diraksi dan interferensi celah ganda

DIFRAKSI CELAH DAN KISI GANDA
MALA SAPUTRI(140310130058)
Program Studi Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran
09 April 2014
Asisten : Yati Maryati
Abstrak
Pada pratikum ini akan dibahas mengenai beberapa sifat cahaya yaitu difraksi dan interferensi. Suatu
cahaya bisa kita anggap sebagai gelombang maupun sebagai partikel. Cahaya dianggap sebagai gelombang
karena memiliki sifat-sifat gelombang seperti difraksi dan interferensi dan cahaya di anggap sebagai partikel
karena cahaya bisa di hamburkan dalam bentuk paket-paket energi (foton).
Pada pratikum ini yang diamati adalah pola gelap terang dari proses interferensi . ketika gelombang
cahaya melewati kisi yang sebenarnya adalah celah-celah kecil maka akan terjadi pelenturan pada
gelombang cahaya tersebut yang di sebut dengan proses difraksi. Setelah itu bagian-bagian cahaya akan
saling bertemu dan terjadilah proses interferensi sehingga terbentuk pola gelap terang pada layar (slide
mount lateral adjust).
Metode yang digunakan pada pratikum ini adalah dengan memvariasikan posisi lensa nya, yaitu 35
cm, 70cm dan 100cm. Variasi juga di lakukan pada kisi yaitu 8, 10, dan 50. Dari hasil pratikum terlihat
bahwa semakin besar kisi yang digunakan maka jarak antar bayangan juga semakin renggang. Ketika
digunakan kisi 8 pada jarak 100 cm jumlah bayangan yang terbentuk adalah 10 bayangan ke kiri dan 19
bayangan kekanan dengan panjang gelombang kirinya adalah 4,25 x10-6 m dengan KSR 7,93 % dan panjang
gelombang kekanan adalah 5,06 x10 -6 m dengan KSR 9,63%. ketika digunakan kisi 50 dengan jarak lensa

35cm dari sumber (112,5cm dari layar) jumlah bayangan yang terbentuk adalah 5 kekanan dan 4 kekiri.
Panjang gelombang rata-rata kekiri adalah 5,72 x10 -6 m dengan KSR 11.02614% dan panjang gelombang
kekanan adalah 6,54 x10-6 m dengan KSR 12.73327%.
Kata kunci : gelombang, cahaya , difraksi,interferensi,bayangan .

I.

Pendahuluan

Pada pratikum ini, akan di bahas
tentang difraksi dan interferensi pada
gelombang cahaya . Tujuan dari pratikum ini
yaitu untuk menentukan pola intensitas
difraksi dari celah dan kisi ganda , untuk
menentukan posisi intensitas minimum
pertama yang berhubungan dengan celah
tunggal, untuk menentukan distribusi
intensitas pola difraksi dari celah kelipatan
tiga , empat , dan lima dimana seluruh celah
memiliki lebar dan jarak antar celah yang

sama dan untuk menentukan posisi dari
puncak beberapa orde dari difraksi untuk kisi
transmisi denga konstanta kisi yang berbeda.
Difraksi terjadi ketika berkas cahaya
melewati penghalang , dan penghalang
tersebut seperti celah sempit sehingga terjadi
pelenturan gelombang cahaya. Difraksi ialah
peristiwa pembelokan atau pelenturan arah
rambat cahaya ketika melewati sebuah
penghalang. Interferensi adalah peristiwa
penggabungan dua gelombang atau lebih yang

menghasilkan gelombang . Dua sifat
gelombang ini menjadi dasar dari pratikum
ini.
Pola
difraksi
dan
interferensi
menunjukkan

sifat
cahaya
sebagai
gelombang. Selain itu, prcobaan ini
menggunakan
prinsip
huygens
yang
menyatakan
bahwa
cahaya
sebagai
gelombang .
II.

Teori Dasar

Gelombang adalah suatu getaran yang
merambat , dan salah satu contohnya adalah
cahaya.

Cahaya
adalah
gelombang
elektromagnetik yang tidak memerlukan
medium untuk proses perambatannya.
Cahaya sebagai gelombang memiliki
beberapa
sifat diantara
nya adalah
refleksi(pemantulan),
refraksi(pembiasan),
interferensi(penggabungan),
polarisasi(pengkutuban), dispersi(penguraian)
,transmisi(diteruskan), difraksi(pelenturan).

Gambar 3. Difraksi fraunhofer
Difraksi
Difraksi adalah peristiwa pelenturan arah
rambat gelombang ketika melewati suatu
celah sempit. Syarat terjadi difraksi adalah

lebar celah yang dilalui gelombang lebih kecil
daripada panjang gelombang nya, ketika lebar
celah lebih besar atau sama dengan panjang
gelombang maka gelombang tersebut akan di
transmisi bukan di difraksi.

Difraksi pada celah tunggal :
d sinθ= n λ ......................(1)
difraksi pada celah tunggal :
d sinθ= (n+1) λ ...............(2)
keterangan :
d = adalah jarak antar kisi(1/kisi)
n = orde
λ = panjang gelombang
Interferensi

Gambar 1. Proses difraksi
Untuk melihat pola difraksi, cahaya harus
melalui suatu celah tunggal dan mengamati
cahaya yang diteruskan oleh celah pada

sebuah layar.
Berdasarkan posisi layar, difraksi ada 2
yaitu :
Difraksi fresnel

Interferensi
adalah
peristiwa
penggabungan beberapa gelombang yang
memiliki frekuensi dan panjang gelombang.
Interferensi ada 2 , yaitu :
Interferensi konstruktif
Interferensi ini terjadi ketika cahaya
bertemu pada fasa yang sama, sehingga akan
menghasilkan cahaya yang lebih terang.

Pada difraksi fresnel jarak sumber ke
celah dan jarak celah ke layar dekat sehingga
berkas tidak akan sejajar dengan celah[2].


Gambar 4. Interferensi konstruktif
Interferensi destruktif
Gambar2. Difraksi fresnel
Difraksi fraunhofer

Interferensi ini terjadi ketika cahaya
bertemu pada fase yang berbeda , sehingga
akan menghasilkan cahaya yang lebih redup.

Pada difraksi fraunhofer letak sumber
cahaya dan layar jauh sekali dari celah ,
sehingga berkas yang memasuki dan yang
keluar celah harus sejajar [2].
Gambar 5. Interferensi destruktif
Syarat-syarat terjadi interferensi pada
cahaya :

a. Sumber dari cahaya tersebut harus
koheren (memiliki fasa yang
sama).

b. Harus cahaya monokromatik
c. Berlaku prinsip superposisi
Pada
interferensi
maksimum
gelombang saling menguatkan(konstruktif)
sehingga akan terbentuk bayangan yang
terang. Interferensi ini terjadi pada beda fasa
0,2π,4π,6π,..... dan seterusnya. Interferensi
maksimum akan terjadi jika beda lintasan
kelipatan dari 1/2λ.

sehingga bayangannya tidak akan seterang
bayangan pada titik pusat.
Percobaan Young
Thomas Young melakukan percobaan
dengan menggunakan 3 buah lensa , lensa
pertama sebagai kisi pertama yang terdiri dari
1 buah celah sempit
tempat terjadinya

difraksi dan lensa kedua terdiri 2 buah celah
supaya terjadi interferensi sedangkan layar ke
3 digunakan sebagai proyektor untuk melihat
pola gelap terang yang di hasilkan.

d sinθ= n λ ..........................(3)
pada interferensi minimum gelombang
yang bertemu saling melemahkan(destruktif)
sehingga akan terbentuk bayangan yang
gelap. Interferensi ini terjadi pada beda fasa
π,3π,5π,.... atau kelipatan ganjil.
d sinθ= (n+1) λ ...............(4)
perbedaaan fasa 2 gelombang terjadi
karena jarak lintasan yang berbeda. Jika
perbedaaan panjang lintasannya 1/2λ maka
beda fasanya adalah 1800. Tapi jika perbedaan
panjang lintasannya λ maka beda fasanya
3600.
Proses interferensi maksimum dan
minimum ini akan menghasilkan pola gelap

dan terang pada layar.

Gambar 6. Pola gelap terang
Pusat akan menjadi titik paling terang
dibanding titik-titik yang lain, karena di pusat
kedua gelombang akan melewati lintasan
yang sama sehingga akan terjadi interferensi
konstruktif. Sedangkan untuk orde yang lain,
setiap
gelombang
akan
mengalami
ketertinggalan dari gelombang yang terdekat,

Gambar 7. Percobaan young
Prinsip Huygens
Prinsip huygens adalah suatu metode
geometri untuk mencari bentuk muka
gelombang dari bentuk muka gelombang yang
sudah diketahui.

Menurut Huygens “ tiap-tiap titik dari
sebuah muka gelombang dapat ditinjau
sebagai sumber gelombang-gelombang kecil
sekunder yang menyebar keluar kesegala arah
dengan laju yang sama dengan perambatan
gelombang itu”[1].

Gambar 8. Prinsip Huygens
Intensitas
Intensitas menyatakan jumlah daya
yang tersalurkan . untuk menentukan daya
dari pola terang bia digunakan persamaan
dibawah ini :
I=P2 ....................................(5)

P=Vxi ................................(6)

interferensi beserta tegangan dari masingmasing bayangan . Hal yang mendasari
pratikum ini adalah difraksi dan interferensi
cahaya, dengan acuan prinsip Huygens dan
percobaan Thomas Young.

I=V/R.................................(7)
Keterangan :
P= daya (watt)

Pada pratikum ini digunakan 3 buah
kisi yaitu 8mm,10mm,dan 50mm dengan
memvariasikan posisi kisi . Hal pertama yang
dilakukan pada pratikum ini adalah menyusun
setiap alat yang di gunakan yaitu laser pada
2,5cm , lensa f/20mm pada 14,5cm , lensa
f/100 mm pada 27,5 cm , objek difraksi sesuai
dengan posisi yang diinginkan , layar pada
147,5cm dan memasang voltmeter untuk
mengukur tegangan dari tiap bayangan yang
terbentuk.

I= intensitas (candela)
V= tegangan(volt)
i = arus(ampere)
R= hambatan(Ω)

III.

n

X=35cm

Percobaan

,

Setelah semua komponen terpasang,
langkah selanjutnya adalah memasang kisi
pada objek difraksi. Kisi pertama yang
digunakan adalah kisi 8 dengan objek difraksi
pada 35cm. Hal yang diamati adalah jarak
antara bayangan yang terbentuk pada layar
dan melihat tegangan tiap bayangan yang
terbaca pada voltmeter. Setelah itu, mengganti
posisi objek difraksi menjadi 70cm lalu
100cm. Setelah itu melakukan hal yang sama
untuk kisi 10mm dan 50mm.

L= 1.4715 m

y

(m)

λ( 10-5)

(m)

KSR(%)

kiri

kanan

Kiri

kanan

1

0.005

0.005

4.25

4.25

kiri
94.
7

2

0.011

0.011

4.67

4.67

3

0.016

0.017

4.53

4.81

4

0.021

0.022

4.46

4.67

5

0.026

0.028

4.42

4.76

6

0.032

0.034

4.53

4.81

7

0.037

0.04

4.49

4.85

8

0.043

0.045

4.56

4.78

9
1
0

0.049

0.051

4.62

4.81

0.054

0.057

4.58

4.84

11
1
2
1
3
1
4
1
5

0.059

0.064

4.55

4.94

0.064

0

4.53

0

0.069

0

4.51

0

0.08

0

4.85

0

0.084
Ratarata

0

4.76

0

4.55

4.75

IV.

DATA DAN ANALISA.

kanan

a. Kisi 8mm (d = 0.0125 m)

98.7

Pada pratikum difraksi celah dan kisi
ganda ini yang diamati adalah pola gelap
terang yang terbentuk dari hasil difraksi dan

n

X=70cm

X=35cm
V(v)

I(cd)

-3

4.54

4.24x10-6

-2

2.85

6.59x10-7

-1

2.7

5.31x10-7

0

3.2

1.05x10-6

V(v)

X=100cm
I(cd)

V(v)

I(cd)

2.59

1.48x10

-6

2.98

7.88x10-7

2.66

5.01x10-7

2.54

4.16x10-7

3.49

4.5x10-7

2.58

4.43x10-7

4.92

5.86x10-6

2.81

6.23x10-7

1

3.91

2.34x10-6

5.23

7.48x10-6

1.65

7.41x10-8

2

2.8

6.1x10-7

2.72

5.47x10-7

2.62

4.71x10-7

3

2.79

6.0x10-7

2.69

5.24x10-7

2.58

4.43x10-7

X=70cm

,

L= 0.775 m

y

(m)

λ(m)

kiri

kanan

kiri

-5

( 10 )

KSR(%)

kanan

1

0.003

0.004

4.84

6.45

2

0.005

0.008

4.03

6.45

3

0.01

0.013

5.37

6.99

4

0.014

0.019

5.65

7.66

5

0.017

0.021

5.48

6.77

6

0.022

0.025

5.91

6.72

7

0.025

0.033

5.76

7.60

8

0.029

0.038

5.84

7.66

9

0.032

0.041

5.73

7.35

10

0.035

0.045

5.64

7.25

11

0.038

0.049

5.57

7.18

12

0.042

0.053

5.64

7.12

13

0.048

0.056

5.96

6.95

14

0.052

0.063

5.99

15

0.056

0.067

16

0.059

0.071

kiri
116.9

grafik hubungan intensitas dengan orde pada kisi 8mm

kanan
148.01

intensitas

n

0
0
0
0
0
-4 -3 -2 -1 0

x=0,
35m
x=0,
7m

1

2

3

4

orde

b. Kisi 10mm , d=0,001m
n

X=70cm

X=35cm
V(v)

I(cd)

-3

3.8

2.08x10-6

7.25

-2

2.5

3.91x10-7

6.02

7.20

-1

2.5

3.91x10-7

5.95

7.16
0

2.5

V(v)
2.7

X=100cm
I(cd)

V(v)

I(cd)

5.31x10-7

2.4

7.88x10-7

2.2

3.91x10-7

2.6

4.7x10-7

4.16x10-7

2.5

3.91x10-7

2.3

4.43x10-7

2.7

5.31x10-7

3.4

6.23x10-7

17

0.064

0.074

6.07

7.02

18

0
Ratarata

0.077

0

6.9

1

1.7

8.35x10-8

2.9

7.07x10-7

2.6

7.41x10-8

5.62

7.09

2

2.5

3.91x10-7

2.6

4.57x10-7

2.4

4.71x10-7

3

2.5

3.91x10-7

2.6

4.57x10-7

2.3

4.43x10-7

n

X=100cm

n

1
2
3
1
2
3
4
5

4
5
6
7
8

y X=35
cm
kiri
,
L=
0.001
1.471
5m
0.003

,

L= 0.475 m

(m)

λ(m)

( 10-6)

KSR

(%)

kanan

kiri

kanan

kiri

kanan

0.001

2.63

2.63

7.93

9.6

0.003
(m)
0.005
kanan
0.006
0.006
0.009
0.013
0.011
0.02
0.013
0.027
0.017
0.035

3.95
3.95
λ( 10
(m)
-5
) 4.39
4.38KSR(%)
Kiri
kanan
kiri
kanan
3.95
3.95
8
5.33
12.
11.5
4.21
4.74 6
7.11
5.78
4.39
4.82
6.81
5.93
4.13
4.89
6.44
6
4.93
5.59
6.22
6.22

0.019
0.042
,
0.021
0.048
(m)
0.023
0.054
kanan
0.062
0.026
0.005

0.027

0.018
0.031
0.023
0.034
0.027

6.224.68 6.22 5.55
L= 0,775 m
6.095.26 6.09 5.52
λ( 10
(m)
0
5.50KSR(%)
-5
)
6.11
6
Kiri
kanan
kiri
kanan
6.22 0 6.12 5.70
6.45
6.45
11.57
11.25
6.13
0
5.81 0 5.80 5.67
6.06
0
6.02 0 5.59 5.45
6.49
5.97
5.8
5.80
0
5.44
5.93
5.93
0
5.59
5.81
5.81

0.032

0.035
0.031

5.89

0 5.71 5.42

0.037

0.035
0.039

5.97

0 5.64 5.70

0.043

6.16

y

0.005
kiri
0.006
0.009
0.008
0.016
0.01
0.023
0.011
0.029
0.015
0.035

69
n 1
70
11
8
1
92
1
10 1
23
11 1
34
41
5
51
6
6
1
77
1
88
1
99
10

0.016
0.042
X=70cm
0.02
0.048
y
0.055
kiri
0.063
0.005
0.069
0.009
0.075
0.014
Rata0.018
rata

11

0.051

0.041
0.041
Rata
0.045
-rata
0.05

12

0.055

0.054

5.91

5.80

13

0.06

0.058

5.95

5.76

14

0.065
Rata
-rata

0.063

5.99

5.81

5.98

5.83

0.023

0.047

0.009
0.028
0.013
0.029

0 5.87 5.68
6.06
5.81
4.25
5.06
5.98
5.86

2.77

5.89x10-7

1.84

1.15x10-7

9.85x10-7

2.95

7.57x10-7

1.71

8.55x10-8

2.46

3.66x10-7

2.6

4.57x10-7

2.79

6.06x10-7

2.42

3.43x10-7

2.42

3.43x10-7

2.98

7.89x10-7

0

2.76

5.8x10-7

1

3.15

2
3

n

X=30 cm

L= 1.125m
10-6

λ(m)

KSR

(%)

kiri

kanan

kiri

kanan

y(m)
Kiri
1

0.03

0.035

5.33

6.22

2

0.066

0.075

5.87

6.67

3

0.099

0.112

5.87

6.64

4

0.132

0.149

5.87

6.62

5

0.16

0

5.69

0

Rata-rata

5.72

6.54

N
X=100cm

λ(cm)

KSR

(%)

kanan

Kiri

kanan

kiri

kanan

kanan

0.025

4.13

6.45

0.048

4.9

6.19

6.10

3

0.058

0.073

4.99

6.28

5.05

6.04

4

0.08

0.098

5.16

6.32

4.95
5.05

6.32
6.48

5

0.1
Ratarata

0

5.16

0

4.87

6.31

6.74

2

0.024

0.029

5.05

3

0.036

0.043

4
5

0.047
0.06

0.06
0.077

n6
7

X=35cm
,
0.071
0.088
y
)
0.084
0.104

λ

8

kiri
0.096

kanan0

Kiri
5.05 kanan

0.006

2

0.009
Ratarata
0.016

0.013

7.11

5.78

3

0.023

0.02

6.81

5.93

4

0.029

0.027

6.44

6

5

0.035

0.035

6.22

6.22

6

0.042

0.042

6.22

6.22

7

0.048

0.048

6.09

6.09

8

0.055

0.054

6.11

6

9
1
0

0.063

0.062

6.22

6.12

0.069

6.13

0

11

0.075
Ratarata

6.06

0

4.98
5.05
8
5.03

6.49

9.57

12.24

L= 1.4715 m
6.18

(

5.33 6.3012.6

I(cd)

6.41x10-7

c. K
i
s
i

2.65

4.9X10-7

-1

2.5

3.91x10-7

12.26

grafik hubungan intensitas dengan orde pada kisi 50mm

-4

-3

-2

-1

0
0
0
0
0
0
0
0

x=0,35
m
x=0,7m
x=1m

0

1

2

3

4

orde

5.97

V(v)
2.69

X=100cm
I(cd)
5.23x10-7

V(v)
4.94

I(cd)
5.95x10

2.68
-2

9.23

11.5

X=70cm

X=35cm

12.7

6.25KSR(%)
kanan
0kiri

50mm ( d=0,0002m)

2,83

(%)

kiri

0.038

5.05

-3

KSR

kanan

0.016

0.016

V(v)

λ(m)

kiri

2

0.012

n

kanan

10-6

1

1

1

Kiri

11.02

L= 0.775m

y(m)

(10-6)

Y(cm)
kiri

X=70 cm

L=0.475m

intensitas

n

kanan

2.43

3.48x10-7

2.48

3.78x10-7

5.15x10
2.72

5.47x10

Pada pratikum difraksi dan kisi ganda ini
yang diamati adalah pola gelap terang yang
terbentuk pada layar dan tegangan dari setiap
bayangan.
Pada pratikum ini yang divariasikan
adalah jumlah kisi dan posisi kisi. Kisi yang
digunakan adalah 8mm,10mm dan 50mm

dengan variasi posisinya 35cm, 70cm dan
100cm.
Untuk kisi 8mm dengan kisi berada
pada jarak 35 cm dari sumber , jumlah pola
terang yang terbentuk disebelah kiri adalah 15
dan disebelah kanan adalah 11 bayangan.
Untuk kisi 8 dengan kisi berada pada jarak 70
cm jumlah bayangan disebelah kiri adalah 17
dan disebelah kanan adalah 18. Ketika posisi
kisi diubah menjadi 100cm bayangan
disebelah kiri adalah 10 dan disebelah kanan
adalah 19. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin jauh jarak kisid ari sumber cahaya ,
maka jumlah bayangan yang terbentuk pada
layar semakin banyak sehingga jarak antar
polanya semakin rapat (kecil). Hal ini juga
terjadi untuk kisi 10 mm dan 50mm.
Berdasarkan teori, jumah bayangan
yang terbentuk di sebelah kiri akan sama
dengan jumlah bayangan yang terbentuk
disebelah kanan. Tapi pada pratikum ini , ada
beberapa kondisi dimana jumlah bayangan
disebelah kanan tidak sama dengan jumlah
bayangan yang terbentuk disebelah kiri. Hal
ini bisa terjadi karena kurang tepatnya dalam
menentukan dalam menetapkan pusat dan
ukuran layar yang terlalu kecil, sehingga tidak
bisa memproyeksi semua bayangan yang
terbentuk.
Pada hasil pratikum ini terlihat bahwa
semakin besar nilai kisi yang digunakan ,
maka jumlah bayangan yang terbentuk
semakin sedikit. Misalkan pada kisi 8mm
dengan kisi berada pada jarak 35 cm dari
sumber , jumlah pola terang yang terbentuk
disebelah kiri adalah 15 dan disebelah kanan
adalah 11 bayangan sedangkan pada kisi
50mm dengan posisi kisi yang sama jumlah
bpola terang yang terbentu disebelah kanan
adalah 4 dan sebelah kiri adalah 5. Sehingga
kisi yang kecil akan memiliki nilai y yang
kecil juga.
Nilai λ yang didapat dari pratikum ini
tidak jauh berbeda untuk semua kondisi ,
karena masih digunakan sumber yang sama.
Nilai y akan berbanding lurus dengan
orde,panjang gelombang(λ),jarak kisi dari
layar dan kisi.

Secara ideal nilai intensitas disebelah
kanan pusat akan sama dengan nilai intensitas
disebelah kiri pusat untuk masing-masing
orde yang sama. Berdasarkan teori nilai
intensitas terbesar terjadi pada titik pusat
karena pada saat tersebut masing-masing
gelombang menempuh jarak yang sama
sehingga akan terjadi interferensi konstruktif.
Tapi untuk orde yang lain, jarak yang
ditempuh oleh masing-masing gelombang
tidak akan sama sehingga intensitasnya tidak
akan seterang intensitas pusat. Seperti pada
kisi 10mm dengan jarak kisi ke sumber adalah
70cm intensitas pusatnya adalah 1156x10-6
dan intensitas disebelah kiri dan kanannya
berada dibawah intensitas pusatnya.

KESIMPULAN
Untuk menentukan pola difraksi
dibutuhkan sutatu layar sebagai proyeksi
bayangan.
Intensitas menyatakan daya yang ada
pada bayangannya.
I= P2
Keterangan :
I=intensitas (candela )
P=daya (watt)
Distribusi
intensitas
adalah
penyebaran intensitas . Nilai intensitas
terbesar terjadi pada pusat dan nilai intensitas
akan berkurang seiring dengan jaraknya yang
semakin jauh dari pusat.seperti pada kisi
10mm dengan arak kisi 100cm dari sumber
nilai intensitas pusatnya adalah 1,34x10-6
candela, dan intensitas untuk orde 1 nya
adalah 4,57x10-7 candela dan intensitas untuk
orde 3 nya adalah 2,8x10-7 candela,
Untuk menentukan nilai panjang
gelombang adalah dengan menggunakan
persamaan interferensi maksimum, yaitu :
λ=

d sinθ
n

, sinθ=y/L

Keterangan :
λ= panjang gelombang(m)
d = 1/N
n= orde
y= jarak antara bayangan
L= jarak kisi ke layar
DAFTAR PUSTAKA
[1]
young
and
freedman.2003.Fisika
Universitas edis ke sepuluh jilid 2. Jakarta :
Erlangga
[2] abdul Hadi . 2014 .pengertian dan sifatsifat
gelombang.
http://softilmu.blogspot.com/2014/08/pengerti
an-dan-macam-macam-gelombang.html.
Waktu akses 8 April 2015 00.02 WIB.