BAB I PENDAHULUAN - Analisis Karakteristik Psikometri pada Culture Fair Intelligence Test (CFIT) Skala 3B

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang berperan untuk

  mempelajari perilaku manusia. Untuk mempelajari perilaku manusia ini, para ahli psikologi melakukan berbagai macam pengukuran terhadap perilaku manusia tersebut, atau dengan kata lain dilakukan tes psikologi. Dibanding dengan negara- negara maju di Eropa maupun Amerika Serikat, ilmu Psikologi termasuk cabang ilmu yang baru di Indonesia tetapi tes psikologi sudah sangat umum dan sering digunakan untuk berbagai tujuan dalam berbagai bidang di Indonesia, khususnya bidang pendidikan dan pekerjaan.

  Jika dilihat dari bagaimana perkembangan dunia pendidikan dan dunia kerja sekarang ini, tes psikologi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk melihat apakah seseorang sesuai untuk pendidikan tertentu atau jenis pekerjaan tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk menentukan seorang siswa masuk ke jurusan tertentu, misalnya jurusan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial pada tingkat SMA. Sedangkan di bidang pekerjaan, tes psikologi digunakan untuk mengetahui kemampuan seseorang dan menentukan apakah seseorang sesuai dengan suatu posisi pekerjaan tertentu.

  Urbina (2004) mengatakan bahwa ada tiga kategori tujuan penggunaan tes psikologi, yaitu pembuatan keputusan, penelitian psikologi, dan pemahaman dan pengembangan diri. Selain penggunaan tes psikologi untuk tujuan tertentu di bidang pendidikan dan pekerjaan, masyarakat juga menggunakan tes psikologi untuk mengetahui kondisi psikologis dan pengembangan diri mereka. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyak dan semakin berkembangnya biro-biro Psikologi di kota-kota besar di Indonesia yang menunjukkan bahwa masyarakat modern mulai peduli dengan kondisi psikologis mereka, misalnya bagaimana kepribadian mereka dan bagaimana kemampuan mereka dalam hal inteligensi. Banyaknya biro-biro psikologi ini juga bisa menunjukkan bahwa, selain minat masyarakat untuk mengetahui kondisi psikologis mereka, masyarakat juga sepertinya mulai mempercayai biro-biro tersebut untuk mengukur aspek-aspek psikologis masyarakat tersebut.

  Menurut Anastasi dan Urbina (2006), tes psikologi merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel dari suatu perilaku tertentu. Ada banyak jenis tes psikologi sehingga fungsi dan tujuannya pun berbeda-beda. Menurut Kaplan dan Saccuzo (2005), ada dua jenis tes psikologi, yaitu tes kepribadian (personality test) dan tes kemampuan (ablility test) Tes inteligensi adalah salah satu tes kemampuan yang sering dan umum digunakan.

  Tes inteligensi merupakan tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognisi atau inteligensi pada individu yang terlihat dari perilaku- perilaku yang ditunjukkan (Anastasi dan Urbina, 2006). Oleh karena kegunaan tes inteligensi untuk mengukur hal-hal tersebut, banyak pihak maupun institusi seperti sekolah dan perusahaan yang menggunakan tes inteligensi untuk memilih orang yang tepat untuk jurusan yang tepat di jurusan pendidikan tertentu maupun untuk posisi yang tepat dalam pekerjaan. Pihak maupun institusi tersebut menggunakan tes inteligensi ini supaya orang-orang yang telah dipilih tersebut menunjukkan performansi yang diharapkan dalam menjalani pendidikan maupun pekerjaan.

  Ada terdapat banyak jenis-jenis tes inteligensi yang digunakan dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja. Salah satu tes inteligensi yang umum dan sering digunakan adalah Culture Fair Intelligence Test (selanjutnya akan disebut CFIT). Culture Fair Intelligence Test adalah pengukuran nonverbal terhadap fluid

  

intelligence yang diciptakan oleh Raymond B. Cattel. Tujuan dari CFIT adalah

  untuk mengukur fluid intelligence (kemampuan analisis dalam situasi abstrak) dalam pola yang sebebas mungkin dari pengaruh budaya (Gregory, 2000). Culture

  

Fair Intelligence Test dirancang untuk memberikan sebuah estimasi kecerdasan

  yang relatif bebas dari pengaruh bahasa dan budaya (Kaplan & Saccuzo, 2005) Awalnya tes ini dinamakan Culture Free Intelligence Test. Nama tes ini berubah setelah diketahui bahwa pengaruh budaya tidak bisa dihilangkan seutuhnya dari tes inteligensi (Gregory, 2000). Salah satu tujuan instrument CFIT ini adalah untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh yang tidak relevan dari pembelajaran budaya dan sosial sehingga dihasilkan pemisahan yang lebih bersih terhadap kemampuan alami dari pembelajaran yang spesifik (IPAT dalam Gregory, 2000). Untuk di Indonesia sendiri, CFIT diadopsi dan dikembangkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 1975. Cattel merancang CFIT untuk mengurangi pengaruh budaya, perbedaan kecakapan verbal, dan perbedaan tingkat pendidikan. CFIT dirancang untuk bebas dari bias budaya dan cocok dipakai oleh beragam populasi, termasuk peserta tes yang tidak dapat berbicara dalam bahasa Inggris (Lynn dkk, dalam “Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013), maka CFIT dapat digunakan di Indonesia tanpa adanya perubahan atau adaptasi terhadap aitem-aitemnya (“Buku Petunjuk Penggunaan CFIT”, 2013).

  Tes inteligensi yang sudah sering digunakan umumnya akan lebih dikenali oleh masyarakat luas. Oleh karena tes inteligensi ini, termasuk CFIT, sudah sangat sering digunakan, maka orang-orang yang pernah mengikuti tes inteligensi ini akan memiliki pengalaman untuk menghadapi tes yang sama di masa depan, dengan kata lain ada proses belajar yang dialami oleh peserta sehingga ini dapat menimbulkan bias pada hasil tes inteligensi tersebut. Hal ini berakibat banyaknya pihak-pihak yang berniat untuk memudahkan orang lain untuk menjalani tes inteligensi tersebut. Mereka banyak membuat bocoran-bocoran tentang bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan tes tersebut. Ini dapat kita lihat dari banyaknya tulisan-tulisan di internet yang membahas tentang tes inteligensi termasuk bagaimana cara menjalani tes tersebut dan bagaimana penilaiannya. Jika terdapat banyak individu yang mengikuti tes ini telah mengetahui jawaban yang benar dalam tes ini maka hal ini bisa berakibat pada tingginya indeks kesukaran aitem yang disebabkan oleh banyaknya individu yang menjawab benar pada aitem-aitem tersebut dan dapat mengacaukan daya diskriminasi aitem. Dengan munculnya indeks kesukaran yang tinggi ini dapat mengganggu reliabilitas alat tes tersebut. Tidak terlewatkan juga CFIT termasuk salah satu tes yang sudah bocor tersebut, bahkan ada beberapa situs yang melayani penjualan alat tes beserta kunci jawaban CFIT, seperti yang ditemukan oleh peneliti sendiri.

  Seberapa baik proses seleksi yang menggunakan tes psikologi bergantung pada kualitas alat tes psikologi itu sendiri. Ini merupakan hal yang sangat penting karena hasil dari tes tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan tentang bagaimana kemampuan seseorang. Menurut Azwar (1999), ketepatan interpretasi tes sangat bergantung pada dua karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap tes, yaitu reliabilitas dan validitas. Hasil pengukuran yang tidak konsisten tidak dapat dipercaya dan apabila digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan maka keputusan tersebut tidak akan dapat diandalkan. Menurut Azwar (2005), suatu alat tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran, sedangkan tes dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika skor-tampak tes tersebut berkorelasi tinggi dengan skor skor-murninya sendiri, atau dapat pula diartikan sebagai seberapa tingginya korelasi antara skor-tampak pada dua tes yang paralel. Menurut Kaplan dan Saccuzo (2005), tes psikologi merupakan sejumlah aitem yang disusun untuk mengukur karakteristik manusia yang berhubungan dengan perilaku. Aitem-aitem tersebut dirancang sedemikian rupa berbentuk pertanyaan maupun pernyataan mengenai suatu hal yang akan diukur atau diungkap. Dari sini bisa dilihat bahwa kualitas dari suatu alat tes ditentukan oleh kualitas aitem-aitem yang digunakan dalam alat tes tersebut.

  Sebagai salah satu alat tes psikologi yang mengukur inteligensi, CFIT termasuk sering digunakan oleh institusi-institusi Psikologi di Indonesia.

  Khususnya di daerah kota Medan, Sumatera Utara, terdapat beberapa institusi psikologi maupun perusahaan yang menggunakan CFIT sebagai salah satu alat tes inteligensi. Salah satu institusi tersebut adalah Unit Pelayanan Pusat Pelayanan Psikologi pada Masyarakat (selanjutnya akan disebut P3M) Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini terbatas hanya dilakukan di P3M

  Fakultas psikologi Universitas Sumatera Utara karena adanya keterbatasan aksesibilitas dan hal-hal terkait konfidensialitas dari institusi-institusi psikologi yang lain. CFIT termasuk salah satu alat tes psikologi yang sudah sangat lama tetapi masih sering digunakan di institusi P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Bentuk CFIT yang paling sering digunakan adalah skala 3B, ini terlihat dari banyaknya lembar jawaban CFIT skala 3B yang telah digunakan dalam beberapa proses seleksi masuk kerja yang diselenggarakan oleh P3M bekerjasama dengan beberapa institusi atau perusahaan tertentu. Melihat permasalahan ini, mungkin kita akan mempertanyakan bagaimana sebenarnya kondisi kualitas CFIT tersebut, tetapi pengujian atau evaluasi (analisis karakteristik psikometri) yang dilakukan terhadap alat tes ini masih sedikit dan terbatas di Indonesia. Untuk di Unit P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sendiri bahkan belum pernah dilakukan evaluasi terhadap alat tes CFIT ini, padahal alat tes psikologi ini masih sering digunakan di Fakultas Psikologi USU.

  Jika dilihat dari penggunaan hasil tes psikologi, khususnya tes inteligensi, yang sangat luas di institusi-institusi seperti sekolah dan perusahaan, sangatlah penting untuk tetap menggunakan alat tes yang tepat dan benar-benar berkualitas, yaitu alat tes yang sesuai dengan fungsinya dan hasilnya dapat dipercaya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil-hasil yang valid dan reliabel dari suatu tes psikologi, perlu diadakan evaluasi secara rutin terhadap tes tersebut mengingat adanya kemungkinan pergeseran maupun perubahan budaya dan perkembangan informasi yang pesat yang dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas alat tes psikologi tersebut, dalam hal ini CFIT.

  Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan analisis karakteristik psikometri pada alat tes CFIT. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah CFIT ini masih standard, berkualitas, dan tepat untuk digunakan di masyarakat, sehingga dalam setiap penggunaanya kita mendapatkan hasil yang benar-benar sesuai dengan tujuan dari disusunnya alat tes ini dan dapat dipercaya.

  B.Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan dengan CFIT yaitu:

  1. CFIT masih sering digunakan sebagai tes inteligensi oleh P3M Fakultas Psikologi USU dan belum pernah dievaluasi secara psikometri oleh P3M Fakultas psikologi USU.

  2. CFIT juga telah mulai bocor ke publik sehingga tidak jarang individu mendapatkan skor CFIT yang mungkin lebih tinggi dari yang sebenarnya.

C. Rumusan Masalah

  Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besarkah indeks kesukaran aitem dan indeks diskriminasi aitem pada

  CFIT? 2. Bagaimana kondisi nilai indeks reliabilitas pada CFIT? 3. Bagaimana kondisi nilai indeks validitas konstrak pada CFIT? 4.

  Berdasarkan hasil analisis karakteristik psikometri, apakah CFIT masih tepat digunakan sebagai tes inteligensi?

  D. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi kualitas dan ketepatan CFIT skala 3B, apakah CFIT skala 3B masih berfungsi sesuai dengan tujuan CFIT disusun berdasarkan kondisi karakteristik psikometri yang dimiliki.

  E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat keilmuan dalam bidang psikologi mengenai karakteristik psikometri pada CFIT sehingga dapat memberikan informasi apakah CFIT masih berfungsi sesuai dengan tujuan aitem- aitem pada subtes-subtes tersebut disusun.

  2. Manfaat Praktis

  a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para akademisi psikometri untuk merevisi CFIT di masa yang akan datang.

  b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para praktisi psikologi dalam menggunakan CFIT sebagai alat pengukur inteligensi dan pengambilan keputusan.