STRATEGI DAN AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
STRATEGI DAN AKSI PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
Samugyo Ibnu Redjo
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Abstrak
Pertumbuhan pembangunan di Indonesia pada realisasinya menunjukkan ketidakseimbangan antara pertumbuhan perwilayahan. Hal itu setidaknya dapat dilihat dari perbedaan yang relatif cukup besar antara pembangunan Wilayah Indonesia Bagian Barat dengan Wilayah Indonesia Bagian Timur. Semenjak UU No. 22 tahun 1948 sampai dengan UU no.32 tahun 2004, hal itu tidak menunjukkan perubahan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan wilayah, sehingga muncul persoalan integrasi dan dis-integrasi. Permasalahan ini kemudian melebar menjadi persoalan global, tatkala ada sinyalemen the end of the nation state (Konichi Ohmae, 1994 dan Samuel Huntington, 1997) , yaitu pecah dan berakhirnya negara-negara bangsa sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dunia, demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Indonesia sebagai negara bangsa yang diperkirakan paling dikenai dengan sinyalemen tersebut. Oleh sebab itu, jika ingin tetap mempertahankan Indonesia sebagai negara Kesatuan dari bangsa-bangsa yang ada di Wilayah Indonesia, maka mau tidak mau harus dilakukan perubahan mendasar terhadap hubungan Pusat dan Daerah yang didasarkan pada penguatan terhadap kemampuan Daerah untuk membangun Daerahnya masing- masing sesuai dengan potensi Keuangan Daerah yang dimilikinya.
Abstract
Growth in the realization of development in Indonesia showed an imbalance between growth zoning. At least that can be seen from the relatively large difference between the Western part of the construction of Indonesia's territory by Indonesia's eastern region. Since the Law no. 22 in 1948 up to Law no.32 of 2004, it did not show significant changes for the growth of the region, so it appears the issue of integration and disintegration. This problem was later expanded into a global problem, when there is signaled the end of the nation state (Ohmae Konichi, 1994 and Samuel Huntington, 1997), which is broken and the end of nation states as a result of world economic growth, democracy and human rights (Human Rights ). Indonesia as a nation state is expected to be most subject to such indication. Therefore, if you want to keep Indonesia as a Unitary State of the nations that exist in the Territory Indonesia, then inevitably have to be a fundamental change to the central and regional relations based on strengthening the capacity of regions to build their respective neighborhood according to potensiKeuangan Region has.
Key word: regional development strategy, local financial
Pendahuluan.
negara-negara Adi kuasa, hal itu setidaknya Strategi
didasari pemikiran bahwa “ lebih mudah pembangunan di Wilayah Indonesia bagian
berhubungan dengan suatu negara kecil Timur seyogyanya keberadaannya tidak
yang sedikit tetapi dilepaskan dari lingkungan sosial sebagai
dengan penduduk
memiliki sumber daya alam (SDA) yang bagian dari Ke- Indonesiaan. Hal ini
besar, dari pada berhubungan dengan negara menyebabkan pola konsep dan strategi
besar dengan penduduk yang besar”. Apalagi pembangunannyapun diseyogyakan dengan
jika dihubungkan dengan politik luar negeri konsep dan strategi pembangunan
Amerika Serikat yang menekankan pada Indonesia
di
peningkatan ekonomi dalam negeri melalui pertanyaan bagi kita, tatkala dipertanyakan
pada umumnya.
Menjadi
diplomasi. Penekanan tentang konsep dan strategi pembangunan di
langkah-langkah
politik luar negeri Amerika Serikat demikian Indonesia, apakah memang ada ?, jika ada,
sangat memungkinkan negara ini masuk maka sampai sejauh mana konsep dan
dalam percaturan kepolitikan internal negara strategi tersebut direalisasikan di Indonesia ?,
kebangsaan, baik secara terbuka maupun dan jika direalisasikan, mengapa terjadi
terselubung. Apalagi jika dihubungkan perbedaan pembangunan di antara daerah-
dengan kepemimpinan partai-partai politik daerah di Indonesia ?. Pertanyaan tersebut
Islam dewasa ini, karena Islam kemudian akan dapat diperpanjang lagi. Berbagai
sebagai suatu pertanyaan ini di atas, ada baiknya dijadikan
dikonotasikan
yang memiliki catatan dalam hati, karena sebagai model
kekuatan/ideologis
kesempatan menyerang kebijakan-kebijakan negara kesatuan, menghindari pertanyaan
Amerika Serikat di luar negeri, sehubungan tersebut tidaklah bijak, karena justru melalui
dekatnya hubungan ideologi ini dengan pertanyaan tersebutlah diketahui sampai
negara-negara di Timur Tengah yang sejauh mana kita siap untuk tetap berada
bertahun-tahun dalam kondisi konflik dengan dalam negara kesatuan RI.
Israel, sementara Israel berada di bawah payung Amerika serikat..
Kata terpenting dari pembangunan di Indonesia dewasa ini adalah persoalan
Banyak pihak sangat berkepentingan integrasi dan dis-integrasi, maksudnya adalah
dengan pecahnya negara kebangsaan ini, pembangunan yang
pecahnya negara-negara memiliki kompetensi bagi integrasi, oleh
dilakukan harus
khususnya
kebangsaan di Asia, seperti Indonesia. Perlu sebab itu kesalahan mengambil tingkat
dipahami bahwa Negara-negara di Eropa dan kompetensi justru akan menyebabkan dis
Amerika akan lebih mudah berhubungan integrasi, tidak terkecuali pembangunan
dengan negara-negara Sumatera, negara wilayah diluar jawa. Cakrawala berfikir
Jawa, negara Kalimantan, Negara Sulawesi, seperti ini didasari pemikiran bahwa pada
Negara Irian jaya dan negara-negara di NTT saat ini tarikan-tarikan kepentingan global
dan NTB. Jika negara kebangsaan Indonesia yang
negara-negara kecil kepentingan ekonomi
umumnya lebih
sebagaimana disebutkan di atas. Dan bisa politik,
dan
kepentingan
jadi negara- negara pecahan tersebut akan demokratisasi dan Hak asasi manusia
melalui
pengatasnamaan
negara-negara besar, (HAM). Hal itu tidak dapat dihindarkan
menjadi
boneka
setidaknya pada saat ini dapat dilihat dari karena era global berarti politik global,
Timor Timur.
ekonomi global, pasar global dan lingkungan global. Oleh sebab itu, konsepsi dan strategi
Kondisi ke Indonesiaan juga dapat pembangunan juga tidak dapat dilepaskan
dilihat dari tidak efektifnya pelaksanaan dari sudut pandang global, demokrasi dan
peraturan dan perundang-undangan mengenai HAM.
pemerintahan Daerah, setidaknya hal itu dapat dilihat pada implementasi kebijakan-
kebijakan pemerintah. Pada Undang-undang merupakan peristiwa yang diharapkan oleh
Pecahnya negara
kebangsaan
No 22 tahun 1948 politik desentralisasi yang No 22 tahun 1948 politik desentralisasi yang
wacana rakyat yang dibingungkan oleh tarikan kepentingan
tidak
menjadi
demokratisasi dalam politik Pusat. Pada undang-undang No. 1
menginginkan
pemerintahan Daerahnya tahun 1957 yang didasarkan pada politik
pengelolaan
Apalagi dengan pemberlakuan otonomi
sendiri.
UU.No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan kehendak pusat untuk memberikan otonomi
UUDS 1950
mencerminkan
Daerah dan UU. No. 33 tahun 2004 tentang yang seluas-luasnya kepada Daerah, akan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah tetapi otonomi yang seluas-luasnya tersebut
Pusat dan Pemerintah Daerah., maka tekanan ternyata tidak diikuti dengan perimbangan
pada otonomi daerah menjadi pertanyaan. keuangan Pusat dan Daerah yang wajar
Hal itu disebabkan oleh “ideologi uang” sebagaimana tuntutan UU No.1 tahun 1956.
membayangi kehidupan Kemudian UU No. 1 tahun 1957 ini
sangat
pemerintahah di daerah, kapitalisme mengkristal kembali menjadi sentralistis
merasuki jelujur perekonomian daerah dan sejalan dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
mengatur perekonomian Pada UU No. 18 tahun 1965 yang mencoba
Neoliberalisme
rakyat daerah. Rakyat mengerti bahwa melanjutkan otonomi luas sebagaimana UU.
tekanan pada otonomi daerah pada pelayanan No. 1 tahun 1957 dalam perjalanannya
pemerintah yang lebih baik, lebih cepat dan berubah menjadi sentralisasi sebagaimana
lebih murah, akan tetapi jika konsep “uang” tuntutan
mempengaruhi makna otonomi daerah maka Demikian pula halnya dengan UU no. 5
politik demokrasi
terpimpin.
pantas jika rakyat bertanya mengenai untuk tahun 1974 yang semula ber nuansa
apa otonomi daerah tersebut.? pembaharuan sebagaimana tuntutan politik Orde Baru diawal tahun 1966 dan tahun 1968
Dengan latar belakang di atas, maka saat dimulainya program Repelita, dalam
konsep dan strategi serta aksi percepatan perjalanan selanjutnya cenderung sangat
pembangunan di Daerah, merupakan sentralistis.
kebutuhan mendesak yang harus segera otonominya sendiri baru ada setelah 25 tahun
Dan pengaturan
tentang
direalisasikan. Maksudnya adalah bahwa UU No. 5 tahun 1974 diundangkan.
strategi yang dihasilkan janganlah hanya sekedar konsep pada tataran Dewasa ini setelah diberlakukannya
konsep
dan
dan dimengerti oleh Pusat tetapi tidak dapat UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
direalisasikan di Daerah, melainkan konsep Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
dan strategi tersebut ada pada tataran Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah,
Daerah, yang dimengerti oleh Daerah dan tampaknya kembali akan digugat, karena
dapat direalisasikan. Dalam hal ini perspektif ternyata ada kepentingan-kepentingan politik
Keuangan Daerah merupakan faktor utama yang terabaikan yang disebabkan oleh
untuk bisa berlangsungnya strategi dan adanya anggapan bahwa dengan otonomi
konsepsi tersebut.
daerah di tingkat Kota dan Kabupaten akan menyebabkan bermunculannya raja-raja kecil
Keuangan Daerah.
di daerah. Hal itu berarti mengurangi peran Gubernur untuk mengatur, karena ia hanya
Tuntutan akan perubahan nampak punya fungsi koordinasi lintas Kota dan
sangat jelas kelihatan dalam era reformasi di Kabupaten.
negeri ini. Kebijakan pemerintahan yang dijalankan selama ini ternyata kurang
Di samping itu adanya anggapan dirasakan nilai positifnya oleh masyarakat. bahwa aparatur pemerintah di Daerah belum
Dibandingkan dengan apa yang dinikmati siap untuk
melaksanakan otonomi di oleh elit politik dan pemerintah, pelayanan daerahnya, sehingga perlu terus menerus
masyarakat jauh dari dilaksanakan sosialisasi mengenai otonomi
yang diperoleh
kategori optimal.
daerah kepada aparatur pemerintah di daerah. Hal ini menyebabkan Otonomi Daerah lebih
Alasannya mekanisme pasar oleh pihak kemudian muncul dorongan digunakannya
Karenanya tidak
heran
bila
swasta dianggap lebih efisien. paradigma
New Public
Management.
Tuntutan ini menimbulkan
Keempat, dikembangkan hubungan konsekuensi bagi pemerintah di antaranya
beberapa
dialogis antara birokrat, politisi dan publik. adalah
Hal ini didasari asumsi bahwa tidak bisa penganggaran dari penganggaran tradisional
perubahan pendekatan
dalam
dihindari bahwa policy making juga terjadi di (traditional budget) menjadi penganggaran
level birokrasi, bukan hanya monopoli berbasis kinerja
(performance budget), politisi. Karena pejabat birokrasi juga terlibat tuntutan
dalam pengambilan keputusan, ia juga pemangkasan biaya (cost cutting) dan
untuk melakukan
efisiensi,
bertanggung jawab secara personal kepada kompetisi tender (compulsory competitive
publik. Demikian juga akan terdapat interaksi tendering contract) (Mardiasmo, 2002:26).
dialogis antara birokrat dengan politisi. Namun birokrat tetap memiliki otonomi
dalam urusan rasionalitas teknis. Sehingga ditangkap bahwa pendekatan penganggaran
Dalam pengertian
ini
dapat
perlu juga kontrol secara langsung kepada yang disebut tradisional patut ditinggalkan.
pejabat birokrasi (public manager) tidak Karena tidak memenuhi sifat-sifat yang
hanya melalui politisi. diperlukan dalam pelayanan publik yang baik. Ia ternyata memiliki sifat yang tidak
Dari pendekatan ini kita melihat ada efisien, menelan biaya yang besar serta tidak
tiga pihak sekaligus yang terlibat, yakni fair dalam melakukan tender. Pihak yang
birokrat, politisi dan publik. Ketiganya dirugikan dari praktek ini jelas masyarakat
dikehendaki memperoleh akses dan memiliki yang memerlukan pelayanan. Sedangkan
peran yang seimbang. Baik mulai proses pihak yang mendapatkan keuntungan dan
penyusunan, maupun peluang hanyalah beberapa gelintir manusia
perencanaan,
pelaksanaan anggaran. saja.
itu merupakan New
Pendekatan
Public Management tanggapan terhadap sejumlah kritik yang menggejala sejak akhir tahun 1980-an. Inti
ditujukan kepada sistem birokrasi Weberian. dari
Model birokrasi ini dipandang memiliki perubahan orientasi dari “menjalankan
pendekatan ini
yakni
terjadinya
masalah utama. Pertama, perintah” menjadi “upaya mencapai tujuan”.
sejumlah
pemisahan antara politik dan administrasi Memiliki ciri utama;
dianggap tidak realistis. Politik (policy utamanya pada output (hasil). Berbagai
pertama, fokus
making) terjadi di semua level organisasi, upaya akan dilakukan oleh semua level
termasuk yang dilakukan administrator. birokrasi
mekanisme kontrol yang pemerintahan daerah- untuk mencapai tujuan
–dalam hal ini termasuk
Sehingga
dikembangkan dari asumsi ini juga tidak yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda
realistis (Hughes dalam Pratikno, 2004:1). dengan model tradisional yang menekankan pada input, seperti prosedur yang telah
Kedua, birokrasi Weberian terbukti ditetapkan (Pratikno, 2004:2).
tipe ideal, karena seringkali menimbulkan counter-productive. Kedua,
bukan
merupakan
Kondisi ini berupa hierarkhi yang ketat berdasarkan asumsi rasionalitas individu
input
dikembangkan
dalam birokrasi memungkinkan kepastian (Rational Choice Theory) yaitu menciptakan
tetapi lamban dalam bergerak. Orientasi mekanisme insentif dan reward agar terjadi
berlebihan pada peraturan sering menggeser keselarasan antara kepentingan individu
peran peraturan dari sebagai alat (means) birokrat dengan kepentingan organisasi.
menjadi tujuan (goals). Orientasi berlebihan Ketiga, mengurangi ruang lingkup dan fungsi
pada proses pengerjaan, seperti petunjuk pemerintahan, seperti melalui privatisasi.
pelaksanaan (juklak) atau petunjuk teknis (juknis), mengabaikan pencapaian output
(hasil). Tipe ini juga sangat lamban nyata dan bertanggung jawab dan otonomi beradaptasi dengan perubahan permasalahan
daerah harus dipahami sebagai hak atau dan
masyarakat daerah untuk distandardisasi, tetapi mengorbankan inovasi.
konteks. Pekerjaan
mudah
kewenangan
mengelola dan mengatur urusannya sendiri. Mendorong administrator enggan berinovasi
Aspek atau peran pemerintah daerah tidak karena
lagi merupakan alat kepentingan pemerintah Sementara sistem karier yang ketat dan
takut dengan
resiko regulasi.
melainkan alat untuk pengangkatan pegawai seumur hidup tidak
pusat
belaka
memperjuangkan aspirasi dan kepentingan mendukung pengembangan profesionalisme
daerah (Mardiasmo, 2002:105). pegawai. Pengelolaan keuangan kemudian Ketiga, asumsi birokrasi Weberian
menuntut untuk diarahkan pada terciptanya bahwa individu (pegawai) bersedia tunduk
performance budget . Pengelolaan ini pada pada otoritas legal rasional dianggap tidak
dasarnya merupakan sistem penyusunan dan realistis. Dalam Public Choice Theory,
anggaran daerah yang individu berperilaku rasional. Individu adalah
pengelolaan
berorientasi pada pencapaian hasil atau personal
kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan keuntungan maksimal). Oleh karena itu
welfare
maximiser (pencari
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, ketundukan seseorang akan didasarkan pada
berarti harus berorientasi pada ada tidaknya kepentingannya di dalamnya.
yang
kepentingan publik (Mardiasmo, 2002:105). Birokrasi
struktur insentif dan reward yang memadai. Sebagaimana dikemukakan di muka Akibatnya kurang efisien bila dibanding
mendasari pengelolaan mekanisme pasar bebas.
prinsip
yang
daerah tersebut adalah transparansi, akuntabilitas dan value for Sistem
keuangan
money . Transparansi adalah keterbukaan pendekatan tradisional dalam pengelolaan
dalam proses perencanaan, penyusunan, pelayanan publik termasuk pengelolaan
pelaksanaan anggaran daerah. Transparansi keuangan daerah tradisional. Traditional
memberikan arti bahwa anggota masyarakat budget didominasi
memiliki hak dan akses yang sama untuk anggaran yang bersifat
oleh
penyusunan
proses anggaran karena incrementalism , yaitu proses penyusunan
line-item dan
mengetahui
aspirasi dan kepentingan anggaran yang hanya mendasarkan pada
menyangkut
masyarakat terutama pemenuhan kebutuhan- besarnyarealisasi
kebutuhan hidup masyarakat (Mardiasmo, sebelumnya. Konsekuensinya tidak ada
perubahan mendasar atas anggaran baru. Hal ini seringkali bertentangan dengan kebutuhan
Akuntabilitas merupakan prinsip riil dan kepentingan masyarakat. Dengan
pertanggungjawaban publik yang berarti basis seperti ini, APBD masih terlalu berat
bahwa proses penganggaran mulai dari menahan arahan, batasan serta orientasi
perencanaan, penyusunan dan pelaksanaan subordinasi kepentingan pemerintah atasan.
harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan
Masyarakat tidak hanya luas dan nyata sangat ditekankan inisiatif dan
Padahal dalam prinsip otonomi yang
masyarakat.
memiliki hak untuk mengetahui anggaran prakarsa Pemerintah Daerah berdasarkan
tersebut tetapi berhak untuk menuntut kondisi
pertanggungjawaban atas rencana ataupun bersangkutan. Dominasi peranan pemerintah
riil dan kepentingan
daerah
pelaksanaan anggaran tersebut (Mardiasmo, pusat
terhadap daerah
diupayakan
diminimalisir. Sementara value for money berarti Merupakan kebutuhan daerah untuk
diterapkannya tiga prinsip dalam proses menyelenggarakan otonomi secara luas,
penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan penganggaran yaitu ekonomi, efisiensi dan
Pembuatan anggaran mulai dari pemilihan dan penggunaan sumber daya
berkaitan dengan
perencanaan menurut ketentuan yang berlaku dalam jumlah dan kualitas tertentu pada
juga harus diumumkan, yaitu disediakan harga yang paling murah. Efisiensi berarti
untuk dapat dipelajari oleh siapapun yang bahwa penggunaan dana masyarakat (public
berminat. Sedang pembicaraan oleh DPRD money) tersebut dapat menghasilkan output
harus dilakukan dalam sidang terbuka. Sifat yang maksimal (berdaya guna). Efektivitas
terbuka ini merupakan syarat pada pemberian berarti bahwa penggunaan anggaran tersebut
tanggung jawab kepada penduduk daerah harus mencapai target-target atau tujuan
yang menjadi penanggung biaya daerah kepentingan publik (Mardiasmo, 2002:105).
untuk kepentingan penduduk itu pula. Sifat terbuka sebagai wujud kekuatan ini adalah
Secara garis besar, pengelolaan azas otonomi sebagai kebebasan untuk keuangan daerah dapat dibagi menjadi dua
kepentingan sedaerah bagian yaitu pengelolaan penerimaan daerah
penyelenggaraan
(Wajong, 1962:95).
dan pengelolaan pengeluaran daerah. Dua hal inilah unsur yang membentuk anggaran
Sifat transparansi ini juga akan keuangan daerah. Keduanya harus mendapat
memberi peluang untuk adanya koreksi dan perhatian dalam
masukan bagi pengelolaan keuangan daerah keuangan daerah.
penyusunan
anggaran
yang lebih komprehensif dan tepat guna serta tepat sasaran. Terkandung maksud apabila
Penyusunan anggaran bukan saja anggaran itu sudah baik maka akan mendapat harus memiliki pengertian yang mendalam di
dukungan dalam pelaksanaannya, namun jika bidang keuangan daerah dan anggaran pada
belum dapat dilakukan koreksi terhadapnya. khususnya, tetapi azas dan tujuan daerah
Dengan demikian maka pemrintah daerah harus pula dikenal sebaik-baiknya. Bahkan
program-programnya akan harus ada pandangan yang jelas tentang
beserta
legitimasi cukup dari organisasi daerah, begitu pun kesatuan-
mendapatkan
masyarakat.
kesatuan organisasi di dalamnya masing- masing melakukan kegiatan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun fungsinya (Wajong, 1962: 94).
2004 dalam salah satu pasalnya secara jelas disebutkan bahwa penyelenggaraan tugas
Dengan kata lain, anggaran suatu Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai daerah
dari dan atas beban Anggaran Pendapatan mencerminkan keperluan dan potensi daerah
hendaknya
benar-benar
dan Belanja Daerah. APBD dengan demikian yang bersangkutan. Dari anggaran inilah
bentuk pengelolaan akan dapat dilihat secara umum kondisi
merupakan
satu
keuangan daerah dalam rangka pelaksanaan daerah. Bila yang nampak dalam anggaran
azas desentralisasi. Karena dalam Undang- hanya
Undang Nomor 35 Tahun 2004 pasal 19 ayat pengeluaran daerah, sementara penerimaan
hal-hal positif
saja
semisal
(1) juga disebutkan bahwa semua penerimaan tidak sepenuhnya dimasukkan maka akan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan mendatangkan
desentralisasi dicatat dan dikelolan dalam Demikian pula
dilakukan. Penyusunan anggaran
keuangan Penyusunan yang seperti itu tidak
daerah sangatlah penting untuk menentukan akan tercapai apabila tidak diimbangi dengan
berjalannya proses pemerintahan di daerah. pemahaman yang cukup mengenai keuangan
Sehingga membutuhkan upaya yang sangat daerah. Tanpa itu alih-alih kondisi daerah
serius dari berbagai pihak agar upaya bisa dicerminkan, justru yang akan terjadi
pencapai visi dan misi dapat berjalan secara adalah peluang korupsi melalui manipulasi
optimal. Untuk itu anggaran daerah perlu pembuatan anggaran.
memenuhi beberapa prinsip-prinsip pokok. Terpenuhinya prinsip pokok ini diharapkan memenuhi beberapa prinsip-prinsip pokok. Terpenuhinya prinsip pokok ini diharapkan
Mardiasmo,2002:108). Dalam tahap pertama, perencanaan dan persiapan, masalah yang
Untuk pemerintah daerah, prinsip- sering muncul adalah dominasi arahan yang prinsip pokok dalam penganggaran dan
terlalu besar dari pemerintah pusat pada manajemen keuangan daerah antara lain
anggaran daerah.
sebagai berikut (World
Bank
dalam
Mardiasmo, 2002:106). Komprehensif dan Dengan keluarnya Undang-Undang disiplin yaitu menggunakan pendekatan yang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang holistic dalam diagnosa permasalahan yang
Nomor 25 Tahun 1999 fungsi anggaran dihadapi, analisis keterkaitan antar masalah
sebagai fungsi perencanaan (planning tool) yang mungkin muncul, eveluasi kapasitas
keuangan daerah akan lebih dimungkinkan kelembagaan yang dipunyai, dan mencari
dibanding dengan undang-undang lama yang cara-cara terbaik untuk memecahkannya.
pada kenyataannya anggaran induk (initial budget) merupakan dokumen yang belum
(provisional document). Yang harus diberi keleluasaan yang memadai
Fleksibilitas, pemerintah
daerah
lengkap
penting diperhatikan dalam penyiapan dan sesuai dengan ketersediaan informasi yang
perencanaan adalah prosedur penentuan dan relevan yang dimilikinya. Terprediksi yakni
pendistribusian dana-dana yang berasal dari menentukan sesuatu berdasarkan perkiraan-
pemerintah pusat berdasarkan sistem dan perkiraan
prosedur yang jelas dan transparan serta tepat kepastain dalam mengambil tindakan. Bila
sehingga akan
menciptakan
waktu.
terjadi ketidakpastian
maka
akan
mengabaikan prinsip efisiensi dan efektivitas. Perencanaan keuangan merupakan Kejujuran , tidak hanya menyangkut moral
manajerial yang umum. dan etika manusianya tetapi juga menyangkut
aktivitas
Perencanaan keuangan merupakan suatu keberadaan bias proyeksi penerimaan dan
penyusunan tindakan bagi perusahaan atau pengeluaran.
pedoman pelaksanaan memunculkan ketidakjujuran
masa mendatang. Dasar berasal dari aspek teknis dan politis.
tergantung dari macam pencanaan yang dibuat. Jika suatu organisasi Informasi ,
perencanaan
membuat perencanaan laporan keuangan kejujuran dan proses pengambilan keputusan
merupakan
basis
untuk suatu periode tertentu, maka dasar yang baik. Karenanya, pelaporan yang teratur
perencanaannya yang terbaik adalah posisi tentang biaya, output dan dampak suatu
laporan keuangan terakhir. Sedangkan jika kebijakan amatlah penting. Transparansi dan
organisasi akan membuat anggaran kas, akuntabilitas adalah dua hal yang tidak kalah
maka dasar perencanaan yang baik adalah pentingnya.
menilainya dengan rencana penerimaan dan bahwa
Ransparansi
mensyaratkan
kas dalam periode yang pengetahuan
perumusan kebijakan
memiliki
pengeluaran
direncanakan (Muslich, 1997: 80). informasi yang relefan sebelum kebijakan dijalankan.
kaitannya dengan mensyaratkan bahwa pengambilan keputusan
perencanaan yang selalu berkaitan dengan berperilaku sesuai dengan mandat yang
estimasi, maka perlu sekali diperhatikan diterimanya.
kejujuran semua pihak penyusun rencana anggaran. Untuk perencanaan pendapatan
Prinsip-prinsip pokok di atas harus maka fungsi Dispenda sebagai koordinator dapat diterapkan dalam tahapan (siklus)
harus diperankan sesuai dengan peraturan anggaran keuangan daerah. Siklus anggaran
Untuk perencanaan meliputi empat tahap yang terdiri atas
yang
berlaku.
pengeluaran, khusunya pengeluaran atau planning and preparation, approval or
belanja pembangunan, fungsi Bappeda harus ratification, implementation , dan reporting belanja pembangunan, fungsi Bappeda harus ratification, implementation , dan reporting
Karena laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil Dalam tahap ratifikasi permasalahan
dilaporkan.
usaha suatu organisasi pada saat atau jangka utama yang dihadapi adalah independensi
waktu tertentu. Laporan keuangan dapat dan kemandirian DPRD. Terpisahnya fungsi
menggambarkan posisi keuangan organisasi, eksekutif dan legislatif berdasar undang-
hasil usaha dalam satu periode dan arus dana undang yang baru maka pihak eksekutif
(kas) organisasi dalam periode tertentu (pemerintah daerah) lebih berperan sebagai
1998:105). Kebutuhan akan pihak yang mengajukan anggaran dan
(Harahap,
laporan keuangan yang memadai bagi legislatif (DPRD) lebih berfungsi sebagai
pemerintah daerah menjadi kepentingan yang pihak yang menyetujui atau menolak
sangat penting.
anggaran. Menurut UU No. 33/04 tentang Tahap ratifikasi ini menyangkut
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pula ratifikasi revisi terhadap anggaran
sumber-sumber Keuangan Daerah dalam seperti yang dikehendaki oleh pasal 20 ayat
desentralisasi terdiri atas, (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999.
pelaksanaan
pertam a : Pendapatan Asli daerah, yang Dengan demikian, maka ada dua jenis
terdiri dari hasil pajak Daerah, hasil retribusi ratifikasi, yaitu ratifikasi terhadap anggaran
Daerah, hasil Perusahaan milik Daerah dan (initial budget) dan ratifikasi terhadap
hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang perubahan anggaran (revised budget).
dipisahkan serta lain-lain pendapatan yang sah. Kedua, dana perimbangan, yang terdiri
dari bagian Daerah dari PBB, BPHTB, dan permasalahan utama adalah tersisihkannya
Dalam tahap
implementasi,
penerimaan sumber daya alam; dana alokasi anggaran induk oleh perubahan anggaran
umum dan dana alokasi khusus. Ketiga, yang justru dianggap sebagai hal yang pokok
Pinjaman Daerah baik dari sumber dalam dan substantif. Dibutuhkan sistem dan
negeri maupun dari sumber luar negeri. prosedur implementasi yang memadai. Salah
Keempat , lain-lain pendapatan Daerah yang satunya adalah optimalisasi peran Inspektorat
sah. Sementara pada UU No. 34/2000 sebagai pemeriksa
intern yang dapat tentang Perubahan Pajak dan Retribusi memonitor
Daerah disebutkan bahwa: pajak propinsi pengeluaran rutin dan pembangunan dengan
terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan lebih baik.
Kendaraan di atas air ; Bea balik nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas
Dalam tahap terakhir dari siklus air; Pajak bahan Bakar Kendaraan Bermotor ; anggaran masalah yang umum dijumpai
Pajak pengambilan air bawah tanah dan air adalah ketidaktepatan tolok ukur kinerja
permukaan. Kemudian disebutkan bahwa sebagai alat manajemen dan orientasi yang
jenis pajak di Kabupaten/Kota sebagai lebih tinggi pada akuntabilitas vertikal yaitu
berikut : pajak Hotel ; pajak Restoran ; pajak pemerintah atasan. Hasil dari tahap ini
Hiburan ; Pajak reklame ; Pajak Penerangan berupa umpan balik (feed back) yang akan
Jalan ; Pajak Pengambilan Bahan Galian menjadi masukan bagi tahap perencanaan
Golongan C ; Pajak Parkir. Adapun retribusi siklus tahun anggaran berikutnya.
terdiri dari retribusi Jasa umum, retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan tertentu.
Tahap pelaporan ini biasanya berupa laporan keuangan. Laporan keuangan adalah
Apabila ditelaah lebih lanjut, maka media informasi yang merangkum semua
besaran jumlah PAD sangat dipengaruhi dan aktivitas perusahaan atau dalam hal ini
sangat tergantung pada potensi daerah itu pemerintah daerah. Jika informasi itu
sendiri, apakah itu potensi sumber daya alam, disajikan secara benar, maka informasi
sumber daya ekonomi yang berbentuk tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk
aktivitas perekonomian serta kemampuan aktivitas perekonomian serta kemampuan
keleluasaan untuk mengelola potensi yang memanfaatkan potensi tersebut bagi aktifitas
Daerah
untuk
sehingga Daerah dapat perekonomian
dimiliknya
antara keuntungan walaubagaimanapun bagi hasil pajak dan
finansial dan kerugian lingkungan yang harus bukan pajak serta Dana Alokasi Khusus
diatasi. Untuk itu, maka Kebijakan Nasional (DAK) maupun Dana Alokasi Umum (DAU)
haruslah diartikan sebagai atau juga disebut sebagai dana perimbangan
yang
ada
kebijakan makro yang hanya mengatur tujuan merupakan mekanisme pengaturan keuangan
dan model-model pencapaian, sementara untuk memeratakan hasil pembangunan ke
Daerah berkreasi untuk memilih strategi seluruh Daerah. Dan hal itu sangat
pencapaian yang dianggap paling tepat bagi bergantung pada perhitungan-perhitungan
Daerah, baik melalui peraturan Daerah Pusat, baik dari aspek politik maupun aspek
maupun kebijakan-kebijakan lainnya. Hal itu ekonomi. Harus dipahami bahwa dana
didasari pemikiran bahwa yang paling tahu perimbangan tersebut ditujukan sebagai
potensi Daerah adalah Daerah itu sendiri. instrumen untuk menyerasikan pertumbuhan
Oleh sebab itu Daerah dapat menentukan antar
strategi pencapaian tujuan makro dari kesenjangan pembangunan antar Daerah.
Daerah sehingga
mengurangi
kebijakan
nasional tersebut untuk
Daerah, artinya bahwa Kenyataan di atas menyebabkan
kepentingan
kreatifitas Pemerintah Daerah dan DPRD pembiayaan
menentukan tercapainya seharusnya bertumpu pada kemampuan
maksimalisasi potensi-potensi Daerah. Daerah tersebut dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Oleh sebab itu
Dalam kerangka itulah, maka dalam sewajarnya
intensifikasi dan ekstensifikasi keleluasaan
apabila Pusat
memberikan
upaya
sumber-sumber keuangan daerah, langkah- mengembangkan potensi yang dimilikinya
langkah berikut perlu untuk dilakukan, yaitu : tersebut sebagai realisasi dari penjabaran
pertama , menentukan arahan investasi dunia Otonomi Daerah. Keleluasaan
usaha yang sesuai dengan visi dan misi menyangkut
tersebut
Pembangunan Daerah. Kejelasan arahan pembangunan yang berasal dari masyarakat
investasi dunia usaha akan mengundang sendiri, baik masyarakat sebagai rumah
pihak-pihak investor untuk menanamkan tangga
modalnya di Daerah tersebut, disamping itu menyumbangkan surplus pendapatan sebagai
kejelasan arahan investasi dunia usaha berarti sumber
juga peningkatan profesionalisme dalam hal- mobilization ), maupun dunia usaha yang
tabungan masyarakat
(saving
hal yang berkenaan dengan perijinan, menciptakan investasi baru dalam kegiatan
pelayanan dan penyelesaian hambatan, ekonomi Daerah. Di samping itu perlunya
persoalan mengenai Daerah diberi keleluasaan mendayagunakan
sehingga
seluruh
investasi dunia usaha di suatu Daerah dapat sumber-sumber pembiayaan dari luar melalui
diatasi oleh Daerah itu sendiri. “Rekening Pembangunan Daerah (RPD)”, sehingga Daerah dapat melakukan langkah-
Kedua, pemantapan dan langkah
penyempurnaan manajemen Pemerintahan pembangunan guna optimalisasi peran dunia
penyempurnaan
manajemen
yang memiliki kemampuan manajerial dan usaha. Sebagaimana diketahui optimalnya
dapat mengadaptasi sesuai visi yang telah peran dunia usaha di Daerah akan berdampak
ditentukan Daerah. Kemampuan manjerial pada percepatan perekonomian Daerah yang
akan menentukan dampak lanjutnya pada peningkatan PAD.
pemerintahan
profesionalisme dan kepercayaan investor, bahwa modal yang ditanamkannya di Daerah
Pengenalan akan potensi Daerah serta akan berkembang dan tidak menyebabkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi sumber
kerugian bagi dirinya. Dan hal ini keuangan
sesungguhnya hanya Daerahlah yang tahu Otonomi Daerah, karena Daerah diberi
Daerah merupakan
makna
tentang bagaimana sebaiknya manajemen tentang bagaimana sebaiknya manajemen
dikembangkan oleh pembagian
digulirkan
dan
masyarakat dalam lingkup yang lebih luas administrasi pemerintahan
yang sesuai
(replicable).
dengan kondisi daerah tersebut. Pemberian tanggung jawab kepada Ketiga , pemihakan dan pemberdayaan
proses tersebut akan ekonomi rakyat, merupakan langkah strategi
Daerah
dalam
merupakan ajang pelatihan pejabat Daerah yang diarahkan secara langsung pada
untuk bagaimana bertindak dengan benar dan perluasan akses rakyat kepada sumber daya
jawab atas kesejahteraan pembangunan, sehingga tercipta peluang
bertanggung
rakyatnya. Hal itu disebabkan oleh pertama, yang seluas-luasnya bagi rakyat di lapisan
Daerah dituntut untuk mampu dan tepat bawah
pengalokasian bantuan. pembangunan. Hal ini akan mendorong
untuk berpartisipasi
Maksudnya adalah terjadinya proses yang keberhasilan Pembangunan Daerah, sebagai
dalam pengalokasian akibat aktifnya rakyat dalam membangun
berkesinambungan
dana tersebut (well targeted); kedua, Daerah daerahnya
kemampuan dalam kesejahteraan yang diharapkan oleh rakyat
penyebaran dana pembangunan, sehingga tersebut. Dan perlu dipahami bahwa strategi
terjadi efisiensi pembangunan dan mencegah pembangunan yang bertumpu pada rakyat
kebocoran-kebocoran dana pembangunan melalui
(delivering mechanism); ketiga, Daerah juga merupakan
pemihakan dan
pemberdayaan
menyiapkan rakyatnya dalam hubungan sosial, ekonomi, dan politik rakyat
proses transformasi
dalam
harus
pendayagunaan dana pembangunan yang Daerah. Juga
diberikan (receiving mechanism); keempat, perencanaan yang dimulai dari bawah ini
harus dipahami
bahwa
selain Daerah harus menyiapkan rakyat untuk (Bottom Up Planning) akan merupakan kunci
pembangunan, maka bagi keberhasilan strategi pemihakan dan
mendayagunakan
Daerah juga harus mampu meningkatkan pemberdayaan kepada rakyat.
nilai tambah dari bantuan pembangunan dan menciptakan akumulasi modal (revolving
Keempat, Untuk memacu percepatan mechanism ); kelima, kemudian Daerah juga aktivitas ekonomi rakyat, maka kinerja
kemampuan untuk Daerah
harus
memiliki
pengendalian dan mengevaluasi program- mengembangkan prasarana dan sarana akan
program yang telah dilakukan (monitoring berakibat
evaluation mechanism ). masyarakat (Capacity building) yaitu melalui pemupukan modal yang bersumber dari
pada peningkatan
kapasitas
Makna Otonomi Daerah ini bagi surplus yang dihasilkan pembangunan. Perlu
pada tanggung jawab diketahui bahwa pemupukan modal oleh
Daerah
juga
pengelolaan bantuan. Untuk itu, maka Daerah berpegang pada lima prinsip pokok,
dalam bentuk Dana yaitu : pertama, mudah diterima dan
bantuan
dana
Perimbangan akan berarti pemberian didayagunakan oleh masyarakat sebagai
kesempatan bagi aparat dan masyarakat di pelaksana dan pengelola (acceptable); kedua,
daerah untuk mengelola bantuan dan dapat dikelola oleh rakyat secara terbuka dan
melakukan kegiatan produktif sehingga dapat dipertanggungjawabkan (accountable);
mampu menghasilkan nilai tambah bagi ketiga,
Hal ini tentunya memadai dan mendidik masyarakat untuk
ditunjukkan melalui adanya kemandirian mengelola
rakyat, karena subsidi yang (profitable);
berkepanjangan akan mengakibatkan rakyat dilestarikan oleh masyarakat sendiri sehingga
menjadi “manja”. Untuk itu, maka aktivitas menciptakan
ekonomi rakyat harus muncul dari kemauan wadah lembaga sosial ekonomi lokal
pemupukan modal
dalam
dan kemampuan rakyat itu sendiri dalam (sustainable); kelima, pengelolaan dana dan
menggerakkan ekonomi untuk kepentingan menggerakkan ekonomi untuk kepentingan
mampu menghadapi kerja
secara
efektif
permasalahan pembangunan di masing- menghasilkan peraturan-peraturan Daerah
kritis Daerah
untuk
dapat
masing wilayah.
yang dapat menstimulasi aktifitas ekonomi rakyat, antara lain melalui peraturan-
Strategi
dan
Aksi Percepatan
peraturan yang dapat : meningkatkan
Pembangunan Daerah.
kemampuan aparat dalam
manajemen
pengelolaan keuangan
Percepatan pembangunan diarahkan pembangunan infrastruktur guna mendukung
daerah.
pada pengembangan kegiatan-kegiatan sektor pengembangan produksi dan pemasaran. ;
riil dan sektor ekonomi unggulan dengan peningkatan koordinasi dalam pelestarian
satuan wilayah hasil pembangunan ; peningkatan koordinasi
mengacu
pada
Pembangunan berbasis dalam pengembangan lembaga keuangan di
pengembangan.
wilayah ini diharapkan tidak saja akan daerah.
mampu mengurangi kesenjangan di antara wilayah, lebih dari itu pembangunan berbasis
Di sinilah peran Daerah dalam klaster ini mampu menciptakan lapangan memanfaatkan potensi-potensi Daerah yang
pekerjaan baru yang pada gilirannya dapat dimilikinya, artinya Daerah harus memiliki
jumlah pengangguran. kemampuan untuk mendayagunakan segenap
mengurangi
Pemerataan pembangunan di tiap klaster potensi yang dimilikinya sehingga berjalan
akan diupayakan dengan memperhatikan dalam suatu kesatuan gerakan yang padu.
secara cermat karakteristik masing-masing Oleh sebab itu Daerah perlu untuk terus
satuan wilayah pengembangan. Adapun menerus memperbaharui konsep kemitraan
sektor-sektor seperti perikanan dan kelautan, antar potensi Daerah, sehingga tidak ada
pariwisata dan pertanian menjadi sektor- potensi daerah yang merasa ditinggalkan
sektor unggulan. Pada tahap ini, fokus utama dalam proses pembangunan dan dengan
implementasi kebijakan daerah diarahkan strategi pemihakan dan pemberdayaan, maka
pada pengembangan program kegiatan di sesungguhnya tidak ada satu pun potensi
sektor riil dan sektor ekonomi unggulan. daerah yang ditinggalkan, karena pemihakan
Program-program kegiatan ditujukan dan pemberdayaan tersebut akan selalu pada
untuk menciptakan kondisi ekonomi yang rakyat dan lembaga-lembaga yang tertinggal
kondusif dan kompetitif dan mampu menari dalam proses pembangunan.
investasi baru dari sektor swasta dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru dan
Konsep pembangunan wilayah tidak mengurangi penduduk miskin serta jumlah terlepas dari komitmen dan konsistensi
Selanjutnya, pemanfaatan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengangguran.
teknologi informasi dan komunikasi dalam perubahan mendasar pada suatu daerah.
bentuk e-commerce, penguatan kelembagaan Paradigma
standar mutu bertaraf pembangunan adalah seolah- olah “karya
lama yang
dalam rangka perbaikan agung” pemerintah harus diubah menjadi
internasional
kualitas produk andalan seperti pertanian, pembangunan sebagai upaya kreativitas
lain sebagainya akan rakyat. Pembangunan wilayah pada dasarnya
perikanan
dan
diterapkan guna menunjang percepatan merupakan proses yang dinamis, rumit, dan
pembangunan perekonomian daerah. Selain berdimensi
itu, percepatan pembangunan juga perlu stakeholder sudah dilibatkan, belum tentu
jamak. Sekalipun
seluruh
didukungan oleh ilmu pengetahuan dan hasilnya memuaskan. Dengan kata lain
teknologi. Sehubungan dengan hal ini, senantiasa lahir hasil-hasil yang tidak
pendirian perguruan tinggi yang akan diinginkan
mendukung pengembangan berbagai sektor berkenaan dengan pengangguran, subsidi
(eksternalitas),
terutama
merupakan syarat mutlak. salah sasaran, dan kemiskinan. Itulah
andalan
percepatan pembangunan sebabnya dasar konsepsional pembangunan
Selanjutnya,
takkan tercapai tanpa dukungan infrastruktur wilayah diarahkan pada pembangunan yang
yang
memadai.
Dengan demikian, Dengan demikian,
bangsa dalam kerangka orientasi lokal, termasuk
nasional, regional, dan global; menengah.
dalam pembangunan
jangka
Lingkungan. Melalui
d. Berwawasan
dan pemanfaatan pembangunan daerah yang dilakukan secara
tiga pendekatan
utama
Pengelolaan
sumberdaya daerah harus berwawasan simultan dan didukung dengan komitmen
lingkungan dan berkelanjutan. Prinsip pembiayaan
mempertimbangkan dampak perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
serta konsistensi
antara
ini
kegiatan terhadap kondisi lingkungan, diharapkan sejumlah masalah jangka pendek
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dan menengah yang sedang dihadapi daerah
dalam jangka pendek, dapat dipecahkan. Sudah tentu, konsistensi
didaerah
menengah dan panjang; dan komitmen pemerintah daerah untuk mewujudkan seluruh program dan kegiatan
diskriminatif. Pelaksanan yang telah ditetapkan dalam jangka waktu 5
e. Tidak
tersebar keseluruh (lima) tahun ke depan sangat dibutuhkan.
pembangunan
wilayah kecamatan, kampung/kelurahan sesuai pengembangan 6 klaster wilayah
Adapun sejumlah aspek penting kepulaun serta tidak diskriminatif sara. pendekatan-pendekatan
tidak akan bias pada tersebut di atas berlandaskan pada prinsip
pembangunan
Sehingga
kepentingan tertentu. berikut:
f. Kemitraan. Pelaksanaan pembangunan
a. Berorientasi pada masyarakat. berdasarkan prinsip kemitraan antara Masyarakat didaerah adalah pelaku
masyarakat, swasta dan pemerintah. sekaligus pihak yang mendapatkan
manfaat dari program dan kegiatan yang
g. Berbasis Pemerintahan yang bersih. akan dilaksanakan. Sehingga program
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis pembangunan diarahkan untuk kegiatan
pada clean governments dan good yang
kebutuhan praktis
dan
strategis
masyarakat yang hasil dan dampaknya
kinerja. dapat
Anggaran
h. berbasis
anggaran dilaksanakan masyarakat;
berdasarkan sistim anggaran berbasis kinerja.
b. Sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat. Proses
penting yang akan pembangunan,
perencanaan
Strategi
mendukung program pembangunan jangka kepada
pelaksanaan
sampai
menengah di adalah pendekatan pembenahan masyarakat.
pengawasan
melibatkan
yang akan diarahkan pada sejumlah aspek kebutuhan daerah dan masyarakat penting dan strategis bagi pembangunan terakomodir
Sehingga
aspirasi,
adanya pembenahan. pembangunan dapat dinikmati secara Pembenahan dibutuhkan untuk reformasi di langsung serta dapat memberdayakan bidang pemerintahan. Pada tahapan ini, masarakat; pembenahan akan diarahkan pada reformasi institusional,
c. Sesuai dengan Adat dan Budaya
mekanisme dan kinerja
pelayanan dari berbagai institusi publik masyarakat. Pengembangan kegiatan
berdasarkan prinsip good governance dan dilaksanakan dengan memperhatikan clean government sehingga semua institusi adat, budaya dan norma-norma yang
berperan optimal dalam terpelihara dan berkembang dalam
ini
dapat
kesejahteraan masyarakat. masyarakat sebagai sebuah kerifan lokal
meningkatkan
Aspek lain yang akan dibenahi antara lain, Aspek lain yang akan dibenahi antara lain,
maupun jangka waktu. Pada umumnya daerah akan disesuaikan dan pada saat
berjangka waktu cukup panjang terutama jika bersamaan
swasta harus menyediakan infrastrukturnya, mendukung percepatan pembangunan daerah
regulasi baru
yang
akan
misalnya untuk perpakiran, persampahan, akan disusun.
merenovasi taman, menyediakan lapang tunda kendaraan yang kena derek, dan
Selain itu, pembenahan terkait dengan kendaraan rongsokan atau mogok-tetap. struktur pemerintahan dan kondisi wilayah
Untuk itu perlu diterapkan Perda yang sehubungan dengan pemekaran-pemekaran
mengatur hal ikhwal swastanisasi, kemitraan, wilayah baru seperti kabupaten, kota bahkan
dan kontrak manajemen. propinsi perlu dilakukan. Selanjutnya, sudah saatnya pemerintah daerah menerapkan
Kemitraan antara pemerintah dengan prinsip
swasta, bisa diterapkan pada usaha-usaha rekruitmen PNS dan promosi pejabat
miskin struktur
kaya
fungsi,
yang sebelumnya sudah dilakukan melalui berdasarkan kompetensi dan track record.
semacam BUMD tetapi hasilnya tidak Terakhir, pembentukan institusi yang akan
optimal karena usaha tersebut memerlukan menangani masalah terkait dengan bencana
kucuran dana segar yang bisa memberatkan alam seperti sistem peringatan dini, evakuasi
keuangan Pemerintah Daerah. Usaha bencana
semacam pengolahan air baku menjadi diantisipasi oleh pemerintah daerah.
dan lain
sebagainya
perlu
bersih, pengelolaan Bank Pasar, pengelolaan P.D. Pasar bisa ditawarkan kepada swasta
Konsep dan strategi pengelolaan untuk bermitra dengan Pemda berdasarkan Keuangan
kontrak bagi-hasil.
pembangunan dapat
dilakukan
dengan
langkah-langkah sebagai berikut : Kontrak manajemen, dimana asset dan wewenang
sepenuhnya berada pada Pertama , Kebijakan Privatisasi.
tetapi pengelolaan dikontrakkan kepada swasta terpilih lewat Kebijakan privatisasi bisa ditempuh
pemerintah,
akan
tender yang fair karena jika dikelola oleh dengan
pemerintah menjadi tidak efisien, tidak menswastakan penuh suatu bidang tugas
tiga pendekatan,
yaitu
efektif dan juga tidak menguntungkan. pelayanan
Sesuai dengan konsepnya, maka pengelola perparkiran pertamanan, cleaning service,
publik seperti
kebersihan,
menerima management fee biasanya 40% pengadaan
dari perolehan bersih, sedangkan 60% pemerintah-swasta, seperti pengolahan air
barang , (2)
kemitraan
adalah bagian pemerintah karena ada baku menjadi air bersih, bank pasar, PD
tanggungjawab untuk merawat dan menjaga Pasar dan (3) kontrak manajemen, seperti
assetnya agar tidak terdepresiasi, di samping manajemen
keharusan untuk memasukkan Pendapatan terminal (emplasement) kargo atau peti
Asli Daerah. Kontrak manajemen menjadi kemas dan sejenisnya di mana asset dan
alternatif yang dianggap paling baik, sebab di kewenangan ada pada pemerintah tetapi
masa depan tidak bisa semua asset dan pengelolaannya dikontrakkan kepada swasta
kewenangan pemerintah bisa diwujudkan yang bonafide.
nyata hanya dengan mengandalkan aparat pemerintah, terutama Menswastakan penuh, artinya menjual
dalam
hasil
jika untuk tujuan tersebut ada keharusan asset dan
aparat memiliki keahlian (profesi) tertentu. operasional pengadaan sarana dan prasarana dan pengelolaan kepada swasta yang terpilih
mengontrakkan
kewenangan
Ketiga macam pendekatan itu bisa melalui tender yang berlangsung jujur dan
dengan cara yang selektif diterapkan pada adil. Pemerintah Daerah mengenakan pajak
berbagai bidang tugas Pemerintah Daerah Daerah dan bagi hasil berdasarkan kontrak
yang terkait dengan pelayanan masyarakat yang terkait dengan pelayanan masyarakat
sesungguhnya dapat pihak rakyat.
makadaerah
infrastruktur guna berkurangnya keluhan rakyat akan membuat
Perlu dipahami
bahwa
membangun
mengembangkan iklim investasi di Daerah konsentrasi kerja semua aparat Pemda lebih
tersebut, karena investasi di Daerah sangat terpusat kepada bidang-bidang tugas yang
bergantung dengan tersedianya infrastruktur lebih substansial yang dapat menaikkan citra