Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang | Noviana | JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang 8709 18606 1 PB
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
SASTRA DAN PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
Fajria Noviana
Program Studi Sastra Jepang, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
e-mail: fajrianoviana0701@gmail.com
First received: 7 November 2017
Final proof received: 1 December 2017
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan manfaat penggunaan sastra dalam pembelajaran bahasa asing,
khususnya bahasa Jepang. Metode yang digunakan adalah salah satu dari tiga metode yang dikemukakan
Lazar mengenai penggunaan sastra dalam pembelajaran bahasa, yaitu a language-based approach. Dalam
sesi small group discussion dalam kelas, para mahasiswa dapat menceritakan ulang cerpen berbahasa
Jepang dengan kalimat mereka sendiri, bahkan mereka dapat menambahkan pendapat mereka mengenai
cerpen ini. Oleh karena itu, pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran bahasa dapat dikatakan sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai bahasa Jepang sebagai bahasa
kedua.
Kata kunci: pembelajaran bahasa; sastra; bahasa kedua
Abstract
This article aims to discuss the value of reading and writing literature in second language, especially in
Japanese. A language-based approach, that is one of three Lazar’s methods of literature’s application in
language learning, was used in this research. In small group discussion in language class, students can
retell the Japanese short story in their own words, and even add their opinions about the story. Therefore,
the application of literature in language learning is very effective to improve students’ ability of mastering
second language.
Keywords: language learning; literature; second language
asing dan dari meningkatnya jumlah
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan penguasaan bahasa
asing
sebagai
second
language
menunjukkan kecenderungan untuk terus
calon mahasiswa yang mendaftarkan diri
pada jurusan bahasa asing di berbagai
perguruan tinggi.
meningkat. Hal ini dapat dilihat antara
Salah satu jurusan bahasa asing di
lain dari maraknya kursus-kursus bahasa
perguruan tinggi yang hingga kini masih
E-ISSN: 2528-5548
87
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
cukup banyak diminati adalah jurusan
pembelajarannya,
bahasa Jepang. Beberapa alasan yang
berkomunikasi secara tertulis dan lisan
kerap dilontarkan para mahasiswa ini
ini diakomodir oleh empat kemampuan
jika mereka ditanya mengapa mereka
berbahasa, yaitu membaca, menulis,
memilih jurusan bahasa dan atau sastra
menyimak, dan berbicara.
Jepang, khususnya mahasiswa Program
Studi
Sastra
Jepang
Universitas
kemampuan
Pembelajaran keempat kemampuan
berbahasa ini umumnya menggunakan
Diponegoro, adalah 1) karena ingin pergi
materi
ke Jepang; 2) karena ingin bekerja di
digunakan untuk mengajarkan bahasa
Jepang; 3) karena suka dengan hal-hal
asing.
yang berbau kejepangan seperti manga,
Jepang di perguruan tinggi, buku teks
anime, dorama, dan lain-lain.
yang lazim digunakan adalah seri Minna
Menilik alasan-alasan tersebut, maka
dapat
dikatakan
Dalam
sudah
pembelajaran
biasa
bahasa
no Nihongo, baik dari level Shokyuu I
sampai Chuukyuu II. Meskipun buku-
mahasiswa yang sejak awal mempelajari
buku seri Minna no Nihongo ini sudah
bahasa
cukup
di
tidak
memang
ada
Jepang
bahwa
yang
Universitas
mengakomodir
keempat
Diponegoro memiliki keinginan untuk
kemampuan
menjadi pengajar atau peneliti. Oleh
alangkah baiknya jika juga digunakan
karena itu, menurut penulis, diperluan
materi-materi lain yang dapat lebih
metode dan atau materi pembelajaran
menarik
bahasa yang lebih variatif dan mampu
pengetahuan mahasiswa, serta lebih
menarik minat mahasiswa, serta lebih
efektif untuk meningkatkan kemampuan
efektif untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menguasai bahasa
mereka dalam berbahasa Jepang.
asing, misalnya dengan menggunakan
Tujuan pembelajaran bahasa adalah
mampu berkomunikasi secara tertulis
dan
lisan.
Dalam
proses
berbahasa
minat
dan
tersebut,
memperkaya
karya sastra.
Banyak pengajar bahasa Indonesia
yang
E-ISSN: 2528-5548
88
sudah
menyadari
pentingnya
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
menggunakan
sastra
dalam
proses
beranggapan bahwa sastra merupakan
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
materi yang terpisah dari pembelajaran
diperkenalkannya
bahasa, padahal berbagai perguruan
karya
sastra-karya
sastra klasik sekaligus sastrawannya
tinggi
dalam
Indonesia.
pembelajaran bahasa asing di Indonesia
Namun tidak demikian halnya dengan
masih menamai jurusan dan program
pengajar bahasa asing sebagai second
studinya dengan kata “sastra”.
pelajaran
bahasa
yang
menyelenggarakan
language.
Karya sastra dipilih sebagai materi
pembelajaran
alternatif
kelas
Anggapan bahwa sastra merupakan
bahasa, mengingat salah satu kontribusi
materi yang terpisah dari pembelajaran
penting penggunaan karya sastra dalam
bahasa tidak hanya ada di kalangan
pembelajaran
pengajar bahasa yang ada di Indonesia,
bahasa
dalam
KERANGKA TEORI
adalah
bahwa
karya sastra menghadirkan bahasa dalam
namun
wacana sehingga mampu meningkatkan
Edmonson
rasa bahasa bagi pembelajar (dalam
menyatakan bahwa mempelajari sastra
Tehan, 2015). Rasa bahasa berhubungan
tidak akan mendukung pengembangan
dengan gaya bahasa dan pemahaman
kompetensi
bahwa bahasa merupakan sarana untuk
dalam second language-nya. Sebaliknya,
berinteraksi dengan lawan tuturnya, baik
Lazar (dalam Tehan, 2015) beranggapan
lisan maupun tulisan. Gaya bahasa
bahwa
bukan
meningkatkan
bahasa,
hanya
terletak
namun
pada
lebih
kaidah
pada
seni
merangkai kata.
Meskipun
juga
dari
luar
(dalam
dan
Tehan,
keahlian
mempelajari
kesadaran
Indonesia.
berbudaya,
seseorang
sastra
keahlian
2015)
dapat
berbahasa,
kemampuan
berpikir kritis, dan motivasi.Lazar (1993:
karya
sastra
mampu
mengembangkan rasa bahasa, namun
15-19) bahkan menyatakan bahwa karya
sastra
ironisnya hingga saat ini masih ada yang
E-ISSN: 2528-5548
89
seharusnya
digunakan
dalam
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
kelas-kelas
bahasa
dengan
alasan
dari bangsa yang tengah dipelajari
sebagai berikut.
bahasanya tersebut.
1. Karya sastra merupakan sarana untuk
Hal yang harus selalu diingat adalah
menimbulkan motivasi.
latar belakang budaya yang ada di
Jika pembelajar cukup akrab dengan
dalam karya sastra tersebut mungkin
karya sastra lisan dalam bahasanya,
tidak seratus persen tepat, mengingat
maka mereka dapat diminta untuk
karya sastra tetap merupakan sebuah
menceritakan ulang dengan bahasa
karya fiksi.Meskipun demikian, latar
mereka
belakang budaya tersebut tetap dapat
sendiri
sebelum
mereka
diberi materi dengan tema yang
memberikan
pengetahuan
sejenis dalam bahasa lain. Hal ini
pembelajar
mengenai
akan menimbulkan minat mereka
peristiwa sosial, politik, dan sejarah
untuk membuat perbandingan.
dari suatu bangsa, dengan sudut
Selain itu, jika karya sastra yang
pandang yang berbeda dari tulisan
digunakan dalam pembelajaran sarat
non fiksi. Ini disebabkan oleh adanya
akan
maka
emosi yang dimasukkan oleh sang
pembelajar akan dapat merasakan
pengarang yang dapat dirasakan oleh
bahwa apa yang mereka pelajari di
pembelajar.
nilai-nilai
luhur,
ruang kelas betul-betul relevan dan
kepada
peristiwa-
3. Karya sastra mendorong penguasaan
memiliki arti bagi hidup mereka
bahasa.
sendiri.
Dalam banyak negara, akses kepada
2. Karya sastra memiliki akses untuk
bahasa asing lisan masih cukup
melihat latar belakang budaya.
terbatas,
Dengan mempelajari suatu bahasa
tertulis
melalui
maka
pembelajaran untuk dapat menguasai
dapat
second
karya
pembelajar
sastranya,
juga
akan
mengetahui latar belakang budaya
sehingga
menjadi
language.
bahasa
sarana
Karya
asing
utama
sastra
dianggap dapat mengisi keterbatasan
E-ISSN: 2528-5548
90
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
akses tersebut, mengingat ragam
terdapat
bahasa yang digunakan hanya dalam
(misalnya kolokasi), maka hal ini
satu karya cukup bervariasi. Oleh
akan membuat
karena
terasah rasa bahasanya.
itu,
karya
digunakan
sastra
yang
sebagai
materi
5. Karya
dalam
suatu
bahasa
pembelajar lebih
sastra
mengembangkan
pembelajaran haruslah disesuaikan
kemampuan interpretatif pembelajar.
dengan level kebahasaan pembelajar.
Karya sastra dianggap sebagai materi
Dengan meminta pembelajar untuk
yang bagus untuk meningkatkan
mendiskusikan dan menyampaikan
kemampuan
tanggapan mereka terhadap suatu
menarik kesimpulan dan membuat
karya sastra dalam bahasa yang asli
interpretasi.
karya
adanya
tersebut,
maka
otomatis
pembelajar
untuk
Ini disebabkan oleh
multitafsir
yang
umum
pembelajar akan terdorong untuk
dijumpai dalam suatu karya sastra.
menguasai kosa kata, pola kalimat,
6. Karya sastra mampu mengedukasi
bahkan pelafalan second language
pembacanya.
mereka.
Karya sastra yang digunakan dalam
4. Karya
sastra
meningkatkan
rasa
pembelajaran bahasa memiliki nilai
bahasa bagi pembelajar.
edukatif
Kemampuan memahami rangkaian
akhirnya
kata dan
imajinasi,
merangkai kata menjadi
yang
luas
mampu
berpikir
meningkat seiring dengan semakin
emosional pembelajar.
seorang
karya
kesadaran
sastra
banyak
Ketiga genre sastra, yaitu prosa,
puisi, dan drama, dapat digunakan dalam
menggunakan berbagai gaya bahasa
pembelajaran
dan
menyesuaikan
karakteristik
dan
cara
pembelajar
berinteraksi dengan karya sastra.
Karena
kritis
pada
merangsang
meningkatkan
sebuah gaya berbahasa tersebut akan
seringnya
yang
khusus
yang
E-ISSN: 2528-5548
91
bahasa
tingkat
dengan
kesulitannya
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
dengan
level
pembelajar.
Namun
banyak tema yang variatif; dan 4) cerpen
demikian, karya sastra yang dimaksud
dapat
dalam tulisan ini dibatasi hanya pada
pembelajar dari segala usia dan semua
prosa,
jenis mata kuliah.
khususnya
cerita
pendek.
Pembatasan ini dilakukan karena alur
digunakan oleh
semua level
Pendapat Collie dan Slater ini saling
cerita cerpen yang singkat dianggap
mendukung
mudah untuk dipahami oleh pembelajar.
dikemukakan oleh Lazar mengenai enam
dengan
apa
yang
Meskipun singkat, namun cerpen
alasan mengapa karya sastra sebaiknya
memiliki tingkat kesulitan bahasa yang
digunakan sebagai materi pembelajaran
berbeda-beda
dalam kelas-kelas bahasa (1993: 15-19).
tergantung
sasaran
pembacanya. Oleh karena itu, pemilihan
Sementara, menurut Santhi (2012),
cerpen sebagai materi pembelajaran
manfaat penggunaan teks sastra dalam
harus disesuaikan tingkat kesulitannya
pembelajaran bahasa bagi pembelajar
dengan level pembelajar.
adalah 1) meningkatkan kemampuan
Sebagai sebuah prosa pendek, Collie
dan
Slater
menganggap
cerpen
membaca; 2) memahami penggunaan
ungkapan; 3) memadukan keterampilan
merupakan salah satu genre karya sastra
berbahasa,
yang paling tepat untuk digunakan dalam
menyimak sebagai keterampilan pasif,
pembelajaran bahasa (dalam Shanti,
serta menulis dan berbicara sebagai
2012).
empat
keterampilan
dalam
pengetahuan tentang penggunaan bahasa
pembelajaran bahasa, yaitu 1) cerpen
yang lebih alami dalam berbagai situasi
dianggap praktis karena isinya dapat
yang mungkin tidak didapatkan dalam
diselesaikan dalam satu sampai dua tatap
pembelajaran dengan materi non-sastra.
manfaat
Mereka
menemukan
penggunaan
cerpen
muka perkuliahan; 2) cerpen dianggap
misalnya
Penggunaan
aktif;
membaca
4)
dan
mendapatkan
cerpen
dalam
tidak rumit sehingga pembelajar dapat
pembelajaran bahasa haruslah ditujukan
memahami isinya; 3) cerpen memiliki
untuk meningkatkan pemahaman dan
E-ISSN: 2528-5548
92
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
kemampuan
berbahasa
sudah
seiring dengan semakin meningkatnya
dipelajari sebelumnya oleh pembelajar.
rasa bahasa mereka. Teks sastra dipilih
Dengan
berdasarkan level kemampuan berbahasa
demikian,
yang
maka
proses
pembelajaran akan menjadi student-
pembelajar
centered learning. Di sini, pengajar
tersebut
memiliki peran besar dalam membantu
pembelajaran.
pembelajar untuk memahami isi cerpen
Dalam
dan
kepatutan
untuk
isi
teks
digunakan
literature
as
dalam
content,
melalui berbagai kegiatan dalam kelas
penempatan teks sastra sebagai konten
(Shanti, 2012).
utama
pembelajaran
merupakan
pendekatan tradisional yang banyak
digunakan.Fokus pembelajaran terletak
METODE
Menurut
(1993:
23-24),
pendekatan
untuk
berupa
dalam
zamannya, latar sosial, budaya, genre
a
sastra, dan lain-lain.Teks sastra dipilih
language-based approach; 2) literature
berdasarkan kedudukan teks tersebut
as content; dan 3) literature for personal
sebagai bagian dari sastra kanon atau
enrichment.
tradisi.
terdapat
Lazar
tiga
menggunakan
teks
pembelajaran
bahasa,
sastra
yaitu
1)
Dalam a language-based approach,
Lazar
mengasumsikan
bahwa
pada konten teks tersebut yang dapat
ciri-ciri
sesuai
dalam
literature
enrichment,
teks
Terakhir,
personal
kesusastraan
for
sastra
pembelajaran bahasa yang ada dalam
merupakan
teks sastra akan semakin mempererat
untuk
integrasi silabus pembelajaran bahasa
pengalaman,
dan silabus pembelajaran sastra. Analisis
pribadi pembelajar.selain itu, teks sastra
detil terhadap bahasa yang digunakan
juga dapat membantu pembelajar bahasa
dalam teks sastra akan meningkatkan
untuk
kemampuan
emosional.
interpretatif
pembelajar,
E-ISSN: 2528-5548
93
sarana
yang
membantu
aktif
bermanfaat
mengungkapkan
perasaan,
dan
gagasan
secara
intelektual
Teks
sastra
dan
dipilih
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
berdasarkan kesesuaiannya dengan minat
dan penentuan metode pembelajaran
pembelajar. Materi umumnya bersifat
akan
tematik yang kadangkala dipasangkan
mendukung.
dengan materi non sastra yang memiliki
tema sejenis.
lebih
terarah
dan
saling
2. Memilih cerpen yang tepat bagi
pembelajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka
Memilih cerpen bagi pembelajar
dalam tulisan ini penggunaan karya
bahasa asing perlu memperhatikan
sastra
beberapa
dalam
pembelajaran
bahasa
faktor
selain
tujuan
Jepang dibatasi hanya pada a language-
pembelajaran,
yaitu
kesesuaian
based approach, karena tujuan tulisan
dengan
kuliah
dan
ini
pembelajar.
adalah
pemanfaatan
untuk
karya
pembelajaran
Pembelajaran
meningkatkan
sastra
bahasa
bahasa
dalam
Jepang.
Jepang
yang
mata
level
3. Menentukan metode pembelajaran.
Penentuan
metode
harus disesuaikan
pembelajaran
dengan
tujuan
dimaksud di sini dibatasi hanya pada
pembelajaran. Metode
kelas
diintegrasikan
digunakan antara lain small group
dengan kelas menulis. Karya sastra yang
discussion, focus group discussion,
digunakan pun dibatasi hanya pada
dan lain-lain.
membaca
yang
cerpen.
yang bisa
4. Melakukan proses pembelajaran.
Langkah-langkah
yang
telah
Penjelasan rinci tentang langkah-
dilakukan dalam pemanfaatan cerpen
langkah
dalam
diberikan dalam bab berikutnya.
pembelajaran
bahasa
Jepang
tersebut
di
atas
akan
adalah seperti yang dijelaskan berikut
ini.
Instrumen Penelitian
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
Cerpen
yang
digunakan
ehon
dalam
Dengan tujuan pembelajaran yang
tulisan
jelas, maka pemilihan karya sastra
Chuumon no Ooi Ryouriten
E-ISSN: 2528-5548
94
ini
adalah
berjudul
karya
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
Miyazawa Kenji yang bercerita tentang
tugas yang diberikan oleh pengajar.
berbagai hal aneh yang dialami dua
Sebagai catatan, pembelajar sebelumnya
pemuda saat mereka berburu di hutan.
hanya mendapat informasi tentang akan
Cerpen ini memiliki tingkat kesulitan
digunakannya satu karya sastra sebagai
setara dengan level N4. Mata kuliah
variasi materi dalam pembelajaran, tanpa
yang menggunakan cerpen ini adalah
mengetahui judul cerpen dan apa saja
Dokkai semester IV yang diintegrasikan
yang akan dilakukan dalam kelas.
dengan mata kuliah Sakubun semester
IV.
Level
mahasiswa
pembelajarnya
semester
empat
adalah
yang
diasumsikan sudah menguasai buku
Small Group Discussion Dalam Kelas
Membaca dan Hasilnya
Pertama-tama,
pembelajar
Minna no Nihongo Shokyuu II dan mulai
dikelompokkan dalam grup-grup kecil
mempelajari Chuukyuu I.
beranggotakan
kelompok
5-6
orang.
ditentukan
Anggota
sendiri
oleh
pembelajar. Kemudian, kepada tiap grup
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan pembelajaran bahasa dalam
dibagikan fotokopi cerpen Chuumon no
tulisan ini adalah untuk mengetahui
Ooi Ryouriten karya Miyazawa Kenji,
sejauh
yang
mana
mahasiswa
mampu
sudah
dihilangkan
nomor
berkomunikasi secara tertulis dan lisan
halamannya dan diacak urutannya, untuk
melalui sebuah karya sastra yang harus
diurutkan oleh pembelajar. Setelah itu,
didiskusikan isinya dalam grup kecil.
pembelajar diminta untuk menceritakan
Dengan tujuan pembelajaran ini, maka
ulang isi cerpen tersebut dengan bahasa
metode pembelajaran yang digunakan
mereka sendiri.
adalah
small
group
discussion.
Secara
ringkas,
Pembelajar dibagi ke dalam grup-grup
yang
kecil yang beranggotakan 5-6 orang
pembelajaran di kelas adalah seperti
untuk mendiskusikan dan menyelesaikan
pada tabel berikut.
E-ISSN: 2528-5548
95
dilakukan
langkah-langkah
dalam
proses
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
Tabel 1.
Aktifitas SGD Dalam Kelas Membaca
Yang Melakukan
Pembelajar
Pengajar
Yang Dilakukan
Membentuk kelompok
Menentukan bagian dari cerpen bagi tiap anggota kelompok untuk dipahami
Mendiskusikan bagian cerpen masing-masing
Mengurutkan bagian-bagian cerpen yang diacak
Mempresentasikan isi cerpen dengan kalimat sendiri (menceritakan ulang)
Menentukan materi bacaan berupa cerpen berjudul Chuumon no Ooi Ryouriten
Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan dengan cerpen tersebut
Menjelaskan aturan diskusi dan presentasi
Small Group Discussion Dalam Kelas
pembelajar ini sudah melakukannya di
kelas Dokkai. Hal ini merupakan wujud
Menulis dan Hasilnya
Hampir sama dengan kelas Dokkai,
dari integrasi antara kelas membaca dan
dalam kelas Sakubun ini pembelajar
kelas menulis. Sebagai catatan, kedua
juga dibagi ke dalam beberapa grup
kelas ini dilakukan dalam minggu yang
kecil, yang anggotanya sama dengan
sama tetapi berbeda hari.
anggota kelompok dalam kelas Dokkai.
Secara
ringkas,
dilakukan
langkah-langkah
Bedanya, kelas Sakubun tidak perlu
yang
dalam
mengurutkan isi cerpen yang diacak
pembelajaran di kelas adalah seperti
susunannya lagi, karena para
pada tabel berikut.
Tabel 2.
Aktifitas SGD Dalam Kelas Menulis
Yang Melakukan
Pembelajar
Pengajar
Yang Dilakukan
Membentuk kelompok yang sama dengan anggota kelompok di kelas Dokkai
Mendiskusikan isi cerpen secara garis besar tanpa membaca teks cerpen
Menulis ulang isi cerpen dengan kalimat sendiri
Menentukan materi bacaan berupa cerpen berjudul Chuumon no Ooi Ryouriten
Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan
E-ISSN: 2528-5548
96
proses
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
Pada saat menulis ulang isi cerpen
pentingnya
pendampingan
mungkin
dengan kalimat sendiri, pembelajar
sudah pernah membaca atau melihat
diperbolehkan
atau mengalami suatu peristiwa yang
bekerjasama
dengan
anggota kelompoknya sebatas untuk
sifatnya
memastikan isi cerita. Namun, karena
menyarankan hal tersebut.
traumatis,
sehingga
penulisan ulang cerpen ini merupakan
tugas individu, maka dapat dipastikan
bahwa kalimat-kalimat yang dihasilkan
bagian
akhir
karangan,
pembelajar diminta untuk menuliskan
tanggapan mereka terhadap cerpen ini.
Hampir sama dengan kelas Dokkai, para
pembelajar
di
sini
banyak
yang
menekankan perlunya pendampingan
dari orangtua atau orang yang lebih
dewasa untuk memberikan suasana
riang bagi anak kecil yang membaca
cerpen ini. Meskipun demikian, ada
juga pembelajar
yang menganggap
pendampingan itu tidak diperlukan,
mengingat anak-anak pada umumnya
belum pernah membaca atau melihat
atau mengalami suatu peristiwa yang
sifatnya traumatis. Jika dilihat dari
sudut pandang yang berlawanan, maka
pembelajar
Dari hasil yang didapatkan dalam
pembelajaran bahasa Jepang dengan
berbeda.
Pada
SIMPULAN DAN SARAN
yang
menekankan
menggunakan
karya
sastra
sebagai
variasi materi, dapat diketahui bahwa
banyak manfaat yang bisa didapatkan
oleh
pembelajar.
tersebut
antara
Manfaat-manfaat
lain
meningkatnya
penguasaan pembelajar terhadap bahasa
Jepang. Hal ini terlihat dari lebih
mengalir dan naturalnya tulisan mereka
saat diminta menuliskan ulang cerpen
Chuumon no Ooi Ryouriten dengan
kalimat mereka sendiri. Selain itu,
membaca
sebagai
keterampilan
berbahasa yang pasif dan menulis
sebagai keterampilan berbahasa yang
aktif dapat dipadukan dengan baik
dalam pembelajaran ini. Hal ini terlihat
dari lebih lancarnya pembelajar dalam
menuliskan
E-ISSN: 2528-5548
97
ulang
cerpen
ini
dan
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
mengungkapkan
tanggapan
terhadap
[2]
cerpen ini secara tertulis.
Melihat banyaknya manfaat yang
bisa didapatkan dari penggunaan karya
sastra sebagai
materi
pembelajaran
bahasa asing sebagai second language,
[3]
maka alangkah baiknya jika hal ini terus
dilakukan dan bahkan dikembangkan.
Penggunaannya
dalam
pembelajaran
[4]
bahasa pun tidak terbatas hanya pada
mata kuliah membaca dan menulis,
tetapi juga bisa digunakan dalam mata
[5]
kuliah menyimak dan berbicara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ini ditujukan
[6]
kepada para mahasiswa kelas Dokkai
dan Sakubun semester IV pada Program
Studi
Sastra
Jepang
Universitas
[7]
Diponegoro, yang telah menjadi subjek
dalam penelitian ini.
PUSTAKA RUJUKAN
[1]
Chen,
Mei-Ling.
(2014).
Teaching English as Foreign
Language Through Literature,
Theory
and
Practice
in
Language Studies, Vol. 4, No. 2,
E-ISSN: 2528-5548
98
p. 232-236
Iida, Atsushi. (2013). Critical
Review of Literary Reading and
Writing in a Second Language,
The Journal of Literature in
Language Teaching, Vol. 2 May
2013, p. 5-10
Keshavarzi, Abdollah. (2012).
Use of Literature in Teaching
English, Procedia - Social and
Behavioral Sciences 46, p. 554559
Lazar,
Gillian.
(1993).
Literature
and
Language
Teaching, Cambridge University
Press
Rygiel, Lota I. (2016). Learning
through Reading: A Handbook
of Literature-based Lessons for
ESL, Master's Projects. Paper
320
Santhi, T.K. (2012). Teaching
Language Through Literature,
Journal
of
English
and
Literature, Vol. 2 Issue 2, p.1621
Tehan, Patricia & Yuksel,
Dogan & Inan, Banu. (2015).
The Place of Literature in an
English Language Teaching
Program, The Reading Matrix,
Vol. 2 No. 12, p.45-5
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
SASTRA DAN PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG
Fajria Noviana
Program Studi Sastra Jepang, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Indonesia
e-mail: fajrianoviana0701@gmail.com
First received: 7 November 2017
Final proof received: 1 December 2017
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan manfaat penggunaan sastra dalam pembelajaran bahasa asing,
khususnya bahasa Jepang. Metode yang digunakan adalah salah satu dari tiga metode yang dikemukakan
Lazar mengenai penggunaan sastra dalam pembelajaran bahasa, yaitu a language-based approach. Dalam
sesi small group discussion dalam kelas, para mahasiswa dapat menceritakan ulang cerpen berbahasa
Jepang dengan kalimat mereka sendiri, bahkan mereka dapat menambahkan pendapat mereka mengenai
cerpen ini. Oleh karena itu, pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran bahasa dapat dikatakan sangat
efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menguasai bahasa Jepang sebagai bahasa
kedua.
Kata kunci: pembelajaran bahasa; sastra; bahasa kedua
Abstract
This article aims to discuss the value of reading and writing literature in second language, especially in
Japanese. A language-based approach, that is one of three Lazar’s methods of literature’s application in
language learning, was used in this research. In small group discussion in language class, students can
retell the Japanese short story in their own words, and even add their opinions about the story. Therefore,
the application of literature in language learning is very effective to improve students’ ability of mastering
second language.
Keywords: language learning; literature; second language
asing dan dari meningkatnya jumlah
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan penguasaan bahasa
asing
sebagai
second
language
menunjukkan kecenderungan untuk terus
calon mahasiswa yang mendaftarkan diri
pada jurusan bahasa asing di berbagai
perguruan tinggi.
meningkat. Hal ini dapat dilihat antara
Salah satu jurusan bahasa asing di
lain dari maraknya kursus-kursus bahasa
perguruan tinggi yang hingga kini masih
E-ISSN: 2528-5548
87
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
cukup banyak diminati adalah jurusan
pembelajarannya,
bahasa Jepang. Beberapa alasan yang
berkomunikasi secara tertulis dan lisan
kerap dilontarkan para mahasiswa ini
ini diakomodir oleh empat kemampuan
jika mereka ditanya mengapa mereka
berbahasa, yaitu membaca, menulis,
memilih jurusan bahasa dan atau sastra
menyimak, dan berbicara.
Jepang, khususnya mahasiswa Program
Studi
Sastra
Jepang
Universitas
kemampuan
Pembelajaran keempat kemampuan
berbahasa ini umumnya menggunakan
Diponegoro, adalah 1) karena ingin pergi
materi
ke Jepang; 2) karena ingin bekerja di
digunakan untuk mengajarkan bahasa
Jepang; 3) karena suka dengan hal-hal
asing.
yang berbau kejepangan seperti manga,
Jepang di perguruan tinggi, buku teks
anime, dorama, dan lain-lain.
yang lazim digunakan adalah seri Minna
Menilik alasan-alasan tersebut, maka
dapat
dikatakan
Dalam
sudah
pembelajaran
biasa
bahasa
no Nihongo, baik dari level Shokyuu I
sampai Chuukyuu II. Meskipun buku-
mahasiswa yang sejak awal mempelajari
buku seri Minna no Nihongo ini sudah
bahasa
cukup
di
tidak
memang
ada
Jepang
bahwa
yang
Universitas
mengakomodir
keempat
Diponegoro memiliki keinginan untuk
kemampuan
menjadi pengajar atau peneliti. Oleh
alangkah baiknya jika juga digunakan
karena itu, menurut penulis, diperluan
materi-materi lain yang dapat lebih
metode dan atau materi pembelajaran
menarik
bahasa yang lebih variatif dan mampu
pengetahuan mahasiswa, serta lebih
menarik minat mahasiswa, serta lebih
efektif untuk meningkatkan kemampuan
efektif untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menguasai bahasa
mereka dalam berbahasa Jepang.
asing, misalnya dengan menggunakan
Tujuan pembelajaran bahasa adalah
mampu berkomunikasi secara tertulis
dan
lisan.
Dalam
proses
berbahasa
minat
dan
tersebut,
memperkaya
karya sastra.
Banyak pengajar bahasa Indonesia
yang
E-ISSN: 2528-5548
88
sudah
menyadari
pentingnya
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
menggunakan
sastra
dalam
proses
beranggapan bahwa sastra merupakan
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
materi yang terpisah dari pembelajaran
diperkenalkannya
bahasa, padahal berbagai perguruan
karya
sastra-karya
sastra klasik sekaligus sastrawannya
tinggi
dalam
Indonesia.
pembelajaran bahasa asing di Indonesia
Namun tidak demikian halnya dengan
masih menamai jurusan dan program
pengajar bahasa asing sebagai second
studinya dengan kata “sastra”.
pelajaran
bahasa
yang
menyelenggarakan
language.
Karya sastra dipilih sebagai materi
pembelajaran
alternatif
kelas
Anggapan bahwa sastra merupakan
bahasa, mengingat salah satu kontribusi
materi yang terpisah dari pembelajaran
penting penggunaan karya sastra dalam
bahasa tidak hanya ada di kalangan
pembelajaran
pengajar bahasa yang ada di Indonesia,
bahasa
dalam
KERANGKA TEORI
adalah
bahwa
karya sastra menghadirkan bahasa dalam
namun
wacana sehingga mampu meningkatkan
Edmonson
rasa bahasa bagi pembelajar (dalam
menyatakan bahwa mempelajari sastra
Tehan, 2015). Rasa bahasa berhubungan
tidak akan mendukung pengembangan
dengan gaya bahasa dan pemahaman
kompetensi
bahwa bahasa merupakan sarana untuk
dalam second language-nya. Sebaliknya,
berinteraksi dengan lawan tuturnya, baik
Lazar (dalam Tehan, 2015) beranggapan
lisan maupun tulisan. Gaya bahasa
bahwa
bukan
meningkatkan
bahasa,
hanya
terletak
namun
pada
lebih
kaidah
pada
seni
merangkai kata.
Meskipun
juga
dari
luar
(dalam
dan
Tehan,
keahlian
mempelajari
kesadaran
Indonesia.
berbudaya,
seseorang
sastra
keahlian
2015)
dapat
berbahasa,
kemampuan
berpikir kritis, dan motivasi.Lazar (1993:
karya
sastra
mampu
mengembangkan rasa bahasa, namun
15-19) bahkan menyatakan bahwa karya
sastra
ironisnya hingga saat ini masih ada yang
E-ISSN: 2528-5548
89
seharusnya
digunakan
dalam
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
kelas-kelas
bahasa
dengan
alasan
dari bangsa yang tengah dipelajari
sebagai berikut.
bahasanya tersebut.
1. Karya sastra merupakan sarana untuk
Hal yang harus selalu diingat adalah
menimbulkan motivasi.
latar belakang budaya yang ada di
Jika pembelajar cukup akrab dengan
dalam karya sastra tersebut mungkin
karya sastra lisan dalam bahasanya,
tidak seratus persen tepat, mengingat
maka mereka dapat diminta untuk
karya sastra tetap merupakan sebuah
menceritakan ulang dengan bahasa
karya fiksi.Meskipun demikian, latar
mereka
belakang budaya tersebut tetap dapat
sendiri
sebelum
mereka
diberi materi dengan tema yang
memberikan
pengetahuan
sejenis dalam bahasa lain. Hal ini
pembelajar
mengenai
akan menimbulkan minat mereka
peristiwa sosial, politik, dan sejarah
untuk membuat perbandingan.
dari suatu bangsa, dengan sudut
Selain itu, jika karya sastra yang
pandang yang berbeda dari tulisan
digunakan dalam pembelajaran sarat
non fiksi. Ini disebabkan oleh adanya
akan
maka
emosi yang dimasukkan oleh sang
pembelajar akan dapat merasakan
pengarang yang dapat dirasakan oleh
bahwa apa yang mereka pelajari di
pembelajar.
nilai-nilai
luhur,
ruang kelas betul-betul relevan dan
kepada
peristiwa-
3. Karya sastra mendorong penguasaan
memiliki arti bagi hidup mereka
bahasa.
sendiri.
Dalam banyak negara, akses kepada
2. Karya sastra memiliki akses untuk
bahasa asing lisan masih cukup
melihat latar belakang budaya.
terbatas,
Dengan mempelajari suatu bahasa
tertulis
melalui
maka
pembelajaran untuk dapat menguasai
dapat
second
karya
pembelajar
sastranya,
juga
akan
mengetahui latar belakang budaya
sehingga
menjadi
language.
bahasa
sarana
Karya
asing
utama
sastra
dianggap dapat mengisi keterbatasan
E-ISSN: 2528-5548
90
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
akses tersebut, mengingat ragam
terdapat
bahasa yang digunakan hanya dalam
(misalnya kolokasi), maka hal ini
satu karya cukup bervariasi. Oleh
akan membuat
karena
terasah rasa bahasanya.
itu,
karya
digunakan
sastra
yang
sebagai
materi
5. Karya
dalam
suatu
bahasa
pembelajar lebih
sastra
mengembangkan
pembelajaran haruslah disesuaikan
kemampuan interpretatif pembelajar.
dengan level kebahasaan pembelajar.
Karya sastra dianggap sebagai materi
Dengan meminta pembelajar untuk
yang bagus untuk meningkatkan
mendiskusikan dan menyampaikan
kemampuan
tanggapan mereka terhadap suatu
menarik kesimpulan dan membuat
karya sastra dalam bahasa yang asli
interpretasi.
karya
adanya
tersebut,
maka
otomatis
pembelajar
untuk
Ini disebabkan oleh
multitafsir
yang
umum
pembelajar akan terdorong untuk
dijumpai dalam suatu karya sastra.
menguasai kosa kata, pola kalimat,
6. Karya sastra mampu mengedukasi
bahkan pelafalan second language
pembacanya.
mereka.
Karya sastra yang digunakan dalam
4. Karya
sastra
meningkatkan
rasa
pembelajaran bahasa memiliki nilai
bahasa bagi pembelajar.
edukatif
Kemampuan memahami rangkaian
akhirnya
kata dan
imajinasi,
merangkai kata menjadi
yang
luas
mampu
berpikir
meningkat seiring dengan semakin
emosional pembelajar.
seorang
karya
kesadaran
sastra
banyak
Ketiga genre sastra, yaitu prosa,
puisi, dan drama, dapat digunakan dalam
menggunakan berbagai gaya bahasa
pembelajaran
dan
menyesuaikan
karakteristik
dan
cara
pembelajar
berinteraksi dengan karya sastra.
Karena
kritis
pada
merangsang
meningkatkan
sebuah gaya berbahasa tersebut akan
seringnya
yang
khusus
yang
E-ISSN: 2528-5548
91
bahasa
tingkat
dengan
kesulitannya
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
dengan
level
pembelajar.
Namun
banyak tema yang variatif; dan 4) cerpen
demikian, karya sastra yang dimaksud
dapat
dalam tulisan ini dibatasi hanya pada
pembelajar dari segala usia dan semua
prosa,
jenis mata kuliah.
khususnya
cerita
pendek.
Pembatasan ini dilakukan karena alur
digunakan oleh
semua level
Pendapat Collie dan Slater ini saling
cerita cerpen yang singkat dianggap
mendukung
mudah untuk dipahami oleh pembelajar.
dikemukakan oleh Lazar mengenai enam
dengan
apa
yang
Meskipun singkat, namun cerpen
alasan mengapa karya sastra sebaiknya
memiliki tingkat kesulitan bahasa yang
digunakan sebagai materi pembelajaran
berbeda-beda
dalam kelas-kelas bahasa (1993: 15-19).
tergantung
sasaran
pembacanya. Oleh karena itu, pemilihan
Sementara, menurut Santhi (2012),
cerpen sebagai materi pembelajaran
manfaat penggunaan teks sastra dalam
harus disesuaikan tingkat kesulitannya
pembelajaran bahasa bagi pembelajar
dengan level pembelajar.
adalah 1) meningkatkan kemampuan
Sebagai sebuah prosa pendek, Collie
dan
Slater
menganggap
cerpen
membaca; 2) memahami penggunaan
ungkapan; 3) memadukan keterampilan
merupakan salah satu genre karya sastra
berbahasa,
yang paling tepat untuk digunakan dalam
menyimak sebagai keterampilan pasif,
pembelajaran bahasa (dalam Shanti,
serta menulis dan berbicara sebagai
2012).
empat
keterampilan
dalam
pengetahuan tentang penggunaan bahasa
pembelajaran bahasa, yaitu 1) cerpen
yang lebih alami dalam berbagai situasi
dianggap praktis karena isinya dapat
yang mungkin tidak didapatkan dalam
diselesaikan dalam satu sampai dua tatap
pembelajaran dengan materi non-sastra.
manfaat
Mereka
menemukan
penggunaan
cerpen
muka perkuliahan; 2) cerpen dianggap
misalnya
Penggunaan
aktif;
membaca
4)
dan
mendapatkan
cerpen
dalam
tidak rumit sehingga pembelajar dapat
pembelajaran bahasa haruslah ditujukan
memahami isinya; 3) cerpen memiliki
untuk meningkatkan pemahaman dan
E-ISSN: 2528-5548
92
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
kemampuan
berbahasa
sudah
seiring dengan semakin meningkatnya
dipelajari sebelumnya oleh pembelajar.
rasa bahasa mereka. Teks sastra dipilih
Dengan
berdasarkan level kemampuan berbahasa
demikian,
yang
maka
proses
pembelajaran akan menjadi student-
pembelajar
centered learning. Di sini, pengajar
tersebut
memiliki peran besar dalam membantu
pembelajaran.
pembelajar untuk memahami isi cerpen
Dalam
dan
kepatutan
untuk
isi
teks
digunakan
literature
as
dalam
content,
melalui berbagai kegiatan dalam kelas
penempatan teks sastra sebagai konten
(Shanti, 2012).
utama
pembelajaran
merupakan
pendekatan tradisional yang banyak
digunakan.Fokus pembelajaran terletak
METODE
Menurut
(1993:
23-24),
pendekatan
untuk
berupa
dalam
zamannya, latar sosial, budaya, genre
a
sastra, dan lain-lain.Teks sastra dipilih
language-based approach; 2) literature
berdasarkan kedudukan teks tersebut
as content; dan 3) literature for personal
sebagai bagian dari sastra kanon atau
enrichment.
tradisi.
terdapat
Lazar
tiga
menggunakan
teks
pembelajaran
bahasa,
sastra
yaitu
1)
Dalam a language-based approach,
Lazar
mengasumsikan
bahwa
pada konten teks tersebut yang dapat
ciri-ciri
sesuai
dalam
literature
enrichment,
teks
Terakhir,
personal
kesusastraan
for
sastra
pembelajaran bahasa yang ada dalam
merupakan
teks sastra akan semakin mempererat
untuk
integrasi silabus pembelajaran bahasa
pengalaman,
dan silabus pembelajaran sastra. Analisis
pribadi pembelajar.selain itu, teks sastra
detil terhadap bahasa yang digunakan
juga dapat membantu pembelajar bahasa
dalam teks sastra akan meningkatkan
untuk
kemampuan
emosional.
interpretatif
pembelajar,
E-ISSN: 2528-5548
93
sarana
yang
membantu
aktif
bermanfaat
mengungkapkan
perasaan,
dan
gagasan
secara
intelektual
Teks
sastra
dan
dipilih
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
berdasarkan kesesuaiannya dengan minat
dan penentuan metode pembelajaran
pembelajar. Materi umumnya bersifat
akan
tematik yang kadangkala dipasangkan
mendukung.
dengan materi non sastra yang memiliki
tema sejenis.
lebih
terarah
dan
saling
2. Memilih cerpen yang tepat bagi
pembelajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka
Memilih cerpen bagi pembelajar
dalam tulisan ini penggunaan karya
bahasa asing perlu memperhatikan
sastra
beberapa
dalam
pembelajaran
bahasa
faktor
selain
tujuan
Jepang dibatasi hanya pada a language-
pembelajaran,
yaitu
kesesuaian
based approach, karena tujuan tulisan
dengan
kuliah
dan
ini
pembelajar.
adalah
pemanfaatan
untuk
karya
pembelajaran
Pembelajaran
meningkatkan
sastra
bahasa
bahasa
dalam
Jepang.
Jepang
yang
mata
level
3. Menentukan metode pembelajaran.
Penentuan
metode
harus disesuaikan
pembelajaran
dengan
tujuan
dimaksud di sini dibatasi hanya pada
pembelajaran. Metode
kelas
diintegrasikan
digunakan antara lain small group
dengan kelas menulis. Karya sastra yang
discussion, focus group discussion,
digunakan pun dibatasi hanya pada
dan lain-lain.
membaca
yang
cerpen.
yang bisa
4. Melakukan proses pembelajaran.
Langkah-langkah
yang
telah
Penjelasan rinci tentang langkah-
dilakukan dalam pemanfaatan cerpen
langkah
dalam
diberikan dalam bab berikutnya.
pembelajaran
bahasa
Jepang
tersebut
di
atas
akan
adalah seperti yang dijelaskan berikut
ini.
Instrumen Penelitian
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
Cerpen
yang
digunakan
ehon
dalam
Dengan tujuan pembelajaran yang
tulisan
jelas, maka pemilihan karya sastra
Chuumon no Ooi Ryouriten
E-ISSN: 2528-5548
94
ini
adalah
berjudul
karya
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
Miyazawa Kenji yang bercerita tentang
tugas yang diberikan oleh pengajar.
berbagai hal aneh yang dialami dua
Sebagai catatan, pembelajar sebelumnya
pemuda saat mereka berburu di hutan.
hanya mendapat informasi tentang akan
Cerpen ini memiliki tingkat kesulitan
digunakannya satu karya sastra sebagai
setara dengan level N4. Mata kuliah
variasi materi dalam pembelajaran, tanpa
yang menggunakan cerpen ini adalah
mengetahui judul cerpen dan apa saja
Dokkai semester IV yang diintegrasikan
yang akan dilakukan dalam kelas.
dengan mata kuliah Sakubun semester
IV.
Level
mahasiswa
pembelajarnya
semester
empat
adalah
yang
diasumsikan sudah menguasai buku
Small Group Discussion Dalam Kelas
Membaca dan Hasilnya
Pertama-tama,
pembelajar
Minna no Nihongo Shokyuu II dan mulai
dikelompokkan dalam grup-grup kecil
mempelajari Chuukyuu I.
beranggotakan
kelompok
5-6
orang.
ditentukan
Anggota
sendiri
oleh
pembelajar. Kemudian, kepada tiap grup
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan pembelajaran bahasa dalam
dibagikan fotokopi cerpen Chuumon no
tulisan ini adalah untuk mengetahui
Ooi Ryouriten karya Miyazawa Kenji,
sejauh
yang
mana
mahasiswa
mampu
sudah
dihilangkan
nomor
berkomunikasi secara tertulis dan lisan
halamannya dan diacak urutannya, untuk
melalui sebuah karya sastra yang harus
diurutkan oleh pembelajar. Setelah itu,
didiskusikan isinya dalam grup kecil.
pembelajar diminta untuk menceritakan
Dengan tujuan pembelajaran ini, maka
ulang isi cerpen tersebut dengan bahasa
metode pembelajaran yang digunakan
mereka sendiri.
adalah
small
group
discussion.
Secara
ringkas,
Pembelajar dibagi ke dalam grup-grup
yang
kecil yang beranggotakan 5-6 orang
pembelajaran di kelas adalah seperti
untuk mendiskusikan dan menyelesaikan
pada tabel berikut.
E-ISSN: 2528-5548
95
dilakukan
langkah-langkah
dalam
proses
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
Tabel 1.
Aktifitas SGD Dalam Kelas Membaca
Yang Melakukan
Pembelajar
Pengajar
Yang Dilakukan
Membentuk kelompok
Menentukan bagian dari cerpen bagi tiap anggota kelompok untuk dipahami
Mendiskusikan bagian cerpen masing-masing
Mengurutkan bagian-bagian cerpen yang diacak
Mempresentasikan isi cerpen dengan kalimat sendiri (menceritakan ulang)
Menentukan materi bacaan berupa cerpen berjudul Chuumon no Ooi Ryouriten
Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan dengan cerpen tersebut
Menjelaskan aturan diskusi dan presentasi
Small Group Discussion Dalam Kelas
pembelajar ini sudah melakukannya di
kelas Dokkai. Hal ini merupakan wujud
Menulis dan Hasilnya
Hampir sama dengan kelas Dokkai,
dari integrasi antara kelas membaca dan
dalam kelas Sakubun ini pembelajar
kelas menulis. Sebagai catatan, kedua
juga dibagi ke dalam beberapa grup
kelas ini dilakukan dalam minggu yang
kecil, yang anggotanya sama dengan
sama tetapi berbeda hari.
anggota kelompok dalam kelas Dokkai.
Secara
ringkas,
dilakukan
langkah-langkah
Bedanya, kelas Sakubun tidak perlu
yang
dalam
mengurutkan isi cerpen yang diacak
pembelajaran di kelas adalah seperti
susunannya lagi, karena para
pada tabel berikut.
Tabel 2.
Aktifitas SGD Dalam Kelas Menulis
Yang Melakukan
Pembelajar
Pengajar
Yang Dilakukan
Membentuk kelompok yang sama dengan anggota kelompok di kelas Dokkai
Mendiskusikan isi cerpen secara garis besar tanpa membaca teks cerpen
Menulis ulang isi cerpen dengan kalimat sendiri
Menentukan materi bacaan berupa cerpen berjudul Chuumon no Ooi Ryouriten
Menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan
E-ISSN: 2528-5548
96
proses
JAPANEDU: Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Bahasa Jepang
Vol. 2, No. 2, Desember 2017, pp. 87-98
Pada saat menulis ulang isi cerpen
pentingnya
pendampingan
mungkin
dengan kalimat sendiri, pembelajar
sudah pernah membaca atau melihat
diperbolehkan
atau mengalami suatu peristiwa yang
bekerjasama
dengan
anggota kelompoknya sebatas untuk
sifatnya
memastikan isi cerita. Namun, karena
menyarankan hal tersebut.
traumatis,
sehingga
penulisan ulang cerpen ini merupakan
tugas individu, maka dapat dipastikan
bahwa kalimat-kalimat yang dihasilkan
bagian
akhir
karangan,
pembelajar diminta untuk menuliskan
tanggapan mereka terhadap cerpen ini.
Hampir sama dengan kelas Dokkai, para
pembelajar
di
sini
banyak
yang
menekankan perlunya pendampingan
dari orangtua atau orang yang lebih
dewasa untuk memberikan suasana
riang bagi anak kecil yang membaca
cerpen ini. Meskipun demikian, ada
juga pembelajar
yang menganggap
pendampingan itu tidak diperlukan,
mengingat anak-anak pada umumnya
belum pernah membaca atau melihat
atau mengalami suatu peristiwa yang
sifatnya traumatis. Jika dilihat dari
sudut pandang yang berlawanan, maka
pembelajar
Dari hasil yang didapatkan dalam
pembelajaran bahasa Jepang dengan
berbeda.
Pada
SIMPULAN DAN SARAN
yang
menekankan
menggunakan
karya
sastra
sebagai
variasi materi, dapat diketahui bahwa
banyak manfaat yang bisa didapatkan
oleh
pembelajar.
tersebut
antara
Manfaat-manfaat
lain
meningkatnya
penguasaan pembelajar terhadap bahasa
Jepang. Hal ini terlihat dari lebih
mengalir dan naturalnya tulisan mereka
saat diminta menuliskan ulang cerpen
Chuumon no Ooi Ryouriten dengan
kalimat mereka sendiri. Selain itu,
membaca
sebagai
keterampilan
berbahasa yang pasif dan menulis
sebagai keterampilan berbahasa yang
aktif dapat dipadukan dengan baik
dalam pembelajaran ini. Hal ini terlihat
dari lebih lancarnya pembelajar dalam
menuliskan
E-ISSN: 2528-5548
97
ulang
cerpen
ini
dan
Fajria Noviana, Sastra dan Pembelajaran Bahasa Jepang
mengungkapkan
tanggapan
terhadap
[2]
cerpen ini secara tertulis.
Melihat banyaknya manfaat yang
bisa didapatkan dari penggunaan karya
sastra sebagai
materi
pembelajaran
bahasa asing sebagai second language,
[3]
maka alangkah baiknya jika hal ini terus
dilakukan dan bahkan dikembangkan.
Penggunaannya
dalam
pembelajaran
[4]
bahasa pun tidak terbatas hanya pada
mata kuliah membaca dan menulis,
tetapi juga bisa digunakan dalam mata
[5]
kuliah menyimak dan berbicara.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih ini ditujukan
[6]
kepada para mahasiswa kelas Dokkai
dan Sakubun semester IV pada Program
Studi
Sastra
Jepang
Universitas
[7]
Diponegoro, yang telah menjadi subjek
dalam penelitian ini.
PUSTAKA RUJUKAN
[1]
Chen,
Mei-Ling.
(2014).
Teaching English as Foreign
Language Through Literature,
Theory
and
Practice
in
Language Studies, Vol. 4, No. 2,
E-ISSN: 2528-5548
98
p. 232-236
Iida, Atsushi. (2013). Critical
Review of Literary Reading and
Writing in a Second Language,
The Journal of Literature in
Language Teaching, Vol. 2 May
2013, p. 5-10
Keshavarzi, Abdollah. (2012).
Use of Literature in Teaching
English, Procedia - Social and
Behavioral Sciences 46, p. 554559
Lazar,
Gillian.
(1993).
Literature
and
Language
Teaching, Cambridge University
Press
Rygiel, Lota I. (2016). Learning
through Reading: A Handbook
of Literature-based Lessons for
ESL, Master's Projects. Paper
320
Santhi, T.K. (2012). Teaching
Language Through Literature,
Journal
of
English
and
Literature, Vol. 2 Issue 2, p.1621
Tehan, Patricia & Yuksel,
Dogan & Inan, Banu. (2015).
The Place of Literature in an
English Language Teaching
Program, The Reading Matrix,
Vol. 2 No. 12, p.45-5