Pilihan Pendidikan Pada Anak-Anak di Daerah Industri (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi yang berlipat ganda sehingga memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling
dan juga reparasi adalah bagian dari industri Hasil industri tidak hanya berupa
barang, tetapi juga dalam bentuk jasa. Industri menempati posisi yang penting di
era globalisasi seperti sekarang ini.
Hampir keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dunia mengalami
industrialisasi, misalnya saja aspek kebutuhan primer manusia yaitu sandang,
pangan dan papan sudah mengalami industrialisasi dengan hadirnya pabrik tekstil,
pabrik makanan instan, dan pabrik bahan bagunan. Berawal dari ditemukannya
mesin uap pada tahun 1769 oleh ilmuwan berkebangsaan Skotlandia, James Watt
(Hart : 1986). Dunia mengalami era revolusi industri yang mengubah keseluruhan
wajahnya, baik wajah fisik maupun sosial. Dalam revolusi industri tenaga uap
telah mampu menggantikan tenaga manusia dan juga mampu meningkatkan
produktifitas dan keuntungan.
Revolusi industri adalah awal dari sebuah era industrialisasi yang lebih
besar. Negara-negara kaya di Eropa dan Amerika semakin memperluas pasar dan

memperbesar skala produksi. Pabrik-pabrik yang berdiri di seluruh dunia
1
Universitas Sumatera Utara

membuat polusi lingkungan, produk-produk elektronik membawa radiasi yang
tidak baik bagi kesehatan sampai masalah sosial yang berkaitan dengan
kesenjangan antara kaum buruh dan majikan adalah contoh efek negatif dari
industrialisasi. Industrialisasi juga mempunyai beberapa efek positif yaitu
memberikan lapangan kerja luas bagi masyarakat, produk dari industri teknologi
dapat mempermudah hidup kita, munculnya berbagai macam inovasi baru akibat
dari iklim kompetisi industri.
Hubungan industri dan sistem pendidikan bersifat timbal balik, serta
memiliki pengaruh besar terhadap tenaga kerja yang telah terlatih atau calon
tenaga kerja yang memiliki latar belakang dan tingkat pendidikan yang cukup
memadai untuk mendapatkan suatu latihan. Dipihak lain industri sendiri
mempunyai suatu sub sistem “pendidikan” yang khas, termasuk kegiatan magang
dan berbagai bentuk training. Terlepas dari berbagai sektor, industri ternyata
secara tidak langsung telah mempengaruhi lingkungan sosial budaya masyarakat
yang tinggal di sekitarnya.
Melimpahnya kesempatan kerja yang dibuka oleh industri-industri

tersebut, seakan-akan menjadi berkah bagi masyarakat yang tinggal di sekitar
daerah

industri.

Selalu

dibarengi

dengan

kesiapan

masyarakat

dalam

memanfaatkannya. Masyarakat yang merasa bahwa lapangan pekerjaan selalu
tersedia bagi mereka, akhirnya menganggap pendidikan sebagai sesuatu yang
sifatnya formalitas atau bahkan tidak penting.

Kehadiran PT. Kawasan Industri Medan (KIM) pada tanggal 7 Oktober
1988, menandai dimulainya era industrialisasi di Kota Medan dan khususya pada
Kecamatan Medan Deli. Hadirya PT. KIM DI Kelurahan Mabar secara langsung

2
Universitas Sumatera Utara

membuat daerah-daerah disekitarnya menjadi ikut terbangun. Letak PT. KIM
yang berdampingan dengan Kelurahan Martubung, Kelurahan Tanjung Mulia,
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kelurahan Kota Bangun dan Kelurahan Titi
Papan membuat daerah-daerah tersebut mendapat keuntungan dari segi
pembangunan ekonomi.
Arus keluar masuk barang produksi dari pabrik-pabrik yang berada di
dalam kawasan PT. KIM, tentu membutuhkan akses jalan raya yang memadai.
Sehingga kemudian dibangun infrastruktur jalan raya yang terbuat dari semen
beton di daerah Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir dan
Kelurahan Mabar. Sementara di Kelurahan lainnya hanya dibangun jalan yang
berbahan dari aspal. Hal ini terjadi karena dua kelurahan ini lah yang paling sering
dilalui kendaraan keluar masuknya ke dan dari pabrik, atau pergudangan untuk
mengantar jemput barang produksi.

Pembangunan jalan raya kemudian diikuti pembangunan infrastruktur
jalan lain seperti SPBU, Rumah Makan, perumahan penduduk dan Rusunawa
untuk tempat tinggal buruh pabrik. Kesemuanya itu merupakan aktifitas
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan pabrik-pabrik di PT. KIM. Banyaknya
kesempatan kerja yang didapatkan oleh masyarakat sekitar kawasan PT. KIM,
terutama masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir yang menjadi fokus pada
penelitian ini, membuat masyarakatnya hidup nyaman dan berkecukupan.
Sebagaimana diketahui masyarakat di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir pada
awalnya bekerja sebagai petani padi, sayur mayur, pedagang, dan sebagian juga
ada yang menjadi buruh perkebunan di perusahaan Tembakau Deli. Namun,
seiring berjalannya waktu lahan-lahan pertanian tersebut semakin berkurang dan

3
Universitas Sumatera Utara

berubah menjadi areal perumahan, pergudangan, ataupun pabrik. Menyempitnya
lahan pertanian dan sudah tidak beroperasinya perusahaan Tembakau Deli
membuat masyarakat Kelurahan Tanjung Mulia Hilir harus mencari pekerjaan lain
selain bertani.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan pabrik-pabrik lainnya terus

dilakukan. Bahkan wilayah PT. KIM sendiri tidak mampu untuk menampung
pabrik-pabrik baru yang akan dibangun. Akibatnya pembangunan pabrik meluber
hingga daerah-daerah dekat pemukiman penduduk. Semakin dekatnya letak pabrik
tentu akan lebih memudahkan akses masyarakat pergi ke pabrik untuk bekerja,
sehingga semakin bertambah pula masyarakat yang memilih bekerja sebagai
buruh pabrik.
Banyaknya masyarakat yang menjadi buruh pabrik di Kelurahan Tanjung
Mulia Hilir sudah berlangsung puluhan tahun. Bahkan banyak sekali masyarakat
yang mengundang saudara-saudaranya yang berasal dari luar daerah untuk datang,
dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pekerjaan sebagai buruh pabrik ini, untuk
sebagian masyarakat ternyata juga dianggap sudah menjadi hal yang lumrah dan
tidak bisa dihindari ketika sudah tamat sekolah. Anak-anak yang sudah
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) akan dipersiapkan oleh
orangtuanya untuk masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk
mengambil pendalaman mengenai teknik mesin, industri ataupun elektronik.
Tujuannya adalah agar memudahkan si anak untuk bisa masuk ke pabrik dan
bekerja menjadi buruh.
Masyarakat Tanjung Mulia Hilir terutama para anak-anak hanya
memandang pekerjaan buruh lah satu-satunya pekerjaan yang menjanjikan.


4
Universitas Sumatera Utara

Padahal sebenarnya untuk mereka masih terbuka kesempatan luas untuk berkarya
di bidang pekerjaan lain. Namun, kondisi sosial ternyata menjadi salah satu faktor
yang membuat pandangan mereka tentang pendidikan menjadi lebih sempit. Hal
ini merupakan titik urgensi dari penelitian ini, dimana peneliti ingin mengetahui
secara

jelas

bagaimana

lingkungan

sosial

masyarakat

industri


dapat

mempengaruhi pilihan pendidikan anak.
Dari fenomena latar belakang yang penulis sebutkan diatas bisa dilihat
terdapat simbiosis mutualisme industrialisasi terhadap kehidupan masyarakat.
Para antropolog, tertarik melihat fenomena tersebut, dan mencoba untuk
mempelajari

secara

detail bagaimana

kedua

fenomena

tersebut

saling


mempengaruhi satu sama lain. Yaitu industri di satu sisi dan pendidikan yang di
sisi lain yang saling mempengaruhi.
1.2.Tinjauan Pustaka
Pengertian buruh pabrik berasal dari 2 kata yaitu buruh dan pabrik, buruh
merupakan orang yang bekerja dengan mendapat upah, sedangkan pabrik adalah
tempat untuk memproduksi barang mentah kemudian diproses menjadi barang
jadi. Menurut Undang-undang NR. 14 tahun 1969 pasal (1) tentang ketentuanketentuan pokok mengenai tenaga kerja, tenaga kerja adalah tiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
1.2.1. Keluarga
Subjek yang menjadi sasaran dari penelitian ini sendiri adalah anak-anak
yang berasal dari keluarga di lingkungan industri. Banyak diantara keluarga yang

5
Universitas Sumatera Utara

tinggal di daerah industri terdiri dari suami dan istri yang bekerja sebagai buruh
pabrik, tetapi ada juga yang hanya suami atau istri yang bekerja sebagai buruh
pabrik. Definisi keluarga menurut Ahmadi (dalam Djamarah : 2004) merupakan

sebuah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga
merupakan sebuah group yang terbentuk dari hubungan antara laki-laki dan
perempuan, dimana hubungan tersebut sedikit banyak berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak. Jadi keluarga dalam bentuk murni
merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang
belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja
dalam satuan masyarakat manusia.
Menurut Reiser (dalam Djamarah : 2004) keluarga memiliki artian yang
berbeda-beda antara lain sebuah keluarga dapat didefinisikan sebagai sebuah
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai
hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek.
Sebuah keluarga juga bisa disebut sebagai sistem sosial dan sebuah kumpulan
berupa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain, biasanya bertempat
tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian
tugas antara yang satu dengan yang lainnya.
Seperti semua lembaga, keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara
yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Mendefinisikan
keluarga tidak lah begitu mudah, namun telah diupayakan sebelumnya.
Diungkapkan disini bahwa keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini

dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan
6
Universitas Sumatera Utara

sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan
berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
Menurut Goode (2001:33) keluarga mempunyai 4 karakteristik yang
memberi kejelasan tentang konsep keluarga, diantaranya:
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan
perkawinan, darah atau adopsi. Hal yang mengikat suami dan istri adalah
perkawinan, yang mempersatukan orangtua dan anak-anak adalah hubungan darah
(umumnya) dan kadang-kadang adopsi.
b. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah dan mereka membentuk suatu rumah tangga (household), kadang-kadang
satu rumahtangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan
satu atau dua anak saja.
c. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi
dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu,
anak laki-laki dan anak perempuan.
d. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian

besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Dalam bentuknya yang paling dasar sebuah keluarga terdiri atas seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan ditambah dengan anak-anak mereka yang
belum menikah, biasanya tinggal dalam satu rumah, dalam antropologi disebut
keluarga inti. Satu keluarga ini dapat juga terwujud menjadi keluarga luas dengan

7
Universitas Sumatera Utara

adanya tambahan dari sejumlah orang lain, baik kerabat maupun tidak sekerabat,
yang secara bersama-sama hidup dalam satu rumah tangga dengan keluarga inti.
Koentjaraningrat (2002:25) membedakan 3 macam keluarga luas
berdasarkan bentuknya:
1. Keluarga luas utrolokal, terdiri dari keluarga inti senior dengan
keluarga-keluarga batih/inti anak laki-laki maupun anak perempuan.
2. Keluarga luas viriolokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan
keluarga-keluarga inti dari anak-anak lelaki.
3. Keluarga luas uxorilokal, terdiri dari satu keluarga inti senior dengan
keluarga-keluarga batih/inti anak-anak perempuan.
Dalam keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan di
dalam atau oleh keluarga itu. Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat
perhatian kehidupan individu, maka dalam kenyataannya fungsi keluarga pada
semua masyarakat adalah sama. Secara rinci, beberapa fungsi dari keluarga
adalah:
1. Fungsi pengaturan keturunan
Sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi
perkawinan, tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akanmenjamin
reproduksi. Hakikat dari fungsi reproduksi ini yaitu untuk kelangsungan hidup
manusia dan sebagai dasar kehidupan sosial manusia yang hanya bukan sekedar

8
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan biologis saja. Hal ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan
sosial, misalnya dapat melanjutkan keturunan, dapat mewariskan harta kekayaan,
serta pemeliharaan pada hari tuanya.
2. Fungsi sosialisasi atau pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
pertumbuhan anak hingga terbentuk personalitynya. Anak-anak itu lahir tanpa
bekal sosial, agar anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasi oleh
orangtuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan hal ini,
maka anak-anak harus memperoleh standar tentang nilai-nilai apa yang
diperbolehkan, apa yang tidak diperbolehkan, apa yang baik, yang indah, yang
patut, dan sebagainya.
3. Fungsi ekonomi atau unit produksi
Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan diantara anggota keluarga
bukan hanya sekedar hubungan yang dilandasi kepentingan umum melanjutkan
keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.
Hubungan suami-istri dan anak-anak dapat dipandang sebagai teman sekerja yang
sedikit banyak juga dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan dalam kerja sama.
Dalam sebuah masyarakat, keluarga dipandang sebagai struktur terkecil
dari masyarakat tersebut yang terdiri dari individu-individu yang merupakan
bagian dari jaringan sosial yang lebih besar. Keluarga ini lah sebagai satu-satunya
lembaga sosial yang diberi tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme
biologis menjadi manusia, yaitu manusia yang memiliki hak dan kewajiban yang
berbeda sesuai dengan stratifikasi yang ada.
9
Universitas Sumatera Utara

Anak-anak memiliki dunianya sendiri. Hal iu ditandai dengan banyaknya
gerak, penuh semangat, suka bermain pada setiap tempat dan waktu, tidak mudah
letih, dan cepat bosan. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan selalu
ingin mencoba segala hal yang dianggapnya baru. Anak-anak hidup dan berpikir
untuk saat ini, sehingga ia tidak memikirkan masa lalu yang jauh dan tidak pula
masa depan yang tidak diketahuinya. Oleh sebab itu, seharusnya orangtua dapat
menjadikan realitas masa sekarang sebagai titik tolak dan metode pembelajaran
bagi anak.
Perkembangan karakter seorang anak dipengaruhi oleh perlakuan keluarga
terhadapnya. Karakter seseorang terbentuk sejak dini, dalam hal ini peran
keluarga tentu sangat berpengaruh. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil
dalam masyarakat. Bagi setiap orang keluarga (suami, istri, dan anak-anak)
mempunyai proses sosialisasinya untuk dapat memahami, menghayati budaya
yang berlaku dalam masyarakatnya.
1.2.2. Pendidikan dan Kebudayaan
Dalam proses luas tersebut, terselip satu kata yang mencakup kesemuanya
yang pasti dialami oleh oleh seluruh manusia, yaitu proses belajar. Belajar pada
saat ini telah terbingkai rapi pula dalam suatu sistem pendidikan di masyarakat
baik itu yang bersifat formal maupun nonformal. Telah kita ketahui bersama
bahwasanya pendidikan lahir seiring dengan keberadaan manusia, bahkan dalam
proses pembentukan masyarakat pendidikan ikut andil untuk menyumbangkan
proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Dalam hal ini, kita
bisa mengingat salah satu ungkapan para tokoh antropologi seperti Geertz

10
Universitas Sumatera Utara

(1992:57) mendefinisikan arti kebudayaan dimana kebudayaan merupakan suatu
sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok
masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat
itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial ditempat
mereka berada.
Sebagai sistem pengetahuan dan gagasan, kebudayaan yang dimiliki suatu
masyarakat merupakan kekuatan yang tidak tampak (invisible power), yang
mampu menggiring dan mengarahkan manusia pendukung kebudayaan itu untuk
bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan gagasan yang menjadi
milik masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian dan
sebagainya. Sebagai suatu sistem, kebudayaan tidak diperoleh manusia dengan
begitu saja secara ascribed, tetapi melalui proses belajar yang berlangsung tanpa
henti, sejak dari manusia itu dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya.
Proses belajar dalam konteks kebudayaan bukan hanya dalam bentuk
internalisasi dari sistem “pengetahuan” yang diperoleh manusia melalui pewarisan
atau transmisi dalam keluarga, lewat sistem pendidikan formal di sekolah atau
lembaga pendidikan formal lainnya, melainkan juga diperoleh melalui proses
belajar dari berinteraksi dengan lingkungan alam dan sosialnya. Melalui
pewarisan kebudayaan dan internalisasi pada setiap individu, pendidikan hadir
dalam bentuk sosialisasi kebudayaan,
Berinteraksi dengan nilai-nilai masyarakat setempat dan memelihara
hubungan timbal balik yang menentukan proses-proses perubahan tatanan
sosiokultural masyarakat dalam rangka mengembangkan kemajuan peradabannya.

11
Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya, dimensi-dimensi sosial yang senantiasa mengalami dinamika
perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan faktor dominan yang telah membentuk eksistensi pendidikan manusia.
Penggunaan alat dan sarana kebutuhan hidup yang modern telah memungkinkan
pola pikir dan sikap manusia untuk memproduksi nilai-nilai baru sesuai dengan
intensitas pengaruh teknologi terhadap tatanan kehidupan sosial budaya.
1.2.3. Penerusan Kebudayaan Pada Masyarakat Industri
Satu proses yang dikenal luas tentang kebudayaan adalah transmisi
kebudayaan. Proses tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu ditransmisikan
dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Bahkan banyak ahli pendidikan
yang merumuskan proses pendidikan tidak lebih dari proses transmisi
kebudayaan. Mengenai masalah ini marilah kita cermati lebih jauh oleh karena
seperti yang telah dijelaskan, kepribadian bukanlah semata-mata hasil tempaan
dari kebudayaan. Manusia atau pribadi adalah aktor dan sekaligus manipulator
kebudayaannya. Dengan demikian, kebudayaan bukanlah sesuatu entity yang
statis tetapi sesuatu yang terus-menerus berubah.
Untuk membuktikan hal tersebut marilah kita lihat variabel-variabel
transmisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Fortes (dalam Koentjaraningrat :
1997). Dalam transmisi tersebut kita lihat tiga unsur utama yaitu, (1) unsur-unsur
yang ditransmisi, (2) proses transmisi, dan (3) cara transmisi. Pertama-tama
tentunya unsur-unsur tesebut ialah nilai-nilai budaya, adat-istiadat masyarakat,
pandangan mengenai hidup serta berbagai konsep hidup lainnya yang ada di
dalam masyarakat.

12
Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya berbagai kebiasaan sosial yang digunakan dalam interaksi atau
pergaulan para anggota di dalam masyarakat tersebut. Selain itu, berbagai sikap
serta peranan yang diperlukan di dalam dunia pergaulan dan akhirnya berbagai
tingkah-laku lainnya termasuk proses fisiologi, reflex dan gerak atau reaksi-reaksi
tertentu dalam penyesuaian fisik termasuk gizi dan tata-makanan untuk dapat
bertahan hidup. Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan
sosialisasi. Imitasi adalah meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama-tama tentunya
imitasi di dalam lingkungan keluarga dan semakin lama semakin meluas terhadap
masyarakat lokal. Kemudian yang diimitasi adalah unsur-unsur yang telah
dikemukakan sebelumnya. Transmisi unsur-unsur tidak dapat berjalan dengan
sendirinya. Seperti telah dikemukakan manusia adalah aktor dan manipulator
dalam kebudayaannya. Oleh sebab itu, unsur-unsur tersebut harus diidentifikasi.
Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat
kemampuan manusia itu sendiri. Seorang bayi, seorang pemuda, seorang dewasa,
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengidentifikasi unsur-unsur
budaya tersebut. Selanjutnya nilai-nilai atau unsur-unsur budaya tersebut haruslah
disosialisasi artinya harus diwujudkan dalam kehidupan yang nyata di dalam
lingkungan yang semakin lama semakin meluas.
Nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan
lingkungan sekitarnya. Artinya perilaku-perilaku tersebut harus mendapatkan
pengakuan sosial yang berarti bahwa perilaku-perilaku yang dimiliki tersebut
adalah yang sesuai atau yang seimbang dengan nilai-nilai yang ada didalam
lingkungannya. Rangkaian transmisi berangkat dari imitasi, identifikasi, dan

13
Universitas Sumatera Utara

sosialisasi, berkaitan dengan bagaimana cara mentransimisikannya. Dalam hal ini
ada dua bentuk peran-serta dan bimbingan.
Cara

transmisi

dengan

peran-serta

antara

lain

dengan

melalui

perbandingan. Demikian pula peran-serta dapat berwujud ikut-serta di dalam
kegiatan sehari-hari di dalam lingkungan masyarakat. Bentuk bimbingan tesebut
melalui pranata-pranata tradisional seperti inisiasi, upacara-upacara yang
berkaitan dengan tingkat umur, sekolah agama, dan sekolah formal yang sekuler.
Demikian lah proses transmisi kebudayaan sebagai proses pendidikan yang
dikemukakan oleh Fortes. Proses tersebut terjadi di dalam suatu masyarakat
sederhana yang relatif tertutup dari pengaruh dunia luar.
Dalam dunia yang terbuka dewasa ini dengan kemajuan teknologi
komunikasi, proses transmisi kebudayaan yang sederhana tersebut tentunya telah
berubah. Data dan informasi dengan mudah dapat diperoleh sehingga peranan
lingkungan bukan lagi lingkungan sosial yang terbatas tetapi lingkungan yang
mondial. Dengan demikian proses transmisi kebudayaan di dalam masyarakat
modern akan menghadapi tantangan-tantangan yang berat. Pada bagian inilah
letak peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian yang kreatif dan
dapat memilih nilai-nilai dari berbagai lingkungan. Dalam hal ini kita berbicara
mengenai keberadaan kebudayaan dunia yang meminta suatu proses pendidikan
yang lain yaitu kepribadian yang kokoh yang tetap berakar kepada budaya lokal.
Hanya dengan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya lokal akan dapat memberikan
sumbangan bagi terwujudnya nilai-nilai global.

14
Universitas Sumatera Utara

1.2.4. Budaya Kemiskinan
Kemiskinan yang dihadapi oleh para orangtua, secara tidak langsung akan
mempengaruhi pola fikir dan penanaman nilai-nilai budaya pada anak anaknya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Supriatna (2000:50) bahwa kemiskinan
merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si
miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas
kerja, pendapatan, kesehatan, dan gizi serta kesejahteraannya sehingga
menunjukkan

lingkaran

ketidakberdayaan.

Selanjutnya

dikatakan

bahwa

kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan
dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun nonformal dan
membawa konsekuensi terhadap pendidikan informal yang rendah.
Menurut Sudantoko (2009:34) kemiskinan terbagi atas tiga yaitu
kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural dan kultural.
Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan
yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut
ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok
minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang
disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah
tertentu yang membelenggu seseorang.
Oscar

Lewis

(Menno,

1992:60)

mengatakan

bahwa

kebudayaan

kemiskinan (cultur of proverty) mempunyai ciri-ciri :
a. Tingkat mortalitas yang tinggi dan harapan hidup yang rendah;

15
Universitas Sumatera Utara

b. Tingkat pendidikan yang rendah
c. Partisipasi yang rendah dalam organisasi-organisasi sosial
d. Tidak atau jarang ambil bagian dalam perawatan medis dan programprogram kesejahteraan lainnya
e. Sedikit saja memanfaatkan fasilitas-fasilitas kota seperti toko, museum,
dan bank
f. Upah rendah dan keamanan kerja yang rendah
g. Tingkat keterampilan kerja yang rendah
h. Tidak memiliki tabungan atau kredit
i. Tidak memiliki persediaan makan dalam rumah untuk hari esok
j. Kehidupan mereka tanpa kerahasiaan pribadi
k. Sering terjadi tindak kekerasan termasuk pemukukan anak-anak
l. Perkawinan sering berdasarkan konsensus sehingga sering terjadi
perceraian dan pembuangan anak
m. Keluarga bertumbu pada ibu
n. Kehidupan keluarga adalah otoriter
o. Penyerahan diri pada nasib
p. Besarnya hypermasculinity complex dikalangan pria atau marty
complex di kalangan wanita

Menurut Menno (1992) bahwa pengekalan diri kebudayaan kemiskinan
ini telah agak luas diterima meskipun yang dimaksudkan bukanlah suatu
kebudayaan, melainkan subkultur kemiskinan. Salah satu kekhawatiran dari
munculnya kebudayaan kemiskinan sebagaimana yang diistilahkan oleh Oscar
Lewis adalah semakin banyaknya anak-anak yang terjun dalam dunia kerja.
Menurut Bellamy (dalam Usman, 2004:149) bahwa pekerja anak akan
terperangkap dalam lingkaran setan karena anak-anak yang bekerja pada usia

16
Universitas Sumatera Utara

yang dini yang biasanya berasal dari keluarga miskin dengan pendidikan yang
terabaikan akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang terjebak dengan pekerjaan
yang terlatih dengan upah yang sangat buruk. Anak-anak ini pada gilirannya akan
kembali melahirkan anak-anak miskin yang besar kemungkinannya kembali
menjadi pekerja anak yang tidak punya kesempatan luas untuk mendapatkan
pendidikan yang memadai.
1.3.Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka
peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan mejadi langkah awal, untuk
pengidentifikasian masalah dalam melakukan penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana proses pemilihan pendidikan pada anak-anak di daerah industri
di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ?
2. Bagaiaman kehidupan pendidikan pada anak-anak di daerah industri di
Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ?
3. Bagaimana lingkungan sosial budaya mempengaruhi pilihan pendidikan
pada anak-anak di daerah industri di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ?

1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan seperti apa
pilihan-pilihan pendidikan yang diberikan oleh orangtua yang tinggal di
lingkungan industri kepada anak-anak mereka. Kemudian untuk menggambarkan
bagaimana sebenarnya kehidupan pendidikan anak-anak pada keluarga yang
tinggal di daerah industri. Kemudian yang terakhir melihat bagaimana lingkungan

17
Universitas Sumatera Utara

sosial budaya mempengaruhi pilihan pendidikan anak-anak pada keluarga yang
tinggal di daerah industri. Pemahaman mengenai kondisi pendidikan pada anakanak buruh di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir ini, diharapkan menjadi dasar bagi
setiap masyarakat Kota Medan, dan Kelurahan Tanjung Mulia Hilir khususnya
untuk lebih mengakomodir keinginan anak untuk memilih pendidikannya sendiri.
1.5.Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu
gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden,
dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan
Taylor (Moleong,

1999:3) mengemukakan

bahwa metodologi

kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

18
Universitas Sumatera Utara

I.5.1. Observasi
Observasi dalam hal ini merupakan suatu teknik penelitian yang dilakukan
langsung di lapangan. Observasi dilakukan di awal penelitian untuk mengamati
dan mencermati guna mendapatkan gambaran lokasi dan informasi awal. Pada
saat observasi atau pengamatan ini, peneliti juga mendapatkan informan pangkal
yang akan mengarahkan peneliti kepada informan-informan lainnya guna
memperoleh data-data yang dibutuhkan.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan
dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln
dalam Moleong (1999:137) sebagai berikut ini:
Pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara
langsung. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik atau setelah melihat baru
percaya. Kedua, teknik pengamatan juga memungkinkan peneliti melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Keempat, sering terjadi
keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya ada yang
“menceng” atau bias.
I.5.2. Wawancara
Wawancara dilakukan guna memperoleh data secara langsung dari
informan baik informan biasa maupun informan kunci. Setiap masyarakat yang

19
Universitas Sumatera Utara

berada di lokasi penelitian memiliki kemungkinan sebagai infoman biasa apabila
dari segi waktu memiliki kesempatan untuk menjawab pertayaan-pertayaan yang
diajukan. Informan biasa ini untuk melengkapi data yang bersifat umum.
Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan-informan kunci yang
mengetahui dan memahami pokok permasalahan yang sedang diteliti.
Proses pencarian data di lapangan didukung oleh alat pendukung di
lapangan yakni alat rekam dan kamera foto/video. Alat rekam membantu peneliti
ketika melakukan Wawancara sehingga data yang diperoleh ketika melakukan
Wawancara tersimpan dengan baik dimana informasi-informasi tidak akan hilang.
Peneliti menyadari keterbatasan untuk dapat mengingat semua informasi yang
diperoleh. Alat rekam ini tentu sangat membantu terutama ketika melengkapi
catatan lapangan (fieldnote) sebagai dasar dalam pengolahan data yang dilakukan.
Kamera foto/video bermanfaat untuk merekam peristiwa di lapangan, guna
mendukung data dan bukti lapangan, dan dapat juga memberikan gambaran
penelitian ini secara visual.
Melakukan rapport merupakan suatu hal yang mutlak di lapangan.
Rapport bertujuan untuk memperoleh data yang akurat di lapangan. Terjalinnya
rapport memudahkan peneliti dalam menggali data tertutama dengan informaninforman. Sehingga hubungan yang baik dilakukan terlebih dahulu agar peneliti
tidak menemukan kesulitan karena tidak terjalinnya hubungan secara baik yang
membuat informan tidak dengan mudah memberikan informasi. Rapport yang
terjalin membuat informan tidak sungkan dan merasa curiga kepada peneliti yang
dapat menghambat dalam perolehan data. Sebagai seorang peneliti, peneliti adalah

20
Universitas Sumatera Utara

orang yang sedang belajar yang memposisikan diri tidak tahu apa-apa, terkait
permasalahan penelitian sehingga informan merupakan guru tepat bertanya.
I.6. Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah proses pencarian data dilapangan dianggap
cukup. Proses pencarian data di lapangan dilakukan dengan sistem bola salju
(snowball). Sedangkan pencarian data dianggap selesai ketika informasi yang
diperoleh di lapangan telah berulang-ulang. Untuk keakuratan data juga dilakukan
crosscheek (triangulasi) kepada informan untuk memastikan kebenaran data-data
yang diperoleh.
Analisis data dilakukan terhadap data hasil observasi, Wawancara dan dari
dokumentasi dengan mengklasifikasikan/mengkategorikan data yang diperoleh,
sesusai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini dan menyingkirkan data
yang tidak relevan. Sehingga memudahkan untuk dipahami dengan baik. Data
yang terkumpul sudah dianggap menjawab permasalahan penelitian kemudian
dilakukan analisis dan interpretasi data. Terakhir adalah melakukan rangkuman
dari hasil interpretasi data-data yang telah dikumpulkan.
Paparan dari temuan-temuan ini disajikan dalam sistematika penulisan
skripsi yang sudah standar. Setiap bab nya akan memaparkan data yang sudah
diklasifikasi atau dikategorikan sesuai dengan judul setiap bab.
1.7.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan
Medan Deli, Kota Medan. Lokasi ini dipilih karena menjadi lingkungan yang

21
Universitas Sumatera Utara

paling padat ditinggali oleh masyarakat yang bekerja sebagai buruh pabrik. Lokasi
penelitian ini juga dipilih karena di tempat ini terdapat sarana pendidikan yang
cukup lengkap, sehingga data yang dipilih akan relevan dengan masalah yang
akan dipilih.
1.8.Profil Informan
1. Rian.
Rian merupakan seorang anak yang saat ini duduk di kelas 9 di salah satu
SMP Negeri di Kelurahan Metal. Rian tinggal bersama kedua orangtuanya yang
bekerja sebagai buruh pabrik dan juga dengan ketiga saudaranya. Usia Rian saat
ini sudah menginjak usia 16 tahun. Rian merupakan anak tertua diantara tiga
bersaudara.
2. Jamal.
Jamal adalah salah seorang informan kunci dalam penelitian ini. Jamal saat
ini statusnya masih sebagai pelajar Sekolah Menengah Kejuruan di salah satu
sekolah di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Sehari-harinya Jamal lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar rumah. Jamal tinggal di Jalan Kawat IV,
Kelurahan Tajung Mulia. Jamal merupakan anak terkahir dari 6 bersaudara.
3. Wawan
Adi Irawan atau yang biasa dipanggil Wawan adalah seorang mahasiswa
Semester 3. Saat ini Wawan berusia 20 tahun dan sedang kuliah di salah satu
Universitas Swasta di Kota Medan dengan mengambil jurusan Hukum. Wawan
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dimana kakak perempuannya saat ini

22
Universitas Sumatera Utara

bekerja sebagai guru di Sekolah Madrasah di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir.
Sementara itu adik perempuan Wawan saat ini masih berada di kelas VIII bangku
SMP.
4. Dewi
Dewi merupakan anak kedua dari lima bersaudara yang saat ini bekerja di
Pabrik PT. Tjipta Rimba Djaja yang berlokasi di daerah Gg. Tape, Kelurahan
Tanjung Mulia Hilir. Dewi tinggal bersama kedua orangtuanya yang juga bekerja
sebagai buruh pabrik di perusahaan tersebut dan begitu pula dengan abangnya.
Sementara ketiga adiknya saat ini masih bersekolah. Usia Dewi saat ini sudah
menginjak usia 20 tahun, dan Dewi beserta keluarganya tinggal di perumahan
buruh yang memang diperuntukan untuk pekerja di Pabrik Tjipta tersebut.
5. Ayah Rian
Ayah Rian saat ini sudah berusia 60 tahun, dan perkwainannya dengan ibu
Rian adalah perkawinannya yang kedua. Ayah Rian hanya sekolah sampai tamat
SD saja dan kemudian mencari kerja. Bagi ayah Rian dirinya lebih menginginkan
anaknya agar tidak usah bersekolah lagi setelah tamat sekolah. Hal ini karena
dirinya sudah tidak sanggup lagi bila harus membiayai biaya sekolah Rian dan
anak-anaknya.
6. Ibu Rian
Ibu Rian saat ini berusia 37 tahun dan bekerja sebagai buruh di pabrik
minuman di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir. Ibu Rian menamatkan sekolahnya
hingga di bangku SMP dan setelahnya menghabiskan waktunya bekerja di Pabrik.

23
Universitas Sumatera Utara

Menurut ibu Rian anaknya paling tidak harus menamatkan sekolahnya hingga
tamat STM agar bisa lebih mudah mencari kerja.
7. Ibu Misniati
Ibu Jamal yang bernama Misniati saat ini berusia 60 tahun dan bekerja
sebagai ibu rumah tangga. Beliau memandang pentingnya pendidikan bagi seluruh
anak-anaknya, namun keadaan ekonomi tetap menjadi kendala bagi dirinya untuk
menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih baik. Selain Jamal yang
saat ini sudah berada di kelas XII STM, kakak-kakaknya yang lain hanya
bersekolah sampai ke taraf tamat SMP. Ibu Misniati pada proses penulisan skripsi
ini telah meninggal dunia pada bulan Januari 2016 yang lalu.
8. Bapak SP
Bapak SP (52 tahun) merupakan seorang guru elektro yang mengajar di
salah satu Sekolah Menengah Kejeuruan di tempat Jamal bersekolah di kelurahan
Tanjung Mulia Hilir. Bapak SP telah mengabdi di sekolah tersebut selama 15
tahun dan sudah mengerti karakter siswa-siswa yang bersekolah di tempatnya
mengajar. Penyebutan inisial SP adalah untuk melindungi privasi informan, dan
merupakan persetujuan dari informan yakni bapak SP.
9. Ayah Wawan
Ayah Wawan saat ini sudah berusia 52 tahun dan sebentar lagi akan
pensiun dari tempatnya bekerja sebagai buruh pabrik pengolahan karet. Ayah
Wawan sudah bekerja di pabrik tersebut selama 15 tahun dan saat ini sudah
menjabat sebagai mandor di bagian produksi pabrik.

24
Universitas Sumatera Utara