MAKALAH PERILAKU ORGANISASI ANALIS PERKE

MAKALAH
PERILAKU ORGANISASI
ANALIS PERKEMBANGAN ORGANISASI MELALUI PENDEKATAN
PERILAKU ORGANISASI
(Studi Kasus di Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin
Timur Provinsi Kalimantan Tengah)

NAMA

: TUTIK KHOIRIYAH

NIM

: 017951793

UPBJJ

: PALANGKARAYA

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ADMISNISTRASI NEGARA
APRIL 2018

ABSTRAK

Organisasi distrik sebagai organisasi lokal yang sangat dekat dengan komunitas,
keberadaannya ditentukan oleh penerimaan. Tingkat komunitas penerimaan ditentukan
oleh seberapa jauh tingkat layanan yang diberikan kepada masyarakat. Pemilihan Kantor
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur berdasarkan dengan
asumsi bahwa organisasi berada dalam ruang lingkup atau area yang dimiliki karakteristik
dan kebetulan penulis tinggal di lokasi tersebut. Berdasarkan uraian dan analisa diatas ada
beberapa hal yang dapat

disimpulkan sebagai berikut: Pertama, perilaku sangat

berpengaruh dan kepemimpinan pada iklim organisasi di Kantor Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan; Kedua, Itu kejelasan peran di Kantor menentukan gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan oleh kepemimpinan. Dalam jangka panjang, itu akan mempengaruhi
iklim organisasi, dan Ketiga, iklim organisasi yang memiliki korelasi sangat nyata dengan
aspek peran dan

kepribadian setiap karyawan, baik karyawan pada level yang lebih rendah atau atas. Di
sisi lain kepribadian juga memiliki korelasi dengan pembentukan mendukung iklim
organisasi.

Kata Kunci: Perilaku Organisasi dan Pendekatan Analisi

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan
makalah mata kuliah Perilaku Organisasi ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembelajaran saya dalam penulisan ilmiah.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah

ini.

Kotawaringin Timur, April 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................

i

ABSTRAK........................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR......................................................................................


iii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

v

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................

1

A.

Latar Belakang............................................................................

1


B

Rumusan Masalah ......................................................................

9

PEMBAHASAN ..........................................................................

10

BAB II

A.

Landasan Teori............................................................................ 10

B

Konsep Perilaku Organisasi........................................................


12

BAB III KESIMPULAN ...........................................................................

18

A.

Kesimpulan.................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

19

iv

DAFTAR GAMBAR


Gambar 1. Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan
Administrasi
Gambar 2. Diagram Pendekatan Perilaku
Gambar 3. Prose perilaku kepemimpinan terhadap iklim organisasi

v

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Organisasi kecamatan sebagai organisasi lokal yang sangat dekat dengan
lingkungan masyarakat, keberadaaannya sangat ditentukan oleh penerimaan masyarakat.
Tingkat penerimaan masyarakat tersebut sangatlah ditentukan oleh sejauhmana tingkat
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan yang dimaksudkan di sini
adalah sejauhmana organisasi kecamatan tersebut memberikan kemudahan di dalam
mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), perijinan-perijinan, surat keterangan dan

lain sebagainya. Pemberian pelayanan kepada masyarakat tersebut sangatlah bergantung
sejauhmana efektivitas dan efisiensi dari organisasi kecamatan tersebut. Sebuah
organisasi kecamatan yang efektif dan efisiensi dapat memberikan kemudahankemudahan kepada masyarakat dalam memberikan pelayanan. Organisasi kecamatan
yang efektif dan efisien memiliki ciri-ciri antara lain memiliki transparansi dalam
pelayanan, kecepatan dalam pelayanan, prosedur pelayanan yang sederhana, biaya
pelayanan yang sangat murah, tidak terdapat diskriminasi dalam pelayanan serta yang
paling penting adalah adanya kepercayaan dan citra yang baik dari kantor kecamatan
tersebut yang diberikan oleh masyarakat.
Dalam konteks tersebut, organisasi kecamatan secara lebih spesifik fungsi
penyuluhan kepada masyarakat. Artinya dengan memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien kepada masyarakat tersebut, organisasi kecamatan telah menjalankan fungsi
memberdayakan masyarakat terutama memberikan kemudahan-kemudahan serta peluang
di dalam mengembangkan dirinya. Dalam konteks penyuluhan ini, organisasi kecamatan
mempunyai fungsi untuk memberdayakan masyarakat yang ada di wilayahnya. Secara

administratif, organisasi kecamatan bertanggung jawab untuk melakukan penyuluhan
kepada masyarakat. Dipilihnya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan didasarkan kepada
asumsi bahwa organisasi tersebut berada dalam lingkup atau wilayah yang mempunyai
karakteristik yang membedakan dengan daerah yang lain selain itu karena penulis tinggal
di kecamatan tersebut. Secara administratif organisatoris, Kecamatan Mentaya Hilir

membawahi beberapa organisasi yang berada pada tingkat terendah yaitu organisasi
kelurahan dan desa yaitu terdiri dari 1 kelurahan dan 9 desa. Kedudukan Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan beserta perangkat organisasinya sebagai pamong merupakan
organisasi pemerintah yang sangat vital, dimana organisasi ini secara langsung akan
bersentuhan dengan permasalahan sosial masyarakat seperti bidang pemerintahan, bidang
pembangunan, bidang kemasyarakatan dan bidangbidang lainnya. Berdasarkan kondisi di
atas menunjukkan bahwa kinerja dari organisasi ini sebenarnya bergantung kepada
bagaimana memberikan pelayanan yang efektif terhadap bidang-bidang tersebut yaitu
dengan

memberikan

kemudahan-kemudahan

kepada

masyarakat.

Di


samping

memberikan pelayanan tersebut, organisasi kecamatan juga harus dapat memberikan
pemahaman kepada masyarakat guna menjaga hubungan yang harmonis dengan
masyarakatnya. Berkenaan dengan persoalan kinerja organisasi Kantor Kecamatan
Mentaya Hilir, hasil pengamatan penulis menunjukkan terdapat beberapa identifikasi
permasalahan yang terkait dengan budaya organisasi antara lain:


Pertama, mekanisme pengambilan keputusan yang cenderung memusat

(senteralistik). Hal ini ditunjukkan dengan adanya dominasi pimpinan (camat) dalam
setiap pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan perencanaan
program kerja. Permasalahan


Kedua adalah terciptanya persepsi untuk selalu melayani pimpinan. Permasalahan

ini sangat terkait dengan perilaku bawahan untuk selalu mengikuti dan menuruti semua
7


yang diinginkan oleh pimpinan, terlepas apakah keinginan tersebut sesuai atau tidak
dengan kepentingan organisasi. Permasalahan .


Ketiga adalah adanya pendelegasian wewenang yang kabur dari pimpinan. Setiap

unit yang ada di bawah lingkungan Kecamatan.
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebenarnya memiliki tingkat kewenangan yang
luas terhadap tugas yang dibebankan, tetapi dalam kesempatan tertentu kewenangan
tersebut dapat dikalahkan oleh kewenangan organisasi kecamatan dalam hal ini Camat
sebagai pimpinan yang memiliki intervanci kewenangan yang tidak terbatas. Hal tersebut
menyebabkan terjadinya konflik kepentingan antara organisasi kelurahan atau desa
dengan organisasi kecamatan. Contoh konkritnya dalah setiap pengalokasian dana yang
telah ditentukan dalam Rakor Musbang (Rapat Koordinasi Musyawarah Pembangunan)
tingkat kelurahan mengalami perubahan sampai dengan kurang lebih 50% setelah
diproses di tingkat kecamatan. Dengan adanya perubahan tersebut program-program kerja
yang telah terseusun tidak dapat dilaksanakan secara efektif. Dari beberapa contoh
beberapa permasalahan yang ada di atas menunjukkan bahwa terdapat suatu bentuk
karakter organisasi yang kurang kondusif dalam organisasi pemerintahan kecamatan
tersebut.
Kondisi dan situasi seperti yang ada di atas berdampak kurang menguntungkan
bagi kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. Permasalahan-permasahan tersebut di
atas,

dikategorikan

oleh

penulis

sebagai

sebuah

persoalan

Perilaku

Organisasi. Dari beberapa uraian di atas, maka yang menjadi kajian utama dalam
menganalisis beberapa permasalahan yang terkait dengan perilaku organisasi Kecamatan
Mentaya Hilir adalah mencari suatu bentuk pendekatan administratif yang sesuai.
Menurut penulis, dengan melihat beberapa model pendekatan organisasi yang sesuai

8

untuk menkaji permasalahan perilaku organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir
Selatanadalah melalui model pendekatan perilaku.
B.

Rumusan Masalah
Pernyataan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “ Kekuatan
kinerja organisasi yang ada pada Kecamatan Mentaya Hilir Selatansangat ditentukan oleh
perilaku kepemimpinan manajemen puncak pada organisasi tersebut. Hal ini ditandai oleh
beberapa permasalahan pokok antara lain: Pertama, mekanisme pengambilan keputusan
yang terpusat; kedua adanya persepsi bawahan untuk selalu melayani pimpinan; dan
ketiga, adanya pendelegasian wewenang yang kabur. Dari pernyataan masalah di atas
dapat diturunkan ke dalam pertanyaan masalah penelitian yaitu; “Bagaimanakah proses
pendekatan perilaku yang dilakukan pada Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan
Kabupaten Kotawaringin Timur?”

9

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Landasan Teori
Dalam beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat konsepkonsep yang dikemukakan oleh Richard Lumintang (2006) antara lain: Empat Dimensi
yang berpengaruh terhadap proses penyuluhan/administrasi;
1) Micro Emphasis ;
2) Macro Emphasis;
3) Environment Structure and Process; dan
4) Social Modernization.
Penjelasan dari beberapa konsep tersebut adalah sebagai berikut:
LEMBAGA
Menerapkan
Sendiri
SOSIAL

PRESISTENCE

EKONOMI
Mengatur

Kesadaran Diri Sendiri

Untuk mempertahankan daya Hidupnya
dengan kondisi Sekitar yang tertentu

EKOLOGI

Gambar 1. Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan
Administrasi

10

Empat Dimensi Yang Berpengaruh Terhadap Proses Penyuluhan/Administrasi:
1) Micro Emphases (penekanan) :

 Posisi
 Prioritas dan kecondongan parokial
 Tujuan dan minat
 Stakes dan stands
 Tenggat waktu dan wajah masalah
 Motivasi
2) Macro Emphasis (penekanan)
 Ideologi historis, organisasi, perubahan ideologi manajemen juga mempengaruhi
sentralisasi.
 Sumber daya yang terkumpul oleh pusat, kontrol unit konstituen sumber daya
dengan otonomi.
 Persyaratan tugas mendorong berbagai tingkat sentralisasi atau desentralisasi - yang
berlawanan cendrung dipengaruhio desentralisasi.
 Jumlah daya organisasi memiliki sistem tenaga jika jumlahnya sedikit dimobilisasi
pengaruh pimpinan.
3) Struktur Lingkungan Dan Proses:
 Karakteristik faktor "Pasar" (tenaga kerja, modal, dll).
 Bahan baku "persediaan.
 Karakteristik permintaan dan pelanggan unit berbeda.
4) Modernisasi Sosial
Modernisasi dan perubahan sosial budaya adalah dua hal yang saling berkaitan.
Modernisasi dapat memengaruhi terjadinya perubahan sosial budaya dalam

11

masyarakat. Namun, modernisasi dapat pula terjadi sebagai dampak dari perubahan
sosial budaya. Menurut Selo Soemardjan dalam Soerjono Soekanto (2002) perubahan
sosial adalah perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilainilai,
sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sementara
William Ogburn dalam Elly M. Setiadi (2011) berpendapat bahwa batasan ruang
lingkup perubahan sosial, mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik yang bersifat
materiil maupun yang tidak bersifat materiil (imateriil) dengan menekankan pengaruh
yang besar dari unsur-unsur kebudayaan yang materiel terhadap unsur imateriil.
B.

Konsep Perilaku Organisasi
Pendekatan perilaku dalam organisasi merupakan suatu usaha melihat manusia
sebagai suatu unsur yang kompleks. Di dalam beberapa kajian dijelaskan bahwa
pendekatan perilaku (behavioral approach) dilakukan untuk menjawab terhadap adanya
krisis yang ditimbulkan dengan menempatkan prinsip-prinsip mekanis pada diri manusia .
Secara traisional, manajer atau pimpinan atau birokrat dituntut untuk memahami dimensi
manusia dalam organisasi didekati dari segala aspek misalnya ekonomi, skutiti, emosional
dan suasana kerja dan sebagainya. Oleh karena itu pendekatan behavioral dipergunakan
sebagai salah satu pendekatan untuk memahami dimensi manusia dalam organisasi.
Perilaku organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspekaspek laku manusia
dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang ditimbulkan
oleh pengaruh terhadap manusia, demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh
manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan dalam penulisan ini adalah
untuk mendeterminnasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi usaha
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Luthans (1981;6) menekankan bahwa Perilaku
organisasi lebih menekankan kepada pemahaman, prediksi dan kontrol terhadap perilaku

12

manusia dalam organisasi. Secara lebih spesifik, perilaku organisasi memberikan
landasan pemikiran yang spesifik dan kemampuan terhadap para manajer/pimpinan baik
pada saat sekarang maupun yang akan datang, agar secara efektif mamahami dan
menerapkan konsep-konsep dan dimensi manusia dalam suatu organisasi. Di dalam
membahas tentang masalah perilaku organisasi yang ada pada Kecamatan Mentaya Hilir
Selatanini, penulis menggunakan analisis dengan melalui pendekatan perilaku. Diagram
dalam pendekatan perilaku adalah sebagai berikut :
Peran

Peran
Perilaku Pemimpin

Efektivitas

Pemimpin

Tekanan Sosial
Iklim Orang kantor

Kepribadian

Kepribadian
Kebutuhan

Gaya Kepemimpinan

Fisiologis

Gambar 2. Diagram Pendekatan Perilaku
Berdasarkan diagram di atas, terdapat tiga tahapan di dalam menjelaskan perilaku
organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir yakni sebagai berikut:
Pertama, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebagai organisasi formal, pada dasarnya
harus memiliki kejelasan peran dari tiap-tiap anggota organisasi (pegawai) baik pegawai
pada top manajemen (Camat); middle manajemen (Wakil Camat dan Sekretaris Camat)
dan lower manajemen (Kaur). Kejelasan peranan yang ada pada tiap-tiap unit dalam
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan tersebut dimaksudkan untuk menghindari adanya
overlaping peran dari tiap-tiap orang ataupun unit. Pada sisi lain Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan sebagai organisasi formal juga sangat ditentukan oleh sejauhmana persepsi
dari pribadi-pribadi (kepribadian dari tiap-tiap pegawai). Persepsi dari pribadi tiap-tiap

13

pegawai terkait dengan pandangan dan motivasi tiap-tiap pegawai terhadap organisasi
Kantor Kecamatan Mentaya Hilir. Secara riil, pada dasarnya tiap-tiap pegawai memiliki
keinginan pribadi di dalam bekerja yaitu pertama, untuk memenuhi kebutuhan pribadinya
dan kedua bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan organisasi secara umum.
Hal terpenting terkait dengan masalah kepribadian ini adalah berkaitan dengan persepsi
atau sikap pemimpin terhadap Kantor Kecamatan Mentaya Hilir. Sebagai pegawai dalam
kantor tersebut, pimpinan juga memiliki keinginan yang sama seperti pegawai yang lain
yaitu keinginan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya serta keinginan untuk memenuhi
tujuan organisasi. Kesemua hal tersebut, kemudian terlihat dalam Personality dari
pimpinan itu sendiri. Adanya persepsi atau pandangan pribadi (personality) dalam diri
pimpinan akan manampilkan suatu gaya kepemimpinan (leadership style) tertentu.
Apakah ia akan menampilkan gaya kepemimpinan otoriter atau demokratis. Di sisi lain
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas atau justru berorientasi pada manusia
(Margono Slamet, 2006). Dengan demikian, dengan adanya ketepatan peran yang
ditampilkan oleh tiap-tiap anggota organisasi serta persepsi pribadi (kepribadian) yang
melekat pada tiaptiap anggota baik atasan dan bawahan akan sangat menentukan gaya
kepemimpinan dalam Kantor Kecamatan Mentaya Hilir.
Kedua, gaya kepemimpinan yang diperankan oleh pemimpin sangat menentukan
atau menggiring seorang pemimpin dalam berperilaku. Menurut Mintberg dalam Gannon
(1979 : 202-206) yang menyatakan bahwa

“pola perilaku pemimpin tersebut pada

dasarnya terkait dengan fungsi pemimpin sebagai fungsi

interpersonal, fungsi

informasional dan fungsi pengambilan keputusan”.
Di dalam fungsi interpersonal merupakan kegiatan hubungan antara manajer (pimpinan)
dengan orang lain, baik yang ada di dalam organisasi atau di luar organisasi. Dalam hal
ini pimpinan harus memainkan tiga peranan yang sebagai figur (figurehead), pemimpin

14

(leader) dan penghubung (liaison). Di sisi lain perilaku kepemimpinan seorang
pemimpim akan sangat menentukan dan mempengaruhi terhadap iklim organisasi Kantor
Kecamatan Mentaya Hilir, apakan iklim organisasi yang kondusif atau tidak kondusif.
Efektivitas pengaruh perilaku kepemimpinan terhadap pembentukan iklim organisasi
pada Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dapat diperjelas dengan menggunakan
Pendekatan sistem.
Berdasarkan pendekatan sistem tersebut proses pengaruh perilaku kepemimpinan
terhadap iklim organisasi adalah sebagai berikut:
INPUT/MASUKAN
Perilaku
Kepemimpinan:
Kemampuan
personal
Pengaruh
personal
Kekuatan/
loyalitas
bawahan

PROSES
Proses
Komunikasi &
Interaksi:
Sosialisasi nilainilai politik
Sosialisasi nilainilai pribadi
pimpinan

OUTPUT/
KELUARAN
Iklim Organisasi:
Kepercayaan
atau keyakinan
Orientasi nilainilai organisasi
Sikap terhadap
pekerjaan

OUTCOME
/MANFAAT
Yaitu:
mennyangkut
pelayanan yang
baik kepada
masyarakat

FEEDBACK

Gambar 3. Prose perilaku kepemimpinan terhadap iklim organisasi
Proses di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap input/masukan. Dalam tahap ini (perilaku kepemimpinan) dari seorang
pemimpin menampilkan karakteristik personalnya yang menyangkut kemampuan
personal

(personal

ability),

pengaruh

personal

(personal

influence)

dan

kekuatan/loyalitas bawahan sebagai konsekuensi dari setatus dan kewenangan yang
melekat pada dirinya. Dalam menampilkan karakteristik personalnya, pemimpin
memainkan fungsinya sebagai interpersonal, informasional dan pengambilan
keputusan.
15

2. Tahap proses. Dalam tahap ini (proses komunikasi dan interaksi), pimpinan mulai
menyebarkan pengaruhnya dalam organisasi yaitu dengan melakukan proses
komunikasi dan interaksi. Proses tersebut menyangkut antara lain melakukan
sosialisasi nilai-nilai politik, terutama menyangkut nilai-nilai politik pemerintahan
serta sosialisasi nilai pribadi yang melakat dalam diri pimpinan tersebut. Berdasarkan
kegiatan sosialisasi tersebut diharapkan terdapat “saling pengertian” antara pimpinan
dengan bawahannya sesuai dengan prinsip keserasian dan kongruensi yang
dikembangkan oleh pimpinan.
3. Tahap Output/keluaran. Dalam tahap ini sudah terbentu iklim organisasi . Dalam hal
ini telah menunjukkan adanya penerimaan atau internalisasi dari karakteristikkarakteristik perilaku kepemimpinan untuk dapat diimplementasikan dalam kegiatan
organisasi Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur.
Pada tahap ini semua anggota organisasi sudah memiliki komitmen yang sama
terhadap nilai-nilai organisasi yang dibawa oleh pimpinannya.
4. Tahap Outcome/Manfaat. Pada tahap ini sudah terbentuk iklim organisasi yang sesuai
dengan harapan-hrapan dari semua elemen yang terlibat dalam organisasi Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan tersebut, baik pelaksana dari organisasi itu sendiri ataupun
masyarakat sebagai pihak yang mendapatkan pelayanan dari organisasi tersebut.
Wujud dari outcome tersebut adalah suatu bentuk pelayanan yang baik dari organisasi
Kantor Kecamatan Mentaya Hilir.
Ketiga, Pada akhirnya iklim organisasi Kecamatan Mentaya Hilir Selatanmemiliki
korelasi yang nyata terhadap peran dan keperibadian dari masing-masing pegawai. Di
dalam peran tersebut pada dasarnya terdapat tekanan sosial. Tekanan sosial yang
dimaksudkan tersebut adalah berasal dari organisasi itu sendiri ataupun bersumber dari
luar organisasi. Tekanan sosial yang berasal dari internal organisasi berupa aturan-

16

aturan formal yang telah ditentukan oleh organisasi atau hak dan kewajiban dari tiaptiap pegawai. Sedangkan tekanan yang berasal dari luar adalah tuntutan dari
masyarakat kepada pegawai Kecamatan Mentaya Hilir Selatan untuk memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat sebagai pelanggan. Di sisi lain iklim
organisasi juga memiliki korelasi yang sangat nyata terhadap kepribadian dari tiaptiap
pegawai di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan tersebut. Kepribadian yang dimaksudkan
di sini adalah adanya pemenuhan kebutuhan bagi tiap-tiap pegawai, mulai dari
kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan dan aktualisasi. Kedua hal
tersebut (peran dan keperibadian pegawai) sangat bergantung kepada sejauh mana
iklim yang ada pada Kantor Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Di sisi lain juga kedua
hal tersebut juga akan sangat menentukan terhadap tingkat kondusifitas organisasi.
Artinya ketiga variabel tersebut (iklim organisasi, peran dan kepribadian) memiliki
tingkat korelasi yang sangat nyata.

17

BAB III
KESIMPULAN

A.

Kesimpulan
Berdasarkan

uraian dan analisis di atas terdapat beberapa hal yang dapat

dijadikan kesimpulan antara lain:
1. Bahwa perilaku kepemimpinan sangatlah berpengaruh dan penentukan terhadap iklim
dari organisasi di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan
2. Bahwa kejelasan peran dalam organisasi Kecamatan Mentaya Hilir Selatanakan sangat
menentukan
terhadap gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh pimpinan . Dalam jangka
panjang, hal tersebut akan berpengaruh terhadap iklim organisasi.
3. Bahwa iklim organisasi memiliki korelasi yang sangat nyata dengan aspek peran serta
kepribadian dari tiap-tiap pegawai, baik pegawai pada level bawah ataupun pimpinan.
Disisi lain peran dan kepribadian juga memiliki korelasi terhadap terbentuknya iklim
organisasi yang kondusif.

18

DAFTAR PUSTAKA
Gannon, Martin J. 1979. Organizational Behavior: A Managerial and Organizational
Perspective, Boston-Toronto, Boston-Toronto: Little Brown and Company
Luthans, Fred. 1981. Perilaku Organisasi, Kogakusha, Mc.Graw-Hill
Margono Slamet. 2006. Manajemen, Kelompok dan Organisasi . Bogor: PPN IPB.
Richard Lumintang. 2006. Administrasi Dan Supervisi Penyuluhan. Bogor: PPN IPB.
Setiadi, Elly M.& Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Soerjono Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafmdo Persada

19