Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta)

Nuril Aulia Munawaroh, Fatchur Rohman Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta) Nuril Aulia Munawaroh

  Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

Fatchur Rohman

  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

  Abstract: This study aims to explore the factors that consisting of perceived stimulation, perceived crowd- ing, fashion involvement, credit card usage and employee assistance that affecting men in Jakarta buying fashion products impulsively. The research population is all man in Jakarta who have credit cards and doing fashion products impulse buying in fashion retail stores in Jakarta, where the amount is limited, so the researchers used the Bentler and Chou formulas that produce as much as 145 respondents. The sam- pling method was done by using accidental sampling method based on chance, in the sense of a man who is doing impulse buying fashion products. Hypothesis testing was done by structural equation analysis (Struc- tured Equation Model) with AMOS (Analysis of Moment Structure) application. The results showed that (1) perceived stimulation has a positive and significant impact on impulse buying fashion products by men in Jakarta, (2) perceived crowding positively but not significantly affect men in Jakarta doing impulse buying fashion products, (3) perceived crowding positively but does not affect the employee assistance of fashion retail store (4) employee assistance positively and significantly affects men in Jakarta doing im- pulse buying fashion products, (5) fashion involvement positively and significantly affects men in Jakarta doing impulse buying fashion products, (6) credit card usage positively and significantly affects men in Jakarta doing impulse buying fashion products, (7) employee assistance is positive but as moderating variables did not significantly affect men in Jakarta impulsive purchases. The retailers are advised to maintain indicators of the store environment and service performance shop that has been assessed and improved performance indicators have not been assessed either by the customer. It is expected to increase customer convenience while shopping so as to encourage impulse buying.

  Keywords: men consumer, perceived stimulation, perceived crowding, fashion involvement, credit card usage, employee assistance, impulse buying, fashion products Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan eksplorasi terhadap faktor-faktor yang terdiri dari per- ceived stimulation , perceived crowding, fashion involvement, credit card usage dan employee assistance yang mempengaruhi pria di Jakarta membeli secara impulsif produk fashion. Populasi penelitian ini adalah seluruh Pria di Jakarta yang memiliki kartu kredit dan sedang melakukan pembelian impulsif produk fashion di toko-toko ritel fashion di Jakarta, dimana jumlahnya tidak terbatas sehingga peneliti menggunakan rumus Bentler dan Chou yang menghasilkan sebanyak 145 responden. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, dalam arti konsumen pria yang kebetulan sedang melakukan pembelian impulsif produk fashion. Pengujian hipotesa dilakukan dengan analisis persamaan struktural (Structured Equation Model) dengan alat bantu aplikasi

  Alamat Korespondensi: Nuril Aulia Munawaroh, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

  Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta)

AMOS (Analysis of Moment Structure) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perceived stimulation

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif produk fashion oleh pria, (2) perceived

crowding secara positif tetapi tidak signifikan mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif

produk fashion, (3) perceived crowding secara positif tetapi tidak signifkan mempengaruhi employee assis-

tance toko ritel fashion (4) employee assistance secara positif dan signifikan mempengaruhi pria di Jakarta

melakukan pembelian impulsif, (5) fashion involvement secara positif dan signifikan mempengaruhi pria di

Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion, (6) credit card usage secara positif dan signifikan

mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion, (7) employee assistance merupakan

variabel moderasi positif tetapi tidak signifikan mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif.

Para retailers disarankan untuk mempertahankan indikator-indikator dari store environment toko dan kinerja

pelayanan yang sudah dinilai baik dan meningkatkan kinerja indikator yang belum dinilai baik oleh pelanggan.

Hal ini diharapkan menambah kenyamanan pelanggan saat berbelanja sehingga mampu mendorong terjadinya

pembelian impulsif.

  fashion trend yang saat itu berkembang. Ada

  Trend”, yang dilakukan di beberapa kota besar di

  juga sudah semakin impulsif dalam berbelanja. Pene- litian yang telah dilakukan oleh Lembaga survei Nielsen dalam penelitiannya yang bertajuk ”Shopper

  trend saat ini menunjukkan bahwa konsumen pria pun

  Seiring dengan perkembangan fenomena dan

  fashion .

  semacam sifat kompetisi untuk selalu berpenampilan menarik setiap saat. Sehingga, tidaklah mengherankan apabila tingkat konsumsi belanja impulsif di Korea cukup tinggi terutama pembelian impulsif produk

  berbelanja. Selain itu, mereka sangat mengikuti

  

Kata Kunci: konsumen pria, perceived stimulation, perceived crowding, fashion involvement, credit card

usage , employee assistance, pembelian impulsif, produk fashion

  arousal (kegairahan dan semangat) yang tinggi dalam

  Perilaku pembelian impulsif pada umumnya seringkali dilihat dari sudut pandang wanita sebagai konsumen mayoritas. Salah satu dari penelitian itu dilakukan oleh Dittmar, et al. (1995) yang dalam pene- litian ini telah diketahui bahwa secara umum perem- puan lebih sering membeli secara impulsif dibanding- kan laki-laki. Pada penelitian ini mereka menyatakan bahwa wanita sebagai konsumen pembelanja impulsif mayoritas di Seoul, Korea Selatan memiliki tingkat

  merupakan suatu keharusan untuk membeli barang- barang tersebut tanpa pertimbangan sebelumnya. Kegiatan berbelanja seperti ini adalah kegiatan berbe- lanja secara impulsif.

  mode yang tengah berlaku, maka mereka merasa

  Menurut Nancarrow and Bailey (1998) persepsi konsumen tentang makna berbelanja di era modern saat ini dianggap bukan hanya sebagai kegiatan men- cari sesuatu yang dibutuhkan tetapi juga sebagai ke- giatan hiburan (entertainment) dan leisure activity (gaya hidup). Belanja menjadi alat pemuas keinginan akan barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau

  Pertumbuhan ritel fashion yang cukup bersaing saat ini membuat para peritel harus mencari strategi agar dapat bersaing antara satu dengan yang lain sehingga perusahaan perlu untuk menciptakan seka- ligus menjaga ekuitas tersebut dalam hal tidak hanya mengelola kemampuan konsumen untuk membeli, tetapi juga membentuk keinginan konsumen untuk terus berbelanja dan membeli produk yang diinginkan.

  Bisnis ritel di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Perkembangan ini terlihat dengan semakin menjamurnya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel modern. Indonesia menjadi pasar yang menggiur- kan bagi peritel modern asing karena Indonesia sebagai negara yang mempunyai penduduk ketiga terbesar di dunia merupakan negara yang memiliki tingkat kon- sumsi produk-produk ritel yang dinilai cukup tinggi. Salah satu bidang industri ritel di Jakarta yang pertum- buhannya dinilai sangat signifikan adalah industri ritel dibidang fashion dan Jakarta, merupakan salah satu sentra bisnis dan pusat industri fashion di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

  Indonesia seperti di Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Makassar mencatat, intensitas pria di Indonesia untuk berbelanja terus mengalami pertum- buhan yang signifikan, yakni mengalami kenaikan 19%

  Nuril Aulia Munawaroh, Fatchur Rohman pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya.

  service environment dapat menimbulkan pengaruh

  konsumen. Pelayanan yang kepada konsumen mem- buruk dengan adanya crowding yang dirasakan oleh pegawai toko. Sangatlah penting bagi retailer untuk menerapkan strategi yang jitu guna meminimalisir respon negatif yang ditimbulkan perceived crowding. Adanya employee assistance service yang cukup diharapkan dapat memberikan efek positif dan me- ningkatkan pembelian impulsif pada tingkat konsumen (Matilla dan Wirtz, 2008).

  employee assistance quality yang diberikan kepada

  bahwa tingkat perceived crowding yang tinggi terbukti menimbulkan emosi negatif pada pegawai toko sehingga mempengaruhi job performance/

  employee toko itu sendiri. Whiting (2007) menyatakan

  Seringkali para pelanggan potensial dapat memberikan respon yang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan oleh pihak retailer, seperti menghabiskan uang lebih sedikit daripada yang telah direncanakan atau meninggalkan toko tanpa melaku- kan pembelian. Tingkat kepadatan (crowding) di dalam toko juga tidak mungkin dirasakan oleh

  (arsitektur, layout dan style) dan faktor sosial (pela- yanan karyawan toko dan adanya konsumen lain yang berada ditoko tersebut/shop crowding/perceived crowding .

  bient (warna, suhu, aroma, suara dll), faktor desain

  yang kuat terhadap konsumen, terutama persepsi mereka terhadap kualitas jasa dan kepuasan jasa. Menurut Baker, et al. (2002) service environment terdiri dari tiga dimensi kelompok yaitu faktor am-

  rupa oleh para pemasar dimana pelayanan didalam toko (service environment) diciptakan dan disedia- kan sehingga menstimulan adanya interaksi konsumen di dalam toko (Zeitahml dan Bitner, 2003). Kondisi

  Kecenderungan pria-pria di Indonesia saat ini yang menganggap dirinya adalah pembelanja utama sudah lebih impulsif dalam berbelanja.

  cal evidence (bukti fisik) yang dikonsep sedemikian

  Manurut Samuel (2005) lingkungan didalam toko (store environment) mengacu pada semua karakter fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik (pro- duk dan toko), hubungan ruang (lokasi toko dan produk dalam toko), dan perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang di sekitar dan apa saja yang mereka laku- kan). Store environment sangat terkait dengan physi-

  Keputusan pembelian impulsif timbul akibat ada- nya rangsangan lingkungan belanja. Implikasi dari ling- kungan belanja terhadap perilaku pembelian ini men- dukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen (Eroglu dan Machleit, 1990).

  Pembelian impulsif itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang mengacu pada aktifitas pembelian yang sifatnya tidak direncanakan atau men- dadak, di mana pada saat melakukan pembelian im- pulsif ini konsumen disertai dengan perasaan gembira, senang dan ada semacam dorongan yang kuat untuk membeli produk tersebut (Rook, 1987).

  Karakteristik berbelanja pria yang seperti ini, merupakan lampu hijau bagi para pemasar untuk membidik pasar baru di dunia fashion khususnya produk fashion bagi pria sehingga fenomena ini sangat menarik untuk diteliti terkait dengan faktor- faktor yang mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion.

  fenomena spending behavior pria-pria di Jakarta sebagai salah satu konsumen yang saat ini dianggap potensial bagi para produsen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian pria di Jakarta berada pada segmen Impulsive Simple dengan jumlah 38.7%. Walaupun jumlah ini tidak mayoritas tetapi mereka mewakili tipe pria yang cenderung membelan- jakan uangnya untuk kebutuhan rutin sekaligus kebu- tuhan bersenang-senang. Mereka senang jalan, senang merasionalisasikan pikirannya untuk menutupi rasa bersalah setelah membelanjakan uangnya dalam jumlah besar. Pembenaran mereka, membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan saat itu adalah untuk investasi masa depan. Tidak heran, mereka mudah tergoda dengan promosi dan sale yang ditawarkan oleh pihak retailer. Apalagi promosi belanja diskon tambahan dengan kartu kredit. Semula semua pria pada kelompok ini mengaku suka mendatangi pusat-pusat perbelanjaan hanya sekedar cuci mata.

  Behavior and Lifestyle ” yang meneliti mengenai

  Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Markplus Insight dimana mereka kembali merilis hasil riset yang bertajuk ”Understanding Men: Their Spending

  Pembelian impulsif konsumen terhadap suatu produk terutama produk fashion juga melibatkan motivasi dan ketertarikan (fashion involvement) yang dimiliki oleh konsumen (Park, et al., 2006).

  Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta)

  konsumen pria di Jakarta untuk melakukan pembelian impulsif produk fashion..? (4) faktor manakah

  terhadap keputusan pria di Jakarta melakukan pem- belian impulsif produk fashion.

  ceived crowding, fashion involvement, credit card usage ) yang memberikan pengaruh paling dominan

  produk fashion konsumen pria di Jakarta, (4) menge- tahui faktor manakah (perceived stimulation, per-

  employee assistance terhadap pembelian impulsif

  di Jakarta, (3) mengetahui dan menganalisis pengaruh

  employee assistance yang diberikan konsumen pria

  terhadap keputusan pria di Jakarta melakukan pem- belian impulsif produk fashion, (2) mengetahui dan menganalisis pengaruh perceived crowding terhadap

  fashion involvement dan credit card usage)

  Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor (perceived stimulation, perceived crowding,

  memiliki pengaruh paling dominan terhadap keputusan konsumen pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion?

  (perceived stimulation, perceived crowding, fashion involvement, credit card usage ) yang

  mance dapat mempengaruhi pembelian impulsif

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Krugger (dalam Park dan Burns, 2005) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki involvement terhadap produk fashion cenderung untuk sangat peduli akan penampilannya dan selalu terlibat dalam pencaharian sesuatu yang tanpa henti terutama terkait dengan produk fashion. Kecenderungan seseorang untuk memiliki penampilan yang menarik menyebab- kan orang tersebut sering melakukan pembelian im- pulsif untuk produk fashion yang kemudian diper- parah lagi saat seseorang secara finansial memiliki kemampuan untuk membeli produk tersebut. Salah satu indikasi kemampuan finansial adalah kepemilikan kartu kredit.

  assistance yang diberikan kepada konsumen pria di Jakarta? (3) apakah employee assistance perfor-

  perceived crowding dapat mempengaruhi employee

  keputusan konsumen pria di Jakarta untuk melakukan pembelian impulsif produk fashion ? (2) apakah

  mulation, perceived crowding, fashion involve- ment dan credit card usage dapat mempengaruhi

  Jakarta dengan menelaah (1) apakah perceived sti-

  Berdasarkan latar belakang dan adanya perbe- daan penelitian terdahulu di atas mendorong penulis ingin meneliti lebih lanjut pengaruh factor-faktor yang mempengaruhi pria melakukan produk fashion di

  kan kartu kredit sebagai media pembayaran yang lazim digunakan dan disinilah konsumen yang memiliki ciri konsumsi impulsive seringkali menggunakan kartu kredit dalam melakukan pembelian karena konsumen memiliki alternatif pembayaran selain tunai dan kartu debit (Sunarto, 2003).

  tonic Data Capture ) di pusat perbelanjaaan menjadi-

  oleh kepemilikan kartu kredit. Penelitian yang dilaku- kan oleh Park dan Burns (2005) menemukan bahwa penggunaan kartu kredit oleh masyarakat Korea dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pening- katan. Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia. Peningkatan jumlah peredaran kartu kredit ternyata diiringi dengan peningkatan transaksi dengan kartu kredit, seperti yang terjadi di Jakarta. Berdasarkan pengamatan perilaku belanja pengguna kartu kredit sebuah bank, 57% transaksi disumbangkan dari pembelanjaan pakaian (fashion), sepatu, dan akse- sori. Kehadiran mesin merchant kartu kredit (Elec-

  fashion akan menjadi lebih tinggi apabila difasilitasi

  Kartu kredit memberikan fasilitas kepada konsu- men untuk mempermudah proses pembelian baik yang direncanakan maupun pembelian impulsif pada berbagai produk termasuk produk fashion. Selain itu, kartu kredit juga memberikan kemudahan bagi kon- sumen karena konsumen dapat mencicil tagihan yang dibebankan kepada konsumen dan juga memberikan jangka waktu yang lebih panjang bagi konsumen untuk membayar tagihan kartu kreditnya. Hal ini menunjuk- kan bahwa perilaku belanja impulsif pada produk

  Kerangka Konseptual Penelitian

  Nuril Aulia Munawaroh, Fatchur Rohman

  indikator yang ada (5 x 29 = 145 responden). Ukuran sampel ini masih berada dalam rentang ukuran sampel yang sebaiknya dipergunakan yakni 100–200 respon- den. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terdapat 45 kuesioner yang tidak dipakai karena responden tidak mengisi dengan lengkap, sehingga hanya 100 kuesioner yang dipakai dalam penelitian untuk dianalisis lebih lanjut dan dinilai dapat mewakili seluruh anggota populasi.

Hipotesa

  

4. Mulcollinearity Pengujian terhadap gejala multikolinieritas antar dimensi adalah apabila

korelasi antar dimensi atau konstruk < 0,85 dan ini berarti tidak terkena multikolinieritas.

  

3. Outliers Evaluasi atas outlier dapat dilihat dari hasil uji Mahalanobis Distance, yaitu

pada nilai p1dan p2 diatas 0,05 yang artinya tidak ada outliers.

  2. Normalitas Distribusi data dikatakan normal pada tingkat signifikansi 0,01 jika Critical Ratio (CR), skewenes (kemiringan) atau CR curtosis (keruncingan) tidak lebih dari ± 2,58

  

1. Ukuran Sampel Min 100 – 200 sampel dan selanjutnya menggunakan perbandingan 5 observasi

untuk setiap estimated parameter

  Tabel 1. Asumsi Penelitian dalam SEM No. Asumsi Deskripsi

  Populasi penelitian ini adalah seluruh pria di Jakarta yang memiliki kartu kredit dan sedang melakukan pembelian impulsif produk fashion di toko- toko ritel fashion di Jakarta, di mana jumlahnya tidak terbatas. Sebanyak 145 responden dengan pertim- bangan bahwa ukuran sampel lima kali dari jumlah

  Modeling ).

  Ukuran sampel memegang peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil, sebagaimana dalam metode struktural lainnya ukuran sampel ini menjadi dasar dalam estimasi kesalahan sampling. Sejauh ini belum ada rumusan untuk menghitung besar sampel pemodelan SEM (Structural Equation

  ruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsive, (H4) fashion involvement secara signifikan mempe- ngaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion, (H5), credit card usage secara signifikan mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pembelian impulsif produk fashion.

  yee assistance secara signifikan mampu mempenga-

  employee assistance toko ritel fashion, (H3) emplo-

  crowding secara signifikan mampu mempengaruhi

  kan mempengaruhi pria di Jakarta melakukan pem- belian impulsif produk fashion, (H2.b) perceived

  fashion , (H2.a) perceived crowding secara signifi-

  Jakarta melakukan pembelian impulsif produk

  stimulation secara signifikan mempengaruhi pria di

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hipotesa penelitian sebagai berikut: (H1) perceived

Metode Analisa Data

  digunakan untuk menguji hubungan konstruk eksogen-

  Output struktural parameter estimates dapat

  Sebelum tahap permodelan dalam SEM dilaku- kan, peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas. Uji reliabilitas dilakukan guna mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat memberikan hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang sama dan uji validitas dilakukan guna mengeta- hui sejauh mana suatu alat pengukur mengukur dengan tepat yang ingin diukur.

  Pengujian hipotesa dilakukan dengan analisis persamaan struktural (Structured Equation Model) dengan alat bantu aplikasi AMOS (Analysis of Moment Structure ).

  Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, dalam arti konsumen pria yang kebetulan sedang melakukan pembelian impulsif produk fashion.

METODE Pemilihan Sampel

HASIL Uji Hipotesa

  Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta)

  fashion oleh pria di Jakarta dengan nilai koefisien

  produk fashion oleh pria di Jakarta. Sehingga dapat diartikan bahwa employee assistance tidak dapat me- moderasi efek negative crowding yang diterima kon- sumen karena memang pada penelitian ini responden

  Tabel 2. Ringkasan Koefisien Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung Masing-Masing Konstruk

  Hasil pengujian hipotesa penelitian berdasarkan Tabel 2 adalah sebagai berikut:

  Hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perceived

  stimulation secara langsung berpengaruh secara po-

  sitif dan signifikan terhadap pembelian impusif produk

  sebesar 0,734 dan probability value sebesar 0,010 (<0.05). Sehingga dapat diartikan semakin tinggi ter- paan stimulation yang terkait dengan store environ-

  sebesar 0.389. Employee assistance merupakan variabel intervening positif tetapi tidak signifikan antara

  ment toko ritel fashion yang diterima oleh konsumen

  pria maka semakin tinggi pula tingkat pembelian im- pulsif produk fashion yang dilakukan oleh konsumen pria di Jakarta.

  Hipotesis 2a yang menyatakan bahwa perceived

  crowding secara langsung berpengaruh secara positif

  tetapi tidak signifikan terhadap pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta dengan nilai koefisien sebesar 0,542 dan probability value sebe- sar 0,057 (>0.05). Sehingga dapat diartikan bahwa walaupun crowding yang diterima oleh pria dirasakan tinggi tetapi tidak menghilangkan kegiatan membeli impulsif produk fashion yang dilakukan oleh konsu- men pria.

  Hipotesis 2b yang menyatakan bahwa perceived

  crowding secara langsung berpengaruh secara positif

  perceived crowding terhadap pembelian impulsif

  crowding terhadap pembelian impulsif melalui emplo- yee assistace dapat diterima dengan nilai koefisien

  endogen yang ada dalam struktural model. Berdasar- kan hasil analisis, didapat pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung masing-masing konstruk yang ditunjukkan pada Tabel 2. yang dirasakan oleh konsumen pria terhadap emplo-

  sebesar 0,623 dan probability value sebesar 0,022 (<0.05). Sehingga dapat diartikan bahwa semakin ting- gi tingkat employee assistance performance pada sebuah toko ritel fashion maka semakin tinggi pula tingkat pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh konsumen pria di Jakarta.

  yee assistance sebuah toko ritel fashion tetapi tidak

  melunturkan kualitas employee assistance yang bisa diberikan kepada konsumen pria di Jakarta. Store em-

  ployee tetap memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.

  Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa employee

  assistance secara langsung berpengaruh secara posi-

  tif dan signifikan terhadap pembelian impulsif produk

  fashion oleh pria di Jakarta dengan nilai koefisien

  Hipotesis 4 yang menyatakan bahwa fashion

  Pengaruh tidak langsung antara perceived

  involvement secara langsung berpengaruh secara

  positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta dengan nilai koefi- sien sebesar 0,748 dan probability value sebesar 0,045 (<0.05). Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat fashion involvement yang dimiliki oleh konsumen pria terhadap produk fashion maka sema- kin tinggi pula tingkat pembelian impulsif produk

  fashion yang dilakukan oleh konsumen pria di Jakarta

  Hipotesis 5 yang menyatakan bahwa Credit

  Card Usage secara langsung berpengaruh secara

  positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta dengan nilai koefi- sien sebesar 0,865 dan probability value sebesar 0,0037 (<0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat penggunaan kartu kredit dalam berbelanja yang dilakukan oleh konsumen pria maka semakin tinggi pula tingkat pembelian impulsif produk

  fashion yang dapat dilakukan oleh konsumen pria di Jakarta.

  tetapi tidak signifikan terhadap employee assistance toko ritel fashion di Jakarta dengan nilai koefisien sebesar 0,589 dan probability value sebesar 0,062 (>0.05). Sehingga dapat diartikan walaupun crowding

  Nuril Aulia Munawaroh, Fatchur Rohman

  tidak merasa adanya efek negative yang ditimbulkan oleh crowding saat berbelanja produk fashion.

  signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta. Walau- pun para konsumen pria diterpa crowding yang luar biasa tetapi tidak membuat para pria ini menjauhi toko. Mereka tetap berjejal dan ikut masuk kedalamnya. Pada penelitian ini terlihat responden sudah tidak menggunakan rasionalitasnya dalam hal berbelanja produk fashion dikarenakan adanya diskon yang menggiurkan sedang berlangsung saat itu.

PEMBAHASAN Pengaruh Perceived Stimulation terhadap Pembelian Impulsif

  berpengaruh terhadap keputusan pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta. Hal yang mendo- minasi para pria untuk membeli produk fashion secara impulsif karna adanya promosi diskon dan aneka bentuk promosi lain yang tentunya menarik konsumen pria di Jakarta membeli produk fashion yang tidak direncanakan sebelumnya. Selain itu, bentuk physical

  perceived stimulation secara positif dan signifikan

  responden ini berpendapat bahwa store employee

  employee . Walaupun dalam keadaan crowded para

  tian ini menunjukkan efek negative dari crowding itu sendiri tidak berpengaruh terhadap kinerja store

  employee itu sendiri. Tetapi berdasarkan hasil peneli-

  Efek negatif crowding didalam toko sebenarnya tidak hanya menerpa konsumen pria sebagai respon- den penelitian ini tetapi juga bisa dirasakan oleh store

  Menurut Eroglu dan Machleit (1990), pada kon- teks ritel fashion adanya terpaan crowding dapat mempengaruhi konsumen dalam berbelanja seperti halnya juga kepuasan pada aktivitas berbelanja. Pada penelitian ini sebagian responden tidak merasakan adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh crowding. Terlihat, mereka justru merasa nyaman berbelanja di tengah-tengah kehebohan pengunjung yang luar biasa. Para pria sebagai pelanggan potensial memberikan respon yang sesuai dengan apa yang direncanakan oleh pihak retailer, seperti menghabiskan uang lebih banyak daripada yang telah direncanakan.

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel

  employee sudah dianggap memuaskan oleh responden

  evidence dari sebuah store environment turut mem-

  tetapi hal ini seharusnya tidak menjadikan retailers berhenti untuk terus meningkatkan dan mempertahan- kan kinerja yang sudah baik.

  nya dalam melayani pengunjung yang berbelanja produk fashion saat itu. Walaupun kinerja store

  men store environment toko ritel fashion juga cukup mempengaruhi para pria di Jakarta untuk membeli secara impulsif produk fashion yang diinginkan saat itu. Walaupun pengaruhnya tidak cukup dominan mempengaruhi para pria ini tetapi store environment yang ditata dengan baik sedemikian rupa mempunyai pengaruh yang cukup kuat pada citra toko, sehingga hal ini harus direncanakan sebaik mungkin oleh para

  physical evidence yang merupakan salah satu ele-

  Pada penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa

  teknik promosi penjualan merupakan taktik pemasaran yang memiliki dampak jangka sangat pendek. Tidak dapat dipungkiri kadang-kadang penjualan hanya meningkat selama kegiatan promosi penjualan berlang- sung. Strategi inilah yang justru paling banyak digen- carkan oleh para retailer untuk membidik pangsa pasar tertentu dan meningkatkan pembelian impulsif, termasuk konsumen pria di Jakarta, yang saat ini memang menjadi salah satu target potensial pema- saran produk fashion.

  fashion yang diinginkan. Secara keseluruhan teknik-

  berikan pengaruh yang cukup kuat dalam mempenga- ruhi para pria ini untuk membeli secara impulsif produk

  assistance tetap memberikan performance terbaik-

Pengaruh Employee Asisstance terhadap Pembelian Impulsif

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel

  yee Assistance dan Pembelian Impulsif

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel employee assistance secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap keputusan pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta. Berdasarkan penelitian ini responden merasakan adanya kinerja yang baik dari store employee untuk selalu memberi- kan pelayanan terbaiknya. Pelayanan terbaik yang telah diberikan oleh store employee dapat

  retailer

Pengaruh Perceived Crowding terhadap Emplo-

  perceived crowding secara positif tetapi tidak

  Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta)

  menciptakan satu store environment yang nyaman bagi konsumen. Sehingga konsumen secara leluasa melihat dan menikmati suasana toko sehingga dapat menciptakan satu pembelian impulsif.

Pengaruh Fashion Involvement terhadap Pembelian Impulsif

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel

  fashion involvement secara positif dan signifikan

  berpengaruh terhadap keputusan pembelian impulsif produk fashion oleh pria di Jakarta. Pada penelitian ini konsumen pria memiliki tingkat fashion involvement yang sangat baik akan produk fashion. Hasil peneli- tian ini terlihat bahwa konsumen pria dengan tingkat

  Konsumen pria pada penelitian ini berpendapat bahwa seringkali mereka melakukan pembelian yang tidak terencana untuk berbelanja produk fashion lebih dari dana yang dialokasikan. Tetapi walaupun mereka memiliki kartu kredit untuk berbelanja tidak sedikit dari responden ini tetap mementingkan harga produk yang dibeli. Bagi mereka kartu kredit hanyalah sarana mempermudah untuk membeli barang disaat mereka tidak mempunyai dana yang cukup untuk itu.

Pengaruh Tidak Langsung Perceived Crowd-

  yang tinggi pengetahuan konsumen pria mengenai kualitas, warna, detail dan bahan produk fashion ada- lah beberapa hal yang menjadi pertimbangan konsu- men pria dalam membeli produk fashion. Sehingga hal ini bisa dijadikan satu acuan penting bagi para

  retailers untuk menerapkan strategi khusus guna

  fashion involvement yang tinggi akan lebih terlibat

  tersebut mampu memberikan sikap positif, mampu memberikan solusi atas setiap keluhan konsumen serta mampu melayani konsumen dengan cepat dan ramah. Sehingga, konsumen pria merasa nyaman berbelanja di toko tersebut dan meningkatkan pem- belian yang tidak direncanakan sebelumnya (pem- belian impuslif). Kualitas pelayananan yang seperti ini harus bisa di pertahankan oleh retailers dan jika perlu ditingkatkan guna mencapai target konsumen potensial lebih besar dibandingkan dengan sebelum- nya.

  yee assistance yang baik di mana store employee

  bisa direduksi dengan cara memberikan pelayanan yang baik yang diberikan oleh store employee. Hasil penelitian ini lebih menunjukkan bahwa konsumen pria memang tidak merasakan adanya efek negative yang ditimbulkan oleh crowding. Mereka tetap ikut berjejal berusaha mendapatkan produk fashion yang diingin- kan. Selain itu, mereka juga puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh store employee. Kinerja emplo-

  perceived crowding yang dirasakan oleh konsumen

  Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Whiting (2007) yang menya- takan bahwa efek negative yang ditimbulkan oleh

  employee assistance sebagai variabel pemoderasi.

  kan berpengaruh terhadap keputusan pembelian im- pulsif produk fashion oleh pria di Jakarta dengan

  perceived crowding secara positif dan tidak signifi-

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel

  ing terhadap Pembelian Impulsif dengan Em- ployee Asisstance sebagai Variabel Pemoderasi

  dalam pembelian secara impulsif yang berorientasi

  fashion . Terkait dengan tingkat fashion involvement

  fashion oleh pria di Jakarta. Pada penelitian ini terlihat

  ngaruh terhadap keputusan pembelian impulsif produk

  credit card usage secara positif dan signifikan berpe-

  Hasil-hasil analisis menerangkan bahwa variabel

  meningkatkan penjualan tidak terkecuali mening- katkan pembelian impulsif.

Pengaruh Credit Card Usage terhadap Pem- belian Impulsif

  bahwa kepemilikian kartu kredit yang cukup tinggi telah memberikan peluang bagi konsumen pria untuk membeli produk fashion secara impulsif. Kartu kredit memberikan fasilitas kepada konsumen untuk mem- permudah proses pembelian baik yang direncanakan maupun pembelian impulsif pada berbagai produk termasuk produk fashion. Selain itu, kartu kredit juga memberikan kemudahan bagi konsumen karena kon- sumen dapat mencicil tagihan yang dibebankan kepa- da konsumen dan juga memberikan jangka waktu yang lebih panjang bagi konsumen untuk membayar tagihan kartu kreditnya. Terdapat hasil penelitian yang menarik yaitu konsumen pria seringkali menggunakan kartu kredit untuk berbelanja produk fashion karena ada keuntungan lain yang bisa didapatkan yaitu adanya diskon tambahan dan aneka promosi menarik lainnya apabila konsumen menggunakan kartu kreditnya untuk berbelanja produk fashion.

Nuril Aulia Munawaroh, Fatchur Rohman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  fashion oleh konsumen pria. Konsumen pria merasa

  fashion yang diinginkan. Mereka membeli produk fashion lebih dari apa yang direncanakan.

  ini lebih menunjukkan bahwa konsumen pria memang tidak merasakan adanya efek negative yang ditimbul- kan oleh crowding sehingga tidak ada yang perlu dire- duksi dalam hal ini. Sangatlah menarik ketika mereka tetap ikut berjejal berusaha mendapatkan produk

  fashion oleh pria di Jakarta dengan employee assis- tance sebagai variabel pemoderasi. Hasil penelitian

  nifikan mempengaruhi pembelian impulsif produk

  Perceived crowding secara positif dan tidak sig-

  mempengaruhi pembelian impulsif produk fashion oleh konsumen pria. Pada penelitian ini terlihat bahwa kepemilikian kartu kredit yang cukup tinggi telah mem- berikan peluang bagi konsumen pria untuk membeli produk fashion secara impulsif. Kartu kredit mem- berikan fasilitas kepada konsumen untuk memper- mudah proses pembelian baik yang direncanakan maupun pembelian impulsif pada berbagai produk termasuk produk fashion. Selain itu, kartu kredit juga memberikan kemudahan bagi konsumen karena kon- sumen dapat mencicil tagihan yang dibebankan kepada konsumen dan juga memberikan jangka waktu yang lebih panjang bagi konsumen untuk membayar tagihan kartu kreditnya. Konsumen pria seringkali mengguna- kan kartu kredit untuk berbelanja produk fashion karena ada keuntungan lain yang bisa didapatkan yaitu adanya diskon tambahan dan aneka promosi menarik lainnya apabila konsumen menggunakan kartu kreditnya untuk berbelanja produk fashion.

  Credit card usage secara positif dan signifikan

  kan pada kualitas produk fashion yang dibeli dengan produk fashion yang sesuai dengan pilihan mereka, mereka akan merasa nyaman mengenakannya. Ber- bekal high fashion involvement yang dimiliki kon- sumen pria lebih terlibat dalam pembelian secara impulsif yang berorientasi fashion.

  fashion yang diinginkan. Mereka lebih menitikberat-

  litian ini memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman mengenai produk fashion yang tinggi sehingga cukup bagi mereka untuk memilih dan membeli produk

  fashion oleh konsumen pria. Para pria ini pada pene-

  fikan mempengaruhi pembelian impulsif produk

  Fashion involvement secara positif dan signi-

  puas dengan kinerja employee assistance pada toko ritel fashion yang diberikan kepada pelanggan cepat, tanggap dan ramah. Ini merupakan nilai plus untuk pegawai toko karna dengan pegawai yang ramah dan tangkas, konsumen pun akan lebih nyaman untuk berbelanja. Sehingga seringkali kenyamanan konsu- men yang seperti ini membuat mereka membeli produk-produk fashion yang tidak direncanakan sebelumnya.

  Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa:

  Perceived stimulation secara positif dan signi-

  fashion . Mereka justru turut berjejal diantara kepa-

  fikan mempengaruhi pembelian impulsif produk

  fashion oleh pria di Jakarta. Perceived stimulation

  yang diwakili oleh physical evidence sebuah toko yang diciptakan oleh pihak toko ritel fashion mampu menumbuhkan mood konsumen pria, sehingga mereka merasakan kenyamanan pada saat berbelanja produk fashion sehingga mampu meningkatkan pen- jualan sampai pada tingkat pembelian impulsif produk

  fashion yang telah dilakukan oleh konsumen pria.

  Perceived crowding secara positif tetapi tidak

  cukup signifikan mempengaruhi pembelian impulsif produk fashion yang dilakukan oleh pria di Jakarta. Walaupun konsumen merasa tingkat kepadatan di dalam toko cukup tinggi tetapi, hal ini tidak menyurut- kan semangat mereka untuk tetap berbelanja produk

  datan pengunjung di toko saat itu. Aktivitas berbelanja yang mereka lakukan seperti ini telah memberikan keuntungan bagi pihak retailer yaitu meningkatkan penjualan produk fashion sekaligus menciptakan pembelian impulsif saat itu.

  Employee assistance secara positif dan signifi-

  Perceived crowding secara positif tetapi tidak

  cukup signifkan mempengaruhi kualitas employee

  assistance sebuah toko ritel fashion. Walaupun toko

  dalam keadaan padat pengunjung, tetapi hal ini tidak melunturkan kinerja positif yang diberikan store

  employee kepada pelanggan. Konsumen pria berang-

  gapan bahwa, para pegawai toko mampu memberi- kan sikap positif, melayani pelanggan dengan cepat dan ramah serta mampu mengatasi segala keluhan konsumen.

  kan mempengaruhi pembelian impulsif produk

Anteseden Pembelian Impulsif Produk Fashion oleh Pria (Studi pada Toko Ritel Fashion di Jakarta) Keterbatasan Penelitian

  Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan da- lam pelaksanaannya sehingga berpengaruh terhadap hasil penelitian yang diperoleh secara keseluruhan. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

  Peneliti selanjutnya sebaiknya perlu melakukan modifikasi lebih lanjut terhadap model penelitian dan hipotesis guna mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi konsumen dalam hal orientasi kultur, karakteristik demografis dan geografis, dan Store Atmosphere terhadap perilaku pembelian impulsif.

  Journal of Retailing , pp. 66–121.

  Patronage Intentions. Journal of Marketing: Vol. 66, No. 2, pp. 120-141 diakses secara online dari http:// www.journals.marketingpower.com/doi/abs/10.1509/ jmkg.66.2.120.18470 pada tanggal 23 Juli 2012. Dittmar, H., et al. 1995. Gender Identity and Material Sym- bols : Objects, Decision Considerations and Self-im- age Man’s and Women’s Impulse Purchases, Jour- nal of Economic Psycology , Vol. 16, pp. 491–511. Eroglu, S., & Machleit, K.A. 1990. An Empirical Study of Retail Crowding : Antecedents and Consequences,

  Baker, J., Dhruv, G., & Parasuraman, A. 1994. The Influence of Store Environment on Quality Inferences and Store Image,” Journal of Academy of Marketing Science, Vol.4, pp. 328–392. Baker, J. et al. 2002. The Influence of Multiple Store Envi- ronment Cues on Perceived Merchandise Value and

  Baker, J., and Cameron, M. 1996. ” The Effects of the Ser- vice Environment on Affect and Consumer Percep- tion of Waiting Time: An Integrative Review and Re- search Propositions,” Journal of the Academy of Marketing Science , 24 (4), 338.

  Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat terjun langsung dalam pengumpulan data primer, sehingga tingkat error data bisa diperkecil, dan responden dapat lebih mengerti mengenai maksud dan tujuan penelitian.

  Peneliti selanjutnya perlu melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai metode penilaian terhadap pembelian Impulsif, yang kemungkinan tidak hanya terbatas pada frekuensi dan pembelian impulsif, namun bisa dilihat juga faktor hedonic consumption, shopping enjoyment , dll.

  Objek penelitian selanjutnya sebaiknya difokus- kan pada satu retail outlet tertentu, sehingga pan- dangan responden mengenai retail outlet tidaklah bias dan tujuan penelitian dapat tercapai, terutama untuk variabel store atmosphere.

  Penelitian hanya dilakukan di Jakarta saja, di mana akan lebih baik lagi jika penelitian dilakukan di beberapa kota urban yang berbeda, sehingga karak- teristik masyarakat urban di Indonesia akan lebih beragam, sehingga opini masyarakat yang berhubung- an dengan penelitian ini dapat lebih terwakilkan.

  Penelitian hendaknya dilakukan pada beberapa jenis produk yang berbeda, selain fashion, untuk mengetahui dan membandingkan produk mana yang tingkat pembelian impulsifnya lebih tinggi bagi konsu- men.

  Penelitian hendaknya dilakukan di lebih banyak kota urban di Indonesia, seperti Jogjakarta, Surabaya, Medan, Makasar, dll. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik yang lebih beragam dari ma- syarakat kotakota urban di seluruh Indonesia, sehingga dapat membantu peritel mengetahui karakteristik konsumen pada daerah tujuan sasarannya.

  Saran peneliti untuk penelitian selanjutnya yang didasarkan pada keterbatasan pelaksanaan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: