K. 6 Sejarah Timbulnya Tasawuf Unsur Yu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf adalah aspek ajaran Islam yang paling penting, karena peranan
tasawuf merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran-ajaran Islam.
Ilmu tasawuf yang merupakan salah satu cabang ilmu yang di dalamnya
mengandung berbagai permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan
keimanan seseorang. Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam
sejarahnya, yang memunculkan pro dan kontra baik dari kalangan muslim
maupun dikalangan non muslim. Mereka yang kontra menganggap bahwa
tasawuf Islam merupakan sebuah paham yang bersumber dari agama-agama
lain dan mendapat pengaruh-pengaruh asing seperti ajaran dan budaya luar
Islam, antara lain ajaran agama Hindu, Budha, agama Persia, agama Yunani,
agama Nasrani dan lainnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam
makalah ini kami akan mencoba memaparkan sejarah timbulnya tasawuf unsur
Yunani dan Arab serta perkembangan dan tokoh-tokohnya.
B. Rumusan Masalah
1

Apakah pengertian tasawuf?


2

Bagaimana sejarah timbulnya tasawuf (Unsur Yunani dan Arab)?

3

Bagaimana Pertumbuhan dan perkembangan tasawuf

C. Tujuan Penulisan
1

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

2

Untuk mengetahui pengertian Tasawuf

3

Untuk mengetahui sejarah timbulnya Tasawuf (Unsur Yunani dan Arab)


4

Untuk mengetahui Pertumbuhan dan perkembangan Tasawuf

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasawuf
Dalam mengajukan teori tentang pengertian Tasawuf dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu:
1.

Dari segi Etimologis
Secara etimologis, pengertian dari tasawuf terdiri dari beberapa
macam sebagai berikut:
Pertama, Tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan
“ahlu suffah” ( ‫) اَهصصل الصصصفة‬, yang berarti sekelompok orang pada masa
Rasulullah SAW. yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam diserambiserambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah

kepada Allah SWT.
Kedua, ada yang mengatakan tasawuf berasal dari kata “shafa’ ”
( ‫) الصصفاء‬, yang berarti orang-orang yang mensucikan dirinya dihadapan
Tuhan-Nya.
Ketiga, ada yang megatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata
“shaf” ( ‫) صف‬, yang dinisbatkan kepada orang-orang yang ketika shalat
berada di Shaf yang paling depan.
Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dinisbahkan
kepada orang-orang dari Bani Shuffah.
Kelima, istilah taaswuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah
bahasa Grik atau Yunani, yakni “Saufi” ( ‫) سصصوف‬yang maknanya sama
dengan kata “hikmah” ( ‫) حكمة‬, yang berarti kebijaksanaan.
Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata
“shaufanah”, yang sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang
banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum
sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya.

2

Ketujuh, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata

“shuf” ( ‫ ) صوف‬yang berarti bulu domba atau wol.
Namun dari ketujuh kata tersebut yang paling dekat maknanya dengan
tasawuf adalah kata yang ketujuh, yakni kata “shuf”, yang diakui oleh
beberapa ulama, yakni Al-Kalabadzi, Asy-Syukhrawardi, Al-Qusyairi, dan
lainnya, walaupun pada knyataannya, tidak semua kaum sufi yang
memakai pakaian wol.1
2. Dari segi Terminologis
Pengertian tasawuf secara istilah menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
Al Junaidi Al Baghdadi (w. 297H.) yang menyebutkan, "Tasawuf
adalah riyadhah (latihan) untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat
kebinatangan dan mengisinya dengan akhlak mulia melalui pelaksanaan
ajaran agama yang benar dengan mengikuti apa yang disunnahkan
Rasulullah saw.
Menurut Syamnun ia menyatakan bahwa tasawuf adalah hendaklah
engkau memiliki sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu.
Menurut Jamaludin kafie, tasawuf adalah wasilah (medium) yang
ditempuh oleh seseorang mukmin melalui proses upaya dalam rangka
menghakikatkan syari’at thariqat untuk mencapai ma’rifat.
Menurut Muhammad Zaki Ibrahim tasawuf Islami mempunyai arti

membersihkan diri (takhali) dari sesuatu yang hina, dan menghiasinya
dengan sesuatu yang lebih baik untuk mencapai tingkat yang lebih dekat
dengan Allah atau sampai pada maqam yang tinggi, baik lahir maupun
bathin.2
1

Rosihon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, ( Bandung: CV.Pustaka
Setia,2004), hlm.9-10
2
Muhammad Sariyansyah, Sejarah Ilmu Tasawuf dan Perkembangannya,
(http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-ilmu-tasawufperkembangannya.html), Di akses pada tanggal 2.oktober.2014.

3

Pada masa Rasulullah dan masa sebelum datangnya Islam, belum dikenal
istilah tasawuf. Para ahli sejarah sepakat munculnya istilah tasawuf pada abad
kedua Hijriyah. Istilah sufi itu sendiri baru pertama kali digunakan oleh Abu
Hasyim Al-Kufi (w.250 H/780 M) seorang zahid dari syria dengan meletakkan alSufi dibelakang namanya.
Istilah Tasawuf, yang dimaknai sebagai metode penyucian jiwa berarti sama
dengan istilah Tazkiyat An-Nafs yang terdapat dalam Al-Quran. keduanya

menyajikan pelajaran yang sama seperti yang terdapat dalam asketisme (zuhd),
dan penyempurnaan Akhlak (ihsan). Semua istilah ini, dipergunakan pada masa
Rasulullah, kemudian di definisikan secara luas dan diperhalus selaras dengan
petunjuk Al-Quran dan hadits.3
A. Sejarah Timbulnya Tasawuf (Unsur Yunani Dan Arab)
1.

Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani, seperti filsafat telah masuk ke dunia Islam
pada akhir Daulah Amawiyah dan puncaknya pada masa Daulah
Abbasiyah ketika berlangsungnya kegiatan penerjemahan filsafat Yunani.
Penerjemah-penerjemah tersebut bukan saja dari kalangan Islam tetapi
juga dari kalangan agama lain seperti Yahudi dan Nashrani yang sebagian
mereka pada saat itu bekerja sebagai penerjemah atau dokter atau yang
lainnya di Daulah Abbasiyah. Dengan kegiatan penerjemahan itu, banyak
buku-buku filsafat disamping buku buku lainnya, yang dipelajari umat
Islam. Hal Ini dapat diartikan sebagai periode pengenalan umat Islam pada
metode berfikir yang filosofis.
Metode-metode berfikir filsafat ini juga turut mempengaruhi pola
fikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Pada

persoalan ini, boleh jadi tasawuf terkena pengaruh Yunani adalah tasawuf
yang diklasifikasikan sebagai tasawuf yang bercorak filsafat. Hal ini dapat
dilihat dari pikiran Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, terutama dalam uraian

3

Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Taswuf Dan Ihsan, (Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta, 2007), hlm. 24

4

tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu
Yazid Al-Busthami, Al-Hallaj, Ibnu Arabi, Syukhrawardi, dll.
Memang sulit dipungkiri bahwa dalam peradaban Islam terutama
pada masa dua dinasti diatas, yakni ketika tengah berlangsungnya era
penerjemahan, telah masuk faham-faham yang bersumber pada filsafat
Yunani, misalnya filsafat mistiknya Pythagoras. Dalam filsafat mistiknya
kita mendapati uraian Phytagoras yang mengatakan bahwa roh manusia
bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing, jasmani merupakan
penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya dialami pada alam

samawi, dan manusia harus membersihkan kesenangan roh itu dengan
meninggalkan

hidup

materi,

yaitu

zuhud,

untuk

selanjutnya

berkontemplasi. Ajaran inilah menurut pendapat sebagian orang, yang
mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.4
Ada juga yag mengatakan bahwa masuknya filsafat ke dunia islam
melalui mazhab Paripatetic (lebih banyak masuk ke dalam bentuk
skolastisisme ortodoks/kalam) dan Neo-Platonisme (masuk kepada dunia

tasawuf). Ketika ajaran Neo-Platonisme ini berhasil menyusup kedalam
tasawuf, hal pertama yang terjadi adalah penolakan terhadap keberbedaan
benda-benda (ghairiyat) dari Allah. Dibawah pengaruh ajaran ini, bukan
hanya timbul penolakan terhadap “hakikat” benda-benda dan “keberadaan
benda-benda” (bid’ah dan ibahat), dari sini pula muncul klaim-klaim yang
meniadakan syariat yang dikenal dengan “Nihilisme Syariat”5 yang
ditentang oleh Imam Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M) yang bagaimanapun
Nihilisme

Syariat

sangat

berbahaya

karena

dampaknya

akan


menyingkirkan kekuasaan aturan Islam. Aturan islam dianggap sebagai
ajaran yang tidak sempurna sehingga ada anggapan untuk tidak
mengikutinya bagi orang yang sempurna.

4

Rosihon Anwar dan Mukhtar Shalihin, Op.Cit hlm.34
Paham yang dibawa oleh sebagian kaum suf yang merasa tidak memerlukan
syariat lagi. Bagi mereka, syariat diperuntukkan bagi orang awam yang jauh
dari Tuhan. Sedangkan kaum suf merasa jiwanya sudah suci dan dekat
dengan Tuhan (ibid, hlm.37)
5

5

2. Unsur Arab
Untuk melihat bagaimana tasawuf berasal dari dunia Islam,
pelacakan terhadap sejarah munculnya tasawuf


mengingat kehadiran

Islam bermula dari daratan arab maka melacak sejarah perkembangan
tasawuf, tidak hanya memperhatikan ketika tasawuf mulai dikaji sebagai
ilmu, melainkan sejak zaman Rasulullah. Memang pada masa Rasulullah
dan masa datangnya agama Islam, istilah tasawuf itu belum ada. Akan
tetapi, tidak dapat disangkal lagi bahwa hidup seperti yang digambarkan
dalam kalangan ahli-ahli sufi itu sudah ditemukan, baik pada diri Nabi
Muhammad sendiri maupun pada diri sahabatnya. Sikap zuhud, misalnya,
telah banyak ditananamkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya dalam
keseharian beliau.
Kalau dilihat sejarahnya, hidup zuhud telah ada sebelum
munculnya Islam di tanah Arab. Oleh sebab itu untuk melihat sejarah
tasawuf, perlu ditinjau perkembangan peradaban Islam sejak zaman
Rasulullah. Hal ini karena pada hakekatnya kehidupan rohani telah ada
pada diri beliau sebagai panutan agama. Kesederhanaan hidup dan
upayanya menghindari bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak Islam
datang. Ini tergambar dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya
yang berada dalam suasana kesederhanaan. Dengan demikian, pada abad
pertama Hijriyah, orang Islam belum mengenal istilah tasawuf dan yang
ada hanyalah benih-benih kezuhudan yang sudah ada sejak dalam
kehidupan Rasulullah SAW.
Sikap-sikap

Rasulullah

dan

para

sahabat

ini

kemudian

dipraktekkan pula oleh kaum sufi berikutnya. Para Tabi’in merupakan
perintis dalam usaha sendiri-sendiri untuk mendekatkan diri kepada Allah
tanpa melepaskan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pokok syari’at Islam.
C. Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf Dalam Islam
Pertumbuhan Tasawuf Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang
sudah ada ahli Mistik yang menghabiskan masa hidupnya dengan

6

mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya; antara lain terdapat pada India Kuno
yang beragama Hindu maupun Budha. Orang-orang mistik tersebut
dinamakan Gymnosophists oleh penulis barat dan disebut Al-hukama’ul Uroh
oleh penulis Arab. Yang dapat diartikan sebagai orang-orang bijaksana yang
berpakaian terbuka. Hal tersebut dimaksudkan, karena ahli-ahli mistik orangorang India selalu berpakaian dengan menutup separuh badannya.
Selanjutnya dapat dikemukakan beberapa nash yang mengandung ajaran
tasawuf yaitu:
1) Nash-nash al-qur’an, antara lain QS; Al-Ahzab ayat 41-42 yang artinya: :
“ Hai orang-orang yang beriman berdzikirlah dengan menyebut nama
Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang”.
2) Nash-nash hadits yang antara lain artinya berbunyi; ”Bersabda
Rasulullah saw: Takutilah firasat orang-orang mu’min, karena ia dapat
memandang dengan nur (petunjuk Allah). “ H.R.Bukhari yang bersumber
dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi.
Kehidupan Rasulullah saw yang menggambarkan kehidupan sebagai sufi
yang sangat sederhana, karena beliau menjauhkan dirinya dari kehidupan
mewah, yang sebenarnya merupakan amalan zuhud dalam ajaran Tasawuf.
1. Perkembangan Tasawuf Beserta Tokoh-Tokohnya
a. Pada Abad Pertama dan Kedua Hijriyah
1) Perkembangan tasawuf pada masa sahabat Para sahabat juga
mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba sederhana, dimana
hidupnya hanya semata-mata diabadikan kepada tuhannya.
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan
berfungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar kota Madinah,
yang tertarik kepada kehidupan shufi, para sahabat-sahabat tersebut
antara lain, Al-Khulafa Ar-Rasyidun, Salman Al-Farisiy, Abu Dzar
Al-Ghifary, Ammar bin Yasir, Huzaidah bin Al-Yaman, dan Niqdad
bin Aswad.

7

2) Perkembangan tasawuf pada masa tabi’in Ulama-ulama sufi dari
kalangan tabi’in adalah murid dari ulama-ulama sufi dari kalangan
shahabat. Kalau berbicara tasawuf dan perkembangannya pada abad
pertama, dengan mengemukakan tokoh-tokohnya dari kalangan
sahabat, maka pembicaraan perkembangan tasawuf pada abad kedua
dengan tokoh-tokohnya pula. Tokoh-tokoh ulama sufi Tabi’in antara
lain; Al-Hasan Al-Bashry, Rabi’ah Al-Adawiyah, Sufyan bin sa’id
Ats-Tsaury, Daud Ath-Thaiy, dan Syaqieq Al-Balkhiy.
b. Pada Abad Ketiga dan Keempat Hijriyah.
1) Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyah sudah pesat, hal ini
ditandai dengan adanya segolongan ahli tasawuf yang mencoba
menyelidiki inti ajaran tasawuf yang berkembang pada masa itu,
sehingga mereka membaginya ke dalam tiga macam, yakni; Tasawuf
yang berintikan ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan Metafisika. Tokoh-tokoh
sufi pada masa ini diantaranya; Abu Sulaiman Ad-Darany, Ahmad bin
Al-Hawary Ad-Damasqiy, Abul Faidh Dzun Nun bin Ibrahim AlMishry, Abu Yazid Al-Bushthamy, Junaid Al-Baghdady, dan AlHallaj.
2) Perkembangan tasawuf pada abad Keempat Hijriyah ditandai dengan
kemajuan ilmu tasawuf yang lebih pesat dibandingkan sebelumnya,
karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk mengembangkan
ajaran tasawufnya masing-masing. Sehingga kota Baghdad yang hanya
satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf yang
paling besar dikota itu, tersaingi oleh kota-kota yang lainnya. Upaya
untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota Baghdad dipelopori
oleh tokoh sufi yang terkenal kealimannya, antara lain; Musa AlAnshary; mengajarkan Ilmu Tasawuf di Khurasan (Persia/Iran), Abu
Hamid bin Muhammad Ar-Rubazy; megajarkannya disalah satu kota
di Mesir, Abu Zaid Al-Adamy; mengajarkannya di semenanjung

8

Arabiyah, Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy;
mengajarkannya di Nasaibur dan kota syaraz.
c. Pada Abad Kelima Hijriyah
Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara Ulama
sufi dengan ulama Fiqih, maka pada abad kelima ini, keadaan semakin
rawan ketika berkembangnya mahzab Syi’ah ismaa’iliyah; yaitu suatu
mahzab yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada
keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia ini
harus diatur oleh imam, karena dialah yang langsung menerima
petunjuk dari Rasulullah saw.
Menurut mereka ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini
yang disebut sebagai imam Mahdi, yang akan menjelma ke dunia
dengan membawa keadilan dan memurnikan agama islam. Kedua belas
imam itu adalah:
 Ali bin Abi Thalib
 Hasan bin Ali
 Husein bin Ali
 Ali bin Husein
 Muhammad Al-Baakir bin Ali bin Husein
 Ja’far shadiq bin Muhammad Al Baakir
 Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq
 Ali Ridhaa bin Kazhim
 Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
 Ali Al-Haadi bin Jawwaad
 Hasan Askary bin Al-Haadi
 Muhammad bin Hasan Al-Mahdi6
d. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan Hijriyyah
6

H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), hlm. 227

9

1) Perkembangan tasawuf pada abad keenam Hijriyah; para ulama yang
sangat berpengaruh pada zaman ini adalah Syihabuddin Abul Futu AsSuhrawardy, dan Al-Ghaznawy (w. 545 H/1151 M).
2) Perkembangan tasawuf pada abad ketujuh Hijriyah; ada beberapa ahli
tasawuf yang berpengaruh di abad ini diantaranya; Umar Ibnul Faridh,
Ibnu Sabi’in, dan Jalaluddin Ar-Rumy.
3) Perkembangan tasawuf pada abad kedelapan Hijriyah; pada abad ini,
tidak terdengar lagi perkembangan dan pemikiran baru dalam
Tasawuf, meski banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan
pemikirannya tentang Ilmu Tasawuf, namun kurang mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh dari umat Islam. Sengga nasib ajaran
Tasawuf hampir sama dengan abad ketujuh Hijriyah. Pengarangpengarang kitab pada abad ini, antara lain:
1) Al-kisany; wafat tahun 793 H/1321 M.
2) Abdul Karim Al-Jily; pengarang kitab “Al-Insanul Kamil”
e. Pada abad kesembilan, kesepuluh Hijriyah dan sesudahnya.
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi
di dunia islam, artinya nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada
abad

keenam,

ketujuh

dan

kedelapan

Hijriyyah.

Factor

yang

menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf ini antara lain; ahli tasawuf
sudah kehilangan kepercayaan di kalangan masyarakat islam. Serta
adanya penjajah bangsa eropa yang beragama Nasrani yang menguasai
seluruh negeri islam. Meskipun ajaran Tasawuf menyedihkan dalam
empat abad diatas, masih terlihat adanya Ahli Tasawuf yang
memunculkan ajarannya, dengan mengarang kitab-kitab yang memuat
Tasawuf, antara lain:
1) Abdul Wahhab Asy-Sya’rany (w. 973 H/1565 M), mengarang
kitab “Al-Lathaiful Minan” (Kehalusan Hati);
2) Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijany (w.
1230 H/1815 M), ia sebagai pendiri Tarikat Tijani;

10

3) Sidi Muhammad bin Ali As-Sanusy, sebagai pendiri Tarikat
Sanusiyah;
4) As-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdi (w.1332 H/1914 M),
pengarang kitab “Tanwirul Qulub Fi Muamalah ‘Allamil
Ghuyub”, beliau termasuk pengikut Tarikat Naqsyabandiyah.

11

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari definisi-definisi yang dikemukakan para tokoh tentang
Tasawuf, bahwa tasawuf adalah upaya atau jalan untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT melalui proses dan cara-cara tertentu agar mendapatkan
kebahagian batin sehingga menghiasi diri dengan akhlakul karimah. Orang
yang bertasawuf disebut sebagai sufi.
Tasawuf Islam itu benar-benar murni berasal dari tubuh Islam itu
sendiri yang bersumber dari Alquran dan Hadis Nabi. Kita harus cermat, dan
obyektif memandang suatu pengetahuan sehingga tidak terjadi salah paham
yang dapat menyesatkan.
Mempelajari tasawuf memiliki banyak manfaat diantaranya di zaman
yang modern saat ini Tasawuf dapat menyejukan hati, menentramkan jiwa dan
menemukan makna hidup yang sesungguhnya ditengah pergumulan hidup
sehari-hari. Buah dari tasawuf adalah akhlak yang mulia dan peningkatan iman
sehingga kita dapat lebih dekat dengan Allah SWT dan dapat menyeimbangkan
kehidupan dunia dan akhirat.
Imam malik berkata:
‫ومن تفقه ولم يتصوف فقد تفسق ومن تصوف ولم يتفقه فقد تزندق ومن تفقه وتصوف فقد‬
‫توفق‬
“Barangsiapa yang yang berilmu fiqih, tanpa tasawuf, dia akan fasik;
dan barangsiapa bertasawuf tanpa ilmu fiqih, dia akan kafir zindiq; dan
barangsiapa berilmu fiqih dan bertasawuf, dialah yang tepat”
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami menyarankan kepada teman-teman sesama mahasiswa untuk
mencari informasi lain sebagai tambahan dari apa yang telah kami uraikan di
atas.

12

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon dan Mukhtar Solihin. Ilmu Tasawuf. Pustaka Setia. Bandung.
2004.
Mustofa, H. A. Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia. Bandung. 2005.
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani. Tasawuf Dan Ihsan. Serambi Ilmu Semesta.
Jakarta. 2007.
Muhammad Sariyansyah. Sejarah Ilmu Tasawuf dan Perkembangannya.
http://islaminstituthere.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-ilmutasawuf-perkembangannya.html

13