
: ...............................th. / bl.
Tanggal
Laki-laki / Perempuan
: ....................................................................................................
Waktu pengambilan : ...................................................................................................
Macam spesimen
: ...................................................................................................
CARA MIKROSKOPIS
disini kita hanya membahas cara pemeriksaan langsung.
Page
yaitu : cara pemeriksaan langsung dan tidak langsung (cara konsentrasi). Namun
1
Untuk memeriksa adanya kecacingan dalam faeces, digunakan beberapa cara,
Di bawah ini diberikan 3 cara pemeriksaan langsung yang lazim dipakai untuk
diagnosis telur dan larva cacing, yaitu :
1) Cara pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis.
2) Cara pemeriksaan dengan larutan Lugol.
3) Cara pemeriksaan dengan larutan Eosin.
1. Teknik pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis.
Bahan dan alat yang digunakan :
(a) larutan garam fisiologis
(b) pipet untuk mengambil larutan garam fisiologis
(c) gelas benda yang bersih dan kering
(d) lidi atau tusuk gigi yang bersih
(e) tissue
Cara kerja :
(1) Dengan pipet diambil satu tetes larutan garam fisiologis, ditaruh diatas gelas
benda yang bersih dan kering.
(2) Dengan lidi atau tusuk gigi diambil sedikit tinja kira-kira 1-2 mg (sebesar
kacang hijau), dan dihancurkan sampai merata dalam tetesan garam
fisiologis tadi. Bagian-bagian yang kasar dibuang. Sesudah dipakai lidi
dibuang ke dalam larutan desinfektan (awahama).
(3) Ambil gelas penutup, letakkan diatasnya sedemikian rupa sehingga cairan
merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung-gelembung
udara, dan sediaan ini harus cukup tipis (kertas koran yang diletakkan
dibawahnya cukup jelas terbaca).
(4) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil (10 X) dahulu, bila
sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat (40X – 100X).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikit-dikitnya 3 kali (3 sediaan).
Page
Bahan dan alat yang diperlukan :
2
2. Teknik pemeriksaan dengan larutan eosin.
(a) larutan Eosin 2%
(b) tissue
(c) pipet untuk mengambil larutan tersebut
(d) gelas benda
(e) gelas penutup
(f) lidi atau tusuk gigi.
Cara kerja :
(1) Dengan pipet diambil dan diteteskan satu tetes larutan Eosin di atas gelas
benda yang bersih dan kering.
(2) Ambil sedikit tinja dengan lidi yang sudah disediakan, dicampur rata dengan
tetesan larutan Eosin tadi, dan benda-benda yang kasar dibuang.
(3) Ambil gelas penutup dan diletakkan diatasnya dengan hati-hati sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung udara.
Jika preparat ini cukup tipis/cukup baik maka sediaan ini akan berwarna
merah jambu muda. Jika warnanya merah tua atau jingga, itu berarti sediaan
tersebut tebal.
(4) Diperiksa dibawah mikroskop seperti pada butir (1).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
3. Teknik pemeriksaan dengan larutan Iodium (Lugol)
R/
Larutan Lugol 5% :
Iodium ………………………..
5 gr.
Kalium Iodida ………………… 10 gr.
Akuadestilata ………………… 100 ml.
Cara pembuatan sediaan sama dengan teknik pemeriksaan larutan Eosin, hanya
tak perlu tipis-tipis.
benda yang bersih dan kering.
Page
(1) Dengan pipet diambil dan diteteskan satu tetes larutan Lugol di atas gelas
3
Cara kerja :
(2) Ambil sedikit tinja dengan lidi yang sudah disediakan, dicampur rata dengan
tetesan larutan Lugol tadi, dan benda-benda yang kasar dibuang.
(3) Ambil gelas penutup dan diletakkan diatasnya dengan hati-hati sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung udara.
(4) Diperiksa dibawah mikroskop seperti pada butir (1).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
MEMBUAT SEDIAAN DARAH UNTUK
DIAGNOSIS MALARIA
Pada praktikum ini akan diterangkan dua hal yang penting, yaitu tentang :
1. Cara pembuatan sediaan darah (SD) ;
2. Cara pewarnaan SD dengan cat Giemsa.
1. CARA PEMBUATAN SEDIAAN DARAH (SD)
Untuk pemeriksaan dan identifikasi Plasmodium lebih dahulu dilakukan
pembuatan SD tipis atau tebal. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan alat
dan bahan. Pemeriksaan malaria memerlukan darah tepi yang diambil dari ujung
jari atau daun telinga yang telah dibersihkan dengan kapas alkohol 70% sebagai
desinfektan dan pembersih zat lemak pada permukaan kulit.
Dilakukan penusukan kulit dengan lancet atau jarum Franke secara cepat dan
cukup dalam (jangan terlalu dalam) agar aliran darahnya lancar. Jika tusukan tidak
cukup dalam, maka darah hanya dapat keluar dengan pemijitan jari. Tindakan ini
menyebabkan keluarnya cairan jaringan dan mengencerkan darah sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa darah yang keluar
akan cepat beku sehingga pembuatan SD harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas, baru setelah darah
Page
4
yang keluar kedua kali digunakan untuk pembuatan SD.
Darah vena juga dapat dipakai dalam pembuatan SD malaria ini, yaitu dengan
menambahkan zat antikoagulan (misalnya heparin), tetapi SD yang dibuat dengan
cara ini sering berakibat distorsi parasit.
A. Cara membuat SD tipis
Sediaan darah tipis harus dibuat setipis mungkin dengan satu lapis sel darah
yang tersebar merata dan tidak saling menumpuk. Pada SD tipis dapat dilihat
bentuk khas parasit malaria (Plasmodium) secara baik, sedangkan pada SD tebal
Plasmodium tidak dapat dilihat secara rinci (detail).
Satu tetes darah ditempatkan pada ujung sebelah kanan kaca sediaan dan
kaca sediaan lain (spreader) diletakkan pada ujung sebelah kiri tetesan darah.
Geserkan spreader ke kanan sampai menyentuh tetesan darah sehingga tetesan
darah akan menempati pertemuan kedua kaca sedíaan. Lalu kedua kaca sediaan
ini dibuat sudut 30 – 450 (lihat gambar), serta dengan kecepatan tetap kaca
spreader digeser ke kiri, sehingga didapatkan sediaan darah yang cukup tipis dan
merata (satu lapisan darah). Setelah itu sediaan darah dikeringkan pada suhu
kamar, untuk selanjutnya dikerjakan pewarnaan.
SD tipis yang baik berbentuk
seperti ekor komet.
B. Cara membuat SD tebal
Cara ini dipakai untuk memeriksa Plasmodium secara kuantitatif karena
jumlah darah yang banyak dapat diperiksa dalam daerah lebih sempit.
Dua atau tiga tetes darah ditempatkan pada kaca sediaan yang bersih,
kemudian diratakan menjadi sebuah bulatan dengan diameter sekitar 1 cm.
Dikeringkan dalam suhu kamar selama kurang lebih 1 jam untuk kemudian
dilakukan pewarnaan. Dalam mengeringkan SD tidak boleh dilakukan pemanasan
karena tindakan ini menyebabkan eritrosit sulit dihemolisis pada proses pewarnaan.
Sebaiknya sediaan darah tebal ini dilakukan pewarnaan tidak lebih dari 24 jam
setelah kering, karena jika terlalu lama didiamkan eritrosit sukar dihemolisis pada
dapat disatukan dalam satu kaca sediaan, dengan cara meletakkan SD tipis mulai
Page
Pada pemeriksaan di laboratorium dan di lapangan, SD tipis dan SD tebal
5
proses pewarnaannya.
dari pertengahan kaca sediaan digeser ke salah satu ujung dan meletakkan SD
tebalnya di bagian ujung yang lain. Pada keadaan ini harus diperhatikan proses
pewarnaannya. SD tipis harus difiksasi terlebih dahulu dengan larutan metil-alkohol
(MA) murni, sedangkan SD tebalnya jangan terkena larutan MA tersebut. Pekerjaan
ini harus dilakukan dengan teliti, karena jika SD tebal terkena MA maka proses
pewarnaannya lebih sulit karena eritrosit tidak dapat dihemolisis dan hasilnya akan
berwarna hitam, akibatnya SD tidak dapat diperiksa.
2. CARA PEWARNAAN DENGAN CAT GIEMSA
Setelah pembuatan SD tipis/tebal selesai maka untuk pewarnaannya dapat
dipilih cara pewarnaan yang akan diterangkan berikut ini.
Bahan-bahan yang diperlukan :
a. SD tipis / tebal yang sudah kering.
b. Larutan Buffer (penyangga) untuk hemolisis eritrosit.
c. Metil alkohol murni untuk fiksasi.
d. Larutan Giemsa : dibuat dari cat Giemsa induk yang diencerkan 30-50 kali
dengan larutan pengencer pH 7,2. Campurkan zat Giemsa induk satu bagian
dalam 30 – 50 bagian larutan pengencer.
e. Larutan pencuci (air ledeng).
A. Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tipis :
1. SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan metil alkohol murni selama 1 – 5
menit.
2. Cuci dengan air mengalir (air ledeng), kemudian keringkan pada suhu kamar.
3. Letakkan SD pada rak yang datar kemudian digenangi dengan larutan Giemsa
selama 30 – 60 menit.
4. Cuci sebentar dengan air mengalir. Larutan Giemsa jangan dibuang lebih
dahulu tetapi sebelumnya harus dihanyutkan dengan air mengalir, supaya
5. Keringkan pada suhu kamar dan sediaan disandarkan miring pada sandaran.
Page
dan dapat mengganggu pemeriksaan) dapat dihilangkan.
6
endapan yang terdapat pada larutan tersebut (yang mungkin melekat pada SD
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 X, dan memakai
minyak immersi (anisol).
B. Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tebal :
1. SD tebal yang dibuat tidak boleh terlalu tebal dan harus sudah kering. Sediaan
tidak difiksasi tetapi langsung digenangi larutan penyangga selama 5 menit
sampai sediaan menjadi bening terhemolisis, lalu
keringkan pada suhu
kamar.
2. Genangi dengan larutan Giemsa selama 30 – 60 menit.
3. Setelah itu dicuci dengan air mengalir secara hati-hati.
4. Keringkan dalam suhu kamar.
5. Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 X, dan memakai
minyak immersi (anisol).
Jika pembuatan SD dan pewarnaannya cukup baik, maka dalam sediaan akan tampak
:
a. Eritrosit berwarna merah muda.
b. Leukosit berwarna lembayung muda.
c. Protoplasma Plasmodium menjadi biru.
Page
7
d. Butir khromatin dalam inti Plasmodium berwarna merah karmin.
Pemeriksaan laboratorium Parasit
Spesimen-spesimen yang biasa digunakan untuk pemeriksaan parasitologis
antara lain: tinja, urine, darah, sputum, biopsi jaringan, bentuk larva dan dewasa cacing
atau beberapa Arthropoda yang penting di bidang sehatan
Pada pengumpulan spesimen yang akan dibawa ke laboratorium, hal-hal penting
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Saat dan cara pengambilan yang tepat supaya spesimen tersebut mempunyai arti
diagnostik
2. Alat pengambil dan tempat spesimen harus betul-betul bersih supaya tidak
terkontaminasi organisme lain
3. Untuk spesimen yang tidak segera diperiksa, perlu zat pengawet atau larutan fiksatif
yang sesuai
4. Tempat spesimen perlu diberi label yang memuat nama penderita, umur, jenis
kelamin, tanggal dan saat pengambilan spesimen, serta disebutkan pula pada label
spesimen apa yang dikirim tersebut.
Contoh label :
Nama
: ..............................................................................................................
Umur
: ...............................th. / bl.
Tanggal
Laki-laki / Perempuan
: ....................................................................................................
Waktu pengambilan : ...................................................................................................
Macam spesimen
: ...................................................................................................
CARA MIKROSKOPIS
disini kita hanya membahas cara pemeriksaan langsung.
Page
yaitu : cara pemeriksaan langsung dan tidak langsung (cara konsentrasi). Namun
1
Untuk memeriksa adanya kecacingan dalam faeces, digunakan beberapa cara,
Di bawah ini diberikan 3 cara pemeriksaan langsung yang lazim dipakai untuk
diagnosis telur dan larva cacing, yaitu :
1) Cara pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis.
2) Cara pemeriksaan dengan larutan Lugol.
3) Cara pemeriksaan dengan larutan Eosin.
1. Teknik pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis.
Bahan dan alat yang digunakan :
(a) larutan garam fisiologis
(b) pipet untuk mengambil larutan garam fisiologis
(c) gelas benda yang bersih dan kering
(d) lidi atau tusuk gigi yang bersih
(e) tissue
Cara kerja :
(1) Dengan pipet diambil satu tetes larutan garam fisiologis, ditaruh diatas gelas
benda yang bersih dan kering.
(2) Dengan lidi atau tusuk gigi diambil sedikit tinja kira-kira 1-2 mg (sebesar
kacang hijau), dan dihancurkan sampai merata dalam tetesan garam
fisiologis tadi. Bagian-bagian yang kasar dibuang. Sesudah dipakai lidi
dibuang ke dalam larutan desinfektan (awahama).
(3) Ambil gelas penutup, letakkan diatasnya sedemikian rupa sehingga cairan
merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung-gelembung
udara, dan sediaan ini harus cukup tipis (kertas koran yang diletakkan
dibawahnya cukup jelas terbaca).
(4) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran kecil (10 X) dahulu, bila
sudah ditemukan baru dengan perbesaran kuat (40X – 100X).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikit-dikitnya 3 kali (3 sediaan).
Page
Bahan dan alat yang diperlukan :
2
2. Teknik pemeriksaan dengan larutan eosin.
(a) larutan Eosin 2%
(b) tissue
(c) pipet untuk mengambil larutan tersebut
(d) gelas benda
(e) gelas penutup
(f) lidi atau tusuk gigi.
Cara kerja :
(1) Dengan pipet diambil dan diteteskan satu tetes larutan Eosin di atas gelas
benda yang bersih dan kering.
(2) Ambil sedikit tinja dengan lidi yang sudah disediakan, dicampur rata dengan
tetesan larutan Eosin tadi, dan benda-benda yang kasar dibuang.
(3) Ambil gelas penutup dan diletakkan diatasnya dengan hati-hati sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung udara.
Jika preparat ini cukup tipis/cukup baik maka sediaan ini akan berwarna
merah jambu muda. Jika warnanya merah tua atau jingga, itu berarti sediaan
tersebut tebal.
(4) Diperiksa dibawah mikroskop seperti pada butir (1).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
3. Teknik pemeriksaan dengan larutan Iodium (Lugol)
R/
Larutan Lugol 5% :
Iodium ………………………..
5 gr.
Kalium Iodida ………………… 10 gr.
Akuadestilata ………………… 100 ml.
Cara pembuatan sediaan sama dengan teknik pemeriksaan larutan Eosin, hanya
tak perlu tipis-tipis.
benda yang bersih dan kering.
Page
(1) Dengan pipet diambil dan diteteskan satu tetes larutan Lugol di atas gelas
3
Cara kerja :
(2) Ambil sedikit tinja dengan lidi yang sudah disediakan, dicampur rata dengan
tetesan larutan Lugol tadi, dan benda-benda yang kasar dibuang.
(3) Ambil gelas penutup dan diletakkan diatasnya dengan hati-hati sehingga
cairan merata dibawah gelas penutup dan tidak terjadi gelembung udara.
(4) Diperiksa dibawah mikroskop seperti pada butir (1).
(5) Pemeriksaan ini diulangi sedikitnya 3 kali (3 sediaan).
MEMBUAT SEDIAAN DARAH UNTUK
DIAGNOSIS MALARIA
Pada praktikum ini akan diterangkan dua hal yang penting, yaitu tentang :
1. Cara pembuatan sediaan darah (SD) ;
2. Cara pewarnaan SD dengan cat Giemsa.
1. CARA PEMBUATAN SEDIAAN DARAH (SD)
Untuk pemeriksaan dan identifikasi Plasmodium lebih dahulu dilakukan
pembuatan SD tipis atau tebal. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan alat
dan bahan. Pemeriksaan malaria memerlukan darah tepi yang diambil dari ujung
jari atau daun telinga yang telah dibersihkan dengan kapas alkohol 70% sebagai
desinfektan dan pembersih zat lemak pada permukaan kulit.
Dilakukan penusukan kulit dengan lancet atau jarum Franke secara cepat dan
cukup dalam (jangan terlalu dalam) agar aliran darahnya lancar. Jika tusukan tidak
cukup dalam, maka darah hanya dapat keluar dengan pemijitan jari. Tindakan ini
menyebabkan keluarnya cairan jaringan dan mengencerkan darah sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Selain itu perlu diperhatikan bahwa darah yang keluar
akan cepat beku sehingga pembuatan SD harus dilakukan dengan cepat dan tepat.
Darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas, baru setelah darah
Page
4
yang keluar kedua kali digunakan untuk pembuatan SD.
Darah vena juga dapat dipakai dalam pembuatan SD malaria ini, yaitu dengan
menambahkan zat antikoagulan (misalnya heparin), tetapi SD yang dibuat dengan
cara ini sering berakibat distorsi parasit.
A. Cara membuat SD tipis
Sediaan darah tipis harus dibuat setipis mungkin dengan satu lapis sel darah
yang tersebar merata dan tidak saling menumpuk. Pada SD tipis dapat dilihat
bentuk khas parasit malaria (Plasmodium) secara baik, sedangkan pada SD tebal
Plasmodium tidak dapat dilihat secara rinci (detail).
Satu tetes darah ditempatkan pada ujung sebelah kanan kaca sediaan dan
kaca sediaan lain (spreader) diletakkan pada ujung sebelah kiri tetesan darah.
Geserkan spreader ke kanan sampai menyentuh tetesan darah sehingga tetesan
darah akan menempati pertemuan kedua kaca sedíaan. Lalu kedua kaca sediaan
ini dibuat sudut 30 – 450 (lihat gambar), serta dengan kecepatan tetap kaca
spreader digeser ke kiri, sehingga didapatkan sediaan darah yang cukup tipis dan
merata (satu lapisan darah). Setelah itu sediaan darah dikeringkan pada suhu
kamar, untuk selanjutnya dikerjakan pewarnaan.
SD tipis yang baik berbentuk
seperti ekor komet.
B. Cara membuat SD tebal
Cara ini dipakai untuk memeriksa Plasmodium secara kuantitatif karena
jumlah darah yang banyak dapat diperiksa dalam daerah lebih sempit.
Dua atau tiga tetes darah ditempatkan pada kaca sediaan yang bersih,
kemudian diratakan menjadi sebuah bulatan dengan diameter sekitar 1 cm.
Dikeringkan dalam suhu kamar selama kurang lebih 1 jam untuk kemudian
dilakukan pewarnaan. Dalam mengeringkan SD tidak boleh dilakukan pemanasan
karena tindakan ini menyebabkan eritrosit sulit dihemolisis pada proses pewarnaan.
Sebaiknya sediaan darah tebal ini dilakukan pewarnaan tidak lebih dari 24 jam
setelah kering, karena jika terlalu lama didiamkan eritrosit sukar dihemolisis pada
dapat disatukan dalam satu kaca sediaan, dengan cara meletakkan SD tipis mulai
Page
Pada pemeriksaan di laboratorium dan di lapangan, SD tipis dan SD tebal
5
proses pewarnaannya.
dari pertengahan kaca sediaan digeser ke salah satu ujung dan meletakkan SD
tebalnya di bagian ujung yang lain. Pada keadaan ini harus diperhatikan proses
pewarnaannya. SD tipis harus difiksasi terlebih dahulu dengan larutan metil-alkohol
(MA) murni, sedangkan SD tebalnya jangan terkena larutan MA tersebut. Pekerjaan
ini harus dilakukan dengan teliti, karena jika SD tebal terkena MA maka proses
pewarnaannya lebih sulit karena eritrosit tidak dapat dihemolisis dan hasilnya akan
berwarna hitam, akibatnya SD tidak dapat diperiksa.
2. CARA PEWARNAAN DENGAN CAT GIEMSA
Setelah pembuatan SD tipis/tebal selesai maka untuk pewarnaannya dapat
dipilih cara pewarnaan yang akan diterangkan berikut ini.
Bahan-bahan yang diperlukan :
a. SD tipis / tebal yang sudah kering.
b. Larutan Buffer (penyangga) untuk hemolisis eritrosit.
c. Metil alkohol murni untuk fiksasi.
d. Larutan Giemsa : dibuat dari cat Giemsa induk yang diencerkan 30-50 kali
dengan larutan pengencer pH 7,2. Campurkan zat Giemsa induk satu bagian
dalam 30 – 50 bagian larutan pengencer.
e. Larutan pencuci (air ledeng).
A. Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tipis :
1. SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan metil alkohol murni selama 1 – 5
menit.
2. Cuci dengan air mengalir (air ledeng), kemudian keringkan pada suhu kamar.
3. Letakkan SD pada rak yang datar kemudian digenangi dengan larutan Giemsa
selama 30 – 60 menit.
4. Cuci sebentar dengan air mengalir. Larutan Giemsa jangan dibuang lebih
dahulu tetapi sebelumnya harus dihanyutkan dengan air mengalir, supaya
5. Keringkan pada suhu kamar dan sediaan disandarkan miring pada sandaran.
Page
dan dapat mengganggu pemeriksaan) dapat dihilangkan.
6
endapan yang terdapat pada larutan tersebut (yang mungkin melekat pada SD
6. Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 X, dan memakai
minyak immersi (anisol).
B. Cara pewarnaan dengan cat Giemsa untuk SD tebal :
1. SD tebal yang dibuat tidak boleh terlalu tebal dan harus sudah kering. Sediaan
tidak difiksasi tetapi langsung digenangi larutan penyangga selama 5 menit
sampai sediaan menjadi bening terhemolisis, lalu
keringkan pada suhu
kamar.
2. Genangi dengan larutan Giemsa selama 30 – 60 menit.
3. Setelah itu dicuci dengan air mengalir secara hati-hati.
4. Keringkan dalam suhu kamar.
5. Diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100 X, dan memakai
minyak immersi (anisol).
Jika pembuatan SD dan pewarnaannya cukup baik, maka dalam sediaan akan tampak
:
a. Eritrosit berwarna merah muda.
b. Leukosit berwarna lembayung muda.
c. Protoplasma Plasmodium menjadi biru.
Page
7
d. Butir khromatin dalam inti Plasmodium berwarna merah karmin.