Makalah Latar Belakang Lahirnya Reformas (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Artinya, adanya perubahan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan
budaya yang lebih baik, demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai segi
kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan faktor yang
mendorong lahirnya gerakan reformasi.Bahkan, krisis kepercayaan telah menjadi salah satu
indikator yang menentukan. Reformasi dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawartawar lagi dan karena itu, hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan
reformasi tersebut.
Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya pergantian
kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan
makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan dapat memperbaiki kehidupan
politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang
memiliki kepedulian terhadap kesulitan dan penderitaan rakyat. Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang Reformasi di Indonesia.


B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.

Bagaimana latar belakang terjadinya reformasi 1998 di Indonesia?
Apa yang menjadi tuntutan para reformis?
Bagaimana upaya para reformis untuk mendesak pemerintah menuju reformasi?
Bagaimana kronologis terjadinya reformasi di Indonesia?
Apa agenda pemerintah reformasi dalam pembaruan bidang kehidupan Indonesia?
C. Tujuan Penulisan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah
Untuk mengetahui latar belakang terjadinya reformasi
Untuk mengetahui tuntutan para reformis dalam memperjuangkan reformasi
Untuk mengetahui upaya para reformis dalam mendesak pemerintahan orde baru
Untuk mengetahui kronologis terjadinya reformasi
Untuk mengetahui agenda pemerintah dalam pembaruan di awal era reformasi
Untuk mengetahui dampak dari terjadinya reformasi di Indonesia

1

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Sejarah Awal Lahirnya Reformasi

Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatanan kehidupan

baru yang lebih baik. Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Dengan demikian,
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah
kesulitan warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan
bahan pokok (sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu,
telur, ikan kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat
harus antri untuk membeli sembako itu.
Sementara situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan
tidak terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari
kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak percaya
terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan reformasi.
Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak

konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam
UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan Pancasila dan UUD 1945 hanya
dijadikan legitimasi untuk mempertahankan kekuasaan.

B.

Kronologis Jatuhnya Pemerintah Orde Baru

 Tanggal 10 Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR Soeharto terpilih kembalih
sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun (1998-2003) yang ketujuh kali
dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
 Tanggal 4 Mei harga BBM naik 71%, yang menimbulkan aksi demontrasi di berbagai
kota, seperti 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban 6 meninggal.
2

 Tanggal 8 Mei Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas.

 Tanggal 9 Mei Presiden Soeharto berangkat ke luar negeri dalam rangka kunjungan
kenegaraan selama satu minggu ke Mesir.
 Tanggal 12 Mei Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh, yaitu Elang Mulia
Lesmana, Hendriawan Lesmana, Heri Hertanto, dan Hafidin Royan. Sedangkan para
mahasiswa yang menderita luka ringan dan luka parah pun tidak sedidkit jumlah,
setelah bentrok dengan aparat keamanan yang berusaha membubarkan para
demontrans.
 Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi dikota solo. Presiden
Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan-pertemuan negara berkembang G-15 di
Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Di Kairo, Presiden Soeharto
menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
 Tanggal 14 Mei demontrasi terus
bertambah besar hampir seluruh
kota-kota di indonesia,demontrans
mengepung dan menduduki gedunggedung DPRD di daerah.
 18 Mei Ketua MPR yang juga ketua
Partai Golkar, Harmoko meminta
Soeharto untuk turun dari jabatannya
sebagai presiden.
 Jendral Wiranto mengatakan bahwa

pernyataan
Harmoko
tidak
mempunyai dasar hukum wiranto
mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi"
 Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI MPO
memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR.
 Tanggal 19 Mei Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari
jabatannya, tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya.
 Tanggal 21 Mei Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9:00 WIB
 Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru indonesia.
 Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang
memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih
bertahan di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap
bagian dari rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung
DPR/MPR ke Universitas Atma Jaya.

C.

Tujuan Reformasi

1) Reformasi politik bertujuan tercapainya demokratisasi.
2) Reformasi ekonomi bertujuan meningkatkan tercapainya masyarakat.
3) Reformasi hukum bertujuan tercapainya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
4) Reformasi sosial bertujuan terwujudkan integrasi bangsa Indonesia.

D.

Faktor Pendorong Terjadinya Reformasi

 Faktor politik meliputi hal-hal berikut.
3

a) Adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam kehidupan
pemerintahan.
b) Adanya rasa tidak percaya kepada pemerintah Orba yang penuh dengan
nepotisme dan kronisme serta merajalelanya korupsi.
c) Kekuasaan Orba di bawah Soeharto otoriter tertutup.
d) Adanya keinginan demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
e) Mahasiswa menginginkan perubahan.
 Faktor ekonomi, meliputi hal-hal berikut.

a) Adanya krisis mata uang rupiah.
b) Naiknya harga barang-barang kebutuhan masyarakat.
c) Sulitnya mendapatkan barang-barang kebutuhan pokok.
 Faktor sosial masyarakat
Adanya kerusuhan tanggal 13 dan 14 Mei 1998 yang melumpuhkan
perekonomian rakyat.
 Faktor hukum
Belum adanya keadilan dalam perlakuan hukum yang sama di antara warga
negara.
Salah satu penyebab semakin memburuknya situasi dalam negeri Indonesia adalah
terjadinya bentrokan dan aksi demonstrasi menuntut reformasi Indonesia. Diantara tragedi
bentrokan dan aksi demonstrasi yang terjadi adalah sebagai berikut :

1.) Tragedi Trisakti
Soeharto mendapatkan surat dari
Harmoko, mantan ketua DPR saat
itu, ketika sedang menghadiri
konferensi tingkat tinggi antarnegara di Mesir pada tanggal 20 Mei
1998. Isi surat itu adalah : "Soeharto
harus mengundurkan diri dari

jabatan Presiden RI karena Jakarta
tidak
aman
lagi".
Surat
ditandatangani oleh 15 orang,
termasuk 14 menteri Kabinet
Pembangunan VII, yang merasa telah "meninggalkan" Soeharto.
Puncak kebencian mereka pada zaman orde baru telah meradang dalam gelombang
unjuk rasa mahasiswa yang menimbulkan Tragedi Trisakti pada tanggal 12-20 Mei 1998.
Saat itu, Soeharto Hingga akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri
dari jabatan presiden, dan pada akhirnya posisi Soeharto digantikan oleh Baharuddin Jusuf
Habibie yang sebelumnya adalah wakil presiden terakhir pada zaman orde baru. Gerakan
mahasiswa Indonesia 1998 memang begitu monumental, karena telah berhasil menurunkan
Soeharto dari jabatannya.
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya Soeharto
telah tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah
gagal. Sepanjang aksi unjuk rasa itu, ada empat orang yang tertembak aparat kepolisian.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin
Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam

4

kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Mereka telah ditemukan tewas di bekas bangunan mal yang terbakar.
Alhasil, keluarga keempat mahasiswa yang tertembak mengadukan penembakan oleh
aparat yang mereka anggap sebagai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) berat.

2.) Tragedi Semanggi
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga
mencuatkan tragedi Trisakti yang menewaskan
empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto
mundur, nyatanya masih terjadi kekerasan
terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain
mengakibatkan
tragedi
Semanggi
yang
berlangsung hingga dua kali. Gerakan Indonesia
1998 juga memulai babak baru dalam kehidupan
bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi. Akhirnya,

setelah Soeharto mundur dan Baharuddin Jusuf
Habibie menjadi Presiden RI ke-3 untuk periode 1998-2003, pada November 1998, muncul
kembali Tragedi Semanggi.
Tragedi Semanggi terjadi pada tanggal 11-13 November 1998, dan terjadi kembali
pada tanggal 24 September 1999, ketika zaman Kabinet Reformasi Pembangunan
Baharuddin Jusuf Habibie telah berakhir, walaupun tanpa wakil presiden. Mahasiswa juga
menganggap bahwa rejim Baharuddin Jusuf Habibie masih sama dengan rejim Soeharto.
Kesamaan yang mudah mereka lihat yaitu Dwifungsi ABRI/TNI. Sepanjang diadakannya
Sidang Istimewa itu, masyarakat bergabung dengan mahasiswa setiap hari melakukan
demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa ini
mendapat perhatian sangat besar dari seluruh Indonesia dan dunia internasional. Hampir
seluruh sekolah dan universitas di Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,
diliburkan untuk mencegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh mahasiswa
mendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas masing-masing karena mereka di
bawah tekanan aparat yang tidak menghendaki aksi mahasiswa.
Keadaan di Gedung Nusantara boleh dikatakan aman terkendali. Tidak ada satupun
mahasiswa yang mengacaukan keamanan berani masuk. Tidak mungkin mereka mampu
menerobos pintu gerbang karena telah digembok dan di-las oleh penjaga yang begitu
ketatnya.
Penjagaan keamanan begitu diperketat sampai ke kawasan Semanggi. Semua
kendaraan pribadi dan umum dikosongkan. Namun, ketika mahasiswa bentrok dengan
penjaga keamanan yang begitu ketatnya, semua mahasiswa berhasil dibubarkan. Namun, ada
sebagian kecil dari mahasiswa yang dibubarkan, mereka meninggal di tempat karena
ditembak aparat. Hal tersebutlah yang membuat peristiwa itu dinamakan sebagai "Tragedi
Trisakti".
Tragedi Semanggi berlanjut pada tanggal 24 September 1999. Sama seperti Tragedi
Trisakti, tragedi ini mampu menurunkan tahta kepresidenan Baharuddin Jusuf Habibie yang
5

cuma bertahan 1 tahun. Ketika itu, pada awal September 1999, sasaran unjuk rasa yang
mereka tuju adalah rumah dinas BJ Habibie, yang dituding mendapatkan harta kekayaannnya
dari korupsi. Namun, pada 24 September 1999, Baharuddin Jusuf Habibie akhirnya
dilengserkan dari jabatannya. Akhirnya, pada bulan Oktober 1999, MPR menunjuk
Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi Presiden RI 1999-2004,
walaupun Kabinet Persatuan Indonesia Abdurrahman Wahid cuma bertahan 2 tahun.

E.

Sebab Umum Lahirnya Gerakan Reformasi

Penyimpangan-penyimpangan pada orde baru melahirkan krisis multidimensional yang
menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, seperti berikut ini:
a.

Krisis Politik

Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan
Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun
yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden Suharto
dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan
demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa, dan untuk
penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan
yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciriciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh
sebagai tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan
masyarakat tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara
(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto
dipilih menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu
merupakan hasil rekayasa dan tidak demokratis.
b. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa.Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD
6

1945 yang menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas
dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
c. Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia tidak
mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawali
dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1
Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar
Amerika Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
1.

2.

3.

Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya
krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi
sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis
ekonomi.
Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai
negara industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat
Indonesia.Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris
dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah (rata-rata).
Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik
sifatnya sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu,
peranan pemerintah pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya
sebagai kepanjangan tangan pemerintah pusat.

d. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu berakhir pada meletusnya
berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan
sumbangan terbesar terhadap krisis sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas,
tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor
yang rentan terhadap krisis sosial.
e. Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto.Ketidakmampuan
pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan pelaksanaan
hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berpihak kepada
rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan.
Perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional dianggap telah menimbulkan
ketimpangan ekonomi yang lebih besar. Monopoli sumber ekonomi oleh kelompok tertentu,
konglomerasi, tidak mempu menghapuskan kemiskinan pada sebagian besar masyarakat
7

Indonesia. Kondisi dan situasi Politik di tanah air semakin memanas setelah terjadinya
peristiwa kelabu pada tanggal 27 Juli 1996. Peristiwa ini muncul sebagai akibat terjadinya
pertikaian di dalam internal Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Krisis politik sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan reformasi itu, bukan hanya
menyangkut masalah sekitar konflik PDI saja, tetapi masyarakat menuntut adanya reformasi
baik didalam kehidupan masyarakat, maupun pemerintahan Indonesia. Di dalam kehidupan
politik, masyarakat beranggapan bahwa tekanan pemerintah pada pihak oposisi sangat besar,
terutama terlihat pada perlakuan keras terhadap setiap orang atau kelompok yang menentang
atau memberikan kritik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil atau dilakukan oleh
pemerintah. Selain itu, masyarakat juga menuntut agar di tetapkan tentang pembatasan masa
jabatan Presiden.
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Menjelang
akhir kampanye pemilihan umum tahun 1997, meletus kerusuhan di Banjarmasin yang
banyak memakan korban jiwa.
Pemilihan umum tahun 1997 ditandai dengan kemenangan Golkar secara mutlak.
Golkar yang meraih kemenangan mutlak memberi dukungan terhadap pencalonan kembali
Soeharto sebagai Presiden dalam Sidang Umum MPR tahun 1998 – 2003. Sedangkan di
kalangan masyarakat yang dimotori oleh para mahasiswa berkembang arus yang sangat kuat
untuk menolak kembali pencalonan Soeharto sebagai Presiden.
Dalam Sidang Umum MPR bulan Maret 1998 Soeharto terpilih sebagai Presiden
Republik Indonesia dan BJ. Habibie sebagai Wakil Presiden. Timbul tekanan pada
kepemimpinan Presiden Soeharto yang datang dari para mahasiswa dan kalangan intelektual.
Pelaksanaan hukum pada masa pemerintahan Orde Baru terdapat banyak
ketidakadilan. Sejak munculnya gerakan reformasi yang dimotori oleh kalangan mahasiswa,
masalah hukum juga menjadi salah satu tuntutannya. Masyarakat menghendaki adanya
reformasi di bidang hukum agar dapat mendudukkan masalah-masalah hukum pada
kedudukan atau posisi yang sebenarnya.
Krisis moneter yang melanda negara-negara di Asia Tenggara sejak bulan Juli 1996,
juga mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ekonomi Indonesia ternyata
belum mampu untuk menghadapi krisi global tersebut. Krisi ekonomi Indonesia berawal dari
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar rupiah
semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan berakibat pada
iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia mengalami
keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997. Sementara
itu untuk membantu bank-bank yang bermasalah, pemerintah membentuk Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (KLBI). Ternyata udaha yang dilakukan pemerintah ini tidak dapat
memberikan hasil, karena pinjaman bank-bank bermasalah tersebut semakin bertambah
besar dan tidak dapat di kembalikan begitu saja. Krisis moneter tidak hanya menimbulkan
kesulitan keuangan Negara, tetapi juga telah menghancurkan keuangan nasional.
Memasuki tahun anggaran 1998 / 1999, krisis moneter telah mempengaruhi aktivitas
ekonomi yang lainnya. Kondisi perekonomian semakin memburuk, karena pada akhir tahun
1997 persedian sembilan bahan pokok sembako di pasaran mulai menipis. Hal ini
8

menyebabkan harga-harga barang naik tidak terkendali. Kelaparan dan kekurangan makanan
mulai melanda masyarakat. Untuk mengatasi kesulitan moneter, pemerintah meminta
bantuan IMF. Namun, kucuran dana dari IMF yang sangat di harapkan oleh pemerintah
belum terelisasi, walaupun pada 15 januari 1998 Indonesia telah menandatangani 50 butir
kesepakatan (letter of intent atau Lol) dengan IMF.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak terlepas
dari masalah utang luar negeri. Utang Luar Negeri Indonesia Utang luar negeri Indonesia
menjadi salah satu faktor penyebab munculnya krisis ekonomi. Namun, utang luar negeri
Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang Negara, tetapi sebagian lagi merupakan utang
swasta. Utang yang menjadi tanggungan Negara hingga 6 februari 1998 mencapai 63,462
miliar dollar Amerika Serikat, utang pihak swasta mencapai 73,962 miliar dollar Amerika
Serikat.
Akibat dari utang-utang tersebut maka kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia
semakin menipis. Keadaan seperti ini juga dipengaruhi oleh keadaan perbankan di Indonesia
yang di anggap tidak sehat karena adanya kolusi dan korupsi serta tingginya kredit macet.
Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945 Pemerintah Orde Baru mempunyai tujuan menjadikan
Negara Republik Indonesia sebagai Negara industri, namun tidak mempertimbangkan
kondisi riil di masyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan sebuah masyarakat agrasis dan
tingkat pendidikan yang masih rendah.
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah
jauh menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945
tercantum bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di
bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi
yang berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang
dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai
dengan korupsi dan kolusi.
Pola Pemerintahan Sentralistis Sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah Orde Baru bersifat sentralistis. Di dalam pelaksanaan pola pemerintahan
sentralistis ini semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari
pusat pemerintah yakni di Jakarta.
Pelaksanaan politik sentralisasi yang sangat menyolok terlihat pada bidang ekonomi.
Ini terlihat dari sebagian besar kekayaan dari daerah-daerah diangkut ke pusat. Hal ini
menimbulkan ketidakpuasan pemerintah dan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat.
Politik sentralisasi ini juga dapat dilihat dari pola pemberitaan pers yang bersifat Jakartasentris, karena pemberitaan yang berasala dari Jakarta selalu menjadi berita utama. Namun
peristiwa yang terjadi di daerah yang kurang kaitannya dengan kepentingan pusat biasanya
kalah bersaing dengan berita-barita yang terjadi di Jakarta dalam merebut ruang, halaman,
walaupun yang memberitakan itu pers daerah.
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak gerakan mahasiswa dan gerakan
rakyat pro-demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an. Gerakan ini menjadi monumental
karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan Presiden Republik
Indonesia pada tangal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menjadi Presiden Republik Indonesia
sejak dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tanggal 11 Maret
9

1966 hingga tahun 1998. Pada April 1998, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden
Republik Indonesia untuk ketujuh kalinya (tanpa wakil presiden), setelah didampingi Try
Soetrisno (1993-1997) dan Baharuddin Jusuf Habibie (Oktober 1997-Maret 1998). Namun,
mereka tidak mengakui Soeharto dan melaksanakan pemilu kembali. Pada saat itu, hingga
1999, dan selama 29 tahun, Partai Golkar merupakan partai yang menguasai Indonesia
selama hampir 30 tahun, melebihi rejim PNI yang menguasai Indonesia selama 25 tahun.
Namun, terpliihnya Soeharto untuk terakhir kalinya ini ternyata mendapatkan kecaman dari
mahasiswa karena krisis ekonomi yang membuat hampir setengah dari seluruh penduduk
Indonesia mengalami kemiskinan.
Gerakan ini mendapatkan momentumnya saat terjadinya krisis moneter pada
pertengahan tahun 1997. Namun para analis asing kerap menyoroti percepatan gerakan prodemokrasi pasca Peristiwa 27 Juli 1996 yang terjadi 27 Juli 1996. Harga-harga kebutuhan
melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Tuntutan mundurnya Soeharto
menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Ibarat gayung bersambut, gerakan mahasiswa
dengan agenda reformasi mendapat simpati dan dukungan dari rakyat.
Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar setelah pemerintah
mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998.
Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti Jakarta.
Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah
tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto,
Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.
Tragedi Trisakti itu telah mendorong munculnya solidaritas dari kalangan kampus
dan masyarakat yang menantang kebijakan pemerintahan yang dipandang tidak demokratis
dan tidak merakyat. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup
beberapa tuntutan, seperti:
 Adili Soeharto dan kroni-kroninya,
 Laksanakan amandemen UUD 1945,
 Hapuskan Dwi Fungsi ABRI,
 Pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya,
 Tegakkan supremasi hukum,
 Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Gerakan reformasi juga menuntut agar dilakukan pembaharuan terhadap lima
paket undang-undang politik yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di
antaranya :
 UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum
 UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang DPR /
MPR
 UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golongan Karya.
 UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum
 UU No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Massa
Gedung parlemen, yaitu Gedung Nusantara dan gedung-gedung DPRD di daerah,
menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia. Seluruh elemen mahasiswa
yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan untuk menurunkan
10

Soeharto. Organisasi mahasiswa yang mencuat pada saat itu antara lain adalah FKSMJ dan
Forum Kota karena mempelopori pendudukan gedung DPR/MPR.
Meski salah satu agenda perjuangan mahasiswa yaitu menuntut lengsernya sang
Presiden tercapai, namun banyak yang menilai agenda reformasi belum tercapai atau malah
gagal. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga mencuatkan tragedi Trisakti yang
menewaskan empat orang Pahlawan Reformasi. Pasca Soeharto mundur, nyatanya masih
terjadi kekerasan terhadap rakyat dan mahasiswa, yang antara lain mengakibatkan tragedi
Semanggi yang berlangsung hingga dua kali. Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 juga
memulai babak baru dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu era Reformasi.
Sampai saat ini, masih ada unjuk rasa untuk menuntut keadilan akibat pelanggaran
HAM berupa pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh aparat terhadap keempat
orang mahasiswa.
F.

Kronologis Peristiwa Reformasi
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Keberanian Amin Rais membongkar kebobrokan sistem pengelolaan PT. Freeport
b. Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI) yaitu penyerbuan kantor PDI yang ditempati
Megawati oleh PDI pro-Suryadi
c. Terpilihnya kembali Bpk Soeharto sebagai presiden pada bulan Maret 1998
d. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto
membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
e. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga
barang-barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto
dari kursi kepresidenan.
f. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti
Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat
orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya
mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat
para mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besarbesaran.
g. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal
dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam
peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati
terbakar.
h. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.
i. Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna
mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam
VII.
j. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan
pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
11

k. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk
Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
l. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto
meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto
menyerahkan jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden
RI.Pada waktu itu juga B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.







Ruang Lingkup Reformasi
Reformasi politik adalah demokratisasi, kebebasan berserikat berkumpul dan
mendirikan partai, serta kebebasan dalam menyampaikan pendapat.
Reformasi bidang ekonomi adalah penyehatan ekonomi dan kesejahteraan.
Reformasi bidang hukum adalah keadilan atas dasar HAM.
Reformasi bidang sosial adalah integrasi nasional.
Reformasi bidang pendidikan dan masalah kurikulum.
Reformasi politik dititik-beratkan pada demokratisasi, format baru ini
membutuhkan beberapa hal, diantaranya :
1. Rancang bangun sistem politik yang sejalan dengan tuntutan reformasi meliputi,
sistem kepartaian, pemilu, sistem perwakilan rakyat, dan sistem penyelenggaraan
pemerintahan yang demokratis.
2. Aturan-aturan mengenai pelaksanaan seluruh proses tersebut.
Prasarat yag dibutuhkan dalam reformasi politik adalah sebagai berikut :
1. Aspek ideologi dan konstitusi yaitu berupa kebebasan menginterprestasikan
ideologi Pancasila dan konstitusi dan menghilangkan tafsir yang bertentangan
dengan demokrasi.
2. Aspek kultur yaitu mereformasi budaya politik dengan menumbuhkan budaya
yang mengarah pada keterbukaan, kejujuran, dan persamaan keadilan dengan
menghilangkan budaya tertutup dan paternalistik, sentralistik, manipulatif, serta
ketidak setaraan.
3. Aspek struktur yaitu dengan mereformasi struktur politik agar berfungsi secara
benar mengikuti kaidah demokrasi.

G. Suksesi (Pergantian Pimpinan)
 Sukarno–Soeharto, ada beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya komunis/ PKI (nomor 4 sedunia).
b) Peristiwa Lubang Buaya.
c) Adanya dualisme: ada pro dan anti pembubaran PKI.
d) Sidang istimewa MPRS 1967 didahului turunnya Supersemar.
 Soeharto–Habibie, ada beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
a) Problem pokok adanya krisis ekonomi meluas ke bidang politik.
b) Adanya gerakan reformasi yang menghendaki perubahan radikal
karena KKN dalam tubuh pemerintahan. Nepotisme berarti mengajak
keluarga dalam kekuasaan. Kronisme adalah mengajak teman-teman
dalam
kekuasaan.
12

c) Presiden Soeharto ditolak oleh rakyat ditandai dengan didudukinya
gedung DPR/MPR oleh mahasiswa, sehingga Soeharto menyerahkan
jabatan kepada Habibie.
 Pengalaman suksesi di Indonesia
a) Pergantian pimpinan disertai kekerasan dan keributan dan setelah
turun dari jabatan, dihujat.
b) Menginginkan pergantian pimpinan yang wajar, namun tidak
ditemukan sebab tidak adanya pembatasan masa jabatan.
c) Tidak adanya Chek and Balance yaitu tidak ada keseimbangan dalam
negara yang disebabkan kecenderungan otoriter.
d) Etika moralitas bahwa KKN bertentangan dengan moralitas.
H. Agenda pada Reformasi dalam Berbagai Bidang
a) Substansi Agenda Reformasi Politik
Subsitusi agenda reformasi politik sebagai berikut.
1. Reformasi di bidang ideologi negara dan konstitusi.
2. Pemberdayaan DPR, MPR, DPRD maksudnya agar lembaga perwakilan
rakyat benar-benar melaksanakan fungsi perwakilannya sebagai aspek
kedaulatan rakyat dengan langkah sebagai berikut.
 Anggota DPR harus benar-benar dipilih dalam pemilu yang jurdil.
 Perlu diadakan perubahan tata tertib DPR yang menghambat kinerja
DPR.
 Memperdayakan MPR.
 Perlu pemisahan jabatan ketua MPR dengan DPR.
3. Reformasi lembaga kepresidenan dan kabinet meliputi hal-hal berikut.
 Menghapus kewenangan khusus presiden yang berbentuk keputusan
presiden dan instruksi presiden.
 Membatasi penggunaan hak prerogatif.
 Menyusun kode etik kepresidenan.
4. Pembaharuan kehidupan politik yaitu memperdayakan partai politik untuk
menegakkan kedaulatan rakyat, maka harus dikembangkan sistem
multipartai yang demokratis tanpa intervensi pemerintah.
5. Penyelenggaraan pemilu.
6. Birokrasi sipil mengarah pada terciptanya institusi birokrasi yang netral dan
profesional yang tidak memihak.
7. Militer dan dwifungsi ABRI mengarah kepada mengurangi peran sosial
politik secara bertahap sampai akhirnya hilang sama sekali, sehingga ABRI
berkonsentrasi pada fungsi Hankam.
8. Sistem pemerintah daerah dengan sasaran memperdayakan otonomi daerah
dengan asas desentralisasi.
 Hambatan Pelaksanaan Reformasi Politik
1. Hambatan kultural : mengingat pergantian kepemimpinan nasional dari
Soeharto ke B.J. Habibie tidak diiringi pergantian rezim yang berarti
sebagian besar anggota kabinet, gubernur, birokrasi sipil, komposisi anggota
DPR/MPR masih peninggalan rezim Orba.
2. Hambatan legitimasi : pemerintah B.J. Habibie karena belum merupakan
hasil pemilu.
13

3. Hambatan struktural : berkaitan dengan krisis ekonomi yang berlarut-larut
yang berdampak bertambah banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan.
4. Munculnya berbagai tuntutan otonomi daerah, yang jika tidak ditangani
secara baik akan menimbulkan disintegrasi bangsa.
5. Adanya kesan kurang kuat dalam menegakkan hukum terhadap praktik
penyimpangan politik-ekonomi rezim lama seperti praktik KKN.
6. Terkotak-kotaknya elite politik, maka dibutuhkan kesadaran untuk
bersamasama menciptakan kondisi politik yang mantap agar transformasi
politik berjalan lancar.
b) Substansi Agenda Reformasi Ekonomi
1. Penyehatan ekonomi dan kesejahteraan pada bidang perbankan,
perdagangan, dan koperasi serta pinjaman luar negeri untuk perbaikan
ekonomi.
2. Penghapusan monopoli dan oligopoli.
3. Mencari solusi yang konstruktif dalam mengatasi utang luar negeri.
c) Substansi Agenda Reformasi Hukum
1. Terciptanya keadilan atas dasar HAM.
2. Dibentuk peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan tuntutan
reformasi. Misal : Bidang ekonomi dikeluarkan UU kepailitan, dihapuskan
UU subversi, sesuai semangat HAM dilepaskan napol-tapol (amnestiabolisi).
3. Agenda reformasi bidang hukum difokuskan pada integrasi nasional.
d) Substansi Agenda Reformasi Pendidikan
Agenda reformasi bidang pendidikan ditujukan terutama masalah kurikulum
yang harus ditinjau paling sedikit lima tahunan.

14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ke arah yang lebih baik secara konstitusional.
Lahirnya reformasi di landasi dengan memburuknya situasi dan kondisi dalam sebagian
besar aspek kehidupan rakyat, dimulai dari aspek ekonomi hingga mengobar ke aspek-aspek
lainnya (politik, sosial, hukum, dan lain-lain) sehingga rakyat berpendapat bahwa
pemerintahan orde baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dari hal tersebut, maka muncullah aksi-aksi separatis dan radikal menentang
pemerintahan orde baru yang diserukan oleh rakyat dan diobori mahasiswa sebagai aksi
penuntutan reformasi dilakukan. Dalam aksinya para reformis menuntut akan adanya
pembaruan yang termaktub dalam TRITURA. Situasi semakin memanas dikala Hak Asasi
Manusia benar-benar dianggap tidak ada, yaitu setelah tertembaknya beberapa mahasiswa di
Kampusnya akibat penuntutan pembaruan tersebut. Kemudian sebagai upaya untuk
meredakan situasi yang brutal, maka Soeharto turun tahta dari jabatan Presiden RI pada
tanggal 21 Mei 1998. Dan sejak saat itulah era reformasi Indonesia dianggap dimulai.
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan keprihatinan
atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan sosial:
1. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa,
dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan
orde baru, apalagi untuk menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan.
3. Namun, karena pemerintahan orde baru pimpinan Suharto dipandang sudah tidak
mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Suharto diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan negara
Indonesia di masa yang akan datang.
B. Saran
Sebagai warga negara Indonesia, sudah selayaknya kita untuk memperjuangkan
kemakmuran Indonesia dan mempertahankan NKRI seutuhnya. Baik di era orde lama dan
orde baru yang telah berlalu, maupun reformasi kita harus dapat menjawab tantangan dunia
akan peningkatan kualitas hidup bangsa dengan memaksimalkan potensi dan melakukan
yang terbaik dalam bidang masing-masing demi kemajuan Negara dan Bangsa Indonesia.
Peristiwa yang terjadi dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara , baik kelam
atupun membanggakan adalah proses menuju pendewasaan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang besar guna kemakmuran hidup bukan sebagai titik perpecahan akibat segala
pengalaman yang telah terjadi. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat menghargai dan
15

melanjutkan perjuangan para
mensejahterakan Indonesia.

pahlawan

pendahulu

dalam

memakmurkan

dan

16