GENDING JAWA SEBAGAI TERAPI MUSIK – EFEKTIFKAH? : KAJIAN LITERATUR

  

GENDING JAWA SEBAGAI TERAPI MUSIK – EFEKTIFKAH? : KAJIAN

LITERATUR

Atikah Fatmawati

  

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, STIKes Majapahit

  

Abstract

Music can be used in an effort to create a healing environment. One strategy that focuses on creating

a healing environment can be done by providing options that can be selected and controlled by the

patient and provide a positive alternative distraction in patients. The purpose of this literature review

is to discuss the effectiveness of Javanese Gending as music therapy and its implications for nursing.

Research articles collected are about music therapy. Articles are collected through CINAHL's

electronic database and ScienceDirect by using the keywords of gending, music therapy, nursing,

psychological, and anxiety. Criteria of the article used is published in the period between the years

2003-2013, and obtained a number of 15 articles. Discussions on this literature review include:

music therapy, the effects of music therapy, gamelan music, and the implications of para. The music

created in the gamelan comes from a combination of musical instruments contained therein. The

rhythm of music is generally gentle and reflects the harmony of life, as is the principle of life adopted

by the Javanese society in general. The nurse may facilitate the patient to select the appropriate type

of music and the volume within safe limits to be heard as therapy.

  Keywords : gending, music, nursing, psychology, therapy 1.

   PENDAHULUAN

  Transisi sehat

  • – sakit adalah gerakan dari keadaan sehat atau sejahtera ke arah sakit atau sebaliknya (Potter & Perry, 2005). Saat seseorang mengalami perubahan keadaan tersebut maka perawatan kesehatan yang salah satunya adalah hospitalisasi menjadi sangat penting. Terlebih pada pasien dengan kasus penyakit kronis yang terkadang harus menjalani hospitalisasi dalam jangka waktu lama. Bagi sebagian orang, menjalani perawatan inap di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lain dapat memicu timbulnya berbagai efek psikologis yang negatif, diantaranya stress, cemas, depresi, bahkan harga diri rendah (Gammon, 1998).

  Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan efek psikologis terkait hospitalisasi adalah menciptakan lingkungan yang bersifat healing. Dengan adanya lingkungan yang bersifat healing tersebut diharapkan dapat mempromosikan harmoni atau keseimbangan pikiran, tubuh, dan jiwa, serta untuk mengurangi kecemasan dan stress (Snyder & Lindquist, 2010). Menurut Melkin (2008), salah satu strategi yang berfokus untuk menciptakan lingkungan yang bersifat healing tersebut dapat dilakukan dengan memberikan opsi-opsi yang dapat dipilih dan dikontrol oleh pasien serta memberikan alternative distraksi positive pada pasien. Salah satu metoda yang dapat diaplikasikan yaitu pemberian terapi musik (Snyder & Lindquist, 2010).

  Terapi musik digunakan untuk mengobati, rehabilitasi, dan tujuan preventif dalam terapi alternative yang biasa disebut perawatan kognitif dengan efek yang dapat dikonfirmasi secara psikologis (Doğan, 2012). Terapi ini adalah salah satu terapi keperawatan yang sifatnya non-invasif. Terapi musik melibatkan pikiran seseorang dengan sesuatu yang akrab dan menyenangkan sehingga memungkinkan untuk orang tersebut berada pada tingkat kenyamanannya sendiri (Nilsson, 2008). Saat ini musik telah berkembang pesat dari segi genre-nya. Jenis genre dan durasi waktu pemberian terapi musik sampai saat ini masih menjadi bahan kajian oleh para pakar.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk membuat pembahasan terkait pilihan genre musik tradisional “Gending Jawa” sebagai salah satu alternative terapi keperawatan.

  2. METODE

  Artikel penelitian yang dikumpulkan adalah mengenai terapi musik. Artikel dikumpulkan melalui database elektronik CINAHL dan ScienceDirect dengan menggunakan kata kunci terapi musik, keperawatan, psikologis, dan kecemasan. Kriteria artikel yang digunakan adalah yang diterbitkan dalam kurun waktu antara tahun 2003-2013. Artikel yang didapatkan sejumlah 15 artikel. Pembahasan pada kajian literatur ini meliputi : terapi musik, efek terapi musik, musik gamelan, dan implikasi keparawatan.

3. PEMBAHASAN

  Musik telah digunakan sejak jaman dahulu kala dan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang (Nilsson, 2008). Selain itu, telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa musik merupakan terapi non-invasif yang efektif untuk mengurangi kecemasan seseorang (Lee et al., 2012).

  Konsep tentang penggunaan terapi musik telah dipergunakan oleh Florence Nightingale pada pertengahan tahun 1800an. Nightingale mengungkapkan bahwa musik memiliki kekuatan untuk membantu proses penyembuhan di rumah sakit, yang saat itu pasiennya banyak berasal dari tentara yang terluka dalam Perang Crimean. Efek berbagai jenis musik-pun ternyata ikut mempengaruhi proses penyembuhan. Terdapat perbedaan antara instrument musik yang memiliki suara yang kontinyu dan tidak terhadap proses penyembuhan (Nilsson, 2008).

  Pada tahun 1990, Thaut mengemukakan bahwa rangsangan musik memiliki efek biologis terhadap perilaku manusia yang melibatkan fungsi dari bagian otak tertentu, yang terlibat dalam memori, proses belajar, dan beberapa motivasi serta kondisi emosional. Efek dari musik dapat terlihat pada hemisfer otak kanan, walaupun hemisfer otak kiri memiliki peran utama dalam aspek analisis interpretasi musik di otak. Persepsi auditory terhadap musik terjadi di pusat auditory lobus temporal otak, kemudian sinyal akan diteruskan ke talamus, otak tengah, pons, amigdala, medulla, dan hipotalamus (Nilsson, 2008).

  Mekanisme tepat yang mendasari efek pemberian terapi musik pada tingkatan stress atau emosi seseorang, antara lain sebagai berikut : peningkatan aktivitas regulasi dalam sistem dopaminergik mesolimbic oleh musik (terutama berdasarkan peningkatan aktivitas accumbens) dengan efek yang sesuai terhadap stress dan rasa nyeri. Mekanisme yang kedua yaitu penurunan aktivitas regulasi dalam pusat amigdala oleh musik dengan efek penurunan regulasi pada ketakutan dan kekhawatiran. Mekanisme ketiga yaitu penurunan aktivasi hipotalamus dan nukelus sistem otak yang akan mempengaruhi sistem endocrine dan respon stress vegetative. Hal tersebut akan memodulasi tingkat beta endorphin (Koelsch et al., 2011).

  Penelitian terkait efek terapi musik pada perawatan pasien di rumah sakit telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang berjudul Soothing musik can increase

  oxytocin levels during bed rest after open-heart surgery: a randomised control trial . Penelitian

  tersebut dilakukan atas dasar telah banyaknya penelitian terkait efek musik pada kondisi psikologis seseorang, akan tetapi keefektifannya pada peningkatan kondisi relaksasi seseorang dari level subjektif dan objektif belum banyak ada datanya. Pada penelitian ini kondisi relaks seseorang diukur dari kondisi plasma oksitosin, nadi, MAP, PaO 2 , SaO 2 , dan subjektif dari pasien. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada pasien yang diberikan terapi musik lembut (soothing musik) saat bed rest post pembedahan jantung, level plasma oksitosin, PaO 2 , dan subjektif dari pasien mengalami peningkatan. Hal ini dapat menunjukkan hubungan dari kondisi psikologis (musik menyebabkan kondisi rileks) pada pasien pada kondisi fisik, yaitu pelepasan oksitosin (Nilsson, 2009).

  Pada hasil pengukuran kuantitatif, pemberian intervensi musik dapat menurunkan penggunaan obat-obatan sedative dan analgesic. Beberapa diantaranya menunjukkan hasil yang signifikan dari penurunan nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan kadar kortisol darah (Nilsson, 2008). Seperti yang diketahui bahwa kortisol adalah salah satu hormone yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Penelitian yang membahas kaitan antara terapi musik dan level kortisol, salah satunya adalah yang berjudul

  Effects of musik listening on cortisol levels and propofol consumption during spinal anesthesia . Penelitian menggunakan eksperimental group dan control group. Hasil pembedahan, pada eksperimental group yang diberikan terapi musik menunjukkan penurunan konsumsi propofol dan penurunan kadar kortisol dibandingkan dengan control

  group (Koelsch et al., 2011).

  Penelitian lain terkait efek terapeutik yang ditimbulkan dari musik, yaitu penelitian yang berjudul Effect of musik on anxiety, stress, and

  depression levels in patients undergoing coronary angiography . Penelitian ini bertujuan

  untuk mengetahui efek terapi musik pada tingkat stress, cemas, dan depresi pada pasien yang akan menjalani prosedur angiografi koroner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat penurunan level skor kecemasan, stress, dan depresi pada pasien yang mendengarkan musik relaksasi selama 20 menit (Moradipanah, Mohammadi, & Mohammadil, 2009). Musik dapat menyerap sebagian dari perhatian seseorang, bertindak sebagai distraktor, dan pada saat yang bersamaan dapat membantu untuk mengeksplorasi emosi, sehingga dapat membantu untuk mencegah ke pemikiran yang tidak fokus.

  Musik dengan tempo lambat lebih mungkin menjadi salah satu pengalih (distracter) pada kondisi psikologis dan pengalaman fisiologis seseorang seperti nyeri dan kecemasan. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu tempo dari musik yang dipergunakan dalam terapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musik lambat yang mengalun pada tempo 60-80 beat per menit memiliki hasil positif pada relaksasi dan pereda nyeri (Nilsson, 2008).

  Menurut Staum, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemberian intervensi berupa terapi musik pada pasien, diantaranya : musik instrumental atau tidak berlirik, diutamakan yang memiliki nada rendah, diutamakan yang terdiri dari string dengan kuningan atau perkusi, dan memiliki volume pada level 60 dB (Staum, 2000). Nilsson (2008) memberikan rekomendasi pada pemberian intervensi terpai musik di lingkungan praktek klinik, diantaranya : musik yang digunakan yaitu musik lambat yang mengalun pada 60-80 beat per menit., musik instrumental atau tidak berlirik, volume maksimum berada pada level 60 dB, pilihan musik boleh berasal dari pasien, akan tetapi digunakan adalah yang sesuai dan spesifik, sesuai dengan kondisi pasien dan lingkungan klinik, durasi minimum adalah 30 menit, dan efek yang ditimbulkan sebaiknya diukur, di-

  follow up , dan didokumentasikan (Nilsson, 2008).

  Gamelan Jawa adalah ensambel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada gamelan berasal dari perpaduan alat musik yang terdapat didalamnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Instrument yang ada pada gamelan jawa antara lain kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, kenong, slenthem, gender, gong, gambang, rebab, siter, suling, dan kempul.

  Bonang terdiri dari dua jenis, yakni bonang barung dan bonang penerus. Bonang barung ukurannya lebih besar daripada bonang penerus dan beroktaf tengah sampai ke oktaf yang tinggi, serta merupakan instrumen pembuka dalam ensambel. Bonang panerus ukurannya lebih kecil namun mempunyai oktaf yang tinggi, irama yang dihasilkan oleh bonang panerus dua kali lebih cepat dibandingkan bonang barong. Demung, saron, dan peking terbuat dari bilahan-bilahan yang disusun di atas bingkai kayu, dan berfungsi sebagai resonantor. Demung berukuran paling besar, saron berukuran sedang, dan peking berukuran paling kecil (Ricklefs, 2008).

  Slenthem dapat dikategorikan dalam jenis gender, namun instrumen ini terbuat dari bilah- bilah yang jumlahnya sama seperti bilah saron, serta memiliki oktaf paling rendah. Bentuk kenong mirip dengan gong, tetapi disusun secara horisontal dan diletakkan di atas tali yang dibentangkan pada bingkai kayu. Gong berfungsi sebagai penanda awal dan akhir gending. Gong terdiri dari dua, gong ageng yang berukuran lebih besar dan gong suwukan yang berukuran lebih kecil. Kempul berbentuk seperti gong, namun ukurannya lebih kecil. Kempul berfungsi sebagai penanda aksen- aksen yang penting dalam kalimat lagu gending. Kendhang terbuat dari bahan kulit hewan, seperti sapi, kerbau, atau yang lainnya. Kendhang berfungsi untuk mengatur irama. Kendhang dimainkan dengan cara dipukul kendhang, yaitu kendang ketipung, kendang ciblon, dan kendang gedhe (Ricklefs, 2008).

  Salah satu lagu yang biasa dimainkan adalah Gending Jawa. Gending dalam bahasa Jawa artinya adalah lagu yang dihasilkan dari suara gamelan. Gending Jawa merupakan salah satu jenis musik yang dapat dideskripsikan sebagai musik “soothing” atau musik lembut. Pandangan hidup masyarakat Jawa terlihat dari alunan gamelan yang mencerminkan keselarasan dalam berbicara dan bertindak, dan mencerminkan toleransi antara individu sehingga tidak ada yang tampak paling menonjol. Suara yang dihasilkan dari petikan rebab, pukulan pada kenong/saron/kondang/gambang, dan suara gong yang mengakhiri tiap iramanya.

  Frontiers in psychology , 2(April), 58.

  7. Nilsson, U. (2008). The Anxiety and Pain Reducing Effects of Music Interventions : A Systematic Review. AORN Journal,

  Health Journal , 15(3), 639 –647.

  6. Moradipanah, F., Mohammadi, E., & Mohammadil, A. Z. (2009). Effect of music on anxiety, stress, and depression levels in patients undergoing coronary angiography. Eastern Mediterranean

  Modern 1200-2008, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2008.

  doi:10.1177/1099800410396704 5. Merle Calvin Ricklefs, Sejarah Indonesia

  research for nursing , 14(1), 78 –84.

  Evidence that music listening reduces preoperative patients’ anxiety. Biological

  doi:10.3389/fpsyg.2011.00058 4. Lee, K.-C., Chao, Y.-H., Yiin, J.-J., Hsieh, H.-Y., Dai, W.-J., & Chao, Y.-F. (2012).

  K., Hohenadel, M., Wiegel, M., … Heinke, W. (2011). Effects of Music Listening on Cortisol Levels and Propofol Consumption during Spinal Anesthesia.

  Instrument yang ada dalam satu setting gamelan jika dimainkan secara bersamaan dan serentak maka akan menghasilkan suara yang sering dijumpai pada sebuah orchestra. Menurut penelitian salah satu mahasiswa ITS Surabaya, frekuensi nada yang dihasilkan dari satu set gamelan berkisar antara 300-930 Hz. Sedangkan frekuensi suara yang dapat didengar manusia adalah berkisar antara 20- 20.000 Hz, atau yang biasa disebut dengan audiosonik. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi suara gamelan masih dalam batas rentang aman suara yang dapat didengar manusia.

  Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/97 48937 3. Koelsch, S., Fuermetz, J., Sack, U., Bauer,

  journal of nursing practice , 4(2), 84 –96.

  doi:10.4236/ojn.2012.23025 2. Gammon, J. (1998). Analysis of the stressful effects of hospitalisation and source isolation on coping and psychological constructs. International

  02 (03), 165 –169.

  Doğan, M. V. (2012). The effect of music therapy on the level of anxiety in the patients undergoing coronary angiography. Open Journal of Nursing,

  REFERENSI 1.

4. KESIMPULAN

  Lagu Gending Jawa yang memiliki frekuensi antara 300-930 Hz dan jika diperdengarkan dalam rentang normal suara menimbulkan efek menenangkan pada seseorang. Hal inilah yang harus dipahami oleh perawat untuk memberikan terapi musik pada pasiennya. Perawat dapat memfasilitasi pasien untuk memilih jenis musik yang sesuai dan volume yang dalam batas aman untuk didengarkan sebagai terapi. Terapi yang sifatnya non-invasif ini jika dikolaborasikan dengan terapi keperawatan lain maka akan dapat membawa hasil yang efektif dan efisien bagi perawat dan pasien itu sendiri.

  Terapi musik merupakan salah satu terapi modalitas yang dapat diaplikasikan di lingkungan perawatan di rumah sakit. Pemilihan jenis musik dan durasi sampai saat ini masih menjadi bahan diskusi oleh para pakar. Akan tetapi dengan melihat efek dan penelitian terkait musik yang telah ada, dapat disimpulkan bahwa musik dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Dalam hal ini adalah Gending Jawa yang sifatnya soothing musik, sehingga adakan membawa sensasi nyaman dan rileks bagi pendengarnya. Hal ini dapat diaplikasikan sebagai salah satu terapi di ruang perawatan yang seringkali menimbulkan perubahan psikologis pada pasien.

  8. Nilsson, U. (2009). Soothing music can increase oxytocin levels during bed rest after open-heart surgery: a randomised control trial. Journal of clinical nursing,

  18 (15), 2153 –61. doi:10.1111/j.1365-

  2702.2008.02718.x 9. Snyder, M., & Lindquist, R. (2010).

  Complementary and Alternative Therapies in Nursing (Sixth.). New York:

  Springer Publishing Company.

10. Staum, M. J. (2000). The Effect of Music Amplitude on the Relaxation Response.

  Journal of Musik Therapy , XXXVII(1), 22 –39.

Dokumen yang terkait

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO SiAl DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER STUDY OF SIZE CHANGES ZEOLITE RHO PORE BASED ON THE EFFECT OF SiAl RATIO VARIATION AND ALKALINE CATIONS VARIATION USIN

0 1 6

STUDI PENGGUNAAN KITOSAN KOMPOSIT CuO SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYERAP LOGAM BESI (Fe), MANGAN (Mn) DAN SENG (Zn) PADA AIRSUNGAI BELAWAN THE STUDY OF CHITOSAN-CuO COMPOSITE’S APPLICATION AS ADSORBENT IN THE REMOVAL OF Fe, Mn, AND Zn IN BELAWAN RIVER WATER

0 0 5

STUDI DOCKING MOLEKULAR SENYAWA ASAM SINAMAT DAN DERIVATNYA SEBAGAI INHIBITOR PROTEIN 1J4X PADA SEL KANKER SERVIKS MOLECULAR DOCKING STUDY OF CINNAMATE ACID COMPOUND AND ITS DERIVATIVES AS PROTEIN 1J4X INHIBITOR TO CERVICAL CANCER CELL

0 0 7

UJI FITOKIMIA DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI THE PHYTOCHEMICAL TEST AND TOXICITY TEST LEAVES GAMAL (Gliricidia sepium) EXTRACT AS A BOTANICAL INSECTICIDE

0 0 7

IDENTIFIKASI POTENSI JERUK PURUT SEBAGAI DEMULSIFIER UNTUK MEMISAHKAN AIR DARI EMULSI MINYAK DI LAPANGAN MINYAK RIAU IDENTIFICATION OF POTENTIAL KAFFIR LIME AS DEMULSIFIER TO SEPARATE WATER FROM OIL EMULSION IN RIAU’S OIL FIELD

0 0 5

SINTESIS SELULOSA ASETAT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN SIFATNYA SEBAGAI MEMBRAN POLIMER ELEKTROLIT PADA BATERAI ION LITIUM SYNTHESIS OF CELLULOSE ACETATE FROM OIL PALM EMPTY FRUIT BUNCH AND ITS PROPERTIES AS POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANES ON LITHIUM

0 0 7

P3 – GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

0 0 44

P4 – GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

0 0 56

Kata Kunci: kecukupan energi, protein dan status gizi 1. PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL – AZHAR KEDIR

0 1 5

PERAN VARIABEL CONFOUNDING DALAM MEMPENGARUHI ASOSIASI ANTARA KONSUMSI PANGAN HEWANI, BUAH DAN SAYUR IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA (ANALISIS MANTEL HAENSZEL DENGAN CONFOUNDING : JUMLAH BALITA SERUMAH DAN PENDIDIKAN IBU DI DESA TAWANG KECAMATAN WATES KABUP

0 0 5