Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

  Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 10 -18

  

Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

  

1

  2 1 Dian Indiyati , Eka Yulianti 2 Program Studi Manajemen, FE, UNJANI jl Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

Program Studi Manajemen, FE, UNJANI jl Terusan Jenderal Sudirman Cimahi

[email protected]

  

Abstrak

  Tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara perguruan tinggi secara internasional, menuntut perguruan tinggi di Indonesia untuk mempunyai keunggulan, dimana anggota organisasi nya dituntut untuk kreatif dan inovatif. Dengan adanya knowledge creation, perguruan tinggi dapat membangun mental anggota organisasi dalam peningkatan jiwa kewirausahaan dengan pengetahuan ber inovasi dan menguasai masalah dan solusi tuntutan pelayanan pelanggan, dapat meningkatkan kualitas kerja dan gaya hidup karyawan menuju knowledge worker, dapat meningkatkan kemampuan inovasiperusahaan melalui optimalisasi pengelolaan pengetahuan di dalam organisasi, dapat meningkatkan keputusan efektif dan berfungsi dalam penciptaan pengetahuan baru.

  Metode penelitian yang diusulkan merupakan metode deskriptif yang berdasarkan sifatnya merupakan penelitian survey mengenai knowledge creation yang dijalankan pada PTS di Cimahi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah teridentifikasinya pengetahuan yang diperoleh (perolehan pengetahuan), pengetahuan yang diciptakan (penciptaan pengetahuan), dan pengetahuan yang didaur ulang pada PTS di Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah PTS di Cimahiyang dalam pengelolaan organisasinya sudah menjalankan sistem informasi manajemen walaupun belum sempurna. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yang akan digunakan oleh peneliti sebagai pilot project. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan PTS di Cimahi dalam rangka memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan, dan mendesain ulang pengetahuan dilakukan secara cukup efektif.

  

Kata Kunci : Knowledge Creation, Knowledge Worker, Knowledge Sharing, Purposive

Sampling

I. PENDAHULUAN

  Berdasarkan hasil survey IMD-World Competitiveness Year Book tahun 2012, sebuah lembaga riset dari Swiss, menyebutkan bahwa tentang kualitas dan produktivitas, tenaga kerja Indonesia berada di peringkat 42 dari 59 negara di dunia. UNDP dalam Human Development Report tahun 2012, melaporkan bahwa Indeks Pengembangan Manusia (IPM) Indonesia berada pada kategori medium human

  

development , menempati peringkat ke 124 dari 187 negara di dunia, keadaan ini

  Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

  dianggap mengkawatirkan, karena peringkat ini menurun dari tahun ke tahun (IMD world.com:2012).

  Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Kemenakertrans (Tempo : 2012) terungkap bahwa tingkat pendidikan SDM Indonesia masih rendah, yaitu 50% berpendidikan SD dan di bawahnya, produktivitas rendah (ditandai dengan pengangguran tenaga kerja terdidik dan minimnya penemuan atau hasil riset terapan dalam bidang Iptek), dan daya saing nya juga rendah, hal ini menandakan rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia. Masih banyak TKI yang tidak terserap di dunia kerja karena tingkat pendidikannya yang rendah, mereka bekerja menjadi buruh migran, ke perusahaan, dan sektor informal. Tenaga kerja yang masuk perusahaan atau pabrik mayoritas berpendidikan minimal SMA, dan diduga, tenaga kerja yang berpendidikan SD atau SMP banyak yang menjadi TKI di sektor informal. Hal ini mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia (economic performance)

  Berdasarkan Webometrics (2014), perkembangan secara internasional tentang kualitas perguruan tinggi di Indonesia dibanding dengan negara lain, mengalami penurunan peringkat. Tiga perguruan tinggi di Indonesia yang bersaing di kelas dunia, yaitu UGM, ITB, UI, turun peringkatnya dibandingkan tahun sebelumnya, di mana ke tiga perguruan tinggi tersebut berada pada urutan ke 598-696. Kecenderungan penurunan peringkat hampir dialami merata di semua perguruan tinggi Indonesia, begitu pula yang terjadi pada Perguruan Tinggi Swasta (PTS), Universitas Gunadharma berada pada peringkat 1302, kemudian PTS Kopertis IV, yaitu STSI Telkom berada pada peringkat di atas dua ribu seratus (2127), selanjutnya PTS di Cimahi masuk pada peringkat di atas sebelas ribu, yaitu UNJANI, sedangkan enam PTS lainnya di Cimahi tidak masuk dalam peringkat internasional.

  Fenomena tersebut, menandakan bahwa tantangan perguruan tinggi di Indonesia semakin tinggi, karena perguruan tinggi lain di dunia cepat sekali perkembangannnya, dimana hal yang menjadi perhatian utama pada peringkat internasional tersebut adalah hasil riset nya. Istadi (2010) menyatakan bahwa indikator academic peer review mempunyai bobot 40%. Sementara itu, fasilitas dan anggaran penelitian di Indonesia masih jauh kalah dibandingkan perguruan tinggi lainnya baik di Asia Tenggara, Asia, Eropa, Australia, dan Amerika. Berarti perguruan tinggi di Indonesia harus lebih fokus pada publikasi ilmiah di jurnal-jurnal internasional yang diindeksasi oleh Scopus terutama hasil-hasil penelitian. Sementara itu, pihak pemerintah juga harus segera membenahi infrastruktur riset di masing-masing perguruan tinggi di Indonesia.

  Sehubungan dengan fenomena di atas, beberapa permasalahan yang muncul pada Kopertis Wilayah IV (rapat sosialisasi Kopertis Wilayah IV : 2013; Indiyati:2012; Indiyati, Amir Nuyman:2012; Indiyati:2013) antara lain produktivitas dosen masih sangat rendah, yaitu hanya 0,08 makalah per 1 juta penduduk, dimana hal ini juga berpengaruh pada kualifikasi dosen dari jabatan akademik, sekitar 0,93% berjabatan akademik Guru Besar, gelar akademik dosen, sekitar 2,84% berpendidikan S3. Sementara itu, fenomena yang terjadi di Cimahi, dosen berada pada kondisi yang cukup produktif (Indiyati : 2013), sehingga kualifikasi dosen tetap PTS di Cimahi, sebagian besar berpendidikan S1, bahkan masih terdapat dua Akademi yang tidak mempuyai dosen tetap dengan tingkat pendidikan S2. Hal ini berdampak juga pada status program studi yang terdapat pada PTS di Cimahi, yaitu baru 1 prodi yang terakreditasi A (Prodi Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 10 -18 Hubungan Internasional-FISIP Unjani), 63,04% terakreditasi B, 19,57% terakreditasi C, bahkan ada 17,39% yang belum terakreditasi..

  Selanjutnya, sampai dengan tahun 2011, terdata sekitar 2.100 jurnal berkategori ilmiah. Namun, dari jumlah tersebut, yang masih aktif hanya sekitar 406 jurnal yang telah akreditasi. Adapun untuk jurnal yang berasal dari perguruan tinggi dan profesi ilmiah hasil akreditasi Ditjen Dikti berjumlah 250, dengan kategori penilaian A dan B. Sementara itu, hasil akreditasi LIPI untuk lembaga penelitian sebanyak 156 dengan kategori penilaian A, B, dan C (LIPI : 2011)

II. LANDASAN TEORI

  Bratianu dan Ivona Orzea (2010), mendefinikan knowledge creation is a

  

dynamic capability that enables firms to achieve a sustainable competitive advantage

on the market . Bratianu dan Ivona Orzea (2010) menganggap bahwa penciptaan

  pengetahuan organisasidalam visi baru ini sangat berbedadari penciptaan pengetahuan individu, karenameliputibaikepistemologisdandimensi ontologis dari proses ini.

  Penciptaan pengetahuan dapat difasilitasi melalui desain pekerjaan, contohnya dengan memberikan tugas-tugas kepada tim-tim kerja, bukan kepada individu. (Moharman:2003; Nonaka : 2007). Dengan pentingnya penciptaan pengetahuan ini, diperlukan riset untuk memahami cara organisasi dapat menumbuh kembangkannya. Menurut Hsu (2006), knowledge creation dapat dilakukan dengan menciptakan produk baru dan layanan baru, dapat pula menciptakan prosedur baru, proses baru, pekerjaan baru, sistem baru dan peraturan-peraturan baru. Kemudian menurut Birkinsaw (2002), dalam knowledge creation, penerapannya tidak hanya menciptakan pengetahuan baru, tapi juga mendaur ulang, seperti memperbaiki proses. Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa knowledge creation merupakan suatu proses memperoleh pengetahun, menciptakan pengetahun dan mendesain ulang pengetahuan, yang bertujuan untuk peningkatan kreativitas, inovasi dan keunggulan bersaing suatu organisasi.

  Lebih lanjut, beberapa ahli, antara lain Nonaka (2007), berpendapat bahwa

  Socialization, Externalization,

  proses dari knowledge creation merupakan

  

Combination dan Internalization/SECI.SECI merupakan continuous process, SECI

  dapat mendorong penciptaan pengetahuan melalui interaksi secara vertikal dan horizontal, melalui pertukaran antar individu, antar bagian, antar departemen dan bahkan antar organisasi.(Nonaka : 2007 ). Tahapan dalam proses knowledge creation, dengan menggunakan conversion, ada empat yaitu : (Nonaka : 2007; Noe : 2003; Indiyati : 2012).

  a. Socialization : konversi dari tacit knowledge ke tacit knowledge, atau gagasan baru suatu karyawan (tacit) disosialisasi atau dicoba manfaatnya dengan pengalaman karyawan lain (tacit). Socialization merupakan sharing tacit knowledge antar individu. Sharing dapat dilakukan melalui direct experience seperti menghabiskan waktu bersama dalam menyelesaikan pekerjaan, magang, day to day social

  interaction,coaching atau mengikuti suatu pelatihan untuk mengamati bagaimana

  seorang tenaga ahli menyelesaikan pekerjaannya, dapat dilakukan dengan cara

  Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

b. Externalization : konversi dari tacit knowledge ke explicit knowledge dimana

  d. Internalization : konversi dari explicit knowledge ke tacit knowledge, yaitu explicit

  Unit Analisis pada penelitian ini adalah organisasi, yaitu PTS di Cimahi yang dijadikan sebagai pilot project.Metode penelitian yang diusulkan adalah metode deskriptif yang berdasarkan sifatnya merupakan penelitian survey dalam hal ini

  

knowledge creation terdiri atas proses memperoleh pengetahuan, menciptakan

pengetahuan dan mendesain ulang pengetahuan.

  Tahir, et al (2013), mengatakan bahwa proses knowledge creation (membuat pengetahuan) melibatkan empat praktik utama, yaitu audit pengetahuan professional, mengelola proses penciptaan pengetahuan baru, serta memvalidasi pengetahuan profesional yang diciptakan dan penyebaran pengetahuan profesional. Sebagai sumber pengetahuan dan pentransfer pengetahuan, setiap sekolah perlu menjalankan manajemen pengetahuan, dengan knowledge creation, melalui cara mendesain ulang dan memperbaharui pengetahuan di sekolah, hal ini akan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para guru. Oleh karena itu, sekolah juga perlu untuk menciptakan pengetahuan sebagai aset utama untuk menghasilkan sebuah sekolah yang efektif. (Tahir : 2013). Hal tersebut berdampak pada, pihak manajemen sekolah memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa proses pembelajaran, penelitian serta kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler, akan menjadikan siswa yang berkualitas tinggi (Azlinda : 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa secara garis besar proses

  knowledge , dilakukan melalui simulasi, pembelajaran tindakan dan pengalaman di tempat kerja.

  dikonversi menjadi tacit knowledge oleh semua individu untuk dipakai secara rutin serta diaplikasikan ke dalam pekerjaannya. Internalization dilakukan melalui penerapan dan penggunaan explicit knowledge ke dalam practical situations, yang bertujuan agar explicit knowledge dapat dipahami secara praktis, merupakan proses implementasi explicit knowledge yang dilakukan karyawan secara bersama- sama. Dalam internalization, mengubah explicit knowledge menjadi tacit

  knowledge siap pakai tadi di share kan ke seluruh bagian organisasi dan

  yang siap pakai disebarkan diantara warga dari organisasi. Combination merupakan pertukaran explicit knowledge melalui sharing dokumen, prosedur atau kebijakan.

  pertemuan formal dan informal untuk saling bertukar gagasan, pengalaman dan keahlian karyawan.

  knowledge lain dari praktik terpadu atau terkait dalam perusahaan. New knowledge

  c. Combination : konversi atau integrasi dari explicit knowledge tadi dengan explicit

  untuk disebarkan.

  knowledge dengan menggunakan bahasa simbolik, menterjemahkan tacit knowledge ke dalam konsep atau prototype dan selanjutnya didokumentasikan

  kepada orang lain. Externalization merupakan proses mengartikulasikan tacit

  knowledge atau pengetahuanmengalami kristalisasi sehingga dapat di share kan

  keberhasilan tacit knowledge sebelumnya dikonversikan menjadi explicit

III. METODOLOGI

  Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 10 -18 mengenai knowledge creation. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah

  

purposive sampling , yang akan digunakan oleh peneliti sebagai pilot project. Data yang

  digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penelitian, diperoleh dengan teknik penelitian kepustakaan (library research). Data sekunder tersebut diperoleh dari statuta, peraturan kepegawaian, dan peraturan lainnya yang berhubungan organisasi PTS, berbagai referensi, dokumen dan literatur. Sedangkan data primer diperoleh dengan meenggunakan teknik observasii, wawancara, dan kuesioner dengan melalui uji validitas dan reliabiliitas.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hasil pengujian validitas menghasilkan semua item valid dengan nilai validitas lebih besar dari 0.30 dan nilai t hitung jauh lebih besar dibandingkan nilai t tabelnya sehingga semua item dalam kuesioner ini dapat dinyatakan valid. Hasil analisis menunjukkan kuesioner reliabel dengan nilai koefisien reliabiltias 0.923 dan nilai t hitung jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga dapat disimpulkan instrumen yang digunakan sudah handal. Berarti, berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas menunjukkan semua indikator valid dan reliabel mengukur variabel knowledge creation.

  Berikut ini diuraikan analisis deskriptif kualitatif pada penelitian ini, dimana variabel penelitiannya adalah knowledge Creation, yang mempunyai dimensi, yaitu memperoleh pengetahuan, menciptakan pengetahuan, dan mendesain ulang pengetahuan.

  

Tabel 1. Knowledge Creation pada PTS Cimahi Kopertis Wilayah IV

No Keterangan Rata-rata Kategori

  Kuesioner : rutin, hasil dievaluasi dan

  1 4,09 Cukup menjadi perbaikan/di tindak lanjuti

  

2 Benchmarking /Studi Banding 3,51 Cukup

Mendatangkan ahli Cukup

  3 3,64

  

4 Pertemuan informal 3,73 Cukup

  

5 Pertemuan formal 3,59 Cukup

Memperoleh Pengetahuan 3,71 Cukup

  

6 Membuat peraturan baru 3,64 Cukup

Melakukan riset

  7 3,25 Agak efektif

  Menciptakan Pengetahuan

  3.45 Cukup

  

8 Meng up date informasi 3,59 Cukup

Meng adaptasi peraturan sesuai kebutuhan Cukup

  9 3,81 Memperbaiki peraturan Cukup

  10 3,62

  3.67 Mendesain Ulang Pengetahuan Cukup Sumber : Data Primer Hasil Penelitian, Diolah kembali : 2014

  Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dinyatakan bahwa kegiatan PTS di Cimahi dalam memperoleh pengetahuan dilakukan secara cukup efektif. Hal ini karena, pembagian kuesioner, benchmarking, mendatangkan ahli, pertemuan informal dan

  Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

  formal sudah dilakukan dengan cukup baik. Dari segi pembagian kuesioner kepada mahasiswa dan pegawai PTS dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan dari pelanggan,PTS di Cimahi melakukannya dengan cukup baik. Begitu pun pada aspekbenchmarking/studi banding PTS di Cimahi melakukan nya dengan cukup efektif, akan tetapi hal ini mengindikasikan bahwa PTS belum menjalankannya secara rutin, biasanya PTS menjalankan kegiatan benchmarking/studi banding pada saat PTS tersebut melakukan perubahan strategi secara keseluruhan. Selain itu, dalam hal mendatangkan ahli hanya sebagian kecil PTS saja yang sudah menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan mayoritas PTS di Cimahi belum menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, PTS biasanya menjalankan kegiatan mendatangkan para ahli pada saat PTS tersebut melakukan perubahan strategi secara keseluruhan, itupun karena karena tuntutan menjelang re akreditasi.Pada aspek pertemuan informal juga sudah cukup efektif dilakukan, yang berarti PTS belum menjalankan secara rutin sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sebagian kecil PTS di Cimahi yang melakukan pertemuan informal secara rutin, bentuk-bentuk kegiatannya seperti acara yang dilaksanakan pada saat dies natalis PTS, sedangkan PTS di Cimahi yang pertemuan informal nya belum dilakukan secara rutin, bentuk kegiatannya seperti olah raga bersama. Pertemuan informal pun dilakukan dengan cukup baik karena kegiatan seperti pelatihan internal, pelatihan eksternal, rapat, diskusi hasil riset dan pertemuan ilmiah sudah dilakukan dengan cukup baik.

  Lebih lanjut dalampenciptaan pengetahuan, PTS di Cimahi melakukannya secara cukup efektif.Hal ini karena PTS di Cimahi memang jarang membuat peraturan baru, karena peraturan-peraturan baru lebih banyak berupa peraturan bidang akademik yang dikeluarkan dari Kopertis, dari DIKTI, dari Kemendikbud dan peraturan pemerintah lainnya yang berhubungan. Selain itu, PTS di Cimahi agak efektif dalam menjalankan kegiatan riset, karena hanya sebagian kecil saja dosen yang melakukan kegiatan riset, apalagi riset yang berhubungan dengan PTS masing-masing. Sebagian besar dosen PTS melakukan penelitian, jika memang dituntut oleh PTS tersebut, antara lain karena berhubungan dengan akan dikeluarkannya tunjangan prestasi, dan atau karena menjelang re akreditasi. Hanya sebagian kecil dosen dan hanya dosen tertentu yang melakukan penelitian dengan baik/efektif, yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan.

  Mendesain ulang pengetahuan yang dilakukan PTS di Cimahi juga dinyatakan cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan yang cukup dalam mendesain ulang pengetahuan, dengan cara mendesain ulang peraturan yang sudah tidak sesuai lagi serta dengan cara meng-update informasi dan mengadaptasi sesuai kebutuhan, dan PTS mempunyai kemampuan yang cukup dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut .

V. KESIMPULAN

  Berdasarkan pembahasan yang diuraikan, maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut :

  1. Kegiatan PTS di Cimahi dalam memperoleh pengetahuan, dilakukan secara cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan yang cukup Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 10 -18 efektif untuk melakukan pembagian kuesioner, benchmarking/studi banding dan mendatangkan ahli di bidangnya.

  2. Kegiatan PTS di Cimahi dalam menciptakan pengetahuan, dilakukan secara cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan untuk melakukan kegiatan formal dan informal secara cukup efektif.

  3. Kegiatan PTS di Cimahi dalam mendesain ulang pengetahuan, dilakukan secara cukup efektif. Hal ini terjadi karena PTS di Cimahi mempunyai kemampuan yang cukup efektif dalam meng update informasi terbaru, memperbaiki peraturan yang sudah ada serta mengadaptasi peraturan sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

  Adam, Mc. R. 2004. Knowledge Creation and Idea Generation: a Critical Quality Perspective, Technovation 24, pp. 697-705

  Aulawi, Hilmi. 2009. Pengembangan Infrastruktur Knowledge Untuk Meningkatkan Innovation Capability. Pascasarjana Institut Teknologi Bandung

  Azlinda, Jaafar. 2010. Principal Leadership that Contributes the Implemention of Knowledge Management in School; Unpublished Master of Education Project Paper, Universiti Teknologi Malaysia

  Bateman, Thomas S. & Shell, Scott A. 2004. Management: Leading and Collaborating in a Competitive World, 7ed. Ch.1 Bratinau, Constantin; Ivona Orzea. 2010. Organizational Knowledge Creation; Journal

  of Management, Marketing Challenges for Knowledge Society; Vol. 5, No. 3,

  pp. 41-62 Carlucci, D. And Marr, B. 2004.The Knowledge Value Chain: How Intellectual Capital

  Impacts On Business Performance, Int. Journal Of Technology Management,

  Vol. 27, No. 6/7 Chandran D and Raman K (2009) “Awarness and Problems in Implimenting

  Knowledge Management System in Medium Sized Business Organization in Malaysia”. Journal of Social Sciences, 19(2):155-161. Gregory, Howard. 2010. Knowledge Management an Introduction; Powerpoint Han, Shengnan : 2006; Individual Adoption of Information System in Organizations : A

  Literatur Review of the Intention Based Theories, TUCS Technical Reports No 539, Turku Centre for Computer Science

  Knowledge Creation pada Perguruan Tinggi Swasta di Cimahi

  Hoegl, M., Schulze, A. 2005. How to Support Knowledge Creation in New Product Development: an Investigation of Knowledge Management Methods,

  EuropeanManagement Journal , 23(3), pp. 263-273

  Hsu, Hsiu Yueh. 2006.Knowledge Management and Intellectual Capital; A Dissertetion Submitted in Partial Fulfillment of the Requirement for the Doctoral og Philosophy; UMI Microform 3215027

  Indiyati, Dian. 2007. Pengaruh Pelatihan dan Kompensasi terhadap Kinerja SDM dengan Pendekatan HR Scorecard, Prosiding Seminar Nasional SMART UKMaranatha. Indiyati, Dian, Amir Nuyman, Een Taryana. 2012. Knowledge ManagementModeling on Private Colleges in Kopertis IV, Prosiding Seminar Internasional University of Nottingham UK dengan UMY

  Indiyati, Dian. 2012. Penyebaran Pengetahuan pada PTS Kopertis Wilayah IV. Seminar Nasional Unisba dan Jurnal SNaPP2012 LPPM Universitas Islam Bandung. Indiyati, Dian. 2013. Pengaruh Manajemen Pengetahuan terhadap Modal Intelektual pada PTS Kopertis Wilayah IV. Prosiding Seminar Nasional SNIT BSI, ISBN :

  978-602-99213-4-2. Indiyati, Dian. 2013. An Influence of Organizational Culture and Knowledge Mana-

  gement to the Intellectual Capi-tal , Proceeding Seminar Internasional ICOI Thailand; ISBN 978-986-85682-9-7.

  Indiyati, Dian. 2013. Modal Intelektual pada PTS, Prosiding Seminar Nasional FMI, ISSN : 2338-994X. Indiyati, Dian, Amir Nuyman. 2014. Pemodelan Performance Appraisal HR Scorecard pada PTS di Cimahi, Seminar Nasional Unjani SNIJA Istadi. 2010. Perkembangan Peringkat Universitas di Indonesia versi QS-World

  University Ranking; Weblog of Dr. Istadi, managed by Webmaster UNDIP Kuang, Shih Hsun, Chia Jung Chang & Binshan Lin. 2010. Assessing Knowledge

  Creation and Intellectual Capital in Banking Industry,Journal of Intellectual Capital Vol.

  11 No. 1, 2010 McDermott R and O‟Dell (2011) Overcoming Cultural Barriers to Sharing Knowledge,

  Journal of Knowledge Management 5(1): 76.85 Moharman, Susan A.2003. Designing Work for Knowledge-Based

  Competition ,Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage;

  Published by Jossey-Bass A Wiley Imprint, San Francisco, CA Portofolio Volume 11 No. 1, Mei 2014 : 10 -18 Noe, Raymond A, Jason A. Colquitt, Marcia J. Simmering, & Sharon A. Alvarez. 2003.

  Knowledge Management Developing Intellectual and Social Capital; Managing Knowledge for Sustained Competitive Advantage

  Nonaka, Ikujiro & Konno, N. 2007. The Concept of Ba: Building a Foundation for Knowledge Creation; California Management Review, Vol. 40, No. 3, 40-54

  Nonaka, I., Toyama, R. 2007. Why Do Firms Differ? The Theory of the Knowledge- Creating Firm, in Ichijo, K., Nonaka, I. (eds.), Knowledge Creation and Management.

  New Challenges for Managers, pp.13-31, Oxford University Press, Oxford Pinelli, T.E. Barclay, R.O., Kennedy, J.M., dan Biship, A.P. : 1997, Knowledge

  Diffusion In The U.S. Aerospace Industry Managing Knowledge for Competitive Advantage, Greenwich, Connecticut: Ablex Publishing Corporation.

  Popadiuk, S. & Choo, C. 2006, "Innovation and Knowledge Creation: How are these Concepts Related?", International Journal of Information Management, vol. 26, no. 4, pp. 302-312

  Tachbir, Hendro Pudjiantoro, Faiza Renaldi, Aceng Nursamsudin. 2012. Pengembangan Model Sistem Berbasis Pengetahuan pada Lembaga Konsultasi Manajemen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tahir, Mohd Lokman, Mehmet Oza, Bambang Sumintono, Izuddin Matzain. 2013.

  Creating Knowledge Practices in School : Exploring Teachers Knowledge Creation; International Journal of Humanities and Social ScienceVol. 3 No 1;

  Januari 2013; p. 147

  IMD world.com : 2012 Tempo : 2012 Webometrics : 2014 Lipi : 2011

  Biodata Penulis :

  Dian Indiyati, Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unjani Eka YuliantiDosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unjani