BAB5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

  BAB

5 KERANGKA STRATEGI PEMBIAYAAN

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

5.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

  APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan daftar yang memuat rencana seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam rangka mencapai tujuanya yang biasanya disusun untuk tahun anggaran. Manfaat dilakukannya analisis terhadap dokumen APBN adalah untuk mengetahui model penerimaan dan pembiayaan keuangan Negara, khususnya yang berkaitan dengan anggaran transfer ke daerah dari tahun ke tahun.

5.1.1 Penerimaa Negara Penerimaan APBN berasal dari sektor-sektor penerimaan dalam negeri dan hibah.

  Sektor penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan sector penerimaan pajak dapat diuraikan yaitu pajak dalam negeri yang terdiri dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya. Selanjutnya penerimaan pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk dan pajak eksport. Selanjutnya sektor penerimaan bukan pajak terdiri dari penerimaan sumber daya alam (SDA), bagian laba BUMN, Penerimaan bukan pajak lainnya, dan pendapatan badan layanan umum.

  Berikut ini merupakan uraian penerimaan APBN dari tahun 2011-2015, dapat dilihat pada keterangan tabel dibawah ini.

  V-2 RPIJM Kabupaten Temanggung | 03

  Tabel V. 1 Uraian Penerimaan APBN Tahun 2011-2015 (Dalam Milyar Rupiah)

  Penerimaan APBN Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

I. Penerimaan Dalam Negeri 1,205,346.00 1,332,322.90 1,432,058.60 1,545,456.30 1,758,330.90

  Penerimaan Perpajakan 873,874.00 980,518.10 1,077,306.70 1,146,865.80 1,489,255.50 Pajak Dalam Negeri 819,752.00 930,861.80 1,029,850.00 1,103,217.60 1,439,998.60 Pajak Penghasilan 431,122.00 465,069.60 506,442.80 546,180.90 679,370.10

  Pajak Pertambahan Nilai 277,800.00 337,584.60 384,713.50 409,181.60 576,469.20 Pajak Bumi dan Bangunan 29,893.00 28,968.90 25,304.60 23,476.20 26,689.90 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan -1 Cukai

  77,010.00 95,027.90 108,452.00 118,085.50 145,739.90 Pajak Lainnya 3,928.00 4,210.90 4,937.10 6,293.40 11,729.50 Pajak Perdagangan Internasional 54,122.00 49,656.30 47,456.60 43,648.10 49,256.90 Bea Masuk 25,266.00 28,418.40 31,621.30 32,319.10 37,203.90

  Pajak Ekspor 28,856.00 21,237.90 15,835.40 11,329.00 12,053.00 Penerimaan Bukan Pajak 331,472.00 351,804.70 354,751.90 398,590.50 269,075.40 Penerimaan Sumber Daya Alam 213,823.00 225,844.00 226,406.20 240,848.30 118,919.10

  Bagian laba BUMN 28,184.00 30,798.00 34,025.60 40,314.40 36,956.50 Penerimaan Bukan Pajak Lainnya 69,361.00 73,458.50 69,671.90 87,746.80 90,109.60 Pendapatan Badan Layanan Umum 20,104.00 21,704.30 24,648.20 29,681.00 23,090.20

II. Hibah

  5,253.90 5,786.70 6,832.50 5,034.50 3,311.90 Jumlah 1,210,599.70 1,338,109.60 1,438,891.10 1,550,490.80 1,761,642.80

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

  Berdasarkan uraian tabel penerimaan APBN Indonesia dari tahun 2011

  • – 2015 maka dapat diketahui trend pertumbuhan pendapatan Negara dari tahun 2011
  • – 2015. Pada keterangan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan sektor penerimaan APBN tahun 2011- 2015 mengalami kondisi fluktuatif. Pada tahun 2011 sektor penerimaan Negara sebesar 22%, namun mengalami penurunan sampai tahun 2014 hingga 8 %, kemudian naik kembali sebesar 6 point hingga mencapai kenaikan 14% pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik pertumbuhan penerimaan Negara dibawah ini.

  25% 22%

  20% 15% 14% 11%

  10% 8% 8%

  5% 0% 2011 2012 2013 2014 2015

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil olahan)

Gambar 5. 1

Grafik Pertumbuhan Penerimaan APBN Tahun 2015

  Sektor yang memberikan kontribusi terbesar ke Negara dalam aspek penerimaan APBN Indonesia pada tahun 2015 adalah Penerimaan dalam negeri yang mencapai angka 99,8% dan sisanya adalah hasil dari hibah. Penerimaan dalam negeri APBN terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan non pajak. Untuk lebih jelasnya kontribusi sektor penerimaan APBN tahun 2015 dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.

  

Kontribusi Sektor Penerimaan APBN Tahun 2015

0.2%

  99.8% Penerimaan Dalam Negeri Hibah

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (Hasil Olahan)

Gambar 5. 2

Grafik Prosentase Penerimaan APBN Tahun 2015

5.1.2 Belanja Negara

  Selain menjelaskan mengenai anggaran pendapatan Negara, didalam dokumen APBN juga menjelaskan mengenai anggaran belanja Negara mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Dapat dijelaskan bahwa jenis pengeluaran pemerintah terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah. Uraian mengenai belanja pemerintah pusat terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan social, dan belanja lain-lain. Sedangkan terkait dengan pengeluaran transfer ke daerah, dapat dijelaskan terdiri dari dana perimbangan (dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK)), dan dana otonomi khusus dan penyesuaian. Untuk lebih jelasnya mengenai uraian belanja APBN Indonesia tahun 2011-2014 dapat dijelaskan pada keterangan tabel dibawah ini.

  

Tabel V. 2

Uraian Belanja APBN Indonesia Tahun 2011-2014

(Dalam Miliyar Rupiah)

  Jenis Pengeluaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

I. Belanja Pemerintah Pusat 883 ,722 1.,010, 558 1 ,196 ,828 1 ,230 ,304

  Belanja Pegawai 175 ,738 197, 864 232 ,979 276, 678 Belanja Barang 124 ,640 140, 885 206 ,507 203, 654 Belanja Modal 117 ,855 145, 104 192 ,600 205, 843 Pembayaran Bunga Utang 93 ,262 100, 516 112 ,518 119, 533

  Jenis Pengeluaran Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

  Utang Dalam Negeri 66 ,825 70, 211 96 ,759 107, 687 Utang Luar Negeri 26 ,437 30, 305 15 ,759 11, 846

  Subsidi 295 ,358 346, 420 348 ,119 336, 242 Energi 255 ,609 306, 478 299 ,830 284, 660 Non Energi 39 ,749 39, 942 48 ,289 51, 582

  Belanja Hibah 300 75 2 ,346 3, 543 Bantuan Sosial 71 ,104 75, 621 82 ,488 55, 865 Belanja Lain-lain 5 ,465 4, 073 19 ,271 28, 946

II. Transfer ke Daerah 411 ,325 480, 645 529 ,363 586, 431

  Dana Perimbangan 347 ,246 411, 293 445 ,531 481, 802 Dana Bagi Hasil 96 ,909 111, 537 102 ,695 107, 393 Dana Alokasi Umum 225 ,534 273, 814 311 ,139 341, 409 Dana Alokasi Khusus 24 ,803 25, 942 31 ,697 33, 000

  Dana Otonomi Khusus dan 64 ,079 69, 352 83 ,832 104, 629 Penyesuaian

III. Suspen - 48 207

  Jumlah 1 ,294 ,999 1 ,491, 410 1 ,726 ,191 1 ,816, 735

  Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016

  Berdasarkan keterangan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, belanja APBN dari tahun 2011-2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2011, belanja negara sebesar 24% kemudian terus menurun sampai 5% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penerimaan negara untuk biaya belanja negara mengecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini.

  

PERTUMBUHAN BELANJA APBN TAHUN

2011-2014

24% 19% 16% 5%

  

2011 2012 2013 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)

  

Gambar 5. 3

Grafik Pertumbuhan Belanja APBN Tahun 2011-2014 Selanjutnya berdasarkan grafik pertumbuhan belanja negara, terlihat bahwa terjadi

  penurunan hingga 5 % pada tahun 2015. Belanja negara yang paling besar berada pada sektor belanja pemerintah pusat yaitu sebesar 68% sedangkan sebanyak 32% adalah transfer ke daerah. Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai, belanja modal,belanja barang, pembayaran bunga utang baik luar negeri maupun dalam negeri, subsidi, belanja hibah, belanja sosial dan belanja lain-lain. Terkait dengan kontribusi belanja Negara dapat dilihat pada keterangan gambar dibawah ini.

  

Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014

32% 68%

  Belanja Pemerintah Pusat Transfer ke daerah Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 (hasil Olahan)

  

Gambar 5. 4

Kontribusi Belanja APBN Tahun 2014

  

5.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN

TEMANGGUNG

5.2.1 Pendapatan Daerah

  Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diaksi sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu.

  Pendapatan daerah berasal dari tiga sumber, yaitu dari dana perimbangan pusat dan dearah, juga yang berasal dari daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain

  • – lain pendapatan yang sah.

  

Tabel V. 3

Uraian Penerimaan APBD Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2015

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 tahun 2014 tahun 2015 Uraian Dalam Jutaan Rupiah

  Pendapatan 723,104 935,615 991,507 1,094,286 1,313,200 PAD 58,339 66,429 84,226 98,996 152,161 Pajak daerah 6,903 11,661 24,544 23,867 26,805 Retribusi daerah 35,487 11,490 13,654 24,846 12,463 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 6,200 7,390 9,057 9,640 12,636 dipisahkan Lain-lain PAD yang

  9,750 35,888 36,970 40,643 100,257 sah Dana Perimbangan 572,377 705,611 726,063 777,342 843,553 DBH 32,126 34,149 28,233 48,568 50,430 DAU 483,204 584,158 651,172 681,658 731,734 DAK 57,047 87,304 46,658 47,116 61,390 Lain-lain Pendapatan

  92,388 163,575 181,219 217,949 317,486 Daerah yang Sah Hibah 3,000 718 270 616 616 Dana darurat - - Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan 36,016 34,647 48,003 41,338 48,107 Pemda lainnya Dana penyesuaian

  38,882 107,401 108,696 136,253 183,606 dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau 14,490 20,809 24,250 39,741 48,857 Pemda lainnya

  • Lain-lain

  36,301

  Sumber: Kementrian Keuangan, 2015

  Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan daerah Kabupaten Temangung mengalami fluktuatif dalam kurun waktu 2011-2015. Rata-rata pertumbuhan pertumbuhan per tahun adalah 17%. Tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebesar 17% dari tahun 2010. Dlam kurun waktu 2011-2015, pertumbuhan pendapatan tertinggi berada di tahun 2012 yaitu sebesar 29 % kemudian menurun hingga 10% pada tahun 2014 kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 10 point hingga mencapai 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada keterangan gambar grafik dibawah ini.

  

PERTUMBUHAN SEKTOR PENDAPATAN

APBD KAB. TEMANGGUNG 2011 -2015

29% 20% 17% 10%

  

6%

2011 2012 2013 2014 2015

  Sumber: Kementrian Keuangan,2015, (hasil Olahan)

Gambar 5. 5

Pertumbuhan Penerimaan APBD Kab. Temanggung Tahun 2011-2015

  Proporsi kontribusi pendapatan daerah Kabupaten Temanggung pada tahun 2015, yang terbesar adalah berasal dari dana perimbangan yaitu sebesar 64%. Proporsi kedua disumbangkan oleh lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 24%. Sementara sumbangan pendapatan yang terkecil diberikan oleh PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesra 12%. Angka sumbangan PAD yang kecil ini menunjukkan bahwa pemda Kabupaten Temanggung belum mampu memaksimalkan kegiatan-kegaitan yang menghasilkan pajak dan retribusi. Selain itu, perlu adanya peningkatan kapasitan sumberdaya manusia dalam mengolah sumberdaya alam serta kekayaan daerah yang dapat berupa pengembangan kawasan wisata dan hasil pertanian.

  Prosentase Sektor Penerimaan APBD tahun 2015 PAD

  12% 24% Dana Perimbangan

  64% Lain-lain pendapatan Daerah yang sah

  Sumber: Kementrian Keuangan,2015, diolah

Gambar 5. 6

Prosentase Penerimaan APBD Kab. Temanggung Tahun 2015

5.2.2 Belanja Daerah

  Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah. Urusan pemerintahan meliputi urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah, atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

  

Tabel V. 4

Uraian Belanja APBD Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2015

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Uraian Dalam Jutaan Rupiah

  Belanja 874,427 1,102,507 1,181,309 1,457,620

  726,783

  Belanja Tidak 607,776 724,389 749,850 899,847

  559,134

  Langsung Belanja Pegawai 523,779 589,998 633,951 711,534

  460,359

  • Belanja Bunga

  1,380 2,000 4,000

  • Belanja Subsidi

  Belanja Hibah 35,515 31,188 57,244 49,199 51,114

  Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Uraian Dalam Jutaan Rupiah

  Belanja Bantuan 7,012 23,309 18,090 13,073

  17,331

  sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota 4,918 4,254 4,504 4,016

  4,404

  dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd

  40,628 47,953 41,605 115,610

  41,275

  Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja tidak terduga 250 250 500 500

  250

  Belanja Langsung 167,649 266,651 378,118 431,459 557,773 Belanja Pegawai 69,519 35,481 38,423 40,872

  24,647

  Belanja Barang dan

  69,932 102,139 138,007 150,124 211,211

  jasa Belanja Modal 73,070 94,994 204,630 242,912 305,691

  Sumber: Kementrian Keuangan 2015 PERTUMBUHAN SEKTOR BELANJA APBD KAB.TEMANGGUNG TAHUN 2011-20115 26% 23% 20% 12% 7%

  2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Kementrian Keuangan,2015, diolah

  

Gambar 5. 7

Pertumbuhan Belanja APBD Kab. Temanggung Tahun 2011-2015

  Prosentase Belanja APBD Tahun 2015 38% Belanja Tidak Langsung

  62% Belanja Langsung

  Sumber: Kementrian Keuangan,2015, diolah

Gambar 5. 8

Prosentase Belanja APBD Kab. Temanggung Tahun 2015

  Dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2011-2015, pertumbuhan belanja APBD Kabupaten Temanggung yang paling tinggi berada pada tahun 2013 yaitu sebesar 26%. Pertumbuhan belanja pada tahun 2014 mengalami penurunan hingga 7% dari tahun 2013 kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan kembali hingga mencapai 23%. Kontribusi terbesar dalam belanja APBD Kabupaten Temanggung tahun 2015 adalah belanja tidak langsung. Belanja pegawai merupakan bagian dari belanja tidak langsung dan proporsinya paling besar diantara anggaran belanja tidak langsung lainnya seperti belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial , belanjabagi hasil dan belanja tidak terduga. Pada tahun 2015, proporsi belanja tidak langsung di Kabupaten Temanggung mencapai 62%. Sedangkan belanja langsung sebesar 38%.

5.2.3 Pembiayaan Daerah

  Struktur pembiayaan daerah yang terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan memungkinkan terjadinya anggaran defisit atau surplus. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyebutkan apabila anggaran di perkirakan defisit, maka daerah harus menetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dan demikian sebaliknya apabila anggaran diperkirakan surplus, maka daerah harus menetapkan penggunaaan surplus tersebut.

  

Tabel V. 5

Uraian Pembiayaan APBD Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2015

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 tahun 2014 tahun 2015 Uraian Dalam Jutaan Rupiah

  

Pembiayaan Netto 9,050 (4,600) 111,000 87,022 144,420

Penerimaan Pembiayaan 20,000 10,000 116,000 95,522 193,420

SiLPA TA sebelumnya 20,000 10,000 13,328 15,022 103,489

Pencairan dana cadangan - 12,500 40,000

Hasil Penjualan Kekayaan 90,172 - Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman

  76,500 - 45,931 Daerah dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali

  • - 4,000 4,000 -

    Pemberian Pinjaman

    Pengeluaran Pembiayaan 10,950 14,600 5,000 8,500 49,000

    Pembentukan Dana 5,000 7,500 Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) 2,450 2,950 1,000 4,500 5,000 Daerah
  • Pembayaran Pokok Utang

  40,000

  • - Pemberian Pinjaman Daerah -

    Pembayaran Kegiatan

    - -

    Lanjutan Pengeluaran Perhitungan 3,500 4,150 4,000 4,000 4,000 Pihak Ketiga

  Sumber: Kementerian Keuangan,2015

Tabel V. 6

Surplus/Defisit, Pembiayaan Netto, SILPA, dan SiLPA

  

Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2015

SiLPA TA Surplus/Defisit Pembiayaan Netto SILPA (jutaan Tahun

  Sebelumnya (jutaan Rupiah) (jutaan Rupiah) Rupiah) (jutaan rupiah) 2011 (3,679) 9,050 5,371 20,000 2012 61,188 (4,600) 56,588 10,000 2013 (111,000) 111,000 13,328 2014 (87,022) 87,022 15,022 2015 (144,420) 144,420 103,489

  Sumber: Kementerian Keuangan,2015,diolah

  Berdasarkan data yang diolah pada tahun 2011-2015 cenderung mengalami defisit dimana jumlah belanja daerah lebih besar dari pendapatan, hanya tahun 2012 yang mengalami surplus atau penerimaan daerah lebih besar dari pendapatan daerah. Defisit yang paling tinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 111,000 juta rupiah. Sedangkan yang paling kecil terjadi pada tahun 2011 sebesar 3,679 juta rupiah. Pola anggaran defisit ini ditujukan untuk menutupi kebutuhan anggaran belanja yang dibiayai dari pinjaman daerah, juga ditujukan untuk menampung SiLPA tahun anggaran sebelumnya. Nilai SILPA dalam kurun waktu 2011-2015 Kabupaten Temanggung menunjukkan kondisi fluktuatif. Pada tahun 2012 nilai SILPA sangat tinggi yaitu 56,588 juta rupiah yang menunjukkan bahwa masih banyak anggaran yang belum terserap dalam belanja daerah sedangakn nilai Rp 0,- yang artinya penerimaan pembiayaan dapat menutupi defisit anggaran yang terjadi di Kabupaten Temanggung. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa semua dana penerimaan pembiayaan sudah dimanfaatkan untuk membiayai Belanja Daerah dan/atau Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

  SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) pada Kabupaten Temanggung tertinggi berada pada tahun 2015 yaitu sebesar 103,489 juta rupiah. Angka ini dapat dimanfaatkkan untuk menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari realisasi belanja, mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung dan mendanai kewajiban lainnya yang sampai pada akhir tahun anggaran belum terealisasikan.