model pembelajaran dan saintifik kontekstual

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses usaha dalam membentuk karakter siswa untuk
menjadi karakter yang baik, atau proses perubahan dari yang belum mengerti
menjadi mengerti tentang sikap, kognitif serta keterampilan. Pendidikan tidak
hanya di dapat di lingkungan sekolah, tetapi juga di dapat di lingkungan keluarga
serta masyarakat, ketiga komponen itu harus saling berhubungan satu samalainya
dan saling mendukung sehingga nantinya akan terciptanya pendidikan yang baik.
Menurut filsafat dari negeri Cina bahwa Negara yang ideal adalah sekolah yang
ideal. Sekolah adalah lembaga formal yang nantinya sangat membantu dalam
proses pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan (sekolah) harus berperan
aktif

dalam

proses

pendidikan


untuk

membentuk

sikap

serta

ilmu

pengetahuandanketerampilan yang efektif.
Munculnya pendidikan karakter sebagai wacana baru pendidikan nasioanal
bukan merupakan fenomena yang mengagetkan. Maraknya perilaku negative
pada saat ini sangat bertentangan dengan visi dan misi pendidikan dalam
membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagai
mana dicita-citakan dalam pendidikan nasional. Karenanya pendidikan karakter
bukanlah konsep baru pada pendidikan nasional. Berbicara pendidikan karakter
berarti mengembalikan sekolah pada tugas pendidikanya sesuai dengan undangundang, yakni membangun karakter bangsa.
Perkembangan pendidikan selalu dinamis, maka dari itu di susun dalam

sebuah kurikulum yang bertujuan untuk mengatur pendidikan di sekolah.
Kurikulum merupakan isi dari system pendidikan seperti penyusunan materi
pembelajaran serta pendekatan, model, dan metode pembelajaran dalam progam
pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang akan diberikan
kepada siswa dalam satu periode jenjang pendidikan. Khususnyapada saat
pendidikan di Negara ini berubah yang sebelumya KTSP (Kurikulum Tingkat

2

Satuan Pendidikan) kini berubah menjadi K13 atau disebut dengan Kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 ini berbasis karakter yang mana pada proses pendidikan
tersebut menekankan pada tiga ranah kompetensi yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotorik, dan ranah afektif yang diterapkan pada proses belajar mengajar di
dalam kelas maupun pada saat diluar kelas guru sebagai pendidik berupaya terus
untuk mengarahkan pada peserta didiknya pada kemampuan ketiganya ini dari
segi karakter sikap, memahami keterampilan yang dimiliki serta kognitif yang
mereka (peserta didik) sekiranya mampu.
Ada beberapa pendekatan dalam K13 ini, yang sesuai dalam proses
pembelajarannya seperti contoh pendekatan Saintifik, pendekatan Inkuiri,

pendekatan Kontekstual dan pendekatan Tematik Terpadu. Pada pendekatan
tersebut nantinya akan berkembang dalam sebuah model pembelajaran kemudian
akan mengarah pada metode dan teknik pembelajaran, tentu semua itu dalam
rangka menentukan sebuah pendekatan apa yang harus dipilih, maka dari itu
lebih baik seorang pendidik harus mengetahui karakter siswanya terlebih dahulu.
Seprti halnya pendekatan Saintifik yang mana lebih memberdayakan sisiwanya
dalam proses pembelajarannya, begitu pula pada tematik terpadu yang mana
menggabungkan seluruh materi pembelajaran dalam satu tema. Semua itu
merupakan sedikit gambaran dalampembelajaran K13.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Model Pembelajaran Saintifik berbasis K13?
2. Bagaimana Model Pembelajaran Tematik Terpadu berbasis K13?
3. Bagaimana Model Pembelajaran Inquiri berbasis K13?
4. Bagaimana Model Pembelajaran Kontekstual berbasis K13?
C. Tujuan
1. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Saintifik berbasis K13.
2. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Tematik Terpadu berbasis K13.
3. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Inquiri berbasis K13.
4. Untuk memaparkan Model Pembelajaran Kontekstual berbasis K13.


3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Seperti pendidikan pada umumnya, pendidikan sains mempunyai
kedudukan yang sama. Dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan
intelektual peserta didik pendidikan sains memiliki peranan yang sangat pentimg.
Pada pendidikan sains, siswa di dorong untuk melakukan penelusuran masalah,
seperti

mengamati,

menanya,

menalar,

mencipta,

mencoba,


mengkomunikasikan.1
Sejatinya pendekatan pembelajaran yang menggunakan pendekatan
saintifik artinya pembelajaran itu dilakukan secara ilmiah. Oleh karena itu
pendekatan ilmiah disebut juga pendekatan saintifik. Proses pembelajaran dapat
disamakan

dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013

mengamnatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.2
1. Konsep Pembelajaran Saintifik
Sebelum melakukan sebuah pembelajaran tentunya seorang pendidik akan
memilih pendekatan terlebih dahulu lalu bagaimana konsep yang akan
diterapkannya dalam pembelajaran. Berikut konsep atau langkah-langkahnya
dalam pembelajaran Saintifik:
a. Mengamati contohnya peserta didik mampu mengamati besar dengan kecil
suatu benda, panjang dengan pendek, jauh dengan dekat. Lebih cocok kelas
1,2, dan 3 SD/MI.
b. Menanya contohnya peserta didik menanyakan Bagaimana kalau,
Bagaimana kalu tidak, Sebenarnya apa yang…


1

Bagus Mustakim, Pendidikan Karakter, Membangun Delapan Karakter Emas, Menuju
Indonesia Bermartabat, (Yogyakarta : Samudra Biru, 2011), 101.
2
Musfiqon dan Nurdiansyah, Pendekatan Pembelajaran Scientific, (Sidoarjo:Nazamia
Learning Center, 2015), 53.

4

c. Menalar. Menghubung-hubungkan sesuatu dengan yang lain untuk
mengambil kesimpulan. Contoh benda A begini, benda B begini, tetapi
benda C kok seperti ini…
d. Mencipta. Orientasinya untuk membantu terjawbnya pertanyaan yang
dikemukakan pada tahap menanya.
e. Mencoba, siswa melakukan/mempraktekkan
f. Jejaring / komunikasi. Mengkomunikasikan ide / temuan / pengalaman
kepada orang lain.


Mengamati
Gambar

:

Menanya

Langkah-

Mencoba

Jaringan/
komunikasi

Menalar

Mencipta

langkah Ilmiah
Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran

Saintifik

2. Model Pembelajaran Saintifik
Secara bahasa model yaitu gambaran yang menjelaskan suatu objek, dari
konsep suatu pelaksanaan. Sedangkan model pembelajaran dapat diartikan
sebagai rencana konseptual yang berisi strategi, pendekatan metode, teknik
serta taktik yang telah disusun oleh tenaga pendidik.
Pada pendekatan saintifik setidaknya ada tiga model pembelajaran yang
dapat di implemantasikan , yaitu: (1) model pembelajaran berbasis proyek, (2)
model pembelajaran berbasis masalah, (3) model pembelajaran berbasis
inkuiri. Berikut konsep tiga model pembelajaran saintifik:
a. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek, adalah proses kegiatan belajar
mengajar yang dijadikan sebagai subjek pembelajaran dan pembelajaran
yang menggunakan proyek. Siswa di dorong untuk

melakukan

eksplorasi, penilaian, interprestasi, sintesis dan mencari informasi untuk


5

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Untuk lebih jelasnya berikut
langkah-langkah pelaksanaan PBL: (1) Penentuan pertanyaan mendasar
yaitu penentuan pertanyaan yang esensial, pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.
(2)Mendesain perencanaan guru dan murid berkolaborasi dalam
menentukan

aktivitas

yang

nantinya

mampu

menjawab

sebuah


pertanyaan. (3)Membuat jadwal, bahwa guru dan murid berkolaborasi
dalam menyusun jadwal agar dalam membuat proyek dapat selesai tepat
waktunya, selain itu guru juga member pengarahan dalam penyelesaian
proyek. (4) Memonitor siswa dan kemajuan proyek. Pengajar harus
bertanggung jawab terhadap pesrta didik dalam proses mengerjakan
proyek. (5)Menguji hasil pengajar melakukan sebuah penilaian dari hasil
proyek di hasilka oleh peserta didik. (6)Mengevaluasi pengalaman disini
pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktifitas dan hasil
proyek yang sudah di jalankan.
b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis proyek sekilas sama dengan
Pembelajaran berbasis masalah. Namun ada perbedaan mendasar yang
telah menjadi karakteristik sendiri. Problem Based Learning dirancang
dengan memunculkan suatu masalah yang nantinya siswa mendapat
pengetahuan dari masalah yang telah dimunculkannya tersebut. Selain itu
siswa diharapakan dapat memecahkan masalah tersebut dengan
sendirinya

dan mempunyai model belajar


sendiri serta memiliki

kecakapan berpartisipasi dalam tim untuk menyelesaikan masalah dalam
kelompok.
Secara jelas

dipaparkan lima langkah pembelajaran berbasis

masalah yang dapat dijadikan acuan tenaga pendidik dalam pembelajaran
yaitu,

6

Gambar : Lima Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Langkah pertama, pemberian konsep dasar diperlukan untuk peserta
didik memperoleh kunci utama dalam pembelajaran sehingga dapat
memahami petunjuk secara jelas. Langkah kedua fasilitator menyampikan
skenario. Langkah ke tiga setiap siswa melakukan pencarian sumber
yang dapat memperjelas isu yang sedang di investigasi secara individu.
Langkah empat peserta didik berdiskusi dalam pencapainnya dan
merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Langkah ke lima
penilaian dari pengetahuan, kecakapan, dan sikap. Untuk memberikan
gambaran operasionalisasi model pembelajaran berbasis masalah berikut
ini

dipaparkan

contoh

penerapannya

sebagaimana dibawah ini:3

3

Musfiqon dan Nurdiansyah, Pendekatan Pembelajaran, ... 145.

dalam

pembelajarannya

7

Gambar : Tahapan Pembelajaran model PBL
Sumber : Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Menggunakan model PBL siswa juga berusaha untuk mengambil
tanggung jawab untuk belajar, tidak hanya secara pasif menerima
informasi, namun secara aktif mencari informasi yang diperlukan sesuai
dengan kemampuan yang ada.4
c. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri.
Pembelajaran

Inkuiri

adalah

kegiatan

pembelajaran

yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Jadi, belajar bukan hanya
jurusan intelektual, tetapi semua aspek kehidupan siswa, kognitif, afektif,
dan psikomotorik.5Pembelajaran inkuiri menekankan pada proses mencari
dan menemukan. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inquiri adalah (1)
4

International Journal of Education and Research, “Effect of Problem Based Learning (PBL)
Models of Critical Thinking Ability Student on The Early Mathematics Abilitiy”. Vol. 4 , 2016.
5

Faad Maonde dkk, The Discrepancy of Student’s Mathematic Achievement Through
Cooperative Learning Model and The Ability in Mastering Language and Science, Vol. 3 No. 1
January 2015, 143.

8

keterlibatan siswa secara maksimal, (2) keterarahan kegiatan secara logis
dan sistematis dalam tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap
percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Berikut tahap pembelajaran inkuiri ada enam langkah:
1) Langkah pertama, stimulation. Menyuruh siswa membaca atau
mendengarkan uraian yang memuat permasalahan di dalamnya.
2) Langkah kedua problem statement. Tahap ini siswa diberi kesempatan
mengidentifikasi

berbagai

permasalahan

sebanyak

mungkin.

Kemudian siswa memilih sebuah permasalahan yang menurutnya
menarik, selanjutnya permasalahan dirumuskan dalam pernyataan
hipotesis saebagai jawaban sementara.
3) Langkah ketiga untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya

hipotesis,

pesrta

didik

diberi

kesempatan

untuk

mengumpulkan info yang relevan.
4) Langkah empat semua informasi yang telah di peroleh dari bacaan,
wawancara, observasi, diolah secara klarifikasi dengan tingkat
kepercayaan.
5) Langkah kelima di fokuskan pada mengecekkan ulang pada hasil
olahan dan tafsiran atau informasi yang ada untuk memastikan apakah
hipotesis yang diajukan sudah terjawab atau belum.
6) Langkah ke enam pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan.6
Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kegiatan belajar
mengajar yang dirancang secara aktif dan efisien dalam belajar agar siswa secara
aktif membangun konsep hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan

berbagai

teknik,

menganalisis

data

menarik

kesimpulan

dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik ditujukan agar dapat membentuk karakter siswa dengan melalui pendekatan

6

Musfiqon dan Nurdiansyah, Pendekatan Pembelajaran, ... 148.

9

pembelajaran yang telah diterapkan pada saintifik, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah pada guru7.
B. Pembelajaran Tematik Integratif
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bukan hanya dengan transfer
ilmu seperti guru hanya memberikan pengetahuan kepada guru, tetapi siswa
harus mampu mencari dan membangun pengetahuannya sendiri.
Pendekatan konstruktifiktif dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada
perpadan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi
social, sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan
pada teori operant conditioning dalam psikoligi behavioral. Premis dasarnya
bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya
dan informasi yang ada diperoleh dalam proses pembangunan kerangka oleh
siswa dari lingkungan di luar dirinya 8. Seperti pada pembelajaran temaik ini yang
termasuk pada pembelajaran kontruktifiktif.
Pembelajaran tematik adalah progam pembelajaran yang berangkat dari
satu tema / topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai aspek atau di
tinjau dari berbagai prespektif mata pelajaran yang biasa diajarkan di
sekolah.9Menurut

Beans,

pembelajaran

tematik

sebagai

upaya

untuk

mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan
pengetahuannya. Kesempatan lebih besar bagi para guru dari berbagai disiplin
ilmu untuk menemukan topik, konsep, dan keterampilan umum.
Pada dasarnya anak belajar berkat interaksinya dengan ingkungannya bak
lingkungan fisik maupun lingkungan social. Dari interaksi demikian anak
memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Ketika anak berinteraksi dengan
lingkungannya ini ia belajar banyak hal, dari subjek matematik, ilmu

7

Daryanto & Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, ( Yogyakarta : Gava Media, 2017), 41.
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, ( Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2015). 163
9
Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2014), 1.
8

10

pengetahuan social sampai humaniora.10 Dalam pembelajaran tematik itulah anak
akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang holistic. Sehingga tidak
tesegmentasi per mata pelajaran yang akibatnya pengeatahuan dan pengalaman
murid terpecah-pecah.
Gardner (1983/93) menyatakan bahwa selain kecerdasan verbal / linguistik
dan logis / matematika tradisional, lima jenis kecerdasan lainnya juga ada. Ini
termasuk kecerdasan musik, visual / spasial, tubuh / kinestetik, interpersonal, dan
intrapersonal. Untuk memfasilitasi pembelajaran, guru harus menyediakan
berbagai kegiatan pembelajaran yang mencakup semua kecerdasan, daripada
hanya berfokus pada aktivitas bahasa dan matematika tradisional11.
1. Konsep Pembelajaran Tematik ter Integratif.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diwakili dengan suatu
pokok bahasa atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain,
konsep tertentu dikaitkan dengan konsep yang lain yang dilakukan secara
spontan dan direncanakan, baik dalam bidang studi atau lebih, dan dengan
beragam pengalaman belajar siswa, maka pembelajaran lebih bermakna.12
2. Model Pemelajaran Tematik Integratif
a. Model Pembelajaran Jaring Laba-laba (Webbed Model)
Pembelajaran Webbed model adalah proses kegiatan belajar dimana
tema ditarik menjadi beberapa sub tema yang selanjutnya akan di pelajari dari
tema dan sub-sub tema tersebut. Kurikulum berjaring menggunakan pendekatan
tematik untuk mengintegrasikan materi pelajaran. Menyediakan tema yang
luas.13

10

Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran …5.
International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR),
Thematic Approach for effective communication in ECCE, Volume 3, Issue 3, September
2014.
12
Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran …8.
13
International Journal of Higher Education, A “New” Thematic, Integrated Curriculum for
Primary Schools of Trinidad and Tobago: A Paradigm Shift, Vol. 4, No. 3; 2015.
11

11

Berikut ini adalah contoh merencanakan pembelajaran tematik model
jaring laba-laba yang
pelajaran di kelas 1 ke

IPA :
1.Menyebutkan
Nama bagianbagian tubuh.
2.
Menceritakan
kegunaan
bagian-bagian
tubuh. 3.
Menyebutkan
anggota gerak

Bhs. Indonesia :
1.
Menyebutkan
nama orang tua
atau saudara
kandung. 2.
Menanyakan
data diri dan
nama orang tua
serta saudara
teman sekelas

Matema
tika
: 1.
di mulai dari
penjabaran
Membil
dalam indikator
:
ang
atau
menghit
ung
secara
urut. 2.
Menyeb
utkan
banyak
benda.

kompetensi dasar dari mata

TEMA
KELUARGAKU

PPKN :
Menyebutkan
berdasarkan jenis
anggota keluarga

IPS : a.
menyebutkan
nama lengkap
dan nama
panggilan. 2.
Menyebutkan
nama bapak,
ibu, saudara
dan wali. 3.
Menyebutkan
alamat tempat

Gambar : Wabbed Model
Sumber : Kemendiknas 2014

Bagan diatas merupakan langkah-langkah pembelajaran tematik jaring
Laba-laba (Webbed Model).14
b. Model Keterhubungan/Terkait (Connected Model)
Menurut Trianto, model pembelajaran terkait adalah pembelajaran
yang dilakukan dengan mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok
bahasan berikutnya, mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain,
mengaikan suatu ketrampilan dengan keterampilan yang lain, dan juga
dapat mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari yang lain atau hari
berikunya dalam bidang studi.
14

Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik,… 48.

12

Pembelajaran model keterhubungan ini kuncinya adalah suatu usaha
sadar dalam mengaitkan satu materi terhadap disiplin ilmu. Dengan
demikian, model terhubung merupakan model integrasi inter bidang studi.
Model ini secara nyata mengorganisasikan atau mengintergasikan satu
konsep keterampilan atau kemampuan yang ditumbuh kembangkan dalam
satu pokok bahasan atau subpokok bahasan yang dikaitkan dengan konsep
keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau bahasan lain.
Lebih lanjut dijelaskan oleh sukayati (2004) bahwa dalam hal ini guru
perlu menyusun dan merencanakan pembelajaran yang mengaitkan belanja
dengan materi keterhubungan indikator dalam mata pelajaran IPS di kelas
tiga semester 2. Dengan demikian alternatif bagan dari tema dan subtema
yang diambil dapat disajikan sebagai berikut:15
1. Mengidentifikasi
kegiatan jual beli di
lingkunganrumah
dan sekolah
2. Mengenal jual beli
BELANJA

kebutuhan
hari

1. Mengenal

berbagai

nilai

mata uang
2. Mengenal

manfaat

mata
Mengenal jenis-jenis pekerjaan

uang
3. Memecahkan

masalah

yang

menggunakan
15

.

uang
Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik,… 42.

sehari-

13

Gambar : Model Keterkaitan
Sumber : Kemendiknas 2014

C. Pembelajaran Kontekstual Learning
Pembelajaran Kontekstual adalah kegiatan belajar mengajar yang
mengaitkan materi dengan situasi yang nyata terhadap para siswa sehingga siswa
dapat memperoleh pengalaman langsung dari proses belajarnya.16
CTL dan Teori Belajar Aktif. Banyak pendidik pikirkan pembelajaran
aktif sebagai strategi apa pun yang menyimpang dari format kuliah tradisional di
mana seorang guru menanamkan pengetahuan dengan membicarakannya.
Chickering dan Gamson menyarankan agar aktif, siswa harus melakukan lebih
banyak dari pada mendengarkan.17
Sementara itu, Ditjen Dikdasmen menyebutkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yaitu:
a. Konstruktivisme
Pengetahuan di bangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap di ambil dan diingat.
b. Menemukan (Inquiri)
Pengetahuan dan keterampilan tidak hanya di dapat dengan mengingat
saja, melainkan hasil dari menemukan sendiri melalui mengamati, bertanya,
mengajukan hipotesis pengumpulan data, dan penarikan kesimpulan. Siklus
Inkuiri :
a) Observation.
b) Questioning.
c) Hipotesis.
16

Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung :PT. Refika
Aditama, 2013), 6.
17
International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, Contextual Teaching
and Learning for Practitioners. Vol 6, No 4; 2012. International Journal for the Scholarship of
Teaching and Learning, Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Vol 6, No 4; 2012.

14

d) Data guitering.
e) Conclusion.
Langkah –langkah kegiatan menemukan (inquiry):
Merumuskan masalah.
a) Mengamati atau melakukan observasi.
b) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan,
bagan, table atau karya lainnya.
c) Mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru18.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Bagi guru bertanya di pandang sebagai kegiatan untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa
d. Masyarakat belajar (Learning Community)
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar.
e. Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang
bisa ditiru. Guru menjadi model sehingga dapat memberikan contoh dari apa
yang telah diterangkan.
f. Refleksi (Reflection)
Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan semata hasil dengan
berbagai cara.19Berikut model-model pembelajaran kontekstual learning:

18

Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi Guru/Pendidik dalam
implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas, ( Jakarta : Kencana, 2014). 168
19
Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual .,,,17-18.

15

a. Problem Based Learning, yaitu aktivitas belajar mengajar yang
menggunakan contoh kongkret / nyata sebagai suatu konteks bagi siswa
saat belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata
pelajaran.
b. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif learning), yaitu memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar merupakan strategi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama.
Bekerja sama adalah strategi yang paling efektif untuk belajar
menulis. Siswa tidak dapat melakukannya kemajuan signifikan di kelas
ketika mereka bekerja secara individual. Di sisi lain, siswa yang bekerja
dalam kelompok kecil dapat menangani masalah rumit itu dengan sedikit
bantuan dari luar (Pintrich & Schunk, 1996). Itu ditegaskan kembali oleh
data dari pengamatan bahwa pembelajaran kooperatif membuat siswa
mudah untuk belajar tata bahasa dari teks teman mereka dan bisa
mendiskusikan

kesalahan

dengan

teman-teman

mereka

dalam

kelompok20.
c. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL), Mendorong siswa untuk
bekerja

mandiri

membangun

pembelajaran

dan

pada

akhirnya

menghasilkan karya nyata. Suatu pembelajaran komperhensif dimana
lingkungan belajar siswa di desain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan dalam masalah autentik termasuk dalam pendalaman materi
suatu materi pelajaran dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
d. Model Pembelajaran Konsep (Concept Learning) setiap mata pelajaran
mengandung muatan konsep-konsep yang harus dipahami siswa.
Pendekatan konseptual menghendaki konsep-konsep tersebut di konstruk
dan ditemukan oleh siswa sendiri melalui keterkaitannya dengan realita
kehidupan dan pengalaman siswa.
20

Indonesian Journal of Applied Linguistics, Contextual Teaching And Learning Approach
Toteaching Writing. Vol. 2 No. 1, 2012

16

e. Model pembelajaran berbasis kerja merupakan strategi pembelajaran
yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat kerja untuk
mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi
tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja untuk mempelajari materi
pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan
kembali ditempat kerja dan berbagai aktivitas dipadukan dengan materi
pelajaran untuk kepentingan siswa.21
Ciri-ciri pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
1. Belajar

tidak

hanya

sekedar

menghafal.

Peserta

didik

harus

mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka.
2. Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna
dari pengetahuan baru, dan bukan di beri begitu saja oleh guru.
3. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
4. Mengkombinasikan

tujuh

unsur

utama

pembelajaran

efektif

:

kontruktivisme, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, penilaian
sesungguhnya.22
D. Model Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inquiry (inkuiri), Merupakan pembelajaran yang
populer. Model inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa
untuk membangun keterampilan, kognitif, dan sikap.
Tujuan inquiry learning menurut bruner adalah Melalui kegiatan tersebut
peserta didik akan menguasai, menerapkan, dan menemukan hal-hal yang
bermanfaat bagi dirinya. Guru memberikan kesempatan bagi siswanya untuk
menjadi problem solver, saintis, ahli matematika dan sebagainya.
Karakteristik yang paling jelas tentang inquiry sebagai model pembelajaran
ialah sesudah tingkat inisial (permukaan) pembelajaran, Bahwa siswa sebagai
21

Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual…,75-80.
Ali Mudlofir & Evi Fatimatur Rusydiyah. Desain Pembelajaran Inovatif ; Dari Teori dan
Praktik, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2017). 90.
22

17

subjeknya

sehingga

peran

guru

tidak

terlalu

banyak

melakukan

aktivitas.23Menurut Sanjaya, ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model
pembelajaran inkuiri. Pertama, inkuiri menekankan kepada aktifitas peserta didik
secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Kedua, seluruh aktifitas yang
dilakukan siswa mulai bertanya, mengamati, menalar, mencoba dari keseluruhan
itu diharapkan dapat menumbuhkan percaya diri siswa. Ketiga, mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai dari proses mental.
Akibatnya dalam penerapan pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya
di dorong supaya menguasai pelajaran, tetapi bagaimana mereka dapat
menemukan sendiri potensinya.24 Beberapa macam model pembelajaran inquiry
yang dikemukakan oleh paara ahli diantaranya:
1. Guide Inquiry
Pembelajaran inquiri terbimbing, yaitu suatu model pembelajaran
inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk cukup luas kepada peserta didik. Sebagian perencanaannya dibuat
oleh guru, peserta didik tidak merumuskan masalah. Dalam pembelajaran
inkuiri terbimbing, guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik. Dalam proses, siswa dan guru bekerja bersama
merumuskan masalah dan mengembangkan jawaban. Kegiatannya bisa
melatih siswa mengembangkan sikap tanggung jawab dan kemampuan
kognitif (Bilgin, 2009)25.
2. Modified Inquiry
Model pembelajaran inkuiri ini memiliki ciri guru hanya memberikan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, percobaan, atau prosedur
23

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi konstruktivistik,(Jakarta: Prestasi
Pustaka Publiser, 2011), 129.
24
Muhammad Fathurrahman, Model-model Pembelajatan Inovatif: Alternatif Desain
Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2015),106.
25
International Journal of Research & Review, Scientific Literacy of Students
Learned Through Guided Inquiry. Vol 4, No 5 ; 2017.

18

penelitian untuk memperoleh jawaban. Di samping itu, guru merupakan
narasumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yanh diperlukan untuk
menghindari kegagalan dan memecahkan masalah.
3. Free Inquiry
Pada model ini peserta didik harus mengidentifikasikan dan
merumuskan macam problem yang dipelajari dan dipecahkan. Jenis model ini
guru memberikan masalah saja, sedangkan prosedur dan pemecahan masalah
tergantung kepada peserta didik. Jadi, pembelajaran aktif akan terbentuk
dalam model ini.
4. Inquiry Role Approach
Yaitu melibatkan peranan peserta didik dalam tim-tim yang masingmasing terdiri atas empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan.
Masing-masing

anggota

memegang

peranan

berbeda,

yaitu

sebagai

koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
5. InvitationInto Inquiry
Yaitu melibatkan peserta didik dalam proses pemecahan masalah
dengan cara-cara lain yang ditempuh para ilmuwan. Suatu invitasi
memberikan problem kepada peserta didik melalui pertanyaan yang telah
direncanakan dengan hati-hati dan mendorong peserta didik untu melakukan
beberapa kegiatan diantaranya: a. Merancang eksperimen, b. Merumuskan
hipotesis, c. Menetukan sebab akibat, d. Mengintsrpretasikan data, e.
Membuat grafik, f. Menentukan peranan dalam diskusi dan kesimpulan, g.
Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi atau
diperkecil.
6. Pictorial Riddle
Model

ini

merupakan

model

pembelajaran

yang

dapat

mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok
kecil atau besar yang dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis
dan kreatif para peserta didik. Biasanya, suatu materi berupa gambar di papan

19

tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparasi kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi itu.
7. Synectics Lesson
Pada jenis ini guru hendaknya memusatkan keterlibatan peserta didik
untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat membuka
intelegensinya dan mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan
karena kiasan dapat membantu peserta didik dalam berfikir untuk memandang
suatu problem sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
8. Value Clarification
Value Clarification, yaitu peserta didik lebih difokuskan pada
pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai pada suatu
proses pembelajaran. Model pembelajaran yang satu ini merupakan bagian
dari model pembelajaran inkuiri yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai
yang telah menjadi budaya. Praktiknya adalah peserta didik diajak untuk
mengenal nilai-nilai yang ada di sekitar lalu diarahkan untuk mencari maksud
dari nilai tersebut dan berusaha untuk diterapkan .
Beberapa prosedur dalam mengaplikasikan pembelajaran inkuiri di kelas
adalah:26
1. Stimulation (stimulasi/pemberi rangsangan) atau orientasi
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki. Disamping itu, guru
dapat memulai dengan apersepsi terlebih dahulu sebelum memulainya
kegiatan pembelajaran.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru

memberi

kesempatan

kepada

peserta

didik

untuk

mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005), 244.

20

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pernyataan masalah).
3. Data collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada
para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atautidaknya hipotesis
4. Data processing (pengolahan data)
Kegiatan mengolah data dan informasi yang di peroleh peserta didik
baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verisication (pembuktian)
Peserta

didik

melakukan

pemeriksaan

secara

cermat

untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang di tetapkan dengan temuan
alternatif lalu dihubungkan dengan hasil data processing.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Proses penarikan kesimpulan yang dijadikan landasan sebagi tujuan
dam kegiatan pembelajaran serta sebagai hasil penarikan kesipulan sebagai
verivikasi.
Nilai Pendidikan berdasarkan pendekatan Klarifikasi nilai berasal pada
tahun 1960-an, diantar oleh Rath et al (1966), dan Oliver and Shaver (1966)
Di sini peran seorang instruktur dikatakan pada dasarnya untuk membantu
anak untuk mengklarifikasi nilai-nilainya. Tujuan utamanya adalah membantu
siswa menggunakan pemikiran rasional dan mengembangkan kesadaran tidak
hanya kepribadian mereka tetapi juga nilai-nilai sosial. Bertentangan dengan
dugaan pertama, Klarifikasi Nilai tidak memberi tahu seseorang apa nilainilainya harus, atau nilai apa yang harus dia jalani, tetapi hanya menyediakan

21

sarana untuk menemukan nilai-nilai apa untuk hidup oleh. Model ini
menganalisis hubungan antara nilai dan perilaku27.

27

IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), Comparative Effectiveness of
Value Clarification and Role Playing Value Development Models for Selected Values for Primary
School Students. Vol 19, No 1, 2014.

22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang mana terdapat pada
kurikulum 2013, pendekatan yang di implemantasikan dengan kurikulum yang
berkarakter karena pendekatan telah dianggap sebagai pendekatan yang dapat
menerapkan nilai-nilai karakter peserta didik, dalam implementasinya saintifik
memiliki beberapa model-model pembelajaran yang digunakan ataupun dianggap
sesuai diterapkan pada K13, yaitu Problem Based Learning, Project Besed
Learning, dan Inquiri.
Pendekatan pembelajaran tematik integratif sesungghnya pendekatan ini
selalu berkolaborasi dengan pendektan saintifikkarena dalam penerapannya
mengutamakan hubungan pengetahuan siswa dangan lingkungan masyarakat dan
metode-metode pembelajaran siswa dituntut untuk aktif pada setiap kegiatan
pembelajaran. Tematik integratif adalah pembelajaran terpadu yangmana
mengaitkan tema dengan subtema dalam seluruh matapelajaran.
Kontekstual sesungguhnya model pembelajaran ini menuntut peserta didik
selalu berkelompok dalam aktivitas pembelajaran serta guru terjun langsung
mengarahkan dan membimbing jalannya kegiatan pembelajaran kelompok pesert
didik, dibuatnya belajar kelompok ini bertujuan agar para siswa dapat aktif dalam
pembeljaran dan dapat selalu berkomunikasi dengan temanya serta bertukar
pikiran, sehingga dapat menambah pengalaman peserta didik.
Inkuiri pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menemukan
sendiri ilmu pengetahuan dan pengalaman. Sesungguhya ilmu pengetahuan serta
pengalamn diperoleh dari transfer ilmu atau fakta-fakta yang diterima secara
lisan tetapi diperoleh dari pengalaman social, berupaya mencari sumber-sumber
dari manapun dan sebagainya.

23

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya buat, sebagai manusia biasa kita
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan agar dapat
membenahai dalam setiap mengerjakan makalah ini..

24

DAFTAR PUSTAKA
Abd. Khadir dan Hanun Asrohah, 2014. Pembelajaran Tematik, ( Jakarta:
Rajagrafindo Persada)
Alfin, Jauharoh, 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik : Bagi
Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI, ( Jakarta. PT
Fajar Interpratama Mandiri).
Ali Mudlofir & Evi Fatimatur Rusydiyah. 2017. Desain Pembelajaran
Inovatif ; Dari Teori dan Praktik, ( Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada).
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2015. Teori Belajar & Pembelajaran,
( Yogyakarta : Ar-Ruzz Media 2015)
Daryanto & Syaiful Karim, 2017. Pembelajaran Abad 21, ( Yogyakarta : Gava
Media)
Faad Maonde dkk, 2015. The Discrepancy of Student’s Mathematic
Achievement Through Cooperative Learning Model and The Ability in
Mastering Language and Science, Vol. 3 No. 1.
Fathurrahman, Muhammad, 2015. Model-model Pembelajatan Inovatif:
Alternatif Desain Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jogjakarta: ArRuzz Media).
Indonesian Journal of Applied Linguistics, 2012. Contextual Teaching And
Learning Approach Toteaching Writing. Vol. 2 No. 1.
International Journal of Education and Psychological Research (IJEPR), 2014.
Thematic Approach for effective communication in ECCE, Volume 3,
Issue 3.

25

International Journal of Education and Research, 2016. “Effect of Problem
Based Learning (PBL) Models of Critical Thinking Ability Student on
The Early Mathematics Abilitiy”. Vol. 4. 2016.
International Journal of Higher Education, 2015. A “New” Thematic,
Integrated Curriculum for Primary Schools of Trinidad and Tobago: A
Paradigm Shift, Vol. 4, No. 3.
International Journal of Research & Review, 2017. Scientific Literacy of
Students Learned Through Guided Inquiry. Vol 4, No 5 ;.
International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning, 2012.
Contextual Teaching and Learning for Practitioners. Vol 6, No 4.
IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), 2014.
Comparative Effectiveness of Value Clarification and Role Playing
Value Development Models for Selected Values for Primary School
Students. Vol 19, No 1,.
Komalasari, Kokom, 2013. Pembelajaran kontekstual: Konsep dan Aplikasi,
(Bandung :PT. Refika Aditama)
Musfiqon dan Nurdiansyah, 2015. Pendekatan Pembelajaran Scientific,
(Sidoarjo:Nazamia Learning Center)
Mustakim, Bagus, 2011. Pendidikan Karakter, Membangun Delapan Karakter
Emas, Menuju Indonesia Bermartabat, (Yogyakarta : Samudra Biru)
Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Bagi
Guru/Pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan
berkualitas, ( Jakarta : Kencana).
Syah, Muhibbin, 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,), 244.
Trianto,

2011.

Model-Model

Pembelajaran

Inovatif

konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser).

Berorientasi