Portofolio Arsitektur dan Bangunan docx

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bila kita membicarakan tentang arsitektur maka banyak masyarakat yang mengira
bahwa arsitektur adalah bangunan. Tetapi tak semua bangunan adalah arsitektur. Didalam
arsitektur tidak hanya membicarakan mengenai fungsi dan kekuatan bangunan saja. Ada
segi lain yang membuat arsitektur berbeda dengan bangunan. Seorang arsitek apabila
ingin membangun sebuah karya arsitektur akan mempertimbangkan hal – hal lain yang
mempengaruhi karya tersebut ataupun hal – hal yang dipengaruhi oleh keberadan karya
arsitektur tersebut. Masyarakat awan juga beranggapan bahwa suatu karya arsitektur satu
dengan yang lain sama. Namun anggapan mereka kurang tetap karena suatu karya
arsitektur satu dengan yang lain berbeda. Perbedaan itu karena terdapat unsur desain
yang membedakan karya satu dengan yang lain . unsur desain selain membuat suatu
karya menjadi berbeda dengan yang lain dan juga menjadi lebih estetika.
Untuk itu pentingnya belajar arsitektur salah satunya agar mengetahui perbedaan
antara arsitektur dengan bangunan yang dilihat sekilas sama ternyata berbeda. Saat kita
belajar arsitektur kita akan mendapatkan banyak ilmu baru tidak hanya mengenai
bangunan saja . Didalam arsitektur juga diajarkan melihat suatu objek tidak hanya dari
satu sisi saja melaikan dari sisi – sisi lain yang memepengaruhi ataupun dipengaruhi.
Selian itu juga belajar arsitektur juga akan dapat menbedakan sutu karya satu dengan
karya lain . yang mansing – masing memliki keunikan tersendiri

1.2 Rumusan Masalah
-

Apa itu arsitektur, hakekat, serta tujuan arsitektur?

-

Apakah perbedaan antara arsitektur dan bangunan?

-

Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam arsitektur?

-

Bagaimana contoh penerapan unsur-unsur arsitektur di sekitar kita?

1.3 Tujuan
-


Mengetahui apa itu arsitektur, hakekat, serta tujuannya

-

Mengetahui perbedaan arsitektur dan bangunan

-

Mengetahui unsur-unsur arsitektur
1

-

Mengetahui contoh penerapan unsur-unsur arsitektur di sekitar kita

1.4 Lingkup
Portofolio ini menggunakan metode studi literatur yang dilaksanakan selama 3
minggu yaitu pada 30 September 2014 sampai dengan 21 Oktober 2014. Referensi yang
digunakan berupa buku, sebanyak 2 buah buku, yakni Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan
Tatanan oleh Francis D.K. Ching, dan Pengantar Arsitektur oleh James C. Synder dan

Anthony J. Catanese.
1.5 Sistematika Penulisan
I.

Pendahuluan
Bab I Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan,
Lingkup, dan Sistematika Penulisan.

II. Landasan Teori
Bab II Landasan Teori berisi kajian teori mengenai unsur-unsur arsitektur, dan
teori-teori pendukung mengenai perbedaan arsitektur dengan bangunan.
III. Pembahasan
Bab III Pembahasan berisi mengenai objek atau bangunan yang kami pilih
untuk dikaji lebih lanjut unsur-unsur arsitekturnya.
IV. Penutup
Bab IV Penutup berisi mengenai Kesimpulan beserta Harapan Penulis
kedepannya.

2


BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Arsitektur
Arsitektur berasal dari kata à Architecton dalam bahasa Yunani yang berarti
tukang atau ahli bangunan. Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota
perancangan perkotaan arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan,
desain perabot dan desain produk. Arsitektur dapat dianggap sebagai suatu konstruksi
yang dengan sengaja merubah lingkungan fisik menurut suatu bagan pengaturan.
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Istilah “arsitektur”
mulai diperkenalkan pada sekitar abad I sebelum masehi oleh seorang arsitek dan
insinyur berkebangsaan Romawi bernama Marco Pollio Vitruvius. Menurut Vitruvius
dalam bukunya yang berjudul De Architectura, bangunan arsitektur haruslah memenuhi
tiga komponen, yaitu keindahan/estetika (venustas), kekuatan (firmitas), dan
kegunaan/fungsi (utilitas). Ketiga komponen tersebut harus seimbang dan saling
berkoordinasi dan tidak ada unsur yang melebihi unsur lainnya.
Menurut Ballantyne (2007), “…architecture is always more than building,
representing as it does as folding together of building and culture, so that the building
come up to have meaning as they are caught up in a way of life-architecture is best

ppreciated as part of an art living”. “Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu
lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya
tersebut sebagai karya seni” Arsitektur, menyatu dengan budaya. Sebuah karya
arsitektur,menggambarkan bagaimana budaya kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Artinya arsitektur dapat dipahami paling baik, bila ia dianggap jauh lebih daripada
sekedar tempat bernaung, tetapi juga tetap melihat nilai estetika atau keindahannya.
2.2 Pengertian Bangunan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bangunan adalah suatu susunan
elemen-elemen yang membentuk fungsi untuk mewadahi aktifitas manusia dengan
segala komponen yang dibutuhkan dalam aktifitasnya. Ia memiliki bentuk dan dimensi
yang dapat menaungi dengan memiliki kekakuan dan kekokohan yang dapat melindungi
3

manusia dan segala aktifitas di dalamnya dari segala gangguan.
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air. Bangunan
biasanya dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau
infrastruktur

dalam


kebudayaan

atau

kehidupan

manusia

dalam

membangun

peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan,
sarana telekomunikasi, dan lain-lain.
2.3 Hakekat Arsitektur
Arsitektur yg kita selama ini adalah diturunkan dari kata bahasa inggris
architecture, yg asal muasalnya sebagaimana kebanyakan ilmu klasik yg ada di eropa
adalah berasal dari bahasa yunani architekton = master builder, "kepala tukang" =
"tukang yg ahli".

Sedangkan karya tulis yg pertama kali hadir adalah De Architectura ditulis oleh
seorang arsitek yunani Vitruvius pada abad ke-1 Masehi. Dia memberikan syarat sebuah
bangunan itu harus memenuhi 3 syarat yg harus dipenuhi agar yaitu firmitatis utilitatis
venustatis = kekokohan, berdaya guna, mempesona. landasan pemikirannya ini
selanjutnya merupakan landasan teori berarsitektur klasik di dunia barat dan selanjutnya
berkembang ke seluruh dunia sampai saat ini.
Dunia timur dengan segala kearifannya juga memiliki akar arsitektur yg berbeda,
di india dikenal istilah Vasthu (Vidya) yg dapat disetarakan dgn (Ilmu) Arsitektur di
belahan barat. sedangkan pelakunya yaitu arsiteknya punya bbrp sebutan yg artinya
relatif sama artinya yaitu : sthapati, achariya, atau sutradhara. jadi ternyata kita sebagai
bangsa Indonesia tdk perlu berkecil hati kan, karena kita ternyata memiliki akar budaya
arsitektur yg murni dan kuat yg kita serap dari kebudayaan india tersebut.
Arsitektur bukan lagi sekedar membangun fisik untuk keperluan manusia, tapi
melibatkan aspek budaya yg terlibat didalamnya sehingga apabila kita pada saat ini
masih melihat peninggalan berbagai bangsa kuno dari masa lampau masih berdiri tegar
s/d saat ini itu meruapakan petunjuk bahwa bangsa tersebut telah memiliki peradaban yg
tinggi pada saat itu karena arsitektur yg telah dicapai berbanding lurus dgn tinggat
peradaban suatu bangsa. hal ini masih dapat kita lihat bagaimana bangsa yunani, romawi,
mesir, china, india, nusantara, maya dll peninggalan arsitekturnya masi banyak yg berdiri
kokoh sampai dengan saat ini.


4

Jadi singkat kata bagi masyarakat awam, arsitektur bisa dimaknai sebagai
bangunan buatan manusia yang telah "ditiupkan jiwa kedalamnya".
Dunia arsitektur yang ada didunia ini sangat beragam disebabkan banyak faktor
yg mempengaruhinya bisa bermacam2, misal :


Geografis : Mesir yang tandus dan berpadang pasir lebih cocok
membangun suatu super struktur yang solid berupa piramida karena
tersedia tambang batu granit dgn kualitas terbaik.



Kepercayaan : Yunani yg memiliki banyak dewa yang serupa dengan
manusia menurunkan skala arsitektur yang merupakan turunan dari
dimensi tubuh manusia ideal itu sendiri ke dalam bangunannya yang
terkenal dengan 3 gaya yaitu: The Doric, Ionic and Corinthian.




Keadaan alam : Jepang dengan alamnya yang labil karena terletak daerah
pegunungan berapi dan mudah terjadi gempa, maka melahirkan
arsitekturnya yang non rigid yang terbuat dari kayu berpasak sehingga
fleksible.

Sedangkan arsitek adalah pelaku arsitektur itu sendiri, arsitek adalah tukang
insinyur tentang ilmu arsitektur yang memahami kaidah estetika dalam perancangan dan
pembangunannya.
2.4 Tujuan Arsitektur
Menurut Vitruvius, tujuan arsitektur tergantung pada susunan penataan,
keselarasan dalam pergerakan, simetri, kesesuaian dan ekonomi. Arsitektur ditentukan
oleh fungsi/kenyamanan, struktur/ketahanan, dan estetika/keindahan.
Artinya, setiap daerah mempunyai ciri khas arsitekturnya tersendiri. Hal tersebut
tergantung pada kesesuaian kondisi daerah tersebut. Kondisi tersebut meliputi kondisi
sosial, ekonomi, iklim, kepercayaan dan kondisi alam. Misalnya kondisi rumah iglo
milik penduduk eskimo tentu akan berbeda dengan rumah hogan milik penduduk indian.
Hal tersebut terkait dengan perbedaan iklim. Bagitu pula rumah penduduk pengunugan
pasti beda dengan penduduk pesisir pantai. Faktor kondisi alam juga menentukan

perbedaan bahan bangunan yang digunakan.
Dalam buku Pengantar Arsitektur (1979) disebutkan “..bahwa tujuan arsitektur
melampaui fungsi tempat bernaung guna mengubah cuaca. Arsitektur dapat memberikan
rona bagi kegiatan-kegiatan tertentu; mengingatkan orang kegiatan-kegiatan apakah ini;
5

menyatakan kekuasaan, status, atau hal-hal pribadi; menampilkan dan mendukung
keyakinan-keyakinan kosmologis; menyampaikan informasi; membantu menetapkan
identitas pribadi atau kelompok; dan mengkiaskan system-sistem nilai.“ (Pengantar
Arsitektur, James C. Synder dan Anthony J. Catanese, 1979)
Menurut Ch. Norberg-Schulz, seorang arsitek Norwegia, tugas dari sebuah
bangunan atau arsitektur (Building Task) yaitu;


Physical Control terhadap : iklim, gempa bumi, cahaya, suara, dan lain-lain.



Functional


Frame,

mewadahi

keseluruhan

rangkaian

aktifitas

yang

membutuhkan ruang dan dinyatakan dengan pola perilaku tertentu.


Social Milieu, tugas bangunan kaitannya dengan fungsi sosial



Cultural Symbolization, sebagai alat untuk mengkomunikasikan nilai-nilai.
Arsitektur adalah wujud karya manusia yang ditujukan untuk memenuhi suatu

fungsi tertentu, yaitu mewadahi manusia dan aktifitasnya dengan segala tuntutannya,
memiliki kekokohan yang memberikan rasa aman, nyaman dan memberikan bentukan
tegar dan menaungi, serta memiliki keindahan atau estetika yang menjadi tuntutan
manusia untuk menunjukkan kelebihannya.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan tujuan atau maksud dari arsitektur adalah
sebagai berikut


Sebagai tempat bernaung / berlindung dari :
o Cuaca dan faktor alam yang tidak diinginkan,
o Kondisi dan situasi akibat faktor buatan yang tidak diinginkan
o Musuh atau binatang buas



Sebagai penunjuk status sosial, identitas, dan kekuasaan



Menunjukkan kesan formal dan nonformal



Menunjukkan kesan suasana, misalnya intim, akrab, hangat, sejuk dan
sebagainya

Rumah Iglo (Eskimo)

Rumah Hogan
(Indian)

6

2.5

UnsurUnsur dalam Arsitektur
a. Unsur Titik
Titik merupakan awal dan akhir dari suatu garis, yang menunjukan posisi
dalam sebuah ruang dan merupakan pusat perhatian pada ruangan tersebut. Sebuah
titik tidak mempunyai panjang, lebar dan luas.

b. Unsur Garis
Garis merupakan suatu titik yang diperpanjang Pada suatu garis hanya
memiliki panjang tetapi tidak memiliki lebar dan tinggi.
Elemen garis terbagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:\
o Garis vertikal
Garis vertical mempunyai kesan tinggi, kaku, formal, dan tegas. Contohnya
seperti bentuk dari tiang, kolom, menara, dan lain-lain.
o Garis Horizontal
Garis horinzontal mempunyai kesan lebar, luas, dan lapang. Contohnya seperti
bentuk dari denah
o Garis Diagonal
Garis diagonal mempunyai kesan dinamis dan tidak tenang.
o Garis Lengkung
Garis lengkung memiliki kesan dinamis, lembut, dan gembira.

7

c. Unsur Bidang
Bidang merupakan suatu garis yang diteruskan kearah yang berbeda dari garis
asalnya. Sebuah bidang memimiliki panjang dan lebar tetapi tidak memiliki tinggi.
Dalam unsur desain, bidang berfungsi sebagai:
o Pemberi arah dan suasana
o Sebagai penerang (penerang dimaksudkan sebagai petunjuk arah)
o Pengontrol
o Penutup efektif
d. Unsur Ruang
Ruang adalah kumpulan dari susunan beberapa bidang. Dalam unsur desain
ruang terbagi atas beberapa komponen pembentuk ruang yaitu:
o Lantai
o Dinding (dinding pasif, dinding transparan, dan dinding semu)

a. Balok

b. Tabung

c. Kerucut

e. Unsur Bentuk
Bentuk adalah karakteristik pengenal volume utama. Bentuk juga merupakan
cirri utama yang menunjukkan suatu volume, hal ini ditentukan oleh volume, wujud,
dan hubungan antara bidang-bidang yang menggambarkan batas-batas.
Adapun ciri-ciri visual bentuk yaitu sebagai berikut:

Memiliki dimensi/ ukuran yaitu ukuran fisik suatu bentuk berupa



panjang, lebar dan tebal.
Memiliki Warna
Memiliki tekstur yaitu kualitas yang dapat diraba pada permukaan dari
sebuah bentuk
8

Sifat bentuk:
 Memiliki posisi yaitu letak relatif terhadap lingkungannya
 Memiliki orientasi yaitu posisi relative suatu bentuk terhadap bidang
dasar, dan terhadap pandangannya.
 Memiliki inersia visual yaitu derajat konsentrasi dan stabilitas bentuk.
Sifat ini dipengaruhi dari bagaimana kita memandangnya
 Perspektif/sudut pandang
 Jarak terhadap bentuk tersebut
 Keadaan cahaya, dimana kita melihat bentuk tersebut
 Lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut
Bentuk terbagi atas 2 yaitu:
i.
Bentuk beraturan
Pada umumnya bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap
sumbunya. Contohnya seperti bola, silinder, kerucut, kubus, dan lainii.

lain.
Bentuk tidak beraturan
Pada umumnya bentuk ini tidak simetris tetapi lebih dinamis
dibandingkan dengan bentuk beraturan.

a. Persegi Panjang

b. Segitiga

c. Lingkaran

f. Unsur Simetri
Merupakan tatanan komposisi yang seimbang, biasanya kanan dan kiri.
Sesuatu yang simetris sering menimbulkan kesan tertata rapi dan protokoler. Kondisi
simetris memerlukan pengaturan yang berimbang antara pola-pola bentuk dan ruang
yang setara pada sisi-sisi berlawanan sebuah garis atau bidang pembagi, ataupun
disekeliling sumbu atau titih tengah.
Terdapat dua jenis simetri yang mendasar;
i. Simetri bilateral
Simetri bilateral merujuk pada penyusunan berimbang elemen-elemen
yang serupa atau setara pada sisi-sisi berlawanan sebuah sumbu tengah,
agar hanya satu bidang saja yang dapat membagi keseluruhannya
menjadi paruhan-paruhan yang identik.
ii. Simetri radial
Simetri radial merujuk pada penyusunan berimbang elemen-elemen
yang serupa dan berputar sedemikian rupa sehingga komposisinya
dapat dibagi menjadi paruhan-paruhan yang serupa dengan melewati

9

sebuah bidang dari sudut manapun di sekeliling titik tengah atau di
sepanjang sebuah sumbu sentral.

“The simplest type of balance, both to create and to recognize, is called
symmetrical balance. In symmetrical balance, like shapes are repeated in the same
positions on either side of a vertical axis. This type of symmetry is also called
bilateral symmetry. One side, in effect, becomes the mirror image of the other side.”
g. Unsur Tekstur
Tekstur merupakan gambaran mengenai permukaan dari suatu benda yang
dapat menimbulkan kesan-kesan tertentu seperti mengkilap, buram, halus, licin, dan
kasar.

Tekstur dinding
semen

Tekstur kaca

Tekstur alumunium

10

Tekstur kayu

Tekstur dinding
bata

Tekstur pasir

h. Unsur Warna
Warna merupakan itensitas dan nilai dari suatu permukaan bentuk. Dalam
perancangan warna berfungsi sebagai:
o Menambah kualitas dan dapat memberikan nilai tambah pada sebuah
rancangan
o Sebagai media komunikasi yang memiliki arti untuk memberikan kesan dan
menyalurkan informasi kepada pengamat
o Untuk menutupi kelemahan atau kekurangan suatu permukaan bentuk atau
benda yang dianggap kurang menarik

Spektrum Warna
2.6 Perlunya Belajar Arsitektur
1. Menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan
Tidak hanya mendesain tapi belajar arsitektur juga membutuhkan hitungan
matematika dan fisika. Sehingga, otak kiri dan otak kanan kita dapat seimbang.
2. Mempertajam kepekaan estetika
Dalam belajar arsitektur kita harus mendesain bangunan yang tidak hanya
fungsionalis. Tetapi harus memiliki tingkat estetika yang tinggi.
11

3. Bisa memenejemen waktu
Mahasiswa arsitektur dan seorang arsitektur dituntut untuk mengerjakan suatu
proyek sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Sehingga dapat mengatur
waktu sesuai deadline.
4. Bekerja sama
Seorang arsitek harus bisa bekerja sama dengan baik. Untuk merealisasikan suatu
arsitektur dibutuhkan kerja sama antara arsitek, teknik sipil, planologi, dll.
5. Melatih berbicara di depan umum
Mahasiswa arsitektur diwajibkan mempresentasikan hasil karya nya. Sehingga
dapat melatih berbicara di depan umum. Seorang arsitek harus bisa
mempresentasikan hasil desain ke client nya dengan baik.
2.7 Prinsip-Prinsip Perancangan
a. Kesatuan/ Unity
Kesatuan adalah usaha untuk mencari kesamaan dari sifat unsur keindahan.
b. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kualitas yang terdapat dalam setiap objek dimana daya tarik
visual dari kedua bagian masing-masing yang memiliki pusat keseimbangan atau
pusat perhatiannya adalah sama.
c. Irama
Irama adalah pengulangan simetris antara elemen-elemen yang mempunyai
hubungan yang dapat dikenal. Dalam arsitektur, pengulangan dalam visual bangunan
seperti irama garis, volume interior, perbedaan warna, perbedaan gelap, bukaan, tiang
dan kolom.
d. Skala
Skala adalah kualitas yang membuat sebuah bangunan terlihat benar, tepat dan nyata.
Skala terbagi atas 3 jenis yaitu:
-

Skala alamiah, yaitu ekspresi dimensi yang sesungguhnya dalam mengukur
keadaan normal.

-

Skala heroic, yaitu usaha untuk membuat bangunan terasa lebih besar dan
manusia terasa lebih kecil.

-

Skala intim, yaitu usaha untuk membuat bangunan atau ruangnya terkesan
lebih kecil dari bangunan sesungguhnya.

2.8 Perbedaan Arsitektur dan Bangunan
12

Sebagian besar orang awam mungkin menganggap bahwa arsitektur sama dengan
bangunan dan bangunan sama dengan arsitektur, serta mengatakan bahwa setiap
bangunan yang dibangun adalah sebuah karya arsitektur. Padahal, tidak semua bangunan
adalah arsitektur dan dalam arsitektur tidak hanya menyangkut masalah bangunan.
Bangunan, lebih banyak menjurus pada sifat fungsional dan dibangun untuk
memenuhi kebutuhan manusia dari segi fungsi fisiknya saja. Bangunan sering kali hanya
digunakan untuk tempat-tempat produksi, meskipun tidak selalu demikian. Misalnya
pabrik, galangan, bangsal, penjara, tenda, bengkel, gudang.
Arsitektur mempunyai fungsi yang tidak hanya menaungi dan mewadahi manusia
dengan segala aktifitasnya, melainkan juga memberikan suasana, image, dan
mengarahkan pikiran dan perasaan serta prilaku dari para penggunaannya. Arsitektur
juga mempunyai citra, keindahan, dan nilai seni yang dapat dibanggakan dan
ditunjukkan serta dinikmati sendiri oleh penghuninya. Atau yang disebutkan oleh
Vitruvius: utilitas (fungsi), firmitas (kekokohan), dan venustas (keindahan). Kita juga
dapat menyebut arsitektur adalah bangunan yang mempunyai nilai lebih. Nilai lebih ini
adalah jiwa, keindahan atau seni, dan mempunyai kreatifitas serta keaslian sehingga
arsitektur dapat diapresiasikan. Dalam arsitektur, yang juga sering disebut lingkungan
binaan, ternyata tidak hanya menyangkut masalah bangunan, namun juga termasuk apa
yang ada dalam bangunan itu (interior) dan yang berada diluar atau di sekeliling
bangunan itu (eksterior).
Perbedaan antara bangunan dan arsitektur terletak pada estetikanya, karena
perbedaan estetika itu berbeda pula nilai dan tampilannya. Bila bangunan hanya dinilai
dari segi fisik yaitu bahan yang digunakan (kekuatan, keawetan, ketahanan) dan
fungsinya, pada arsitektur tidak hanya itu, arsitektur juga dinilai seni dan keindahannya.
Sebuah bangunan bisa dikatakan sebagai arsitektur jika mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :


Estetik/indah.



Bernilai fungsi.



Memberikan suasana nyaman.



Ada aktivitas didalamnya.



Memiliki makna .



Mempunyai ukuran/skala.



Mengikuti perkembangan zaman
13

Jika dituliskan dalam tabel, perbedaan arsitektur dan bangunan adalah sebagai
berikut;
Tabel Perbedaan Arsitektur dan Bangunan
N

Arsitektur

o
1
2
3
4
5
6

Lebih melibatkan aspek emosi, kejiwaan
Kualitatif seni dan humanis
Kepantasan, selera cita rasa estetika
Untuk safety security
Sebagai identitas diri
Estetika tetapi juga dilihat nilai dan

Bangunan
Lebih melibatkan logika
Kuantitatif dan sains
Kekuatan
Untuk pelindungan
Sebagai tempat / pendukung aktivitas
Kaku, kokoh

fungsi
2.9 Kajian Objek
Setelah mengetahui perbedaan arsitektur dan bangunan, berikut merupakan contoh
objek yang menunjukkan perbedaan arsitektur dan bangunan.
a. Bangunan

Gubug

Gudang

b. Arsitektur

Dari masing-masing dua buah contoh bangunan dan arsitektur, kita dapat mengkaji
perbedaan bangunan dan arsitektur. Pada contoh bangunan yaitu gubug dan gudang,
14

Metropol Parasol

City University of Hongkong

tampak bahwa keduanya hanya menonjolkan unsur fungsi bangunan itu saja, yaitu gubug
sebagai tempat berteduh dan gudang sebagai tempat penyimpanan. Sedangkan pada
arsitektur, selainkan unsur fungsi, juga diimbangi unsur estetika, namun tetap terkesan
kuat.

15

BAB III
PEMBAHASAN
3.1
B

umps

Eksterior BUMPS

16







a.

Nama gedung : BUMPS
BUMPS
LokasiInterior
: Beijing,
China
Arsitek
: Sako Keiichiro
Dibangun
: 2006 – 2008
Luas area
: 103,218 m2
Fungsi
: Apartemen dan department store

Sejarah
Sako Arsitek telah merancang kompleks gedung BUMPS di Beijing, Cina.
Kompleks ini adalah gabungan perumahan dan komersial pengembangan, yang
akan menjadi landmark yang mengarah ke pengembangan lebih lanjut di daerah
sekitarnya kota.
Bangunan ini ditandai dengan itu variasi konstan antara tingkat yang berbeda.
Setiap dua lantai ditetapkan sebagai satu unit, dan setiap unit terhuyung oleh 2 meter
horizontal, dengan daerah setback yang dihasilkan digunakan untuk teras.
District. Neo - Metabolist "bergelombang" desain arsitek Jepang Keiichiro
Sako adalah istirahat gaya dari menara perkotaan tradisional slabsided, memberikan
sinar matahari yang optimal dan teras semilir yang mencerahkan langit Beijing.

b.

Unsur Titik

17

Titik merupakan awal dan akhir dari
suatu garis, yang menunjukan posisi dalam
sebuah bangunan dan merupakan pusat
perhatian pada bangunan tersebut. Sebuah
titik tidak mempunyai panjang, lebar dan
luas.
Pada bangunan ini unsur titik terletak
c.

pada ujung-ujung gedung.
Unsur Garis
Garis merupakan suatu titik yang diperpanjang Pada suatu garis hanya
memiliki panjang tetapi tidak memiliki lebar dan
tinggi.
Kedua

titik

diujung

gedung

diperpanjang

sehingga menjadi sebuah garis horizontal. Garis-garis
d.

pada Bumps bersifat tegas dan memberi bentuk.
Unsur Bentuk
Bentuk
adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi
dan lebar. Bentuk menurut kamus adalah
lengkung, lekuk, lentur, wujud atau rupa.
Dalam

gedung

ini

bentuk

persegi

panjang terlihat jelas pada satu sisi. Apabila
dilihat dari sisi yang ada disebelahnya terlihat
bentuk bujur sangkar.
e.

Unsur Ruang
Sebuah bidang yang diperpanjang ke arah
selain arah hakikatnya akan menjadi sebuah
ruang (volume). Secara konseptual, volume
memiliki tiga dimensi: panjang, lebar dan
kedalaman.
Tiap stack membentuk sebuah balok. Dan
balok

balok

tersebut

disusun

sehingga

membentuk sebuah balok secara vertikal. Balok

18

balok tersebut disusun ada yang menjorok kedalam dan ada yang menjorok keluar.
Sehingga memberi kesan “bumpy”.
f.

Unsur Bidang

Didalam komposisi sebuah konstruksi visual, sebuah bidang berfungsi untuk
mendefinisikan batas-batas sebuah ruang. Bidang diatas kepala ditunjukkan dengan
warna biru. Bidang yang membentang dan melindungi ruang- ruang interior sebuah
bangunan dari elemen-elemen iklim atau bidang yang membentuk permukaan pada
ruangan diatasnya. Bidang dinding ditandai dengan warna hijau dan merah.
Merupakan orientasi yang vertikal, sifat aktif didalam lingkup pandang kita yang
normal, serta memegang peranan yang penting dalam pembentukan dan penutupan
sebuah bidang arsitektural. Bidang dasar ditunjukkan dengan warna oranye. Sebuah
bidang lantai dasar yang berfungsi sebagai pondasi fisik dan dasar visual bentuk
bangunan, ataupun bidang atap yang membentuk permukaan penutup sebuah
ruangan dibawah tempat kita berjalan.
g.

Unsur Simetri
Bumps tidak memiliki unsur simetri baik radial maupun bilateral. Hal ini
dikarenakan jika ditarik sebuah garis lurus baik vertikal maupun horizontal pada

h.

gedung bumps, garis tersebut tidak dapat membagi dua bagian bumps sama besar.
Unsur Tekstur
Panel Aluminium mencakup dinding luar Bumps. Teksturnya licin, tetapi tidak
selicin kaca. Mudah untuk dipotong, bending, tahan api, tahan korosi, dan suhu.
Keuntungan menggunakan panel aluminium yaitu, ringan, namun sangat kaku dan
datar. Menghemat 40% dari berat dibandingkan dengan lembaran aluminium padat.
Fabricates dan instalasi mudah, memberikan efisiensi biaya keuntungan untuk
mendukung struktur dan pengencang.
19

i.

Unsur Warna

Di gedung ini setiap balok yang tersusun
memiliki warna hitam dan putih. Agar setiap balok memperlihatkan kontras warna
dan susunannya. Warna hitam dan putih dipilih agar memberi kesan minimalis dan
sederhana pada gedung tersebut.

20

3.2 Museum Purna Bhakti Pertiwi

Eksterior Museum Purna Bhakti Pertiwi

21

 Nama gedung
: Museum
Purna Bhakti Pertiwi
Interior Museum Purna
Bhakti
Pertiwi






Lokasi
Arsitek
Dibangun
Luas area
Fungsi

: TMII, Jakarta, Indonesia
: Ir. Franky du Ville
: 1987 – 1992
: 25.095 m2
: Museum penghargaan dan cenderamata

a. Sejarah
Berawal dari tahun 1984 Ibu Tien Soeharto berkeinginan untuk membangun
sebuah wadah yang mampu menampung dan menyimpan serta merawat
penghargaan-penghargaan berbagai macam cenderamata yang diberikan dari
berbagai pihak kepada Bapak Soeharto, pada masa beliau manjabat sebagai Presiden
ke II Republik Indonesia.
Cenderamata tersebut sebagai ungkapan tali persahabatan dari berbagai
negara, maupun cenderamata yang diberikan dari teman, kerabat ataupun rakyat
biasa. Karena itu Ibu Tien Soeharto ingin membuat suatu wadah yang berupa
museum yang berfungsi sebagai penghimpun, merawat, meneliti dan dokumentasi
dari seluruh cenderamata atau penghargaan tersebut. Namun demikian museum yang
akan dibangun tersebut tentunya juga memiliki fungsi sebagai bukti eksistensi
historis tentang peranan dan perjuangan Pak Harto dalam keterlibatan bagi perjalanan
bangsa Indonesia sejak dari merebut, menegakkan, membela dan mengisi
kemedekaan.
Gagasan mendirikan museum dengan konsep tumpeng tersebut disampaiikan
kepada Ir. Franky du Ville, IAI untuk menyiapkan rancang bangunnya selama 3
tahun, yang pada akhirnya pada tanggal 26 Desember 1987 peletakan batu pertama
pembangunan Museum Purna Bhakti Pertiwi dimulai, pembangunan berlangsung
selama 5 tahun dari tahun 1987 sampai dengan tahun 1992. Proses selanjutnnya

22

adalah penataan koleksi yang berlangsung selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,
mulai dari bulan Desember 1992 dan sampai dengan Agustus 1993.
Bangunan museum dengan bentuk tumpeng adalah sebuah pilihannya, konsep
bangunan yang bertumpu pada khasanah budaya Jawa merupakan representasi dari
Pak Harto sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ucapan
terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang telah memberi dukungan
kepada Pak Harto selama pengabdianya pada bangsa Indonesia. Pemilihan bangunan
dengan konsep tumpeng juga merupakan cerminan dari Pak Harto sebagai pribadi
Jawa, dengan beberapa simbol-simbol serta pemilihan koleksi dan tata letak yang
sangat terorganisir melalui penataan ruangan pamer.
Setelah melalui proses yang cukup panjang Museum Purna Bhakti Pertiwi
pada 23 Agustus 1993 diresmikan oleh Bapak Soeharto Presiden Republik Indonesia.
Museum Purna Bhakti Pertiwi terleak di jalan Taman Mini I Jakarta Timur,
tepatnya di depan komplek Taman Mini Indonesia Indah
b. Unsur Titik

Unsur titik pada bangunan Museum Purna Bhakti Pertiwi terletak pada ujungujung bangunan. Pada bagian atap bangunan, unsur titik memberikan kesan seolaholah lancip dan tajam. Sedangkan titik-titik pada ujung-ujung yang lain berfungsi
sebagai pembentuk garis.
c. Unsur Garis

23

Dari unsur titik, berkembanglah menuju unsur garis. Unsur garis pada
bangunan Museum Purna Bhakti Pertiwi ini berupa garis-garis vertikal, horizontal,
dan diagonal. Garis vertikal memberi tinggi, garis horizontal memberi kesan lebar.
Sedangkan garis diagonal memberi kesan dinamis.
d. Unsur Bentuk

Unsur bentuk adalah penarikan atau gabungan dari unsur-unsur garis. Dua
buah garis vertikal dan dua buah garis horizontal menghadirkan unsur bentuk berupa
persegi panjang, yang terletak pada bagian bawah bangunan depan. Dua buah garis
vertikal dan dua buah garis diagonal menghadirkan bentuk trapesium, yang terletak
pada bagian tengah bangunan depan, serta bagian bawah bangunan samping. Duah
buah garis diagonal dan sebuah garis horizontal menghadirkan bentuk segitiga yang
terletak pada atap setiap bangunan.
e. Unsur Ruang

Unsur ruang sama dengan volume atau unsur geometri pada bangunan. Pada
Museum Purna Bhakti Pertiwi terdapat dua unsur ruang yang dominan yaitu tabung
24

dan kerucut. Tabung terletak pada dasar bangunan, sedangkan kerucut terletak pada
bagian atap bangunan.
f. Unsur Bidang

Bidang dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi memiliki peran sebagai batas
runag satu dengan yang lain. Terdapat bidang atas kepala, bidang alas, bidang
samping yang masing masing diwakili dengan warna yang berbeda.
g. Unsur Simetri

Unsur simetri pada Museum Purna Bhakti Pertiwi berupa simetri bilateral. Jika
ditarik garis vertikal ditengah bangunan, maka bangunan terbagi dua sama besar baik
di sisi kanan maupun kiri.
h. Unsur Tekstur

25

Tekstur pada dinding
Museum

Purna

Bhakti

Pertiwi yaitu tidak merata
karena

menggunakan

pola

separuh dinding dan separuh
kaca riben. Teralis yang ditata
mengerucut dari bawah ke
atas

membentuk

jajaran

genjang terbuat dari besi
tulang beton. Sifat dari besi
tulang beton yang digunakan
yaitu lentur dan kuat terhadap tarikan. Sedangkan untuk kaca riben bersifat
transparan, licin, dan halus. Pemilihan bahan menggunakan kaca riben dikarenakan
fungsi kaca riben itu sendiri sebagai pereduksi intensitas cahaya yang masuk ke
dalam ruangan.
i. Unsur Warna

Unsur warna pada Museum Purna Bhakti Pertiwi didominasi oleh warna putih,
hijau, dan kuning. Hal ini sesuai dengan filosofi bentuk Museum Purna Bhakti Pertiwi
yang terinspirasi dari nasi tumpeng. Dinding yang putih menggambarkan nasi putih
yang putih dan bersih. Warna hijau di bagian atas melambangkan daun pisang yang
biasa digunakan untuk menutup nasi tumpeng. Sedangkan dinding dengan warna
kuning yang idak terlalu tinggi melambangkan anyaman bambu yang biasa digunakan
sebagai alas nasi tumpeng.
3.2 Lawang Sewu / Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS)

26

Eksterior Lawang Sewu

Blueprint Lawang Sewu

 Nama gedung
 Lokasi

: Lawang Sewu / Nederlansch Indische Spoorweg

Maatscappij
(NIS) Sewu
Interior
Lawang
: Semarang, Indonesia

27

 Arsitek

: Ir P de Rieau, Prof Jacob K Klinkhamer di Delft

 Dibangun
 Luas area
 Fungsi

dan BJ Oudang
: 1904 - 1907
: 2,5 ha
: Tempat wisata

a. Sejarah
Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau yang lebih terkenal
dengan nama lawang sewu berlokasi di jalan pemuda semarang, merupakan salah
satu arsitektur peninggalan belanda. Gedung ini menghadap ketaman Wilhelmina,
yang mana sekarang lebih terkenal dengan sebagai Komplek Tugu Muda, terdiri atas
gedung induk, sayap kiri, dan sayap kanan. Kompleks gedung Lawang Sewu terdiri
atas dua massa bangunan utama. Di sebelah barat berbentuk “I” dengan pertemuan
kakinya menghadap Tugu Muda, dan di sebelah timur merupakan massa linier
membujur dari barat ketimur. Semua bangunan pada Lawang Sewu berlantai dua.
Pada saat itu arsitek yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain
adalah Ir P de Rieau. Ada beberapa cetak biru bangunan itu, antara lain A 387 Ned.
Ind. Spooweg Maatschappij yang dibuat Februari 1902, A 388 E Idem
Lengtedoorsnede bulan September 1902, dan A 541 NISM Semarang Voorgevel
Langevlenel yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di Amsterdam.
Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu belum
dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof Jacob K Klinkhamer di Delft
dan BJ Oudang untuk membangun gedung NIS di Semarang dengan mengacu
arsitektur gaya Belanda. Pada bagian depan lawang sewu dihiasi oleh menara kembar
yang bergaya gotik dan terbagi menjadi dua area, memanjang kebelakang. Lawang
sewu yang miliki 2 lantai ini bergaya art deco yang bercirikan ekslusif yang
berkembang

pada

era

1850-1940

di

benua

eropa.

Arsitektur dari lawang sewu disesuaikan dengan kondisi cuaca indonesia yang selalu
disinari matahari. Agar lantai selalu dingin, dibuat lah ruang bawah tanah yang
digenangi air dan dilengkapi lorong - lorong yang berfungsi sebagai ventilasi pada
setiap ruangan diatasnya. Desain atap dan langit-langit dibuat dengan perencanaan
yang baik supaya dapat menyirkulasi udara panas keluar melalui ventilasi. Pada
lawang sewu terdapat jendela – jendela yang besar. Masyarakat sekitar sering
mengartikan jendela tersebut adalah pintu (lawang dalam bahasa jawa), maka
disebutlah NIS sebagai lawang sewu oleh masyrakat sekitar. Interior Lawang sewu
28

juga memiliki ruang bawah tanah yang digunakan sebagai penjara pada masa
kependudukan jepang di Indonesia. Lawang sewu (NIS) mulai dibagun pada 27
Februari 1904 dan selesai pada 01 Juli 1907. Pada masa kependudukan Belanda
lawang sewu (NIS) difungsikan sebagai
kantor pusat jawatan kereta api. Pada saat
masa kependudukan Jepang, lawang sewu
digunakan sebagai markas kempetai, polisi
militer Jepang.
b. Unsur Titik
Titik merupakan ujung dan pangkal
pada sebuah garis. Pada lawang sewu
terdapat banyak titik-titik yang apabila
dihubungan

titik-titik

tersebut

akan

membentuk sebuah garis. Menara kembar
yang berada di sayap kanan–kiri pada lawang
sewu merupakan pangkal mula dari titik- tik tersebut dan berakhir pada ujung dari
sayap-sayap lawang sewu atau sebaliknya.Titik – titik pada lawan gsewu yang
berderet memanjang memberi kesan luas dan panjang bangunan tersebut dan juga
pada titik – titik yang menjulang ke atas pada bagian menara kembar memberi kesan
kokoh dan megah pada lawang sewu.
c. Unsur Garis

Suatu titik yang diperpanjang akan menjadi sebuah garis. Garis juga dapat
menjelaskan batas- batas serta memberikan bentuk kepada bidang. titik – titik yang
terdapat pada bangunan lawang sewu apabila dihubungkan akan membentuk sebuah

29

garis baik itu garis horizontal maupun vertikal. Garis-garis horizontal yang terbentuk
pada lawang sewu semakin memperkuat kesan panjang pada bangunan tersebut.
Serta garis-garis yang lurus pada bangunan tersebut menegaskan permukaaan
bidang lawang sewu. Garis horozintal pada bangunan tersebut juga berfungsi sebagai
penghubung anatara bagian-bagian satu dengan bagian lain, mislnya pada sayap
kanan dengan sayap kiri lawang sewu. Garis vertikal yang terbentuk dari
menghubungkan titik-titik pada lawang sewu memberi kesan bangunan tersebut
kokoh dan juga garis–garis vertikal yang berfungsi sebagai penopang bagian-bagain
diatasnya pada lawang sewu.
d. Unsur Bentuk

Bentuk adalah gabungan dari bidang-bidang Lawang sewu, yang terdiri dari
gedung induk, sayap kanan, sayap kiri. Pada
sayap kiri dan kanan terdapat bentuk pesegi
panjang.
e.

Selain

itu

ada

pula

bentuk

trapesium dan segitiga.
Unsur Bidang
Garis apabila diperpanjang ke arah
hakikatnya akan membentuk sebuah bidang.
Bidang memiliki panjang dan lebar tetapi
tidak memliki kedalaman. Bidang di dalam
lawang sewu banyak ditemukan antara
menghubungkan garis satu dengan garis
yang lain. Pada lawang sewu kebanyakan
bentuk dari bidang – bidang tersebut adalah
persegi. Kolom – kolom pada lawang sewu apabila dihungkan satu dengan yang
lainya akan membentuk bidang persegi. Bidang atas kepala pada lawang sewu
melindungi ruang – ruang interior yang berada di bawahnya. Bidang atas kepala
tersebut membentuk permukaaan tertutup. Bidang dinding yang berorentasi vertikal
30

pada lawang sewu lebih menegaskan bentuk dari lawang sewu tersebut dan juga
bidang di dinding digunakan sebagai pembatas baik pembatas untuk ruang lain
maupun pembatas antara interior dengan eksterior.
f. Unsur Ruang
Ruang merupakan tempat kita bisa berada. Ruang pada lawang sewu bisa
terbentuk dari sela- sela antara kolom satu dengan kolom lain. Lawang sewu memliki
banyak kolom yang mana kolom – kolom tersebut akan membentuk ruang, ruang –
ruang yang bersejajar dan berjejer memberi kesan luas dan besar pada lawang sewu.
Contoh ruangan yang tebentuk oleh pertemuan antar kolom:

g. Unsur Simetri

Unsur simetri pada Lawang Sewu berupa simetri bilateral. Jika ditarik garis
vertikal ditengah bangunan, maka bangunan terbagi dua sama besar baik di sisi kanan
maupun kiri.

h. Unsur Tekstur
31

Tekstur pada lawang sewu seperti tekstur tembok pada umumnya. Tetapi, yang
membedakan disini adalah tekstur dari tembok terdapat juga tekstur dari kayu-kayu
dan kaca. Serta patri yang berturut-turut membentuk sebuah irama.

i. Unsur Warna
Warna dalam lawang sewu sebelum dipugar adalah putih dengan warna atap
berwarna merah setelah dipugar yang selesai pada akhir Juni warna lawang sewu
menjadi lebih krem tetapi warna atap tetap diberi warna merah.
Warna sebelum dipugar;

32

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Arsitektur adalah seni merancang bangunan. Sesuai dengan hakekatnya,
perancangan arsitektur daerah satu dengan yang lain berbeda, sesuai dengan faktor
budaya maupun alam. Arsitektur berbeda dengan bangunan. Arsitektur bisa dikatakan
sebagai bangunan yang memperhatikan nilai estetika. Sedangkan bangunan belum
tentu sebuah arsitektur, karena bangunan diukur dari segi kekuatannya. Dalam
arsitektur, terdapat unsur-unsur yaitu unsur titik, garis, bentuk, bidang, ruang, warna,
tekstur, dan simetri.
Untuk mengkaji unsur-unsur sebuah objek bangunan, telebih dahulu untuk
mengetahui latar belakang sejarah bangunan tersebut. Setiap unsur dalam arsitektur
memiliki tujuan dan menimbulkan kesan. Pada unsur titik, tujuan dari unsur titik
sendiri adalah mebentuk sebuah garis. Sedangkan kesan yang ditimbulkan, misalnya
pada atap yang bebentuk segitiga, unsur titik mamberi kesan tajam atau runcing.
Begitu pula unsur-unsur yang lain pun memiliki tujuan dan kesan.
Dari kajian karya arsitektur tersebut, ternyata setiap unsur dalam arsitektur
memberi kesan tersendiri pada suatu karya arsitektur. Pada Bumps, unsur titik
memberi kesan bahwa ujung-ujung bangunan pada Bumps adalah runcing, tetapi
masih berbentuk siku. Unsur garis memberi bentuk pada Bumps menjadi tegas, yaitu
bujur sangkar. Untuk unsur bentuk, memberi sosok pada Bumps, yakni menyerupai
tumpukan kontainer. Unsur bidang memberi batasan satu ruang dengan yang lain.
Unsur ruang memberi kesan bumpy, bergelombang (tidak rata) dan unsur warna yang
dominan hitam putih memberi kesan minimalis. Sedangkan untuk unsur tekstur pada
Bumps yang dari alumunium memberi kesan bahwa meskipun bumpy, tetapi licin dan
halus.
Pada Museum Purna Bhakti Pertiwi, unsur titik yang berada di atap memberi
kesan runcing, lancip, dan tajam, seta menunjukkan bahwa disitulah ujung sebuah
bangunan. Unsur garis yang didominasi garis-garis diagonal memberi kesan dinamis
pada bangunan. Unsur bentuk memberi kesan pada bangunan Museum Purna Bhakti
Pertiwi seperti nasi tumpeng. Unsur ruang

memberi kesan bahwa museum ini
33

merupakan replika dari nasi tumpeng yang diletakkan pada sebuah wadah. Unsur
bidang memberi batas ruangan dalam museum, misalnya antara ruang utama dengan
ruang khusus yang berisi koleksi penghargaan. Unsur warna yang dominan putih,
hijau, dan emas menunjukkan karakter nasi tumpeng itu sendiri. Hingga unsur tekstur
pun dibuat menyerupai nasi tumpeng, yaitu pada teralis yang meberi kesan tidak rata
pada permukaannya. Sedagnkan unsur simetri, memberi kesan bahwa bangunan
Museum Purna Bhakti Pertiwi seimbang.
Pada Lawang Sewu, unsur titik yang panjang dan berderet memberi kesan bahwa
bangunan tersebut luas. Unsur garis yang dominan horizontal menjadi penghubung
bagian satu dengan yang lain, yaitu pada lorong. Sedangkan garis vertikal memberi
kesan sebagai penopang. Unsur bentuk yang didominasi bujur sangkar menjulang
memberi kesan bahwa bangunan tersebut masih berbau aliran klasik dan berskala
megah. Unsur ruang yang terdapat antar kolom memberi kesan bahwa bangunan
tersebut luas. Unsur bidang tetap sebagai pembatas antar kolom, bahkan antar ruang.
Unsur simetri memberi kesan keseimbangan/balance pada Lawang Sewu. Unsur
tekstur yang didominasi kayu (pada bukaan yang berirama) memberi kesan kokoh,
alami, dan kuat. Unsur warna yang didominasi coklat dan krem memberi kesan kuno
namun tetap hangat.
4.2 Harapan Penulis
Dari hasil portofolio ini, penulis berharap masyarakat tidak lagi kebingungan
untuk membedakan antara arsitektur

dan bangunan. Serta penulis berharap

masyarakat mengetahui apa itu arsitektur serta unsur-unsurnya. Besar harapan penulis
agar portofolio ini berguna bagi pembaca sekalian.

34

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. 2008. Arsitektur. Bentuk. Ruang. Tatanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Snyder, James C. dkk. 1985. Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lauer, David A. 2012. Design Basic, Eight Edition. Boston: Wadsworth.
Maulizar,
Afif.
2012.
“Definisi
Arsitektur”
http://affifmaulizar.blogspot.com/2012/12/definisi-arsitektur.html

dalam

Mailizar, Afif. 2013. “Elemen-Elemen dalam Perancangan Arsitektur” dalam
http://affifmaulizar.blogspot.com/2013/04/elemen-elemen-dalam-perancangan.html
Widianto, Madya. 2013. “PENGERTIAN BANGUNAN DLL MENGENAI BANGUNAN”
dalam http://madya94.blogspot.com/2013/02/pengertian-bangunan-dll-mengenai.html
Arsitektur, Kuliah. 2008. “SEJARAH, TEORI, DAN KRITIK ARSITEKTUR” dalam
http://kuliaharsitektur.blogspot.com/2008/11/sejarah-teori-dan-kritik-arsitektur.html
Hindarto, Probo. 2014. “Prinsip mendesain: Simetri dan Asimetri dalam rancangan ruang”
dalam
http://www.astudioarchitect.com/2014/05/prinsip-mendesain-simetri-danasimetri.html
Widodo, Gunawan Wahyu. 2008. “MUSEUM PURNA BHAKTI PERTIWI: MENJELANG
DUA
WINDU
MUSEUM
PURNA
BHAKTI
PERTIWI”
dalam
http://purnabhaktipertiwi.blogspot.com/

35