Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksil

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai detik ini penyakit kanker menjadi ancaman kehidupan
manusia di dunia, sedangkan obat spesifik untuk menghentikan
perkembangan sel kanker belum juga ditemukan. Secara sederhana,
kanker berarti pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak terkendali atau
abnormal.Hingga kini penyebab pertumbuhan sel tubuh yang abnormal itu
tidak diketahui secara pasti. Jika menyerang suatu organ tubuh, sel
kanker akan berkembang biak dan merusak sel-sel tubuh yang normal
dengan sangat cepat.
Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia suatu obat pada
organ target, berhubungan dengan kanker yang merupakan salah satu
ancaman utama di bidang kesehatan.
Dilakukan penelitian, guna mendukung pencarian obat kanker yang
spesifik, dari bahan-bahan alam. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian-penelitian

yang


berguna

bagi

pengembangan

dalam

pemanfaatan flora yang ada secara maksimal alam termasuk untuk
pengobatan kanker.
Dalam mempelajari toksisitas yang paling awal dilakukan adalah
dengan menggunakan kematian dari hewan percobaan sebagai suatu
respon dari pengaruh suatu senyawa yang diuji. Angka kematian hewan
percobaan dihitung sebagai Median lethal concenration.
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA


BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

B. Maksud Percobaan
Maksud dari Percobaan ini adalah untuk mengetahui dan
memahami toksisitas Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva
udang (Artemia Salina Leach) dengan menggunakan metode BSLT.
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan toksisitas dari
Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva udang (Artemia Salina
Leach) dengan menggunakan metode BSLT.
D. Prinsip Percobaan
Uji toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
terhadap larva udang (Artemia salina) dengan menggunakan

Ekstrak

etanol sawo manila. Dimana setelah 24 jam diamati jumlah larva udang
yang mati.

AYU MELINDA

15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Kanker merupakan penyakit atau kelainan pada tubuh sebagai akibat
dari sel-sel tubuh yang tumbuh dan berkembang secara abnormal, diluar
kewajaran dan sangat liar. Keadaan kanker terjadi jika sel-sel

normal

berubah dengan pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga tidak dapat
dikendalikan oleh tubuh dan tidak berbentuk. Kanker dapat terjadi disetiap
bagian tubuh (Junaidi, 2007).
Kanker bukanlah istilah yang asing lagi tetapi


sering menjadi

momok dan sangat menakutkan bagi masyarakat. Kanker merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh
yang tidak normal dan tak terkontrol. Sel-sel tersebut terbentuk karena
terjadinya

mutasi

gen

sehingga

mengalami

perubahan

baik

bentuk,ukuran, maupun fungsi dari sel tubuh yang asli. Mutasi gen ini

dipicu oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk kedalam tubuh
diantaranya zat bahan tambahan makanan, radioaktif, oksidan, atau
karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah (Griffiths
2004).
Sel kanker mengganggu sel induk karena menyebabkan desakan
akibat

pertumbuhan

tumor,

penghancuran

jaringan

tempat

tumor

berkembang atau bermetastasis, dan gangguan sistemik lain sebagai

akibat sekunder dari pertumbuhan sel kanker (Nafrialdi,2007).
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap

tubuh

dan

sebetulnya

termasuk

pula


dalam

kelompok

farmakodinamika, karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan
efek toksisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup
tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“Sola dosis
facit venenum”: hanya dosis membuat racun, Paracelsus) (Tjay, 2010).
Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk
sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif , metode
spektrofotometer ultraviolet/ infrared, dan polarograf tidak dapat dilakukan.
Obat-obat ini diukur dengan metode biologis, yaitu dengan bio-assay,
dimana aktivitas ditentukan oleh organisme hidup (hewan, kuman) dengan
membandingkan

efek

obat


tersebut

dengan

efek

suatu

standar

internasional (Tjay, 2010).
Sebelum calon obat baru ini dapat dicobakan pada manusia,
dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk meneliti sifat farmakodinamik,
farmakokinetik, dan efek toksisnya pada hewan coba. Dalam studi
farmakokinetik ini tercakup juga pengembangan teknik analisis untuk
mengukur kadar senyawa tersebut dan metabolitnya dalam cairan
biologik. Semuanya ini diperlukan untuk memperkirakan dosis efektif dan
memperkecil resiko penelitian pada manusia (Gunawan, 2012).
Setiap zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya
keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Paracelsus pada

tahun 1564 telah meletakkan dasar penilaian toksikologis dengan
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

mengatakan, bahwa dosis menetukan apakah suatu zat kimia adalah
racun (dosis sola facit venenum). Sekarang dikenal banyak faktor yang
menentukan apakah suatu zat kimia bersifat racun, namun dosis tetap
merupakan faktor utama yang terpenting. Untuk setiap zat kimia, termasuk
air, dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek sama sekali, atau
suatu dosis besar sekali yang dapat menimbulkan keracunan dan
kematian. Untuk zat kimia dengan efek terapi, maka dosis yang adekuat
dapat menimbulkan efek farmakoterapeutik (Gunawan, 2012).
Penggunaan LC50dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan
perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan
uji dipaparkan suatu bahan kimia melaluui udara maka hewan uji tersebut
akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air.

Sedangkan LD50 digunakan untuk menguji ketoksikan suatu bahan nimia
dengan rute pemberian secara oral atau intraperitonial pada hewan uji
(Snell, 2006).
Studi toksikologi pada hewan umumnya dilakukan dalam 3 tahap
masing-masing pada 2-3 spesies hewan coba. Penelitian toksisitas akut
bertujuan mencari besarnya dosis tunggal yang membunuh

50% dari

sekelompok hewan coba (LD50). Pada tahap ini sekaligus diamati gejala
toksik dan perubahan patologik organ pada hewan yang bersangkutan,
penelitian toksisitas jangka panjang bertujuan meneliti efek toksik pada
hewan coba setelah pemberian obat ini secara teratur dalam jangka
panjang dan dengan cara pemberian seperti pada pasien lainnya.
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)


Penelitian toksisitas khusus meliputi penelitian terhadap sistem reproduksi
termasuk teretogenitas, uji karsinogenitas dan mutagenitas, serta uji
ketergantungan (Katzung, 2013).
Adapun siklus pembelahan sel terdiri atas ( Sloane, 2004 ) :
1. Interfase, l dari fase G1, fase S, dan fase G2
a. Pada fase G1 ( gap 1), sel secara metabolit sangat aktif. Semua
komponen disintesis dan sel tumbuh dengan cepat. Dalam nukleus,
setiap kromosom merupakan dobel heliks DNA tunggal

protein

belum tereplikasi yang terikat dengan histon dan protein kromosom
lain. Sel yang tidak membelah pada umumnya tetap berada dalam
fase G1 disepanjang rentang kehidupan.
b. Pada fase S ( Sintesis ). Sintesis protein berlanjut dan DNA serta
protein kromosom ( histon ) direplikasi. Setiap kromosom kemudian
berisi dua dobel heliks DNA identik yang disebut kromatid yang
menyatu pada sentromer.
c. Fase G2 (gap 2) merupakan periode penting dalam metabolisme dan
pertumbuhan sel sebelum mitosis.
1. Kromosom belum menebal dan masih dalam bentuk benang
panjang.
2. Sentriol membelah, dan spidel mitosis, dihasilkan dari serat
mikrotobulus sel, mulai terbetuk untuk persiapan pembelahan
nuklear selanjutnya.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

2. Mitosis terdiri dari penebalan kromosom serta sitokinesis, pembelahan
aktual

sitoplasma

untuk

membentuk

dua

sel

anak.

Meskipun

pembelahan merupakan proses yang berkelanjutan, pembelahan dibagi
menjadi empat subfase : profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Profase
1. Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar, serta
menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi dua kromatid yang
disatukan oleh sentromer. Kromatid akan menjadi kromosom
dalam generasi sel berikutnya.
2. Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak kesisi nukleus
yang berlawanan, digerakkan dengan perpanjangan mikotubulus
yang terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai disisi nukleus,
sentriol membentuk benang spidel mitosis polar.
3. Nukleolus melebur dan membran nuklear menghilang. Sehingga
memungkinkan spindel memasuki nukleus. Mikrotubulus pendek
yang muncul dari kinetochore, struktur pada sentromer, sekarang
dapat berinteraksi dengan benangspindel polar, menyebabkan
kromosom bergerak dengan cepat.
4. Mikrotubulus lain menyebar keluar sentriol untuk membentuk
aster.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

b. Metafase
1) Kromosom (pasangan kromatid) berbaris pada bidang metafase
atau

bidang ekuator sel, disebut demikian karena posisinya

bersilangan dari satu sisi kesisi lainnya pada spindel.
2) Sentromer pada semua kromosom daling berikatan.
3) Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
c. Anafase
1) Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perlekatannya,
pasangan kromatid (sekarang dianggap sebagai satu kromosom)
bergerak dari bidang ekuator kesetiap kutub.
2) Akhir anafase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap
yang berkumpul pada kutub sel. Organel sitoplasma, yang
sebelumnya telah bereplikasi, juga tersebar merata dikedua kutub.
d. Telofase
1) Dua nuklei kembali terbentuk disekitar kromosom. Kromosom
kemudian terurai dan melebur. Membran nuklear dan nukleolus
terbentuk kembali.
Sitokinesis adalah pembelahan sitoplasma. Alur pembelahan yang
berada tepat dipertengahan antara kedua masa kromosom, mulai
membelah sitoplasma, berlanjut disekitar sel dan membelah sel tersebut
menjadi dua sel yang terpisah.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

B. Uraian Bahan
1. Air Laut (http://gadangebookformaterialscience.blogspot.com)
Komposisi :
Air

96,5 %

Garam

3,5 %

Dalam 3,5% garam mengandung :
a.

Senyawa Klorida 55%wt

b.

Senyawa sulfat 7,7%wt

c.

Sodium 30,6%wt

d.

Calcium 1,2%wt

e.

Potassium 1,1%wt

f.

Magnesium 3,7 %wt

g.

Lain-lain 0,7%wt

2. Ekstrak ragi (Dirjen POM,1979)
Nama resmi

:

Ekstrak ragi

Sinonim

:

Sari ragi

Pemerian

:

Kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas tidak busuk

Kelarutan

:

Larut dalam air, membentuk larutan
kuning sampai coklat, bereaksi asam
lemah

Penyimpanan

AYU MELINDA
15020140081

:

Dalam wadah tertrutup baik.

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Kegunaan

:

Sebagai sumber makanan Larva udang
(Artemia salina)

3. Etanol ( Ditjen POM, 1979 )
Nama Resmi

:

Aetholum

Nama Lain

:

Etanol

RM

:

C2H5OH

Pemerian

: Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap, bau khas, mudah terbakar.

Kelarutan

:

Sangat mudah larut dalam air, etanol LP.

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan

:

Sebagai pelarut

C. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi
Sawo Manila (A. zapota var depressa)(Rukmana, )
Kingdom

:

Plantae

Subkingdom

:

Tracheobionta

Super Divisi

:

Spermatophyta

Divisi

:

Magnoliophyta

Kelas

:

Magnoliopsida

Sub Kelas

:

Dilleniidae

Ordo

:

Ebenales

Famili

:

Sapotaceae

Genus

:

Manilkara

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Spesies

:

Manilkara zapota (L.) van Royen

D. Uraian Hewan Coba
1. Klasifikasi Udang (Artemia salina) (Mudjiman, 1998)
Filum

:

Arthopoda

Divisio

:

Crustaceae

Subdivisio

:

Branchiopoda

Ordo

:

Anostraca

Famili

:

Artemiidae

Genus

:

Artemia

Species

:

Artemia salina

2. Morfologi Udang (Artemia salina) (Mudjiman, 1998)
Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup,
tetapi secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat
berlainan, yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia dewasa. Telur
yang baru dipanen dari alam berbentuk bulat dengan ukuran 0,2-0,3
mm. Telur yang menetas akan berubah menjadi larva. Telur yang baru
menetas ini berukuran kurang lebih 300 µ.Dalam pertumbuhannya
larva mengalami 15 kali perubahan bentuk yang merupakan satu
tingkatan hidup, setelah itu berubah menjadi artemia dewasa.
Waktu yang diperlukan sampai menjadi artemia dewasa
umumnya sekitar 2 minggu.Berbentuk silinder dengan panjang 12-15
mm. Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut.Pada bagian
kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua antenula.Dada
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

terbagi atas 12 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang
kaki renang.Perut ternagi atas 8 segmen.Dapat hidup dalam air
dengan suhu 25o-30oC dan pH sekitar 8-9.
3. Siklus Hidup Artemia salina
Siklus hidup artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista
atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25°C kista akan
menetas manjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih
akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan
menyelesaikan perkembangannya kemudian berubah menjadi naupli
yang sudah akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan
berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur.
Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan
anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas
mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase
ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro
alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya mereka
tidak akan peduli (tidak pemilih) jenis pakan yang dikonsumsinya
selama

bahan

tersebut

tersedia

diair

dengan ukuran

yang

sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi
dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran
sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka
dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

demikian biomasnya akan mencapi 500 kali dibandingakan biomas
pada fase naupli.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB III
METOLOGI PERCOBAAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum BSLT adalah Aerator,
Aluminium foil, batang pengaduk, gelas kimia, karet gelang, kertas pH,
lampu, pipet tetes, plastik, sendok tanduk, tissue, toples kaca, dan vial.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum BSLT adalah Air laut,
ekstrak etanol sawo manila (Manilkara Zapota L.P) (Royen), ragi.
C. Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan dalam praktikum

BSLT adalah

Larva udang (Artemia salina Leach).
D. Cara kerja
1. Pemilihan dan Pemeliharaan Hewan Coba
a. Direndam sebanyak 50 mg telur Artemia salina Leach ke dalam
250 ml air laut pada kondisi pH 8-8,5 dibawah cahaya lampu dan
suhu 25oC yang dilengkapi aerator.
b. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva yang
telah berumur 48 jam akan digunakan sebagai hewan uji untuk
diuji aktivitas toksisitasnya.
2. Penyiapan bahan
a.

Pembuatan suspensi ragi

b.

Disiapkan alat dan bahan

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

c.

Ditimbang ragi 0,1 mg

d.

Ditambahkan dengan 10 ml air suling
lalu diaduk lagi hingga homogen

e.

Disimpan ragi tersebut pada gelas ukur
dan siap digunakan

3. Pembuatan Ekstrak Etanol Sawo Manila (A. zapota var depressa)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang 100 mg ekstrak etanol Sawo Manila (A. zapota var
depressa)
c. Ditambah 10 ml etanol
d. Dicampur sampai homogen
e. Dimasukkan kedalam gelas ukur
4. Perlakuan hewan coba
a. Dimasukkan sampel uji ekstrak etanol sawo manila dengan
konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 1, 10, 100, dan 1000 µg/ml,
serta air laut sebagai pengontrol ke dalam vial. Masing-masing
konsentrasi 3 replikasi
b. Ekstrak etanol sawo manila yang berada didalam vial dikeringkan
menggunakan dengan hairdryer
c. Ditambahkan 5 ml air laut
d. Dimasukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach) ke dalam
masing-masing vial
e. Dicukupkan volumenya sampai 10 ml dengan air laut
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

f.

Tambahkan 1 tetes ekstrak ragi

g. Disimpan vial-vial uji di tempat yang cukup mendapat sinar lampu
h. Dilakukan pengamatan setelah 24 jam terhadap larva yang mati

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Pengamatan
Tabel 1
Jumlah larva yang mati tiap konsentrasi
Sampel

Kontrol

(µg/mL)
1
2
1
1

10
3
2
2

100
8
7
6

1000
10
10
9

0
0
0

4

7

21

29

0

13,33%

23,33%

70%

96,66%

Ekstrak
Total
kematian
%
kematian

Jumlah larva yang mati
x 100%
Banyaknya larva

%Kematian

=

%Kematian pada 1 µg

4
= 30 x 100% = 13,33%

%Kematian pada 10 µg

7
= 30 x 100% = 23,33%

%Kematian pada 100 µg

21
= 30 x 100% = 70%

29
%Kematian pada 1000 µg = 30 x 100% = 96,66%
Tabel 2
Log Konsentrasi
x
x2
0
0
1
1
AYU MELINDA
15020140081

Probit
Y
3,87
4,26

y2
14,97
18,14

Xy
0
4,26
IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

2
3
Σx = 6

4
9
2
Σx = 14

5,25
6,88
Σy = 20,26

27,56
47,33
Σy2 = 108

10,5
20,64
Σxy = 35,4

a=

Σ x 2 . Σy−Σx . Σxy
n . Σ x 2−¿ ¿

b=

n . Σxy−Σx . Σy
n . Σ x 2−¿ ¿

a=

14 x 20,26−6 x 35,4
4 x 14−36

b=

4 x 35,46−6 x 20,26
4 x 14−36

a=

283,64−212,4
56−36

b=

141,84−121,56
56−36

a=

71,24
20

b=

20,28
20

a = 3,562

b = 1,014

y = a + bx
a = 3,562
b = 1,014
y = probit log Lc50 = 5
y = a+bx
x=

x−a 5−3,562
b = 1,014

1,438

= 1,014 = 1,41

log Lc 50 = x
Lc 50

= 1,41

Lc 50

= antilog 1,41
25,70 µg/mL

Standar Deviasi (SD/SE) Lc50 Ekstrak etanol
Buah sawo manila (Manilkara Zapota L.P ) (Royen)
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Nilai bobot perprobit
Tabel 3
x
0
1
2
3

N
30
30
30
30

Y
3,562
4,576
5,59
6,604

W
0,302
0,601
0,558
0,238

nW
9,06
18,03
16,74
7,14
50,97

y = a+bx
1 µg/mL

= 3,562 + 1,014 (0) = 3,562

10 µg/mL

= 3,562 + 1,014 (1) = 4,576

100 µg/mL

= 3,562 + 1,014 (2) = 5,59

1000 µg/mL = 3,562 + 1,014 (3) = 6,604

SE Lc50 = Lc50 + log e10 x SE log Lc50
= 25,70 µg/mL x 2,303 x 0,138
= 8,167 µg/mL
σ
√ εnW

=

0,986
√ 50,97

0,986
= 7,139
= 0,128
Jadi, nilai Lc 50 25,70 µg/mL ± 8,167 µg/mL
B. Pembahasan
“Brine shrimp lethality test” adalah uji pendahuluan suatu senyawa
yang memiliki keuntungan yaitu hasil yang diperoleh lebih cepat (24 jam),
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

tidak mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian lainnya karena tidak
membutuhkan peralatan dan latihan khusus/ sampel yang digunakan
relatif sedikit. Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari kematian larva
karena pengaruh bahan uji.
Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan
senyawa toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang
berefek sitotoksik dengan menentukan harga LC 50 dari senyawa aktif.
Metode BST dapat digunakan dari berbagai sistem uji seperti uji pestisida,
mitotoksin, polutan, anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik, dan
ketoksikan dari hewan dan tumbuhan laut serta senyawa racun dari
tumbuhan darat.
Pengertian tentang LC50 adalah konsentrasi dari satu senyawa kimia
diudara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian pada
statu populasi hewan uji atau makhluk hidup tertentu.
Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu obat
pada organ target.Umumnya seperti senyawa kimia mempunyai potensi
terhadap timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan kepada
organisme hidup dalam jumlah yang cukup.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk menentukan
toksisitas dari Ekstrak etanol sawo manila pada hewan uji larva udang
(Artemia Salina Leach) dengan menggunakan metode BSLT.
Pada percobaan

ini, dilakukan dengan cara disiapkan alat dan

bahan yang akan digunakan. Hewan coba yang akan digunakan yaitu
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

Larva Udang (Artemia salina Leach). Alasan digunakannya Larva Udang
yaitu Karena Larva Udang memiliki daur hidup yang mirip dengan
pertumbuhan sel kanker atau beberapa pertumbuhan sel baru yang tidak
sama sekali dipengaruhi oleh sel dalam tubuh manusia. Adapun siklus
hidup dari Larva Udang, dimulai dari kista atau telur, kemudian menjadi
embrio, embrio ini masih akan melekat pada kulit kista, setelah menjadi
embrio dia akan menjadi nauplii, nauplii inilah yang berenang bebas, dan
memulai hidupnya, dan dalam fase ini, mulai mencari makanan untuk
dirinya sendiri,

setelah itu menjadi Artemia dewasa, setelah dewasa,

Artemia jantan dan Artemia betina bertemu dan mengalami perkembang
biakan, dan lahirlah kembali kista ataupun telur.
Selanjutnya, dimasukkan sampel uji Ekstrak Etanol buah Sawo
Manila (Manilkaraa Zapota L.P)(Royen) dengan

konsentrasi

yang

berbeda-beda yaitu 1, 10, 100 dan 1000 µg/ml, serta sebagai larutan
kontrol yaitu air laut laut. Alasan penggunaan Ekstrak Etanol buah Sawo
Manila (Manilkaraa Zapota L.P)(Royen) adalah untuk melihat sejauh mana
pengaruhnya terhadap potensi toksik dari ekstrak yang digunakan.
Digunakan air laut sebagai kontrol, untuk mencegah air laut akan
memberikan efek, bukan ekstraknya.
Pada sampel uji Ekstrak Etanol buah Sawo Manila (Manilkaraa
Zapota L.P)(Royen) dengan konsentrasi yang berbeda-beda, yakni 1, 10,
100 dan 1000 µg/ml bertujuan untuk melihat pengaruh konsentrasi
dari ekstrak terhadap aktivitasnya(LC50). Setelah dimasukkan kedalam
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

vial,

terlebih

dahulu

dikeringkan

dengan

cara

diangin-anginkan.

Sedangkan untuk kontrol air laut, dimasukkan sebanyak 5 ml kedalam vial
kemudian dimasukkan 10 ekor Larva Udang (Artemia salina Leach) ke
dalam masing-masing vial. Selanjutnya, ditambahkan 1 tetes suspensi
ragi,

yang

digunakan

sebagai

sumber

makanan

pada

Larva

Udang(Artemiasalina). Lalu dicukupkan volumenya dengan air laut sampai
10 ml. Disimpan vial-vial uji di tempat yang cukup mendapat sinar lampu
agar Larva Udang dapat hidup denga nsuhu yang sesuai. Setelah 24 jam
dilakukan pengamatan terhadap larva yang mati.
Penggunaan LC50 dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan dengan
perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan
uji dipaparkan suatu bahan kimia melaluui udara maka hewan uji tersebut
akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai
LC50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu
senyawa sehingga dapat juga untuk mempediksi potensinya sebagai anti
kanker.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh yaitu pada konsentrasi 1
replikasi I yang mati 2, pada replikasi II larva yang mati 1, pada replikasi
III larva yang mati 1 dengan total kematian 4. Pada konsentrasi 10,
replikasi I yang mati 3, pada replikasi II larva yang mati 2, pada replikasi III
larva yang mati 2 dengan total kematian 7. Pada konsentrasi 100, replikasi
I yang mati 8, pada replikasi II larva yang mati 7, pada replikasi III larva
yang mati 6 dengan total kematian 21. Pada konsentrasi 1000, replikasi I
AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

yang mati 10, pada replikasi II larva yang mati 10, pada replikasi III larva
yang mati 9 dengan total kematian 29. Dimana % kematian dari
konsentrasi 1 adalah 13,33 %. Pada konsentrasi 10 adalah 23,33 %. Pada
konsentrasi 100 adalah 70 % dan pada konsentrasi 1000 adalah 96,66 %.
Dan adapun nilai probit dari persen kematian adalah pada
konsentrasi 1 nilai probitnya yaitu 3,87. Pada konsentrasi 10 nilai
probitnya yaitu 4,26. Pada konsentrasi 100 nilai probitnya yaitu 5,25. Pada
konsentrasi 1000 nilai probitnya yaitu 6,88. Dimana nilai probit ini akan
dikalikan dengan log konsentrasi sehingga didpatkan hasil dari 0, 4,26,
10,5 , dan 20,64.
Sehingga perhitungan diperoleh nilai LC 50 ekstrak sawo manila
adalah sebesar 25,70 µg/ml, menurut (Anderson, 1991) nilai LC 50 yang
masuk dalam range antara 0 – 200,

bersifat sangat toksik dan nilai SE

log adalah 8, 167 µg/ml.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan analisis data dengan analisis
probit, maka dapat disimpulkan yaitu toksisitas dari Ekstrak etanol sawo
manila dengan

pada hewan uji

larva udang (Artemia salina Leach)

dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah
bersifat sangat toksik dengan nilai LC50 ekstrak sawo manila adalah
sebesar 25,70 µg/ml dan nilai SE log adalah 8, 167 µg/ml.
B. Saran
Sebaiknya asisten rajin memeriksa laporan supaya katrol cepat
terisi.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Griffits, E.J.F., J.H. Miller, D.T. Suzuki., R.G. Lewontin, W. M. Gelbart.
04. An Introduction to Genetic Analysis 5thed. W. H. Preeman and
Company. New York.
Gunawan. 2012.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Bagian Farmakologi dan
terapi kedokteran I: Jakarta.
Junaidi,P. 2007. Kapita Selekta Kedokteran edisi 2. PT. Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Katzung, Betram. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik.Salemba Medika:
Jakarta.
Mudjiman. 1989. Udang Renik air Asin (Artemia Salina). Bharta Karya
Aksar: Jakarta.
Nafrialdi, S. Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi ke-5. Gaya
Baru :Jakarta.
Rukmana, rahmat., Yuyun Yuniarsih. 2001. Aneka olahan buah kesemek,
buah sawo, buah sirsak. Yogyakarta: Kanisius.
Snell, R. 2006. Anatomi Klinik. Penerbit Buku Kedokteran, EGC: Jakarta.
Tjay, T. Hoan. 2010. Obat-obat Penting. Depkes RI: Jakarta.

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

LAMPIRAN
Skema Kerja
A. Pembuatan ekstrak etanol sawo manila
Disiapkan alat dan bahan

Siapkan ekstrak etanol sawo manila

Buat ekstrak etanol sawo manila 100 mg/100 ml larutan persediaan

Buat ekstrak etanol sawo manila menjadi 4 konsentrasi 1, 10, 100,
dan 100 µg/ml dalam etanol 70 %

B. Pra perlakuan
Direndam 50 mg telur Artemia salina Leach kedalam 250 ml air laut
pada pH 8-8,5 dibawah cahaya lampu dan suhu 25 ºC

Diiamkan selama 48 jam sampai menetas

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA

BHRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

C. Perlakuan
Masukkan ekstrak etanol sawo manila dengan konsentrasi 1, 10, 100,
dan 100 µg/ml, serta air laut sebagi pengontrol dalam vial

masing- masing konsentrasi dibuat 3 replikasi

ekstrak etanol sawo manila dikeringkan dengan menggunakan
hairdrayer

Dimasukkan dalam vial dan dicukupkan 5 ml air laut

Masukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach)

Dicukupkan volumenya sampai 10 mL dengan air laut

Diinkubasi 1x24 jam

Dihitung LC50

AYU MELINDA
15020140081

IVA MUKRIMA