KOLON - REKTUM dan ANUS
KOLON - REKTUM dan ANUS
Anatomi Usus besar dimulai dari ileo-caecal junction sampai anus.
Terbagi atas
- – Sekum – Kolon asenden
- – Kolon transversum
- – Kolon desenden
- – Sigmoid – Rektum – Anus
Tanda Kolon
Tenia yang merupakan lapisan otot longitudinal Haustra ( sakulasi ) Apendiks epiploika.
Fisiologi
Fungsi Usus Besar
1. Menyerap air, vitamin, mineral
2. Ekskresi mukus
3. Menyimpan feses
4. Mendorong feses
Pemeriksaan dan Diagnosis
Anamnesis
- Pola defeksi
- Frekuensi • Konsistensi • Kaliber • Hematokesia
Pemeriksaan dan Diagnosis Pemeriksaan Laboratorium
- Hemoglobin • Test darah tersamar
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik
- Foto polos abdomen
- Foto kontras barium
- Foto barium kontras ganda
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan endoskopi
- Proktoskopi
Deteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus
- Rektosigmoidoskopi
Deteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus
- Kolonoskopi
Pemeriksaan dan Diagnosis
Manfaat Kolonoskopi
1. Diagnostik
2. Biopsi untuk kofirmasi
3. Ekstirpasi polip
4. Mengelola perdarahan
5. Follow up kelainan kolon
6. Deteksi dini kanker atau skrening proses lain
Pemeriksaan dan Diagnosis
( bila diperlukan )
Pemeriksaan Lain Intra Venous Pyelography ( IVP ) Ultrasonography ( USG ) Computerized Tomography Scanning ( CTScan )
)
Magnetic Resonance Imaging ( MRI
Divertikel Kolon
Definisi
- Protrusi dinding kolon
- Berbentuk kantong dengan leher sempit
- Besarnya beberapa milimeter sampai dua sentimeter
Patogenesis Sering ditemukan dikolon, terutama sigmoid Divertikel sigmoid disebut divertikel pulsi
Penyebab
- Tekanan intra luminal yang tinggi
- Defek dinding kolon pada tempat keluarnya arteri ke appendiks epiploika
Gambaran Klinik
- 80 % tanpa gejala
- Keluh>Nyeri • Obstipasi • Diare • Gangguan motilitas
- Gejala jelas bila ada komplikasi
Divertikulitis
- Radang akut dari divertikel
- Disebabkan retensi feses
- Gejala klin>Nyeri lokal
- Serangan akut
- Konstipasi • Diare
Komplikasi Divertikel Kolon Divertikulitis Peridivertikulitis Abses Perforasi Peritonitis Fistula entero-kolo -vesikal
Terapi
1. Tanpa keluhan tidak perlu terapi
2. Fase akut
- – Puasa – Cairan parenteral
- – Pemasangan pipa lambung
- – Antibiotika sistemik
- – Analgetika
Terapi
- Perforasi •
Perdarahan hebat
- Fistula •
Obstruksi
Inflamamltormy Bo⸀el Diselses
Inflammatory Bowel Diseases
Dua penyakit yang sering dijumpai :
- Penyakit Crohn
- Kolitis ulserativa Kedua penyakit ini banyak dijumpai dinegara Eropa dan Amerika. Saat ini insiden penyakit ini menunjuk peningkatan di Indonesia
Penyakit Crohn
Penyakit Crohn
( Enteritis)
Regional
- Penyakit radang granulomatik gastrointestinal
- Bersifat kronik progresif
- Terutama orang muda
Etiologi
- Belum jelas.
- Pendapat akhir merupakan kelainan genetik dengan faktor eksternal sebagai antigen
- Terjadi reaksi inflamasi menyebabkan kerusakan mukosa sampai seluruh tebal dinding usus disertai penebalan mesenterium.
- Mengenai ileum distal (75%) usus besar dan gastrointestinal yang lain.
- Staduium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan
Gejala
- Diare (90%), jarang disertai darah. Perdarahan vang terjadi bila mengenai usus besar.
- Nyeri dengan kolik yang berulang (eksaserbasi akut)
- Malnutrisi, anemia, penurunan berat badan.
- Kelainan anorektal seperti fisura, fistula dan abses perirektal.
- Masa abdomen kanan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Tidak spesifik.
- Radiologik :
Penebalan dinding usus (Entero clysis), striktur , cobble stone.
Indikasi Operasi
- Obstruksi
- Perforasi
- Fistula
Terapi
- Steroid :
- Prednison 0,25 – 0,75 mg/Hari ,
- Prednisolon.
- Sulfasalazine : 1 g/15kg/Hari .
- Immunosuppresive :
- Azothioprine,
- Mercaptopurine
Surveilan
- Kolonoskopi tiap 1 – 2 tahun
- Kecurigaan bila timbul displasia epitel
- Angka kekambuhan tinggi, terutama pada usia muda
Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulsermltif
- Penyakit radang granulomatik terutama usus besar
- Penyakit genetik dengan manifestasi berbeda
- Mengenai usia muda 15-30 tahun dan usia tua 60 sampai 80 tahun
- Mengenai seluruh kolon (pan kolitis), terutama rektum
- Radang menjalar secara horisontal
Gejala Klinis
- Gejala utama perdarahan (80%) disertai
- Diare (50%) dapat disertai pus
- Nyeri, kolik
- Dapat mengalami perforasi peritonitis
Pemeriksaan Penunjang Radiologik :
- Hilangnya haustra (Stiff pipe)
- Gambaran pseudo polyp
Sigmoidoskopi
- Mukosa rektum granulasi dan mudah berdarah .
Terapi
- Sulfasalazin : 2 – 8 g/hari/p.o.
- Serangan hebat :
- Hydrocortisone 100-300 mg/hari
- Prednisolon 20-80 mg/hari
- Diet tinggi serat
- Prebiotik bakteri asam laktat
Indikasi Bedah
- Fase akut atau perforasi
- Kasus kronis dan resisten terhadap steriod
- Tindakan bedah yang dilakukan proktokolektomi dengan ileo-anal anastomosis
- Perlu surveilan karena resiko keganasan bila terjadi displasia epitel
Differential Diagnosis antara Kolitis Ulceratif dengan Penyakit Crohn Pemerikasaan
Penyakit Crohn Kolitis Ulseratif Bloody Stool Rare Common Abdominal Pain Common Rare Involvement Of Rectum Rare (20%) Always Perianal Lesion Common Rare Fistulae Common Rare Toxic Dilatation Rare Rare Recurrent After Curative Surgery Common No Endoscopy:
- Aphtha Common No
Polip
Polip
- Merupakan neoplasma jinak yang berasal dari epitel mukosa
- Terbanyak dikolon dan rektum
- Berupa bentukan bertangkai maupun tidak bertangkai (sesile)
- Ada yang berpotensi ganas
Gejala Klinik
- Sering tanpa gejala
- Perdarahan dan anemia
- Perubahan pola defikasi
- Komplikasi obstruksi
Diagnosis
- Colok dubur
- Foto barium kontras ganda
- Endos
- Proktoskopi • Sigmoidoskopi
Polip Juvenilis
Insiden pada anak usia sekitar 5 tahun Ditemukan pada seluruh bagian kolon Biasanya dapat regresi spontan Gejala klinik
- Perdarahan spontan
- Kadang disertai lendir
Selalu bertangkai, sering menonjol keluar
Makroskopis Polipoid Skirus Ulseratif
Polip Adenomatosa
- Insiden didapatkan pada usia > 20 tahun
- Insiden meningkat dengan meningkatnya usia
- Letak 70 % pada sigmoid dan rektum
- Sifat premaligna
- Harus dilakukan operasi
Poliposis Kolon (Familial Poliposis)
Herediter Polip majemuk Tersebar pada seluruh kolon Potensial ganas ( 60 % kasus ) Insiden pria = wanita Diagnosa ditegakkan berdasarkan
- Riwayat polip pada keluarga
- Foto barium
Poliposis Kolon
Sindroma Gardner
- Heriditer • Polip majemuk
- Osteoma mandibula, calvaria
- Tumor jaringan lunak
- Potensial maligna
Karsinoma Kolon dan Rektum
Epidemiologi
- Keganasan peringkat ke-3 di USA
- Di Indonesia (BKKI)
- – Karsinoma kolon peringkat ke-7
- – Karsinoma rektum peringkat ke-10
- – Karsinoma kolo rektal peringkat ke-6
- Insiden cenderung pada usia lebih muda
1. Adeno Karsinoma
Mikroskopis
- – Diferensiasi baik
- – Diferensiasi sedang
- – Diferensiasi jelek
2. Leiomiosarkoma
Etiologi
Belum diketahui pasti Faktor prediposisi
- Polip adenomatosa
- Poliposis • Radang kolon kronis
Faktor diet
- Kaya lemak
- Rendah serat
Diet Lemak Kolesterol
(pada kolon) Sterol Lemak
Asam Empedu Bakteri Anaerob
Sintesa Hepar Asam Empedu
Distribusi
Terbanyak pada rektum Kecenderungan
Karsinoma rektum Karsinoma kolon asenden
Diagnosis ANAMNESA
Perubahan pola defikasi Frekuensi Konsistensi tinja Konstipasi Kaliber Berak lendir dan hematokesia Tenesmus
Diagnosis
Anemia Massa dirongga abdomen Tanda obstruksi Darah dan lendir pada colok dubur Penurunan berat badan
Diagnosis Pemeriksaan Penunjang Foto Kolon
- Barium enema dan kontras ganda
Ultra Sonogafi
- Identifikasi metastase
- Menilai reseklabilitas
Intra Venous Pyelography (IVP)
- Menilai infiltrasi ke sistem urinari
Pemeriksaan Penunjang Endoskopi Proktoskopi • Deteksi kelainan 8-10 cm dari anus
- Polip rekti
- Hemorhoid • Karsinoma rektum
Sigmoidoskopi • Mencapai 20 – 25 cm dari anus
- Diagnostik • Kauterisasi
Karsinoma Kolon Kanan
Nyeri tumpul Teraba massa pada 1/3 kasus Anemia Sering diare Sifat tumor- Fungating • Besar ulserasi rapuh
Karsinoma Kolon Kiri
Keluhan yang sering konstipasi Kadang dapat juga diare
Keluhan kaliber feses megecil Keluhan obstruksi Sifat tumor
- Tumbuh anuler dan konstrikting sehingga
Karsinoma Rektum
Berak darah dan lendir Tenesmus Sering didiagnosa sebagai hemorhoid Sifat tumor
- Ulseratif • Vegetatif • Infiltratif Diagnosa
Stadium DUKES (1932) menciptakan stadium patologi berdasar:
Kedalaman invasi dinding kolon Adanya metastase kelenjar Stadium menurut DUKES populer karena : Mudah dilakukan Mudah diingat
Stadium Menurut Dukes (Modifikasi)
Dukes A : Mukosa dan muskularis mukosa Kelenjar negatip
Dukes B : Kelenjar negatip Seluruh dinding kolon : Dukes C1
Seluruh dinding kolon Kelenjar sekitar kolon positip
Dukes C2 : Kelenjar pangkal pembuluh darah positip
Dukes D :
Stage Grouping (TNM) (IUCC – International Union Against Cancer)
T N M Dukes
Stage 0 Tis N0 M0 Stage I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0 Stage II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
Penyebaran
1. Penyebaran langsung ke organ sekitar tumor
2. Hematogen : sistem porta hepar sistemik paru
3. Limfogen: kelenjar para kolon kelenjar meso kolon kelenjar para aorta
4. Trans peritoneum rongga peritoneum disebut abdominal karsino
Pembedahan Kolon Kanan : Hemikolektomi kanan Ileo - Transverostomi Kolon Kiri : Hemikolektomi kiri Kolo - Sigmoidostomi Kolon Transversum : Kolotransvesectomi Kolo Kolostomi Kolon Sigmoid : Reseksi Anterior Kolo - Rektostomi Rektum Letak Tinggi Reseksi Anterior Kolo - Rektostomi
Pembedahan Paliatif
Reseksi tumor dan anastomosis By pass (pintas usus) Kolostomi diversi Tindakan operasi paliatif bertujuan mengatasi keluhan tetapi tidak merubah jalannya penyakit
Pengobatan Penunjang (Adjuvant)
1. Radiasi
Pra bedah
Pasca bedah
Kombinasi ( sandwich )
2. Kemoterapi
Obat tunggal : 5 fluorouracil
Obat kombinasi : 5 fluorouracil Levamizol Calcium leucovorin
Prognosa
Tergantung pada
1. Stadium penyakit
2. Diferensiasi patologi
3. Komplikasi yang ditimbulkan
4. Penyakit sekunder yang menyertai
Ketahanan Hidup 5 Tahun
Dukes5 YSR
A 97-100%
B 80%
C1 60%
Deteksi Dini
Dilakukan dengan skrining pada golongan resiko tinggi
1. Penderita dengan familial adenomatous polip
- skrining dimulai pada usia pubertas
2. Penderita dengan hereditary non poliposis colorectal cancer (HNPCC)
- skrining dimulai pada usia 21 tahun
3. Penderita dengan penyakit infeksi usus (ulcerative colitis)
- skrining 7-8 tahun setelah diagnosa
4. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker atau kondisi
Follow Up
Kekambuhan sering pada 2 tahun pertama Perlu follow up
1. Ba inloop tiap 3 bulan
2. Kolonoskopi tiap tahun
3. Thoraks foto
4. Darah lengkap dan fungsi hati tiap 6 bulan
5. CEA –-> 2 tahun pertama tiap 2 bulan dan 2 tahun berikut tiap 4 bulan CEA kekambuhan imaging
Penyakit pre–Maligna pada Kolon dan Rektum
1. Adenoma diameter diatas 1 cm kemungkinan maligna
2. Familial adenomatous poliposis
3. Non poliposis hereditary colon cancer (HNPCC)
4. Inflamatory bowel diseases
5. Irradiation proctocolitis
Hemoroid Hemoroid Pelebaran vena pleksus hemoroidalis
- Hemoroid Interna Pelebaran pleksus v. hemoroidalis superior
Diliputi mukosa Posisi kanan depan, kanan belakang dan (jam 3 – 7 – 11) kiri lateral Drenase ke vena hemoroidalis superior selanjutnya ke vena porta
- Hemoroid Eksterna
Etiologi Simptomatik
Tekanan perut meningkat vena melebar,berkelok- kelok menonjol
Faktor Penyebab :
Mengejan Konstipasi
Gejala
Perdarahan saat defikasi Darah merah segar, tidak bercampur feses Anemia Prolap saat defikasi Iritasi perianal pruritus ani Nyeri timbul bila terjadi :
- Trombus
Pemeriksaan
- Hemoroid Interna
- Tampak saat prolap
- Anus diregang dan penderita mengejan
- Anoskop dilakukan bila tidak pr>Untuk menetukan letak
- Ukuran • Der>Hemoroid Eksterna
- Tampak pada inspeksi
Derajat Hemoroid Derajat I :
- Perdarahan per anus
- Prolap (–)
- Mikroskopis pelebaran pleksus
Derajat II :
- Prolap Bisa reduksi spontan
Derajat III :
Diagnosa Banding
1. Perdarahan
- karsinoma kolo rektal
- divertikel
- polip
- kolitis ulserosa
2. Benjolan yang keluar
- prolap rektum
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Prolap yang tidak dapat direduksi
3. Tombosis infark mukosa
4. Septik emboli abses hepar
Terapi
Tujuan terapi bukan
menghilangkan pleksus hemoroidalis tetapi menghilangkan keluhan
Terapi
Derajat I dan II
Diet tinggi serat
Supositoria dan salep anus
- – Efek anestetik
- – Astringen
Bila prolap
- – Reposisi – Kompres lokal
Terapi 2.
Skleroterapi
Fenol oli 5%
- Submukosa untuk menimbulkan radang
- steril >infeksi
- prostatitis
- hipersensitivitas
Komplikasi :
Terapi
- Tehnik Barron - Iskaemia nekrosis fibrosis
- Interval 2 – 4 minggu
- Nyeri - Sering perdarahan pada hari ke 7 - 10
Terapi
Indikasi :
- Derajat III dan IV
- Perdarahan berulang dan anemia
- Derajat IV dengan trombosis
- Terapi biasa gagal
Terapi
5. Bedah Beku
- Memakai gas CO2 atau N2O
- Nekrosis mukosa sulit dikontrol
- Penyembuhan lambat
6. Lain-lain
- Dilatasi (LORD)
Hemoroid Eksterna Manifes bila terjadi trombosis Klinis
Nyeri Kulit tegang Benjolan kebiruan Terjadi pada tekanan perut yang tiba-tiba meningkat
Terapi Analgetika
Fisura Anus Fisura Anus
Luka epitel pada anal kanal Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line Edema papila pada anal kanal hipertropik papil Edema pada fisura kulit sentinel tag
Trias fisura anus
- Ulkus • Hipertropik papil
- Sentinel tag
Faktor Penyebab
Sering tak jelas Iritasi akibat diare Penggunaan laksan yang kronik Cedera partus Iatrogenik
Fisura anus Anamnesa
Konstipasi karena takut b.a.b Feses keras Nyeri defikasi Darah segar Riwayat remisi dan eksaserbasi
Pemeriksaan
- – Sentinel tag
- – Eversi anus
ulkus
- – Anoskop hipertropik papil
- – Spasme sfingter
Diagnosa Banding
- Tuberkulosa • Sifilis • Proktitis
( Acquired Immun Deficiency Syndrome )
- AIDS
Terapi
1. Konservatif
- diet kaya serat
- obat pelunak feses
- rendam air hangat
- topikal anestetik
2. Bedah
- bila konservatif gagal
- dilatasi sfingter
Abses Anorectal Abses Anorektal Merupakan radang peri rektum akibat infeksi kuman usus Infeksi berasal dari kripta rektum Abses diberi nama menurut letaknya
- Pelvio-rektal
Klinis Abses superficial (peri anal)
- Nyeri • Bengkak • Hiperemi • Indurasi –fluktuasi
Abses dalam
- Nyeri perut bawah
- Perlu pemeriksaan colok dubur dan vagina
Sistemik
Komplikasi
Meluas keruang lain
- Kearah pelvis Kearah ischio rektal
Perforasi :
- Kearah anorektal
- Peri anal
Terapi
Insisi dan drenase yang adekuat Rendam duduk air hangat Luka dirawat terbuka Fistel yang terbentuk perlu tindakan bedah
Fistel Perianal
Fistel Perianal
Diakibatkan drenase abses anorektum Umumnya berasal dari satu muara dikripta anorektum
Klasifikasi PARK:
- Intersfingter • Transfingter • Suprasfingter • Ekstrasfingter
Fistel Perianal Bentuk :
- Tunggal • Majemuk • Letak terhadap garis tranversal anus
Di depan
- Di belakang
Penyebab tersering kuman pyogen
Hukum Goodsall
- Fistel dengan lubang kripta disebelah anterior umumnya berbentuk lurus
Fistel dengan lubang kripta disebelah posterior berbentuk bengkok kedepan dan membentuk lubang perforasi satu atau lebih
Gambaran Klinis
Riwayat :
- Abses yang kambuh
- Mengeluarkan pus dan feses
Bimanual palpasi teraba sebagai tali Sonde dapat menunjukkan arah asal fistel Fistel kronik dapat mengalami degenerasi maligna
Pemeriksaan
Proktoskopi
Menentukan penyakit rektum
- Karsinoma • Proktitis tuberkulosa
- Amuba • Penyakit Crohn
Fistulografi
Diagnosa Banding
1. Hidradenitis supurativa
- Fistel yang multiple
- Tidak meluas pada struktur yang lebih dalam
2. Sinus pilonidalis
- Pada daerah sakrokoksigeal
3. Fistel proktitis Pada morbus Crohn
Terapi
1. FISTULOTOMI
- Lubang kripta dicari
- Dinding fistel dibuka dan dibersihkan
- Rawat terbuka
- Luka sembuh per sekundam intentionem
2. OPERASI 2 TAHAP
- Untuk menghindari terpotongnya sfingter
Prognosa Tejadi kekambuhan bila : Lubang kripta (internal opening) tidak ditemukan Ada cabang fistel yang tidak terdeteksi Operasi tidak bersih Perawatan pasca bedah Salah diagnosa Prolaps Rectum
(Procidentia)
)
Seluruh bagian rektum turun
melalui anus Penyebab :( PROCIDENTIA
• Kelemahan otot dasar
panggul- Tekanan abdomen yang meningkat
Gejala Klinik
Terjadi prolap pada saat tekanan abdomen meningkat Sfingter ani dilatasi dan lemah Inkonentia alvi Mukosa rektum lecet, mudah berdarah, mengeluarkan sekret mukous Perlu tindakan manual untuk reposisi
Komplikasi
1. Mukosa rektum
Rapuh Edema Ulserasi
2. Dinding rektum
Terapi Terapi
1. Medika Mentosa
Obat-obat pelunak feses
2. PEMBEDAHAN Menyempitkan lubang anus Reseksi rektum