listrik dan energi terbarukan docx

Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik
yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan sungai
yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan jumlah penduduk yang
setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali dalam suatu wilayah kota di
temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk daerah pemukiman yang layak.
Sebagai salah satu kota metropolitan, penumpukan sampah menjadi masalah besar di
kota Makassar. Sampah yang dihasilkan penduduk kota Makasar jumlahnya mencapai
300 sampai 400 ton perhari dari 14 Kecamatan yang ada. Bahkan akibat besarnya
penumpukan sampah menyebabkan produksi gas metan juga mengalami peningkatan.
Pada pertengahan tahun 2006, pemerintah Kota Makassar dan salah satu
perusahaan jepang yaitu PT. Gikoko Kogyo Indonesia, sempat mengadakan kerja
sama dalam membangun pembangkit listrik tenaga sampah, guna mengurangi
dampak pemanasan global akibat gas metan yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah
yang semakin hari semakin tak terbendung. Akhirnya setelah persiapan yang matang,
pada tahun 2010 mesin dari PT. Gikoko mulai beroperasi dan mulai memberikan
dampak kepada daerah TPA serta pemukiman sekitar dengan listrik yang dihasilkan
setara dengan 120.000 watt. Masalah listrik yang semula kurang memadai di daerah
pemukiman penduduk sekitar TPA Tamangapa akhirnya bisa teratasi dengan adanya
mesin ini. Bahkan tidak ada lagi pemadaman bergilir karena energi listrik yang
dihasilkan secara continue atau berkelanjutan. Di seluruh Indonesia, baru ada empat

daerah yang juga mengurai sampah untuk dijadikan listrik, yakni Palembang,
Pontianak, Bekasi dan Makassar, dengan menggunakan teknologi dan perusahaan
yang sama. Namun, baru Makassar yang bisa menyalakan listrik secara continue. Di
TPA Tamangapa, juga terdapat 33 sumur penampung gas metan. Yang terdiri dari 25
vertikal dan sisanya horizontal yang menjadi fasilitas pendukung untuk semakin
memudahkan mesin melakukan tugasnya untuk mengkonversikan tumpukan sampah
menjadi energi listrik.
Selain mesin pengkonversi yang bekerja 24 jam penuh menyulap sampah
menjadi energi listrik, di TPA Tamangapa juga memiliki mesin pembuat pupuk
kompos. Komposisi sampah dalam proses pengomposan di TPA Tamangapa, sangat
besar sekitar 80,71% dari total sampah. Composting bertujuan untuk mengurangi
timbulan sampah di TPA. Composting hanya dilakukan terhadap sampah yang dapat
terdekomposisi yaitu sampah organik, kertas, sampah halaman, kayu, kain, sedangkan
plastik, karet, kulit tidak terdekomposisi.

Namun, seiring waktu berjalan kemitraan antara Pemerintah Kota Makassar dan
pihak PT. Gikoko mengalami beberapa kendala. Kemitraan ini tidak efektif dalam
mengatasi permasalahan persampahan di sekitar TPA Tamangapa. Hal ini dilihat dari
output dan outcome yang tercapai yakni perbaikan kondisi lingkungan TPA hanya
mampu mengurangi masalah bau sampah yang bersumber dari TPA tetapi tidak dapat

mengatasi permasalahan sampah secara keseluruhan. Meskipun dari pelaksanaan
kemitraan ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar berupa pengurangan
bau sampah dan penerangan lampu di TPA memberikan kemudahan beraktifitas
dimalam hari.