Jenis jenis perkecambahan Jenis Industri

Jenis-Jenis Perkeczmbhan
LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh :
KEL. 5 / GOL. B
1. Andik Setyawan

(141510501058)

2. Moh. Abu Amar

(141510501087)

3. Chrisman Susanto

(141510501188)

4. Miftahul Ulum

(141510501164)


5. Firdha Rafiandani

(141510501022)

6. Devi Viddhianty

(141510501053)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM FISIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanaman adalah organisme eukariotik multiseluler dengan kemampuan
untuk menghasilkan makanan mereka sendiri dengan proses fotosintesis. Salah
satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan pada

tanaman terjadi karena adanya pertambahan ukuran (volume) yang irreversible
(tidak dapat balik) yang disebabkan adanya pertambahan jumlah sel melalui
proses pembelahan sel secara mitosis pada titik tumbuh dan pembesaran dari tiaptiap sel. Sedangkan perkembangan merupakan spesialisasi sel sel menjadi struktur
dan fungsi tertentu. Perkembangan tidak dapat dinyatakan dengan ukuran, tetapi
dapat dinyatakan dengan perubahan bentuk dan tingkat kedewasaan.
Pertambahan ukuran sel pada tanaman merupakan suatu tanda-tanda bahwa
tumbuhan tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari pertambahan
sel yang menyebabkan perkembangan dan pertumbuhan pada tanaman terdapat
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan suatu
tanaman yaitu faktor eksternal meliputi iklim, edapik, biologis. Sedangkan faktor
internal meliputi ketahan terhadap iklim, laju proses laju fotosintesis, proses
respirasi, proses asimilasi, kapasitas menyimpan cadangan makanan.
Pertumbuhan tanaman diawali dengan terjadinya zygote, terbentuknya
embrio, diikuti dengan pembelahan dan pengembangan sel, sampai terjadinya
proses perkecambahan dari biji. Setelah biji berkecambah, maka seterusnya
tanaman akan tumbuh dan berkembang, pertumbuhan bibit diikuti dengan
pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tanaman. Akhir dari siklus hidup
tanaman ditandai dengan senescence dan akhirnya tanaman akan mati.
1.1 Tujuan

Untuk memahami dan mengerti jenis-jenis pertumbuhan tanaman dan dapat
membedakan berdasarkan morfologi dan fungsinya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada materil
sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitatif ini
dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari ada menjadi tidak ada, dari kecil
menjadi besar dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas,
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman, terdiri atas serangkaian
perubahan yang bersifat kualitatif (Allvanialista, 2013). Pertumbuhan terjadi
selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible).
Pertambahan besar ataupun bertambahan berat tanaman atau bagian tanaman
akibat adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru. Peningkatan ukuran
tanaman yang tidak akan kembali akibat pembelahan dan penambahan sel.
Perkembangan di artikan sebagai proses perubahan secara kualitatif atau
mengikuti pertumbuhan tanaman/bagian-bagiannya. (Syamsussabri, 2013)
Pada tanaman, pertumbuhan di mulai dari proses perkecambahan benih
yang berupah biji, Benih adalah bahan genetik yang membawa sifat-sifat
diwariskan melintasi batas batas generasi (Gbadamosi, 2013). Sebutir biji matang

terbungkus oleh lapisan pelindung, yaitu testa, yang pada permukaannya dijumpai
satu lubang kecil, mikropil dan satu lampang (scar), hilum yang menandakan
tempat menempelnya biji pada plasenta di dinding buah. Di dalam testa terdapat
satu tumbuhan embrio dan cadangan makanan yang tersimpan, baik di luar embrio
sebagai endosparma maupun (lebih umum) di dalam embrio sendiri pada keping
biji (Hamdan, 2012). Jika biji terlempar

dari tumbuhan induknya, embrio

merupakan dengan ujung akar dan ujung pucuknya. Embrio tanaman dikotil
tersusun atas satu akar muda (radikula), calon pucuk (plumula), dua daun biji
(kotiledon) dan poros embrio yang karena terdapat di bawah garis tempat
kotiledon menempel disebut hypo. Hipokotil bersambungan dengan dengan
radikula di ujung bawahnya dan plumula di ujung atasnya. (Goldsworty, 1984)

Perkecambahan benih terutama bergantung pada air, oksigen, suhu dan
pada benih tanaman tertentu juga dipengaruhi oleh cahaya. Perkecambahan dapat
terjadi apabila kandungan air dalam biji semakin tinggi karena masuknya air
kedalam biji melalui proses imbibisi (Mustika, 2010). Kulit benih yang permeabel
memungkinkan air dan gas dapat masuk. Imbibisi merupakan peristiwa migrasi

molekul-molekul air ke suatu zat lain yang mempunyai pori-pori cukup besar
sehingga mampu melewatkan molekul-molekul air, kemudian molekul air tersebut
menetap di dalam zat tersebut. Air memegang peranan yang terpenting dalam
proses perkecambahan biji karena merupakan salah satu faktor untuk
berlangsungnya proses perkecambahan. Proses imbibisi air oleh benih sangat
dipengaruhi oleh komposisi kimia benih, permeabilitas benih dan jumlah air yang
tersedia, baik air dalam bentuk cairan maupun uap air disekitar benih. (Juhanda,
dkk, 2013)
Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi
dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan osmosis.
Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah
konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi sedangkan proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit
biji bersifat permeabel terhadap molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke
dalam biji melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada
keterlibatan membran, seperti pada osmosis. Imbibisi terjadi karena permukaan
struktur-struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan seperti selulosa, butir pati,
protein dan bahan lainnya menarik dan memegang molekul-molekul air dengan
gaya tarik antar molekul. Dengan kata lain imbibisi terjadi oleh potential matrik
(Asaf, 2014)

Apabila proses imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan. Pada
kondisi pertubuhan yang cocok, satu biji yang hidup akan berkecambah dan
menghasilkan satu tumbuhan muda atau kecambah. Gejala luar pertaman dari
kecambah adalah pecahnya testa di daerah mikropil dan dari situ muncul radikula
yang kemudan menancap ke tanah dan tancapan menjadi kuat dengan munculnya
rambut akar (Jalaluddin 2011), Perkecambahan dan pertumbuhan biji adalah

tahapan yang paling rentan dari tanaman. Pada waktu yang bersamaan ketika
radikula timbul, mulailah pertumbuhan aktif pada bagian embrio lainnya. Jika
bagian yang tumbuh ini adalah hipokotil, plumula dan kotiledon yang masih
terbungkus testa akan terangsang ke atas permukaan tanah dan kotiledon itu akan
segera mengembang sebagai struktur daun pertama. Sering kali kotiledon itu
berubah menjadi hijau dan berfungsi sebagai daun yang berfotosintesis. (Seyed
Nader, 2013). kotiledon kecambah jarak menjadi sangat besar dan tampak seperti
daun sejati. Pada beberapa biji endosparma, misalnya kacang buncis (phaseolus
vulgaris), kotiledonnya terisi penuh oleh cadangan makanan yang tersimpan,
sehingga pada waktu cadangan makanan ini habis, kecambah telah cukup
pertumbuhannya, sehingga dapat berdiri sendiri dan kotiledon ini layu serta
rontok. (Erma, 2010).
Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu epigeal dan hipogeal. Tipe perkecambahanya yang hipokotilnya
memanjang dikatakan perkecambahan epigeal (di atas tanah), sebab kotiledonnya
terangkat

ke atas permukaan tanah. Perkecambahan kacang uci (Vigna

unguiculata), jarak dan labu adalah contoh-contoh perkecambahan epigeal.
Sebaliknya jika bagian tumbuh aktif ketika radikula muncul ialah epikotil (yaitu
poros batang dari plumula yang berada di atas kotiledon tetapi di dawah daun
sejati pertama) seperti pada hiris atau gude (cajanus cajan) dan citrus spp.,
kotiledon tetap berada di bawah tanah. Sebelum plumula mencapai permukaan
tanah, kotiledon membungkuk ke bawah seperti kail, sehingga meristem
pucuknya yang rapuh itu terarah kebawah dan terhindar dari gesekkan denagn
pertikel tanah. Ketika sampai ke permukaan tanah, plumula itu meluruskan diri
dan tumbuh menjadi pucuk kotiledonnya mengerut ketika kandungan makanan
habis. Tipe perkecambaha yang epikotilnya memanjang di sebut hipogeal (di
bawah tanah). Perkecambahan hipogeal mungkin jarang dijumpai dari pada
perkecambahan epigeal. (Loveless, 1983)
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang meliputi:
tingkat


kemasakan

benih,

ukuran

benih,

dormansi,

dan

penghambat

perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan

cahaya. (Panahi, 2012). Dormansi adalah suatu keadaan pertumbuhan yang
tertunda atau keadaan istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu
periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan

untuk perkecambahan, dormansi terjadi disebabkan oleh faktor luar (eksternal)
dan faktor dalam (internal). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji
adalah tidak sempurnanya embrio (rudimetery embrio), embrio yang belum
matang secara fisiologis, kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis),
kulit biji impermeable, dan adanya zat penghambat (inhibitor) untuk
perkecambahan. perkembangan kulit biji impermeabel berpengaruh secara
langsung terhadap fase istirahat (dormansi). Kulit biji impermeabel bagi biji yang
sedang mengalami dormansi, dapat mereduksi kandungan oksigen yang ada dalam
biji, sehingga dalam keadaan anaerobik, terjadi sintesa zat penghambat tumbuh
(Indriyati, 2012).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan praktikum fisiologi tumbuhan dilaksanakan pada hari Minggu,
17 september 2014 pada pukul 07.00-selesai. Bertempat di Laboratorium Fisiologi
Tumbuhan, Gedung Jurusan Agronomi, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih tanaman monokotil epigeal (kacang tanah)
2. Benih tanaman monotil hypogeal (jagung)

3. Benih tanaman dikotil epigeal (Kedelai)
4. Benih tanaman dikotil hypogeal (kacang polong)
5. Media tanam (pasir)
3.2.2 Alat
1. Bak perkecambahan
2. Beaker glass
3. Kertas Label
4. Handsprayer
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengisi bak perkecambahan dengan bahan tanam hingga ½ bagian dari tinggi
bak perkecambahan
3. Membuat lajur secara berurutan denagn menandai mengunakan kertas label
pada setiap jenis benih dan pengulangannya.
4. Merendam benih pada air dalam beaker glass selama 15 menit.
5. Menanam benih pada bak perkecambahan
6. Melakukan perawatan dan pemeliharaan setiap hari

7. Melakukan pengamatan ahir


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Jenis Pertumbuhan Tanaman Monokotil

No

Jenis
Tanaman

Jagung
1

(Tanaman
Monokotil
Hipogeal)

UL

Gambar

1
2
3
4
5
6
7
8
9
1o

Panjang
Hipokotil
(cm)
3
2,7
2,7
2
1
0,6
2,2
2,1
3,8
2,4

Panjang
Epikotil
(cm)
1,1
0,5
0,3
0,2
0,3

Panjang
Kecambah
(cm)
3,3
3,2
3,8
2,5
1,8
1,1
2,9
2,4
4
2,7

Panjang
Epikotil
(cm)
3
4,5
-

Panjang
Kecambah
(cm)
34
8,5
33,3
10,6
8,8
7,7
6,3
3,2
7,9
4,7
4,3
4,0
3,7
1,8
3,7
3
2,3
4
3,3
3,4
11,5

Tabel 2. Jenis Pertumbuhan Tanaman Dikotil

No

Jenis
Tanaman

Kacang
Polong
1

(Tanaman
Dikotil
epigeal)

Kacang
Tanah
2

(Tanaman
Dikotil
Epigeal)

3

Kedelai

UL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1

Gambar

Panjang
Hipokotil
(cm)
28
6
28,8
8,1
7
6,6
4,8
1,7
6,7
3,6
3,1
3,2
2,2
0,5
2,5
1,8
0,9
3,1
2,1
2,1
10,3

(Tanaman
Dikotil
Epigeal)

2
3
4
5
6
7
8
9
10

5,4
0,6
1,2
5,7
11,3
1,2

-

6,6
1,6
2,4
6,7
12,5
2,3

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari praktikum, dapat diketahui
bahwa komoditas yang digunakan sebagai bahan praktikum tentang jenis-jenis
pertumbuhan tanaman terdiri dari tanaman dikotil dan monokotil. Dari masingmasing komoditas tersebut dilakukan 10 ulangan. Tanaman monokotil yang
digunakan pada praktikum adalah tanaman dengan tipe perkecambahan hipogeal,
yaitu jagung.
Pada perkecambahan jagung bagian tumbuh yang aktif ketika radikula
muncul adalah epikotil (yaitu poros batang dari plumula yang berada di atas
kotiledon tetapi di dawah daun sejati pertama). kotiledon tetap berada di bawah
tanah. Sebelum plumula mencapai permukaan tanah, kotiledon membungkuk ke
bawah seperti kail, sehingga meristem pucuknya yang rapuh itu terarah kebawah
dan terhindar dari gesekkan dengan partikel tanah. Ketika sampai ke permukaan
tanah, plumula itu meluruskan diri dan tumbuh menjadi pucuk kotiledonnya
mengerut ketika kandungan makanan habis (Loveless, 1983). Sepuluh biji yang
ditanam masing-masing pertumbuhan kecambahnya mengalami perbedaan,
perkecambahan yang paling tinggi adalah pada ulangan ke 9. Ulangan ke 9
panjang hipokotil 3,8 cm, panjang epikotil 0,2 cm. Pada ulangan 1,2,3,4,5,6,7,8,10
benih tetap tumbuh, tetapi tidak maksimal. Benih yang tidak tumbuh atau tumbuh
degan kurang baik dikarenakan lemah pada proses penyerapan terutama pada
media tumbuh di sekitarnya (Anisa, 2011).
Pada tabel yang kedua jenis tanaman yang termasuk tanaman dikotil dengan
tipe perkecambahan epigeal adalah tanaman kacang polong, kacang tanah dan

kedelai. Merupakan perkecambahan epigeal karena hipokotilnya memanjang,
sehingga kotiledonnya terangkat ke atas permukaan tanah (Loveless, 1983). Pada
perkecambahan benih kacang polong kecambah yang tumbuh normal hanya pada
ulangan 1 dan 3. Ulangan ke 1 panjang hipokotil 28 cm, panjang epikotil 3 cm.
Ulangan ke 3 dengan panjang hipokotil 28,8 cm, panjang epikotil 4,5 cm. sedang
panjang kecambah terpendek pada ulangan ke 10 dengan panjang hipokotil 3,6
cm, epikotil tidak tumbuh. Pada ulangan ke 2,4,5,6,7,8 hanya hipokotilnya saja
yang tumbuh. Itu menunjukkan bahwa tanaman yang tumbuh normal hanya pada
ulangan ke 1 dan 3.
Pada perkecambahan jenis tanaman kacang tanah pertumbuhan hanya terjadi
pada hipokotilnya. kecambah terpanjang adalah pada ulangan ke 2 dengan
panjang hipokotil 3,2 cm, panjang epikotil 0. Pertumbuhan kecambah tersebut
menunjukkan bahwa keseluruhan dari biji tanaman kacang tanah mulai dari
ulangan ke 1 sampai ke 10 tidak ada yang mampu tumbuh dengan baik karena
hanya hipokotilnya saja yang tumbuh. Pada pertumbuhan kecambah biji kedelai
pertumbuhan kecambah terpanjang adalah pada ulangan ke 6 dengan panjang
hipokotil 11,3 cm, panjang epikotil 0. Pertumbuhan pada tanaman kedelai sama
dengan kacang tanah yang hanya tumbuh pada hipokotilnya saja. Meskipun
kacang tanah dan kedelai mampu berkecambah hampir semuanya tetapi
pertumbuhannya tidak sebaik kacang polong. Berdasarkan tabel 2, meskipun
sudah selama satu minggu namun semua epikotil dari kacang tanah dan kedelai
belum tumbuh.
Benih dari jenis tanaman jagung, kacang polong, kacang tanah, dan kedelai
yang dalam proses penanaman dan pemeliharaannya sama dengan waktu dan
media tanam yang sama, menghasilkan pertumbuhan kecambah yang berbeda. Hal
itu menujukkan Perbedaan pada proses perkecambahan dipengaruhi oleh kualitas
dari benih yang ditanam itu sendiri. Benih dengan ukuran cukup besar dan berisi
(Bernas) memiliki kemampuan menyerap air lebih baik di bandingkan benih yang
lebih kecil dan tidak berisi sehingga proses perkecambahannya akan lebih cepat,
selain itu jumlah cadangan makanan yang terdapat didalam biji mempengaruhi
pertumbuhan plumula dan radikulannya. Semakin banyak cadangan makanan

yang

terdapat

didalamnya

maka

akan

semakin

mempercepat

proses

perkecambahannya atau mempercepat pertumbuhan plumula dan radikula
tersebut.
4.2.3 Proses Fisiologis Perkecambahan
Proses perkecambahan secara fisiologi melalui 3 tahapan yaitu imbibisi,
pengaktifan proses metabolisme, dan perkecambahan. Imbibisi, proses imbibisi
dilakukan dengan cara merendam biji pada air dalam waktu beberapa menit,
imbibisi dilakukan untuk melunakkan kulit biji dan mempercepat pengembangan
embrio dan endosperm, dalam tahap ini kadar air yang semula 25-35 % naik
menjadi 50-60 %, hal ini mengakibatkan pecahnya kulit biji, selain itu sebagai
fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji, biji yang berkecambah memerlukan
suhu
10-40 0C. Pengaktifan proses metabolisme, Peningkatan laju respirasi akibat
imbibisi akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat didalamnya sehinga
terjadi proses perombakan makanan (katabolisme). Enzim-enzim yang berperan
adalah enzim hidrolitik seperti: α amylase dan β amylase yang mertombak pati
menjadi gula (glukosa, fruktosa, dan sukrosa), ribonuklease yang merombak
ribonukleotida endo-α-glukanase, glukan fosfatase yang merombak senyawa yang
mengandung P, lipase yang merombak lemak menjadi glycerine dan asam lemak,
dan protease yang merombak senyawa protein menjadi asam amino. Proses
perombakan makanan melalui dua proses yaitu katabolisme karbohidrat dan
metabolisme lemak. Katabolisme karbohidrot bertujuan untuk membentuk
protoplasma dan organel sel baru. Metabolisme lemak bertujuan untuk merombak
enzim lipase dan enzim lainnya sehingga mendorong inisiasi pertumbuhan embrio
(Aprilya, 2011).
Perkecambahan, merupakan tahapan yang terjadi pada akhir tahap
pengaktifan. Tahapan ini merupakan akibat dari proses pembentukan sel-sel baru
pada embrio, yang akan diikuti proses deferensiasi sel-sel, sehingga terbentuk
plumula yang merupakan bakal batang dan daun, serta radikula yang merupakan
bakal akar. Kedua bagian ini akan bertambah besar. Benih padi dikatakan telah

berkecambah apabila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti
oleh munculnya koleoptil yang membungkus daun, Dalam keadaan terendam,
maka yang muncul lebih dahulu adalah koleoptil dan kemudian diikuti oleh
koleorhiza (manurung, 2009).
4.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
Perkecambahan suatu tanaman tidak lepas oleh pengaruh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan, sedangkan faktor
eksternal lebih berkaitan dengan kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman itu
sendiri. Faktor internal meliputi :
Tingkat kemasakan benih, Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum
memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna. Ukuran benih, Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil.
Dormansi, Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Penghambat
perkecambahan, penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran
inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan
nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau
menghambat laju respirasi (Soetopo, 2010).
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan suatu tanaman
antara lain air, suhu, oksigen, cahaya, dan medium. air merupakan syarat penting
berlangsungnya perkecambahan. Pertumbuhan benih tidak akan dimulai bila air
yang terserap masuk kedalam benih belum mencapai 80% sampai 90% serata
dibutuhkan kadar air benih 30% sampai 50%. Suhu, Suhu optimal adalah yang
paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase
perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd
35°C.

Oksigen, Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat
disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan
energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih.
Cahaya, Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi
tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran. Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo (2010) pengaruh cahaya
terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang
memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk
mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada
tempat gelap maupun ada cahaya. Medium, Medium yang baik untuk
perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai
kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama
cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat
kertas, pasir dan tanah.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengamatan di ketahui bahwa perkecambahan di dasarkan
letak kotiledonnya di bagi menjadi 2 : Hipogeal (jagung) dan Epigeal (Kacang
polong, kacang tanah, kedelai).
2. Proses perkecambahan pada tanaman melalui 3 tahap, yakni: perembesan air ke
dalam benih (imbibisi), pengaktifan proses metabolism dan perkecambahan.
3. Terdapat perbedaan pertumbuhan diantara biji-biji yang di tanam yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi Tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormasi,
penghambat kecambah. sedangkan faktor eksternal meliputi air, cahaya,
oksigen, suhu, kelembaban dan media tanam.
5.2 Saran
Praktikan atau mahasiswa seharusnya mengetahui dan mencari berbagai
informasi mengenai pertumbuhan suatu tanaman dan proses-proses yang terjadi
didalamnya. Sehingga Masalah-masalah yang terjadi dalam proses pertumbuhan
dapat dicegah jika mengerti proses-proses atau hal-hal yang berkaitan dengan
perkecambahan tanaman. Pengetahuan yang didapat dapat memudahkan kita
dalam membudidayakan suatu tanaman.

DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, Hamdan A., dkk. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tunas
pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan Dengan Teknik Sambungan.
Pemuliaan Tanaman Hutan, 6 (2): 2-3.
E. Gbadamosi Alaba. 2013. Germination Biology of Picralima nitida (Stapf)
under Pretreatments. Greener Journal of Biological Sciences, 3(1) : 1-3.
Goldsworthy, Peter R. and N.M. Fisher. 1984. Fisiologi Tanaman Budaya Tropik.
Terjemahan oleh Ir. Tohari, MSc. Ph.D. dan Dr. Ir. Soedharoedjian.1992.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Haryanti, Sri. Dkk. 2009. Pengaruh Kolkisin Terhadap Pertumbuhan, Ukuran Sel,
Metafase Dan Kandungan Protein Biji Pada Kacang Hijau. Jurnal
Penelitian Sains Dan Teknologi, 10 (2): 3-4.
Husain, I., dan Rully T. 2012. Pematahan Dormansi Benih Kemiri (Aleurites
moluccana, L. Willd) yang Direndam dengan Zat Pengatur Tumbuh Organik
Basmingro dan Pengaruhnya terhadap Viabilitas Benih . JATT, 1(2): 1-3.
Jalaluddin, M., and Maria H. 2011. Effect of Adding Inorganic, Organic and
Microbial Fertilizers on Seed Germination and Seedling Growth of
Sunflower. Pak. J. Bot, 43(6): 1-3.
Juhanda, Yayuk N., dan Ermawati. 2013. Pengaruh Skarifikasi pada Pola Imbibisi
dan Perkecambahan Benih Saga Manis (Abruss precatorius L.). Agrotek
Tropika, 1(1): 2-3.
Loveless, A.R. 1983. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik
Jilid 2. Terjemahan oleh Kuswata Kartawinata, Ph.D., Sarkat Danimihardjo,
M.Sc. dan Usep Soetisna, Ph.D. 1989. Jakarta: Gramedia.
Masniawati A., dkk. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal
Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Manasir,1(1):1-2.
Mosavian, Seyed N., and Morteza Eshraghi N. 2013. The effects of seed size and
salinity on seed germination characteristic in wheat (var. Chamran).
International Journal of Farming and Allied Sciences, 2 (2): 1-3.
Panehi, F., at all. 2012. The Effects of Salinity and Temperature on Some
Germination Characteristics of Salsola arbuscula. World Applied Sciences
Journal, 19 (4): 1-2.

Prihastanti, Erma. 2010. Perkecambahan Biji dan Pertumbuhan Semai Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi, 18(1):2-3.
Syamsussabri. M. 2012. Konsep Dasar Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta
Didik. perkembangan, 1(1) :1-3.
R. D. Lasmadi, S. S. Malalantang, Rustandi, dan S. D. Anis. 2013. Pertumbuhan
dan Perkembangan Rumput Gajah Dwarf (Pennisetum Purpureum Cv. Mott)
Yang Diberi Pupuk Organik Hasil Fermentasi EM4. Jurnal Zootek, 32(5):
158-171.