Implementasi Metode Particle Swarm Optimization-Dempster Shafer untuk Diagnosa Indikasi Penyakit pada Budidaya Ikan Gurami

  Vol. 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 503-509 http://j-ptiik.ub.ac.id

  

Implementasi Metode Particle Swarm Optimization-Dempster Shafer untuk

Diagnosa Indikasi Penyakit pada Budidaya Ikan Gurami

1 2 3 Faris Dinar Wahyu Gunawan , Edy Santoso , Lailil Muflikhah

  Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email: farisdinar61@gmail.com, edy144 @ub.ac.id, lailil@ub.ac.id

  

Abstrak

  Pengetahuan pembudidaya akan jenis penyakit yang dapat menyerang pada ikan gurami pada saat budidaya sangat kecil. Prediksi indikasi penyakit pada budidaya ikan gurami adalah suatu hal yang penting terhadap keberhasilan budidaya. Dempster shafer adalah salah satu teknik dari kecerdasan buatan yang digunakan untuk memprediksi berdasarkan fakta-fakta yang saling berkaitan. Dempster

  

shafer metode yang sering digunakan karena tergolong algoritma yang mudah untuk diimplementasikan.

  Namun, kinerja dempster shafer sangat tergentung pada pakar yang mempunyai kaitan dengan permasalahan. Sehingga, jika terdapat fakta baru harus konsultasi dahulu kepada pakar. Selain itu, tidak menjamin hasil prediksi yang spesifik karena fakta yang saling berkaitan sering

  Dempster shafer

  kali bersifat umum. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan metode Particle Swarm Optmization. Particle Swarm Optimization mengeksplorasi ruang pencarian untuk menemukan nilai densitas awal berdasarkan nilai cost partikel. Nilai cost dirancang untuk memininimalkan jarak nilai random dengan nilai bobot sehingga semakin kecil mendekati 0 nilai cost semakin besar peluang partikel sebagai solusi. Dimana metode Particle Swarm digunakan untuk membangkitkan nilai densitas dan Dempster Shafer sebagai pengambil

  Optimization

  kesimpulan indikasi penyakit. Pada penelitian ini menggunakan hybrid Particle Swarm Optmization-

  

Dempster Shafer untuk diagnosa indikasi penyakit pada budidaya ikan gurami. Hasil yang didapat dari

hasil keluaran sistem dengan pakar mencapai hasil 86,5%.

  Kata Kunci : Diagnosa, Optimasi, Particle Swarm Optimization, Dempster Shafer, Penyakit Ikan Gurami

Abstract

  

Knowledge of fish breeders of the type of disease that can attack on gouramy fish at the time of

cultivation is very small. Prediction indication of disease on gourami fish is an important thing to the

succes of cultivation. Prediction of disease obtained from the facts that exist in the cultivation process.

Dempster shafer is one of the techniques of artificial intelligence used to predict based on interrelated

facts. Dempster shafer method is often used because it is quite easy to implement algorithm. However,

the performance of dempster shafer is very dependent on the girlfriend who has a connection with the

problem. So, if there is a new fact must first consult to experts. In addition, Dempster shafer does not

guarantee specific prediction results because interrelated facts are often general. One approach that

can be used to overcome this problem is to apply Particle Swarm Optmization method. Particle Swarm

Optimization explores the search space to find initial density values based on particle cost values. .

  

Where the Particle Swarm Optimization method is used to generate density values, and Dempster Shafer

as a conclusion of disease indication . In this study using hybrid Particle Swarm Optmization-Dempster

Shafer for diagnosis of disease indication on gouramy fish culture. The results obtained from the output

of the system with experts achieve 86,5 % results.

  Keyword : Diagnosis, Optimation, Particle Swarm Optimization, Dempster Shafer, Gourami Fish Disease

  ikan hingga ikan siap dipanen (Rusilana & 1. Riyana, 2009). Dalam proses budidaya sendiri

   PENDAHULUAN

  mengalami beberapa kendala, salah satunya Budidaya ikan gurami adalah proses awal yang dimaksud adalah terjangkitnya penyakit yang dilakukan oleh pembudidaya yang di awali pada ikan gurami yang dibudidayakan. mulai proses pembenihan sampai pembesaran

  Minimnya pengetahuan pembudidaya ikan

  Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya

503

  Budidaya Ikan Gurami 2.

  Untuk Diagnosa Indikasi Penyakit Pada Budidaya Ikan Gurami”. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih bagi pemula tentang budidaya ikan gurami dan mengetahui jenis penyakit dari ikan gurami melalui gejala atau fakta dalam proses budidaya sendiri. 1.Berdasarkan permasalahan diatas didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana mengimplementasikan Hybrid Particle Swarm

  Penelitian tentang metode Dempster-shafer telah banyak dilakukan dengan objek yang berbeda- beda. Pada penelitian berjudul “Skin Diseases Expert System using Dempster-Shafer Theory”, teori Dempster-shafer digunakan untuk mendeteksi penyakit kulit. Pada penelitian tersebut menghasilkan hasil deteksi penyakit pada kuliat manusia lebih akurat dibandingkan dengan metode yang lainnya(Andino & hasan, 2013). Selanjutnya Pada penelitian berjudul “Multi-stream speech recognition based on

  Dempster

  untuk mengenal dan menanggulangi penyakit ikan, konsep kolam, seleksi benih, kualitas air dan lebih-lebih pengetahuan tentang peyakit ikan gurami(Elfani, 2013).

  Particle Swarm Optimization dan Dempster Shafer Untuk Diagnosa Indikasi Penyakit Pada

  dan Dempster Shafer Untuk Diagnosa Indikasi Penyakit Pada Budidaya Ikan Gurami dan bagaiamana tingkat akurasi metode

  Optimization

  • –Shafer combination rule”, Dempster- shafer digunakan untuk mendeteksi pengenalan

LANDASAN PUSTAKA

  evidence , dan jika bernilai 1 maka menunjukkan

  kita yakin akan X’ maka dapat dikatakan Belief (X’) = 1 sehingga dari rumus di atas nilai Pls (X)

  Plausibility juga bernilai 0 sampai 1, jika

  (2) di mana: Bel(X) = Belief (X) Pls(X) = Plausibility (X) m(X) = mass function dari (X) m(Y) = mass function dari (Y)

  X Pls

  X Bel

  ' 1 ) ( ( 1 ) X Y X m

       ' ) ' (

  (1) sedangkan Plausibility (Pls) adalah suatu tingkat ketidakpercayaan dari evidence dinotasikan pada persamaan 2.2

  X Bel ) ( ) (

   X Y Y m

  adanya kepastian. Menurut (Latifa Oukhellou, 2010), persamaan 2.1 merupakan fungsi Belief.

  Optimization mampu memberikan nilai densitas

  yang sebelumnya tergantung kepada ahli dapat dioptimasi mendekati nilai maksimum atau mungkin lebih baik sehingga ketergantungan terhadap para ahli dapat diminimalkan.

  evidence (fakta) dalam mendukung suatu

  Metode Dempster-Shafer adalah teori matematika untuk pembuktian berdasarkan suatu fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal. Teori ini dapat menggabungkan potongan informasi yang terpisah atau bukti dengan tingkat keyakinan untuk mengkalkulasikan kemungkinan dari suatu peristiwa-peristiwa (Wahyuni dan Prijodiprojo, 2013). Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan

  2.1 Dempster Shafer

  suara(Fabio Valente, 2010). Pada penelitian tersebut menghasilkan pengenalan suara lebih akurat dibandingkan metode sejenis lainya Metode Dempster-Shafer dipilih karena algoritma ini sangat sensitif terhadap inisialisasi nilai densitas. Nilai densitas adalah ukuran untuk suatu tingkat kepercayaan terhadap suatu peristiwa. Nilai densitas didapat dari seorang ahli (pakar) dibidangnya misalkan dokter penyakit jantung, ahli hukum dsb. Sehingga jika ada penambahan fakta baru harus konsultasi ke ahli untuk mendapatkan nilai densitas baru. Tentu hal ini akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dalam ilmu komputer ada metode yang mampu menutupi kelemahan metode

  Dempster Shafer dengan membangkitkan nilai

  secara acak dengan nilai evaluasi sebagai acuannya yaitu metode Particle Swarm

  Optimization . Dengan nilai Dempster Shafer

  yang diperoleh dari perhitungan Particle Swarm

  awal pada algoritma Dempster Shafer. Selain itu penggabungan dua metode dapat meningkatkan kinerja algoritma untuk menemukan hasil optimum dalam penambahan fakta baru dan meminimalkan ketergantungan metode Dempster Shafer terhadap seorang ahli. Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis mengajukan penelitian dengan judul “Implementasi Metode Particle Swarm Optimization-Dempster Shafer

  Optimization dapat mengoptimasi nilai densitas

  Kajian dari beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa algoritma Particle Swarm

  himpunan bagian. Nilai evidence biasa disebut nilai densitas yang menunjukan seberapa besar kepercayaan terhadap suatu peristiwa yang nilainya 0 sampai dengan 1. Belief jika bernilai 0 (nol) maka mengindikasikan bahwa tidak ada

  = + ( − ) (9)

  1 ) (

  (7) sehingga bila persamaan (2.6) disubstitusikan ke persamaan (2.7) akan menjadi

  1

   Y X Y m X m k ) ( ( 2 )

    

  Menurut (Latifa Oukhellou, 2010) besarnya jumlah evidential conflict (k) dirumuskan pada persamaan 7:

  (6) dimana: k = Jumlah evidential conflict.

  1

  2

  1 ) ( ( 2 )

  X m Y m X m Z m m

    

  X m Z m m Z Y X   

  Dempster’s Rule of Combination k Y m

  secara umum formulasi untuk

   = operator direct sum

  = mass function dari evidence (Y)

  2 Y m

  ) (

           Y X Z Y X Y m

  ) ( ( 2 )

  1 X m

  ) (

  Langkah kedua adalah posisi , dan kecepatan dari kumpulan partikel dibangkitkan secara random (rand) menggunakan batas atas (x max ) dan batas bawah (x min ) seperti yang ditunjukkan pada persamaan 9 dan 10.

  Langkah pertama adalah pembangkitan partikel, dimana pada tahap ini dibangkitkan nilai random sesuai dengan permasalahan masing-masing. Nilai random ini yang nantinya akan menjadi kandidat solusi dari algortima ini seiring pembaruan iterasi.

  2.2 Particle Swarm Optimization

  K = jumlah evidential conflict

  2 Y m = mass function dari evidence (Y)

  ) (

  = mass function dari evidence (X)

  1 X m

  = mass function dari evidence

  1

  1 Z m m

  2

  ) (

  (8) di mana:

  1

  2

  1 ) (

  1 ) ( ( 2 )

  = mass function dari evidence (X)

  ) (

  = 0 (Latifa Oukhellou, 2010). Plausibility akan mengurangi tingkat kepercayaan dari evidence. Pada teori Dempster-Shafer juga dikenal adanya

  Environment

  ), setiap elemen dalam power set ini memiliki nilai interval antara 0 sampai 1 (Siahaan, 2015). sehingga dapat persamaan 2.4.

  

  dengan P (

  Shafer disebut dengan power set dan dinotasikan

  Kemungkinan ini dalam teori Dempster-

  {A,B,C,D,E} dengan A = Ikan sehat B = Terserang Bercak merah C = Terserang Sirip Putih D = Terserang Mata Belo E = Terserang Cacing insang

   

  mengandung elemen-elemen yang menggambarkan kemungkinan sebagai jawaban dan hanya ada satu yang akan sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan namun tidak menutup kemungkinan semuanya atau ada 2 elemen sebagai jawaban. Misalkan :

  elemen/unsur bagian dalam environment.

     ) ( ) ( ( 1 ) ( 1 ) P X P X X m

  1

  FOD atau environmentn   ....

   

    (3) di mana:

  n   

  2 , 1 {

  dari sekumpulan hipotesis sehingga sering disebut dengan environment (Latifa Oukhellou, 2010), dimana: } ,......

  frame of discernment yang dinotasikan dengan  . FOD ini merupakan semesta pembicaraan

      

  X m

  = mass function dari evidence

    

  1 Z m m

  2

  ) (

  (5) di mana:

  1

  2

  ( 1 )

    Z Y X Y m X m Z m m ) ( ( 2 )

  persamaan 5 (Latifa Oukhellou, 2010)

  (4) dengan P(  ) = power set m(X) = mass function dari (X). sebagai contoh:

  Dempster’s Rule of Combination dengan

  menggunakan aturan yang lebih dikenal dengan

  evidence tersebut pada teori Dempster-Shafer

  (m). Sebagai contoh pada aplikasi sistem pakar dalam satu penyakit terdapat sejumlah evidence yang akan digunakan pada faktor ketidakpastian dalam pengambilan keputusan untuk diagnosa suatu penyakit. Untuk mengatasi sejumlah

  evidence measure sehingga dinotasikan dengan

  adalah tingkat kepercayaan dari suatu evidence, sering disebut dengan

  Dempster-Shafer

  Sedangkan mass function (m) dalam teori

  P(air keruh) = 0,7 P(non-air keruh) = 1

  • – 07 = 0,3 Pada contoh di atas Belief dari air keruh adalah 0,7 sedangkan disBelief air keruh adalah 0,3. dalam teori Dempster-Shafer, disBelief dalam environment biasanya dinotasikan m(  ).

  = −

  (14) di mana :

  • 1
  • 1
  • 1
  • 1 = kecepatan partikel saat ini.

  −

  (13) di mana : = nilai pemberat (inertia) awal. = nilai pemberat (inertia) akhir. = jumlah iterasi maksimum.

  iter = jumlah iterasi terakhir.

  Langkah terakhir adalah Update posisi tiap partikel. Dengan adanya perubahan kecepatan, maka posisi partikel juga akan berubah pada tiap

  iterasi yang dapat dicari melalui persamaan 3.4

  (Omizegba & Adebayo, 2009)

  = +

  = posisi partikel saat ini = posisi partikel sebelumnya

  Tiga langkah yang telah dipaparkan tersebut akan diulang sampai kriteria kekonvergenan terpenuhi. Kriteria kekonvergenan sangat penting dalam menghindari penambahan nilai evaluasi setelah solusi optimum didapatkan. Namun kriteria kekonvergenan tidak selalu mutlak diperlukan. Penetapan jumlah iterasi maksimal juga dapat digunakan sebagai stopping condition dari sebuah algoritma (Omizegba & Adebayo, 2009). Dalam penelitian ini stopping condition yang digunakan adalah jumlah iterasi maksimal sehingga algortima tidak akan berhenti sebelum jumlah iterasi selesai.

  2.3 Hybrid Particle Swarm Optimization Dempster Shafer

  Algoritme Particle swarm optimization sendiri digunakan untuk membangkitkan nilai densitas yang akan digunakan oleh Dempster

  • 1

  • 2

  Shafer. Berikut tahadapan algoritme Particle Swarm Optimization dan Dempster Shafer.

  Langkah Particle swarm optimization- Dempster Shafer ditunjukkan pada Gambar 1.

  Dimana pada langkah awal pada metode

  Particle swarm optimization diawali dengan

  = posisi partikel i pada iterasi k = posisi terbaik dari partikel i = nilai terbaik dari swarm.

  Pada setiap iterasi, nilai fungsi pemberat (inertia) di-Update melalui persamaan 13 (Omizegba & Adebayo, 2009).

  swarm saat ini, dan juga posisi terbaik dari tiap

  = + ( − ) (10)

  Langkah selanjutnya adalah Update

  velocity (kecepatan) untuk semua partikel pada

  waktu k+1 menggunakan nilai cost posisi partikel saat ini pada saat waktu ke k. Dalam penelitian ini, nilai cost digunakan untuk meminimalkan jarak solusi dengan bobot. Bobot merupakan nilai paling optimum yang di dapat dari hasil wawancara terhadap pakar. Jarak yang paling optimum adalah jumlah partikel yang mendekati 0(nol) namun tidak menutup kemungkinan hasil yang didapat bernilai 0(nol) seiring dengan Update kecepatan dan posisi. Solusi yang di maksud adalah nilai partikel atau kandidat solusi yang di bangkitkan secara acak 0(nol) sampai 1. Persamaan 11 mencari nilai cost sebagai berikut:

  NilaiCost=

  ( ∑ ) − =1

  (11) Dari nilai cost dapat ditentukan partikel yang memiliki nilai global terbaik (global best) pada

  partikel pada semua waktu yang sekarang dan sebelumnya. Perumusan Update velocity juga menggunakan beberapa parameter random. Perumusan Update velocity dapat dilihat pada persamaan 12 sebagai berikut (Valle, 2008).

  rand = nilai acak antara 0 dan 1

  = ∗ +

  1

  ∗ ∗ −

  ∗ ∗ − (12)

  Di mana : = kecepatan patikel i pada iterasi k = inertia (fungsi pemberat)

  c 1 = self confidence c 2

  = swarm confidence

  proses inisialisasi partikel dimana nilai partikel dibangkitkan secara acak, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai cost, interval, personal best, global best hingga iterasi terakhir. Setelah didapatkan nilai global best pada iterasi terakhir selanjutnya dilakukan perhitungan menggunakan metode Dempster Shafer dengan menghitung nilai beliefe dan nilai pluasability yang selanjutnya akan didapatkan kesimpulan sistem berupa indikasi penyakit. perhitungan setelah pemilihan fakta.

  3.2 Implementasi Tambah Fakta

  Implementasi tambah fakta dapat dilihat pada Gambar 3.

  Gambar 3. Tambah Fakta Ikan Gurami

  Pada Menu Tambah Fakta admin dapat menambahkan fakta dan parameter sesuai dengan data yang didapatkan. Admin dapat

  Gambar 1. Diagram alir Siklus Algoritme Particle

  melakukan pengisian nilai densitas yang Swarm Optimization dan Dempster-Shafer. didapatkan dari pakar atau expert yang selanjutnya akan dilakukan perhitungan oleh metode Particle Swarm Optimization dan 3.

   IMPLEMENTASI Dempster Shafer.

  Implementasi berisi tampilan user interface

  3.3 Implementasi Hasil Indikasi

  yang terdapat pada menu dalam sistem diagnosa indikasi penyakit pada budidaya ikan gurami.

  Proses implementasi hasil indikasi dapat dilihat pada Gambar 4.

3.1 Implementasi Pilih Fakta

  Proses pemilihan fakta dapat dilihat pada Gambar 2.

  Gambar 4. Hasil Indikasi

  Pada menu hasil indikasi merupakan hasl kesimpulan sistem berupa indikasi penyakit yang terdapat pada ikan gurami berdasarkan

  Gambar 2. Pilih Fakta Ikan Gurami

  pemilihan fakta yang telah di inputkan. Pada menu Hasil Indikasi juga berisi perhitungan Pada menu pilih fakta user dapat

  dempster shafer berdasarkan fakta yang telah di

  menginputkan atau memilih fakta berdasarkan inputkan sehingga membentuk rule. gejala dan kondisi ikan selama proses budidaya. Pada menu pilih fakta terdapat 6 parameter dan 40 fakta. Yang selanjutnya dilakukan proses

4. PENGUJIAN

  5. KESIMPULAN

  memprediksi indikasi berdasarkan fakta yang diplilh pada budidaya ikan gurami. Hal tersebut dilakukan dengan mendefinisikan partikel sebagai representasi penyelesaian. Panjang partikel adalah banyaknya fakta yang dipilih sehingga jika fakta yang dipilih berjumlah 2 maka panjang inisialisasi partikel pertama merepresentasikan fakta 1 dan seterusnya sejumlah fakta yang dipilih. Setiap inisialisasi partikel, pembangkitan nilai awal diisi berdasarkan nilai bobot yang diterima dari pakar. Sehingga jika pada nilai bobot bernilai 0 maka tidak ada pengaruh terhadap indikasi sehingga nilai tidak

  Optimization-Demster Shafer bekerja untuk

  pada diagnosa indikasi penyakit ikan gurami yang memberikan pengetahuan berdasarkan pengalaman pemilihan kombinasi fakta pada budidaya ikan gurami yang menghasilkan dampak indikasi percobaan. Particle Swarm

  Demster Shafer dapat diimplementasikan

  1. Algortima Particle Swarm Optimization-

  Untuk Diagnosa Indikasi Penyakit Pada Budidaya Ikan Gurami maka diperoleh kesimpulan :

  Particle Swarm Optimization-Demster Shafer

  Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasann dari Implementasi Algoritma

  4.1 Pengujian Interval Kecepatan

  Pengujian interval kecepatan partikel bertujuan untuk mengetahui interval kecepatan partikel yang sesuai sehingga dapat menghasilkan solusi penyelesaian yang optimum. Interval kecepatan dievaluasi berdasarkan nilai cost terbaik dalam swarm. PSO merupakan algortima stokastis sehingga akan menghasilkan hasil berbeda setiap kali program dijalankan (Mahmudy 2015), karenanya untuk memperoleh rata-rata nilai keseluruhan, dilakukan percobaan sebanyak 10 kali untuk setiap interval kecepatan partikel. Pada percobaan ini evaluasi pertama (evaluasi 1) adalah nilai cost yang dinyatakan baik dalam satu partikel mendekati 0 (nol) dan nilai partikel melebihi 1 (satu). Jika semakin mendekati 0 (nol) dan tidak melebihi 1 maka besar interval kecepatan akan dinyatakan baik. Presentasi pada pengujian ini lebih banyak pada nilai partikel yang tidak melebihi 1. Besar interval kecepatan adalah 50% sampai dengan 0.05% dari interval posisi partikel.

  4.5 Pengujian Koefisien Akselerasi

  Pengujian jumlah iterasi dilakukan untuk mengetahui jumlah iterasi yang tepat untuk memperoleh nilai cost terbaik yaitu mendekati nilai 0 (nol). Jumlah iterasi yang digunakan adalah kelipatan 10. PSO merupakan algortima skokatis sehingga akan menghasilkan hasil yang berbeda setiap kali program dijalankan (Mahmudy, 2015), karenanya untuk memperoleh rata-rata nilai keseluruhan, dilakukan percobaan sebanyak 10 kali setiap jumlah iterasi.

  4.4 Pengujian Jumlah Iterasi

  stokastis sehingga akan menghasilkan hasil berbeda setiap kali program dijalankan (Mahmudy, 2015) karenanya dalam percobaan dilakukan sebanyak 10 kali untuk setiap ukuran swarm.

  Swarm Optimization merupakan algoritma

  Pengujian swarm dilakukan untuk mengetahui jumlah populasi yang dibutuhkan untuk memperoleh nilai cost terbaik. Jumlah partikel dalam swarm yang digunakan adalah kelipatan 5. Ukuran swarm optimum dievaluasi berdasarkan nilai rata-rata cost terbaik. Particle

  4.3 Pengujian Ukuran Swarm

  bobot inersia bertujuan untuk mengetahui kombinasi bobot inersia maksimal (W_max) dan bobot inersia minimal (W_min) yang tepat guna memperoleh nilai cost yang optimal. Nilai bobot inersia maksimal yang digunakan adalah 0.9, 0.8, dan 0.4 sedangkan nilai bobot inersia minimal yang digunakan adalah 0.2, 0.3, 0.4. kombinasi bobot inersia maksimal dan minimal dievaluasi berdasarkan rata rata nilai cost terbaik. Untuk memperoleh rata-rata nilai secara keseluruhan, dilakukan percobaan sebanyak 10 kali untuk tiap kombinasi bobot inersia.

  4.2 Pengujian Bobot Inersia

  Pengujian koefisien akselerasi dilakukan untuk mengetahui kombinasi koefisien akselerasi 1 dan koefisien akselerasi 2 terbaik guna memperoleh nilai cost terbaik yang mendekati 0 (nol). Karena particle swarm optimization akan menghasilkan hasil yang berbeda setiap dijalankan maka dibutuhkan percobaan 10 kali untuk setiap kombinasi koefisien akselerasi . dibangkitkan atau nilai tetap 0. Selama proses optimasi kecepatan partikel dan posisi partikel selalu diperbarui. Solusi penyelesaian berupa nilai densitas optimum yang merupakan posisi terbaik yang pernah dicapai partikel pada iterasi tertentu. Posisi terbaik yang pernah dicapai tersebut yang dijadikan sebagai inisialisasi awal pada algoritma Dempster Shafer untuk proses lebih lanjut sehingga menghasilkan keluaran berupa indikasi penyakit pada ikan gurami.

  2. Berdasarkan uji coba sistem yang hasilnya dibandingkan dari pakar maka didapat hasil rata-rata akurasi sistem sebesar 86,5% yang dilakukan sebanyak

  10 kali dengan pemilihan kombinasi fakta sebanyak 20.

DAFTAR PUSTAKA

  Eka, M. 2016. Hybrid Particle Swarm

  Optimization dan K-Means untuk Clustering Data Penentuan UKT.

  Maselano, A. 2013. Dempster Shafer untuk diagnosa penyakit pada serangga. Mulia, DS. 2010. Isolasi, karakterisasi, dan Mentifikasi Bakteri Aeromons sp.

  Penyakit Mofile Aeromonas Septicemia(&IAS) Pada Gurami . Muzakir, I. 2014. Peningkatan algoritme

  Backpropagation dengan seleksi fitur Particle Swarm Optimization dalam

  prediksi pelanggan telekomunikasi yang hilang. Rosidah,. 2014. Potensi Ekstrak daun jambu bji sebagai antibakterial untuk menanggulangi penyakit ikan gurami. Wahyuni, EG. 2012. Prototype sistem pakar untuk mendeteksi penderita jantung koroner dengan menggunakan metode fitur Particle Swarm Optimization dalam prediksi pelanggan telekomunikasi yang hilang.