Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi Evaluation of Monitoring and Controlling System of Frequency and Telecommunication Devices
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi
Evaluation of Monitoring and Controlling System of
Frequency and Telecommunication Devices
Amry Daulat Gultom
Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Jl. Medan Merdeka Barat No.9 Jakarta 10110 amry002@kominfo.go.id
Naskah diterima: 17 Februari 2014 ; Direvisi: 28 Februari 2014; Disetujui: 14 Maret 2014
Abstract — Radio Frequency Spectrum are limited natural analisis data kuantitatif SWOT dan menghasilkan 5 (lima) resources, which in the case of strategic management and
strategi utama yaitu pemanfaatan cakupan wilayah, optimalisasi economic impact to the welfare of society. Direktorat Jenderal
SDM dan penyetaraan organisasi, optimalisasi gedung dan (Ditjen) Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
perangkat, peningkatan sistem administrasi dan pelaporan, (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika is a radio
perbaikan sistem penanganan kasus.
frequency management agency that recognized by International Telecommunication
Kata kunci — Evaluasi, Pemantauan dan Penertiban, Perangkat
Administration, representing Indonesia in international and
Telekomunikasi
regional conferences in the field of the radio frequency spectrum management. The purposes of this study are to evaluate the condition of implementation of frequency and telecommunication
I. P ENDAHULUAN
devices monitor and control system, as well as to generate strategy
concept for enhancement of frequency and
Kemajuan teknologi merupakan hal yang patut untuk kita
telecommunications devices monitor and control system. This
study uses SWOT quantitative data analysis techniques and
syukuri, sebab
dengan sentuhan teknologi berbagai
results five (5) main strategies, that are the use of the coverage
pemenuhan kebutuhan hidup manusia menjadi lebih mudah.
area, the optimization of human resources and organizational
Pada dasarnya teknologi membawa implikasi positif dalam
equalization, optimization
sejarah kehidupan manusia, bahkan kemajuan teknologi management system improvement . menjadi bukti perkembangan kemampuan manusia untuk
administrative and reporting systems improvement, case
menggunakan nalar dan pikirannya dalam mengelola alam dan
Keywords — Evaluation, Monitoring and Controlling, potensi diri manusia itu sendiri. Sejalan dengan kemajuan
Telecommunication device
teknologi, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa kemudahan bagi manusia di belahan manapun
Abstrak — Spektrum Frekuensi Radio merupakan Sumber Daya Alam yang terbatas, yang dalam hal pengelolaannya
di dunia ini untuk berkomunikasi. Kemajuan teknologi
memberikan dampak strategis dan ekonomis bagi kesejahteraan
manusia untuk dapat
masyarakat. Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya dan
memperpendek jarak tempuh sehingga tidak perlu bertemu
Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian
secara fisik, namun di udara bisa saling bertukar informasi dan
Komunikasi dan Informatika merupakan Lembaga Pengelola Spektrum Frekuensi
Radio yang
diakui International
menyampaikan pesan. Disamping itu dengan semakin
Telecommunication Union
berkembangnya teknologi komunikasi, maka sistem frekuensi
Telekomunikasi, mewakili
semakin luas dan semakin kompleks.
internasional dan regional di bidang pengelolaan spektrum
Spektrum Frekuensi Radio merupakan Sumber Daya Alam
frekuensi radio. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
yang terbatas (limited natural resources), yang dalam hal
penertiban frekuensi dan perangkat telekomunikasi, serta
pengelolaannya memberikan dampak strategis dan ekonomis
menghasilkan konsep
bagi kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan spektrum
penyelenggaraan monitoring dan penertiban frekuensi dan perangkat telekomunikasi. Penelitian ini menggunakan teknik
frekuensi radio dalam mendukung pertumbuhan Sektor
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28 Telekomunikasi dapat
perangkat telekomunikasi tersebut, Ditjen SDPPI memiliki (multiplier effect) yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.
memberikan
dampak berganda
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Monitor dan Loka Pemanfaatan spektrum frekuensi radio yang ―tidak efisien‖
Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit di dapat mengakibatkan ―inefisiensi‖ pembangunan secara
seluruh wilayah Indonesia (Ditjen SDPPI, 2014b). keseluruhan. Pengelolaan spektrum frekuensi radio yang
Pada tahun 2013 dari frekuensi yang termonitor, sebanyak efektif, efisien dan tertib penggunaannya, akan memberikan
75.878 frekuensi teridentifikasi adanya penggunaan frekuensi dampak sangat positif bagi pembangunan negara (Setiawan,
atau sekitar 95% dari yang termonitor. Proporsi ini jauh lebih 2010).
banyak dibanding frekuensi teridentifikasi selama tahun 2012. Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya dan Perangkat
Sebesar 74,5% merupakan kegiatan yang legal. Proporsi Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan
kegiatan yang legal ini jauh lebih rendah dibanding tahun Informatika merupakan Lembaga Pengelola Spektrum
2012 dimana kegiatan penggunaan frekuensi yang legal Frekuensi
mencapai 81,8%. Sementara 16,9% merupakan kegiatan Telecommunication Union (ITU) sebagai Administrasi
penggunaan frekuensi yang illegal. Diantara penggunaan yang Telekomunikasi,
melanggar, sebanyak 7,5% merupakan jenis pelanggaran yang internasional dan regional di bidang pengelolaan spektrum
teridentifikasi sebagai penggunaan frekuensi yang tidak sesuai frekuensi radio. Oleh karena itu, Ditjen SDPPI bertanggung
dengan peraturan (Ditjen SDPPI, 2014a). jawab secara kesisteman terhadap penggunaan spektrum
Berdasarkan latar belakang dan fakta tersebut di atas dapat frekuensi radio di wilayah Republik Indonesia. Pengelolaan
ditemukenali beberapa permasalahan sebagai berikut: spektrum frekuensi radio dimaksud dilaksanakan meliputi
1. Bagaimana kondisi penyelenggaraan monitoring dan kegiatan-kegiatan antara lain (Setiawan, 2010):
penertiban frekuensi dan perangkat telekomunikasi saat
1. Mengawal pelaksanaan
untuk meningkatkan 1999 tentang telekomunikasi, PP No. 52 Tahun 2000
pengelolaan spektrum frekuensi radio (UU No. 36 Tahun
penyelenggaraan monitoring dan penertiban frekuensi dan tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi dan PP No. 53
perangkat telekomunikasi.
Tahun 2000 tentang Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit serta Peraturan Teknis lainnya);
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
2. Menetapkan frekuensi kepada pengguna spektrum kondisi penyelenggaraan monitoring dan penertiban frekuensi frekuensi
radio, baik terhadap individu maupun dan perangkat telekomunikasi, serta menghasilkan konsep institusi/korporasi, melalui mekanisme lisensi sesuai strategi guna peningkatan penyelenggaraan monitoring dan ketentuan yang berlaku;
penertiban frekuensi dan perangkat telekomunikasi.
3. Menyiapkan materi yang komprehensif untuk bahan Ruang lingkup penelitian ini mengevaluasi manajemen kebijakan pengelolaan spektrum frekuensi radio.
(Koontz, 1961) UPT bidang monitoring frekuensi dan Ditjen SDPPI memformulasikan kriteria penetapan perangkat telekomunikasi. Jangkauan penelitian mencakup 5 frekuensi radio untuk setiap servis. Ditjen SDPPI menetapkan
lokasi UPT bidang monitoring frekuensi di wilayah Indonesia. regulasi teknis yang harus ditaati seperti kriteria penggunaan bersama (sharing), batasan daya pancar (power), standar dan spesifikasi dsb., sebagai bagian dari persyaratan izin. Khusus
INJAUAN II. T P USTAKA untuk ketentuan teknis alat dan perangkat terminal maupun
A. Telekomunikasi Radio
jaringan akses nirkabel sebagai acuan dalam sertifikasi Media radio sebagai pendukung pertelekomunikasian telah perangkat (Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2008), dikenal dan dipergunakan secara luas di Indonesia. Pemakai-
telah ditetapkan sejumlah peraturan Dirjen SDPPI. pemakainya saat ini meluas dari kondisi awal yang utamanya Manajemen spektrum dalam melakukan fungsinya
digunakan oleh instansi-instansi pemerintah, radio amatir, memberikan perlindungan kepada pengguna frekuensi radio
perusahaan-perusahaan swasta, pertambangan dan militer, saat (licensed users) bertanggung jawab untuk melakukan
ini bahkan melibatkan pemakai pribadi karena perkembangan investigasi serta menyelesaikan masalah keluhan dari
teknologi akses tanpa kabel (wireless), serta pemakai pengguna
radio yang mengalami interferensi dalam spektrum di daya rendah (low power devices). pengoperasian sistem komunikasi radionya. Ditjen SDPPI
Dapat disimpulkan bahwa pemakainya telah sangat meluas secara rutin melakukan monitoring frekuensi dan mendeteksi
dan telah meliputi berbagai aspek kegatan ekonomi dan pemancaran yang tidak berizin. Begitu juga, jika suatu stasiun
pertahanan. Masih belum disebutkan kebutuhan penggunaan radio telah diberikan izin, Ditjen SDPPI melakukan inspeksi
media radio untuk penelitian ruang angkasa, pencarian sumber kepada stasiun tersebut untuk menjamin bahwa pemegang izin
alam, dan penelitian-penelitian lainnya menaati kondisi operasi izin seperti daya output RF, modulasi,
akurasi frekuensi radio dan persyaratan instalasi serta
B. Pengaturan dan Pengawasan
digunakan sesuai peruntukannya.
Propagasi gelombang radio memiliki sifat-sifat yang dapat penyelenggaraan monitoring dan penertiban frekuensi dan
Untuk
menunjang
menimbu lkan permasalahan. Permasalahan ini bersumber
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom) dari kemungkinan saling mengganggu antara beberapa sistem pendataan dan pendaftaran kembali. Salah satunya cara adalah
telekomunikasi radio karena kesalahan pengguna frekuensi dengan melakukan pengawasan dan pengaturan dengan kerja atau kesalahan pada lebar pita transmisi. Kesalahan
mengunakan data-data observasi, dan pengukuran tersebut dapat terjadi karena:
dilakukan oleh suatu stasiun monitoring radio. Disamping itu,
1. Ketidaklengkapan data mengenai frekuensi yang telah sumber gangguan sering perlu dilokalisir, untuk dapat digunakan di satu daerah;
dilakukan berbagai penanganan lanjut sesuai hukum yang
2. Penyimpangan frekuensi kerja pesawat pemancar dari berlaku. frekuensi yang telah ditetapkan;
Adapun sesuai dengan mekanismenya, sistem monitoring
3. Tidak benarnya data mengenai jarak jangkau atau daerah yang berlaku di Indonesia ini adalah seperti ditunjukkan pada lingkup yang sebenarnya dari pemancar;
Gambar 1.
4. Tidak ada atau tidak lengkapnya data mengenai kondisi
C.
Tujuan Monitoring Spektrum
pancaran dari satu pemancar radio;
5. Adanya pemancar-pemancar gelap yang menggunakan Tujuan monitoring spektrum adalah untuk membantu frekuensi sesuai keinginannya sendiri;
dalam mengatasi interferensi, dalam memastikan kualitas
6. Disengaja oleh pihak-pihak lain yang mengganggu. penerimaan televisi dan radio, dan untuk menyediakan Ketidaklengkapan data mengenai frekuensi yang telah informasi monitoring pada manajemen spektrum. digunakan mungkin dapat diatasi dengan pendaftaran kembali.
Cakupan pekerjaan monitoring (Kementerian Pendidikan Namun yang menjadi permasalahan adalah data yang masuk
dan Kebudayaan, 2013) termasuk mengidentifikasi transmisi pada waktu pendaftaran kembali dapat menyimpang dari
sinyal yang tidak sesuai dengan persyaratan baik karena keadaan sebenarnya. Sedangkan berbagai penyebab kesalahan
transmisi yang tidak berijin (unlicensed) ataupun karena transmisi lainnya tidak dapat diketahui atau didata dengan
ketidaksesuaian secara teknis dengan aturan dan regulasi menggunakan
Gambar 1. Prosedur Penanganan Gangguan (Ditjen SDPPI, 2014d)
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28
T ABEL 1. H ASIL M ONITORING B ERDASARKAN P ITA
Hasil Monitoring 2013
No Pita Frekuensi
Monitoring Lanjut
1 LF (30-300 KHz)
2 MF (300-3000 KHz)
3 HF (3-30 MHz)
4 VHF (30-300 MHz)
5 UHF (300-3000
6 SHF (3 – 30 GHz)
7 EHF (30-300 GHz)
0 0 0 0 0 0 0 TOTAL
3.497 Sumber : (Ditjen SDPPI, 2014a)
D. Unit Pelaksana Teknis Bidang Monitor Spektrum
E.
Frekuensi Yang Dimonitor
Frekuensi Radio
UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio Hingga tahun 2013, frekuensi yang dimonitor oleh UPT mempunyai
Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio disajikan pada pengendalian dibidang penggunaan spektrum frekuensi radio
tugas melaksanakan
yang meliputi kegiatan pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitoring, penertiban, evaluasi dan pengujian ilmiah,
III. M ETODE P ENELITIAN pengukuran,
A. Pendekatan Penelitian
penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang, pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta urusan
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. ketatausahaan
B. Teknik Penelitian
Komunikasi dan Informatika, 2011). Penelitian dilakukan dengan teknik penyebaran kuesioner. Dalam melaksanakan tugasnya, UPT Bidang Monitor
Spektrum Frekuensi
(Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2011):
dengan pendekatan
1. Penyusunan rencana dan program, penyediaan suku kuantitatif dengan melalui penyebaran kuesioner kepada 40 cadang, pemeliharaan perangkat monitor spektrum responden dari 5 lokasi UPT Bidang Monitor Spektrum frekuensi radio;
2. Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran, Frekuensi Radio. pemantauan/monitor spektrum frekuensi radio;
D. Lokasi Penelitian
3. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor Lokasi penelitian dilakukan di seluruh wilayah UPT spektrum frekuensi radio; Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio. Namun karena
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Unit Pelaksana Teknis Monitor Spektrum Frekuensi Radio;
keterbatasan waktu dipilih lima (5) lokasi wilayah, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali dan Jawa Timur.
5. Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio;
6. Penertiban dan penyidikan
Teknik Pengumpulan Data
penggunaan spektrum frekuensi radio;
7. Pelayanan/pengaduan masyarakat terhadap gangguan Sumber Data Primer diperoleh dengan penyebaran kuesioner. Adapun sumber data sekunder diperoleh dari
spektrum frekuensi radio;
tinjauan pustaka.
8. Pelaksanaan evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum frekuensi radio.
F.
Teknik Analisis
UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio di
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data penelitian klasifikasikan dalam 4 (empat) kelas yaitu (Kementerian kuantitatif dengan menggunakan SWOT. Komunikasi dan Informatika, 2011):
1. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas I ini didasarkan pada logika yang dapat
(Strength) dan peluang
2. Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
bersamaan dapat
3. Loka Monitor Spektrum Frekuensi Radio
4. Pos Monitor Spektrum Frekuensi Radio meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom) Proses perumusan perencanaan strategis selalu berkaitan
dalam menentukan nilai indeks yaitu dengan membalik pilihan dengan mengembangkan strategi dan kebijakan yang dibuat
penilaian untuk perhitungannya. Misal pada aspek kelemahan (Sari, 2013).
‗Jumlah SDM‘ didapat orang memilih nilai 4 ada 7 orang, nilai 3 ada 20 orang, nilai 2 ada 13 orang dan nilai 1 ada 0 orang,
hasilnya adalah (1x7)+(2x20)+(3x13)+(4x0)=86. Angka ini merupakan nilai indeks.
sehingga
IV. H ASIL P ENELITIAN DAN P EMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data Pada faktor internal seluruh nilai indeks dari aspek
2. Penentuan total nilai indeks
Data sebagai bahan analisis selain didapatkan dari kekuatan dan kelemahan dijumlah sehingga didapat total nilai dokumen-dokumen yang ada, didapatkan juga dari kegiatan
indeks yaitu 1092. Begitu pula pada faktor eksternal seluruh survey berupa penyebaran kuesioner terkait dengan masalah
nilai indeks dari aspek peluang dan ancaman dijumlah umum, gedung, kemampuan teknis, s istem administrasi dan sehingga didapat total nilai indeks yaitu 1055. sumber daya manusia. Pertanyaan kuesioner tersebut mewakili komponen faktor internal dan eksternal yang terdapat pada
3. Penentuan bobot
analisis SWOT, yakni strength (kekuatan), weakness Cara penentuan bobot faktor internal yaitu dengan (kelemahan), opportunities (peluang), dan threat (ancaman).
membagi nilai indeks dengan total nilai indeks, misal pada Faktor internal dan eksternal mempunyai pengaruh pendorong
aspek kekuatan poin pertama didapat nilai indeks 131 maka dan penghambat yang berbeda terhadap pencapaian tujuan.
bobotnya adalah 131/1092=0,11996337. Total bobot faktor Untuk itu telah dilakukan survey berbentuk kuesioner yang
harus berjumlah 1. Hal ini berlaku juga untuk penentuan bobot disebarkan kepada 5 stasiun monitoring frekuensi di lokasi
faktor eksternal.
Jakarta, Bandung, Banten,
Denpasar
dan Surabaya.
4. Penentuan rating
Responden yang diminta untuk mengisi kuesioner tersebut Cara penentuan dari masing-masing poin adalah dengan berjumlah 40 orang. Dari hasil survey dimaksud maka
memilih nilai terbanyak yang dipilih responden, misal pada didapatkan resume yang berisi nilai indeks, bobot dan rating
aspek kekuatan poin pertama yang paling banyak dipilih dari masing-masing pertanyaan dan jawaban. Resume hasil
responden adalah nilai 4, maka ratingnya adalah 4. Hal ini survey dimaksud secara terperinci ditunjukkan dalam Tabel 2.
berlaku juga untuk aspek peluang. Cara penentuan rating Pada bagian faktor internal terdapat dua aspek yakni
untuk kelemahan dan ancaman penilaiannya dibalik dan diberi kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdapat
tanda minus, misal pada aspek kelemahan poin pertama yang dua aspek yakni peluang dan ancaman.
paling banyak adalah nilai 3, maka ratingnya adalah -2. Pada masing-masing aspek terdiri dari 5 pertanyaan,
sehingga total keseluruhan terdapat 20 pertanyaan yang harus
5. Penentuan bobot x rating
dijawab oleh 40 responden. Adapun cara perhitungan Tabel 2 Penentuannya dengan mengalikan nilai bobot dan nilai adalah sebagai berikut:
rating, misal pada aspek kekuatan poin pertama 0,11996337 x
3 = 0,35989011. Selanjutnya nilai bobot x rating dijumlahkan
1. Penentuan nilai indeks seluruhnya (baik internal maupun eksternal), nilai inilah yang Misal pada ‗tingkat kedisiplinan‘ didapat orang yang menjadi acuan pada matriks grand strategy. memilih nilai 4 ada 13 orang, nilai 3 ada 25 orang, nilai 2 ada
2 orang dan nilai 1 ada 0 orang, sehingga hasilnya adalah
B. Analisis Data
(4x13)+(3x25)+(2x2)+(1x0)=131. Angka ini merupakan nilai Dalam penentuan grand stategy, jika disajikan dalam indeks. Rumus ini berlaku untuk aspek kekuatan dan peluang.
bidang koordinat SWOT, maka hasil survey di atas akan Pada aspek kelemahan dan ancaman ada sedikit perbedaan
dipetakan dalam Gambar 2.
T ABEL 2. H ASIL S URVEY
Jumlah Responden Yang Menilai Jumlah Nilai
Faktor No. Indikator
Total
Indeks Bobot
Rating Bobot Rating
A Kekuatan (S)
2 Cakupan wilayah 1 0 23 16 40 134
4 0,578754579 gedung/ruangan khusus perangkat
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28
Jumlah Responden Yang Menilai Jumlah Nilai
Faktor No. Indikator
Rating Bobot Rating
3 0,368131868 administrasi dan pelaporan
B Kelemahan (W)
-2 -0,14835165 perangkat
1 Sistem daya dan 0 8 25 7 40 81 0,07417582
2 Penanganan kasus 0
-2 -0,15384615 kerusakan perangkat
4 Jumlah SDM
-2 -0,15750916
-2 -0,14835165 kesejahteraan Total
A Peluang (O)
1 Tawaran
3 0,327014218 pendidikan/trainin
3 0,321327014 pengguna frekuensi
4 Kondisi daerah
3 0,335545024 terkait monitoring mobile
5 Pandangan dinas 0 7 29 4 40 117
l n a er
B Ancaman (T) st E k
-3 -0,31563981 teknis
1 Tingkat gangguan 1 29 10 0 40 111
2 Suku cadang
-2 -0,19146919 perangkat
-2 -0,16492891 pemimpin daerah dalam kegiatan monitoring
-2 -0,16492891 rangka event penting
4 Monitoring dalam 0 12 23 5 40 87 0,08246445
-1 -0,07203791 frekuensi dalam peringatan pelanggaran Total
5 Reaksi pengguna 0 14 8 18 40 76 0,07203791
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom)
dikatakan sebagai grand strategy dari proses analisis SWOT. Nilai tersebut berarti bahwa kondisi sistem monitoring yang ada memiliki sifat ―aggressive‖ yakni melakukan strategi
dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Grand strategy yang ditunjukkan oleh Gambar 2 merupakan gambaran strategi secara umum yang dapat dilakukan oleh monitoring spektrum frekuensi di Indonesia, dimana didapatkan nilai dominan yang berasal dari perhitungan hasil survey pada Tabel 2. Secara garis besar, dapat ditarik kesimpulan bahwa grand strategy tersebut memiliki hal-hal penting sebagai berikut :
a. Merupakan posisi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang besar.
b. Peluang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya karena
memiliki kekuatan.
c. Dapat menerapkan strategi yang mendukung kebijakan Gambar 2. Grand Strategy
pertumbuhan yang agresif.
Berdasarkan perhitungan bobot x rating dari penjumlahan Selanjutnya strategi utama tersebut diperinci oleh baik faktor internal maupun eksternal maka didapatkan nilai
penentuan strategi secara mendalam melalui analisis faktor sebesar 1,28 untuk faktor internal dan nilai 0,78 untuk faktor
internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal dapat disebutkan merupakan nilai akhir yang dapat
eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman.
T ABEL 3. A NALISIS F AKTOR I NTERNAL DAN E KSTERNAL
Kekuatan ( Strength)
Kelemahan ( Weakness)
1. Tingkat kedisiplinan
1. Jumlah SDM
2. Tingkat kesejahteraan
2. Kemampuan SDM
3. Cakupan wilayah monitoring
3. Sistem administrasi dan pelaporan
4. Ketersediaan gedung/ruangan khusus perangkat
4. Penanganan kasus
5. Sistem daya dan perangkat
5. Penanganan kerusakan perangkat
Peluang ( Opportunity)
1. Mempercepat penanganan kerusakan 1. Tawaran pendidikan/ training
1. Masing-masing stasiun monitoring memiliki cakupan
perangkat untuk menangkap peluang 2. Keterlibatan POLRI
wilayah yang cukup luas, hal ini merupalan kekuatan untuk
menangkap peluang adanya peran serta pemimpin daerah
kebutuhan monitoring dalam rangka even
penting (W5O4) 3. Antusiasme pemimpin daerah dalam kegiatan monitoring
untuk mendukung tugas monitoring (S3O1)
2. Mengoptimalkan sistem daya dan perangkat, hal ini
2. Mempercepat penanganan kasus untuk
menangkap peluang keterlibatan POLRI 4. Monitoring dalam rangka even
merupakan kekuatan untuk menangkap peluang tingkat
dalam penuntasan masalah (W4O2) penting
kesadaran pengguna frekuensi (S5O5)
3. Meningkatkan kemampuan SDM untuk 5. Kesadaran pengguna frekuensi
3. Mengoptimalkan ketersediaan gedung/ruangan perangkat,
hal ini merupakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
menangkap peluang tingkat kesadaran
kebutuhan monitoring dalam rangka even penting (S4O4)
pengguna frekuensi (W2O5)
4. Memanfaatkan tingkat kedisiplinan, hal ini merupakan
4. Memperbaiki sistem administrasi dan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang keterlibatan POLRI
pelaporan dengan cara menangkap tawaran
(S1O2)
peluang pendidikan/training (W3O1)
5. Memanfaatkan tingkat kesejahteraan, hal ini merupakan
5. Meningkatkan jumlah SDM untuk
kekuatan untuk memanfaatkan peluang antusiasme
menangkap peluang antusiasme pemimpin
pemimpin daerah dalam kegiatan monitoring (S2O3)
daerah dalam kegiatan monitoring (W1O3)
Ancaman ( Threats)
1. Meningkatkan sistem administrasi dan 1. Tingkat gangguan teknis
1. Mengoptimalkan perangkat yang ada untuk memperkecil
pelaporan untuk menutupi pandangan dinas 2. Kondisi daerah terkait monitoring
ancaman kondisi daerah terkait monitoring secara mobile
setempat yang kurang baik (W3T4) mobile
(S5T2)
2. Meningkatkan jumlah SDM untuk mengatasi 3. Ketersediaan suku cadang
2. Meningkatkan kesejahteraan SDM sehingga lebih giat dan
masalah kondisi geografi (W1T2) perangkat
konsentrasi untuk memperkecil ancaman terbatasnya
3. Memperbaiki sistem penanganan kasus 4. Pandangan Dinas setempat
ketersediaan suku cadang perangkat (S2T3)
3. Meningkatkan kedisiplinan SDM untuk memperkecil
untuk mengatasi mengatasai reaksi pengguna
frekuensi (W4T5) 5. Reaksi pengguna frekuensi setelah
ancaman pandangan Dinas setempat (S1T4)
ada peringatan
4. Memanfaatkan cakupan wilayah monitoring untuk
4. Mengoptimalkan penanganan kerusakan
memperkecil ancaman reaksi pengguna frekuensi (S3T5)
perangkat untuk mengatasi ketersediaan suku
5. Mengoptimalkan ketersediaan gedung/ruangan khusus
cadang (W5T3)
perangkat untuk memperkecil ancaman gangguan teknis
5. Meningkatkan kemampuan SDM untuk
(S4T1)
mengatasi gangguan teknis penggunaan frekuensi (W2T1)
Sumber : data diolah
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28
C. Penentuan Strategi
No.
Nama Spektrum
Penyusunan strategi dalam rangka pencapaian tujuan
(Aeronautical)
adalah upaya dalam menggunakan segenap kekuatan untuk
2.374 2.815 memanfaatkan peluang yang ada. Penyusunan strategi untuk
2 Penyiaran (TV
& Radio)
mencapai tujuan dengan menggunakan matriks SWOT
834 785 ditunjukkan pada Tabel 3.
3 Fixed Service
(private)
258.056 305.885 yang dapat diambil sebagai alternatif untuk pencapaian tujuan. (public)
Berdasarkan matriks SWOT di atas terdapat 20 strategi
4 Fixed Service
36.906 Dari 20 strategi tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 39.500
5 Land Mobile
(Private)
(lima) strategi utama sebagai berikut :
6 Land Mobile
1. Pemanfaatan cakupan wilayah;
(Public)
2. Optimalisasi SDM dan penyetaraan organisasi;
3. Optimalisasi gedung dan perangkat;
4. Peningkatan sistem administrasi dan pelaporan;
5. Perbaikan sistem penanganan kasus.
D. Pemanfaatan Cakupan Wilayah Wilayah geografis negara kesatuan Republik Indonesia
Sumber : (Ditjen SDPPI, 2014a)
Peningkatan kinerja monitoring frekuensi dan penindakan sangat luas, yakni berada dalam permukaan bumi antara 95 o hukum terhadap pelanggaran akan berbanding lurus dengan
sampai 140 o Bujur Timur dan antara 3 o Lintang Utara sampai
jumlah ijin yang ada. Semakin giat kegiatan monitoring dan Lintang Selatan, atau dikatakan sebagai satu daerah
10 o
tegasnya tindakan hukum akan menyebabkan para pengguna dengan panjang lebih dari 5000 km dan lebar melebihi 1200
spektrum frekuensi akan melengkapi ijinnya. Hal ini lebih km.
jauh lagi akan meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pengawasan spektrum frekuensi radio secara nasional
(PNBP) di sektor telekomunikasi karena pemungutan Biaya dijalankan oleh 37 Stasiun Monitoring yang terletak di setiap
Hak Penggunaan (BHP) Frekuensi dari para pengguna propinsi di seluruh wilayah Indonesia yang berfungsi
frekuensi.
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pengguna Meskipun penanganan frekuensi dilakukan secara terpusat, frekuensi radio. Adapun data stasiun radio yang berijin di
namun dikarenakan masing-masing daerah memiliki stasiun Indonesia ditunjukkan pada Gambar 3.
monitoring yang bertugas melakukan pengawasan dan pengendalian di tiap-tiap daerah, hal ini menuntut koordinasi yang memadai, khususnya terhadap pemerintahan daerah. Koordinasi dapat dilakukan antara lain dengan sosialisasi yang berbentuk konsultasi publik dan iklan layanan masyarakat di berbagai media. Dengan adanya dukungan penuh terhadap tugas monitoring, maka tujuan penertiban dan pengaturan frekuensi secara nasional akan tercapai.
E. Optimalisasi SDM dan Penyetaraan Organisasi Ditjen SDPPI sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menjalankan pengelolaan spektrum frekuensi di Republik Indonesia, belum mampu sepenuhnya menjawab tantangan kebutuhan bangsa secara menyeluruh dalam pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan pengaruh perkembangan global dalam telekomunikasi.
Jumlah personil dalam pengawasan dan pengendalian di Stasiun Monitoring Ditjen SDPPI masih belum seimbang dengan luasnya wilayah yang harus dicakup. Terkait dengan
Gambar 3. Penggunaan Frekuensi Menurut Service dan Subservice Tahun organisasi, kedudukan organisasi di beberapa stasiun 2013 (Ditjen SDPPI, 2014a)
monitoring belum sejajar dengan instansi daerah sehingga terjadi hambatan dalam menjalin koordinasi lintas tugas.
T ABEL 4. J UMLAH P ENGGUNAAN K ANAL F REKUENSI M ENURUT S ERVICE
Untuk itu perlu adanya penyetaraan organisasi di masing- P ERIODE 2011-2013 masing stasiun monitoring.
orat Jenderal SDPPI tersebar di beberapa unit kerja di Ditjen SDPPI maupun pegawai yang 1 Penerbangan
Pegawai Direkt
No. Nama Spektrum
diperbantukan atau dipekerjakan di unit kerja lain di Internal
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom) Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun di instansi
lain sepert di Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Proporsi terbesar pegawai di Direktorat Jenderal SDPPI adalah di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monitoring Spektrum Frekuensi yaitu sebanyak 846 orang atau sekitar 61,8% yang tersebar di 37 balai/loka/pos monitoring frekuensi. Diluar UPT, jumlah pegawai Direktorat Jenderal SDPPI yang paling banyak adalah di Sekretariat Direktorat Jenderal yaitu sebanyak 168 orang (12,3%). Sedangkan jumlah pegawai di Direktorat sebanyak 287 orang yang terbagi ke dalam empat Direktorat.
Gambar 5. Komposisi Pegawai Ditjen SDPPI menurut Tingkat Pendidikan (Ditjen SDPPI, 2014 c)
Arah kebijakan pengembangan SDM bagi lingkungan stasiun monitoring hendaknya sejalan dengan lingkup kerjanya, yaitu :
1. Ikut mengendalikan spektrum frekuensi yang merupakan aset negara yang juga menentukan hajat hidup rakyat dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmurannya,
Gambar 4. Komposisi Pegawai Ditjen SDPPI menurut Unit Kerja (Ditjen SDPPI, 2014 c)
sehingga terlindungi dari penggunaan yang tidak sah. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
2. Menjamin layanan publik ( public service obligation) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sarjana (S1) dan
dalam penyediaan sumber daya spektrum frekuensi yang Sekolah anjutan Tingkat Atas (SLTA) merupakan jumlah
bersih dan aman bagi kepentingan masyarakat, baik pegawai paling besar. Dari sekitar pegawai sebanyak 1389
operator jasa telekomunikasi radio maupun para pengguna orang, pegawai yang berpendidikan S1 dan SLTA kebawah
yang sah.
kedaulatan frekuensi nasional dari kepegawaian di masing-masing unit kerja menunjukkan
sebesar masing-masing 43,3% dan 34,2%. Komposisi
3. Ikut menjaga
pendudukan/penggunaan spektrum yang mengancam jumlah pegawai berpendidikan sarjana dan magister paling
keamanan negara dan kemanusiaan. sedikit terdapat di UPT Monitoring Frekuensi dan Sekretariat
Oleh karena itu, arah kebijakan pengembangan SDM Direktorat Jenderal (Setditjen). Dari seluruh 37 UPT
tersebut harus menuju kepada pembentukan SDM yang Monitoring Frekuensi, proporsi pegawai berpendidikan
memiliki kewibawaan yang memadai, dengan didukung oleh: Sarjana baru mencapai 39,8% dan pegawai berpendidikan
1. Perumusan tugas, kewenangan dan atribut yang dilindungi S2/S3 hanya 6,7%. Sementara di Setditjen proporsi pegawai
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. berpendidikan sarjana juga baru mencapai 41,1% dan pegawai
2. Pengembangan kompetensi keterampilan dan keahlian berpendidikan S2/S3 baru mencapai 14,3%. Pada saat yang
yang terencana, sesuai dengan kebutuhan volume, sama proporsi pegawai berpendidikan sarjana di Direktorat di
kualifikasi, pertumbuhan dan perkembangan permasalahan Ditjen SDPPI mencapai lebih dari 50% Pada Direktorat
pengelolaan spektrum frekuensi sesuai area geografis dan Standardisasi, proporsi pegawai berpendidikan sarjana sudah
cakupan wilayah, termasuk di dalamnya perkembangan mencapai 70.4%,
spektrum frekuensi. Dalam Sumberdaya, pegawai berpendidikan S2/S3 mencapai 26,1%
sementara di
Direktorat
Penataan
teknologi penggunaan
menghadapi tantangan dalam pengelolaan spektrum dari total pegawai.
frekuensi radio dibutuhkan tenaga ahli multi disiplin, yaitu manajemen kebijakan publik, ekonomi, hukum, teknik elektro, pemetaan, IT, dan sosiologi. Selain itu diperlukan
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28 keahlian spesialis di bidang penanganan frekuensi selular,
ekonomi yang berlipat ( multiplier effect). Hal ini dikarenakan penyiaran, satelit, komunikasi radio maritim, penerbangan,
spektrum frekuensi merupakan faktor utama terselenggaranya dan amatir. Keterpaduan pekerjaan operasional dan
layanan telekomunikasi khususnya layanan seluler. penanganan yang bersifat spesialis diharapkan akan
Efisiensi penggunaan spektrum akan menyebabkan memperkuat pengelolaan spektrum frekuensi radio.
efisiensi bidang telekomunikasi dan memberikan dampak
3. Perlindungan pelaksanaan tugas secara khusus oleh suatu berlipat juga terhadap pembangunan nasional, dan akan perundang-undangan,
menyangkut semakin meningkatkan daya saing Indonesia terhadap negara- kewenangan dan keamanan petugas dalam kegiatan negara lain. inspeksi.
terutama
yang
Pengelolaan spektrum frekuensi nasional seharusnya dapat
4. Perencanaan pola dan jalur karir yang mengarahkan disejajarkan dengan pengelolaan spektrum frekuensi di negara peningkatan keterampilan dan keahlian SDM dalam teknis maju (FCC – USA, ACMA – Australia, ERO – Eropa, IDA – pelaksanaan monitoring dan inspeksi radio, serta tidak Singapura, MCMC – Malaysia, MPHPT – Jepang, DOC – kalah penting yaitu aspek kesejahteraan. Selain tingkat Canada). Di negara-negara maju seperti China dan Australia, kepangkatan PNS dan jalur karir pada jenjang jabatan selain tenaga operasional yang diawaki oleh pegawai tetap struktural, dapat dikembangkan jabatan fungsional yang lebih dari 30% diawaki oleh tenaga ahli (kontrak in-house). dapat
merangsang pengembangan kompetensi dan Untuk negara sebesar Indonesia dengan jumlah penduduk kualifikasi pegawai dalam bidang monitoring.
lebih dari 200 juta dan penetapan frekuensi lebih dari 100.000
5. Perencanaan program pendidikan formal (S1, S2 dan S3) ISR, dibutuhkan staf profesional ( expert) lebih dari 100 orang. dan pelatihan pegawai yang mendukung tercapainya
F.
peningkatan kompetensi dan kualifikasi. Optimalisasi Gedung dan Perangkat
6. Pengembangan kemampuan SDM dengan cara dilibatkan Semua stasiun monitoring telah memiliki ruangan khusus pada berbagai kegiatan eksternal, misalnya :
perangkat beserta perangkat yang masing-masing beragam
a. Koordinasi dengan instansi terkait dalam berbagai sesuai dengan beban tugas yang dilaksanakan. Dilihat dari kegiatan teknis pengelolaan frekuensi, baik di komposisi jenis perangkat spektrum frekuensi radio yang lingkungan
nasional maupun tersedia, proporsi terbesar alah untuk perangkat jenis All Band internasional.
daerah,
regional,
Receiver, diikuti perangkat jenis Spectrum Analyzer. Dari total
b. Guna membuka wawasan di bidang monitoring, perlu 389 perangkat spektrum frekuensi yang ada, 35,5% merupakan diambil langkah-langkah inisiatif kegiatan studi perangkat jenis All Band Receiver dan 32,4% adalah perangkat banding baik yang diselenggarakan di dalam negeri jenis Spectrum Analyzer yang ditunjukkan pada Gambar 6. maupun di luar negeri dimana selama ini kegiatan tersebut masih sangat jarang dilakukan karena sedikitnya tawaran untuk melakukannya.
c. Mulai terlibat aktif dalam berbagai kegiatan penelitian ilmiah yang terkait dengan teknis pengelolaan frekuensi bersama pihak-pihak lembaga penelitian atau perguruan tinggi.
7. Pengembangan kode etik serta mekanisme reward and punishment yang menjamin integritas SDM dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Spektrum frekuensi radio harus dikelola oleh lembaga yang kuat, komprehensif, sistematis, terpadu, dan dengan sumber
daya manusia
mengakomodasikan kebutuhan spektrum frekuensi radio masa depan.
Harmonisasi
kebijakan, peraturan
dan
antar
kelembagaan harus dipupuk sesuai kewenangan yang dimiliki. Gambar 6. Perangkat Monitor Spektrum Frekuensi Radio di UPT Monitoring Pembuat kebijakan harus ikut dalam memperjuangkan
Tahun 2013 (Ditjen SDPPI, 2014a) kepentingan bangsa dalam mengatur spektrum frekuensi radio
Sebagian perangkat monitoring merupakan perangkat di fora internasional dan tidak mudah didekte oleh bangsa
kesisteman yang beberapa diantaranya sudah tidak tersedia maju demi melangsungkan kepentingannya di wilayah NKRI.
suku cadangnya. Hal ini memerlukan upgrading perangkat Dengan pengelolaan spektrum frekuensi radio yang baik
dalam rangka kemudahan pemeliharaan dan pemutakhiran akan memberikan manfaat yakni antara lain bertambahnya
prosedur monitoring. Kesiapan perangkat yang ada disamping penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang diterima oleh
untuk kegiatan monitoring yang bersifat rutinitas, juga negara. Selain itu, dengan pengaturan spektrum frekuensi
digunakan untuk monitoring dalam rangka event penting yang baik juga akan memberikan dampak kenaikan taraf
seperti hari raya, pemilihan umum dan event lainnya.
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom)
T ABEL 5. K ONDISI P ERANGKAT S PEKTRUM F REKUENSI 2013
UPT
%Hari Perangkat Kondisi Baik Stasiun HF
Jenis Stasiun
Pengadaan Tahun
Stasiun Bergerak
Bangka Belitung
Stasiun V-UHF
Sumber : (Ditjen SDPPI, 2014a)
G. Peningkatan Sistem Administrasi dan Pelaporan memiliki sarana pendukung berupa Sistem Komputerisasi Dalam rangka membangun sistem manajemen frekuensi
Frekuensi Radio dan Sistem yang tepat, akurat dan handal untuk perijinan, perencanaan
Manajemen Spektrum
Monitoring Radio.
dan assesment spektrum frekuensi radio, Ditjen SDPPI saat ini Penggunaan perangkat/sistem dalam proses perjinan frekuensi radio mengalami perkembangan sebagai berikut:
Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.12 No.1 Maret 2014 : 15 - 28
1. Sampai dengan tahun 1991 pencatatan pengguna H. Perbaikan Sistem Penanganan Kasus frekuensi, pengetikan tagihan dan pengetikan ijin dilakukan
Dewasa ini dikeluarkan Perda yang memberikan secara manual yang dicatat dalam buku biru ( log book).
kewenangan Dinas Perhubungan Pro vinsi dalam proses penerbitan ijin frekuensi dengan berorientasi pada pendapatan
2. Tahun 1991 sampai dengan tahun 1997 dilakukan secara asli daerah (PAD). Disini telah terjadi disharmonisasi atau otomatis dengan mengunakan Automated Frequency
Management System generasi I (AFMS-I), dimana proses tumpang tindih kewenangan antara pemerintah Pusat dan
Daerah.
perijinan dengan menggunakan sistem komputerisasi Ditjen SDPPI sesuai dengan Perundangan diberi tugas terpusat.
3. Tahun 1997 sampai dengan sekarang, menggunakan melaksanakan pengelolaan seluruh spektrum frekuensi, Automated Frequency Management System generasi II termasuk melaksanakan proses penerbitan ijin frekuensi
(AFMS-II), dimana proses perijinan dengan menggunakan beserta melakukan pengawasan dan pengendalian. sistem komputerisasi terdistribusi dan stasiun monitoring
Beberapa kewenangan Dinas yang berbenturan dengan dapat melakukan query data untuk bahan monitoring dan Pemerintah Pusat antara lain saat ini hampir seluruh Pemda penertiban sesuai wilayah kerjanya.
telah menerbitkan ijin/rekomendasi penggunaan frekuensi
4. Peningkatan sistem komputerisasi manajemen frekuensi untuk keperluan radio maupun TV siaran lokal, dengan dilaksanakan dengan pembangunan Sistem Informasi mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun Manajemen Frekuensi (SIM-F) sebagai pengganti AFMS 2000.
II. Terkait dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah
5. Peningkatan sistem komputerisasi manajemen frekuensi Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan dilaksanakan dengan pembangunan Sistem Informasi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Manajemen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Daerah Kabupaten/Kota (ditandatangani oleh Presiden RI Informatika (SIM-S) sebagai pengganti SIM-F.
pada tanggal 9 Juli 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal tersebut)
yang merupakan pengganti dari Peraturan Aktifitas manajemen spektrum memberikan hasil akhir Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan dalam hal lisensi atau autorisasi. Untuk membentuk tugas Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah manajemen ini, basis data komputer sangat penting. Basis data Otonom, maka Ditjen SDPPI telah melakukan berbagai ini yang dihubungkan dengan data administratif dan teknis antisipasi dan persiapan untuk menindaklanjuti PP tersebut, seperti frekuensi, pemegang lisensi, karakteristik peralatan khususnya yang terkait masalah penyelenggaraan penyiaran dan lain-lain, membentuk inti dari sistem manajemen baik radio siaran maupun televisi siaran. Langkah tindak spektrum otomatis terkomputerisasi. lanjut ini dilakukan karena sejauh ini telah muncul dan Monitoring spektrum memungkinkan pengecekan bahwa berkembang lebih jauh tentang terjadinya ketidakteraturan pita frekuensi yang digunakan dalam persetujuan dengan frekuensi yang diperuntukkan radio siaran dan televisi siaran perlengkapan autorisasi atau lisensi dan pengukuran sebagai akibat adanya tumpang tinding kewenangan dalam penempatan spektrum oleh stasiun monitoring. Hubungan perijinan frekuensi radio untuk penyiaran antara pemerintah antara manajemen spektrum dan monitoring spektrum harus pusat dan pemerintah daerah propinsi (antara lain dijaga diantara keduanya sehingga tugas dari monitoring sebagaimana perijinan yang secara sepihak diterbitkan oleh spektrum berguna untuk manajemen spektrum. Dinas Perhubungan Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Dalam
Timur, Sumatera Barat dan beberapa daerah lainnya). manajemen frekuensi perlu ditingkatkan dikarenakan hal-hal Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun sebagai berikut: 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah
1. Software, hardware, jaringan dan aplikasi teknologinya Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
sudah tertinggal diharapkan dapat mengatasi dualisme pemberian ijin frekuesi
2. Perubahan regulasi telekomunikasi radio. Namun demikian dengan diterbitkannnya Peraturan
3. Pertumbuhan sektor telekomunikasi yang mengakibatkan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang mana pengaturan permohonan ijin stasiun radio meningkat pesat frekuensi radio menjadi terpusat menjadi tanggung jawab
4. Perkembangan teknologi
telekomunikasi
yang
yang berat bagi Ditjen SDPPI karena penggunaan frekuensi menggunakan frekuensi radio
radio sudah telanjur demikian padat.
5. Perkembangan data yang dikelola/diproses dalam sistem Dalam perkembangan operasional penertiban di lapangan,
yang terus meningkat Ditjen SDPPI akan memobilisasi dan mengoptimalkan
Dengan Sistem komputerisasi Manajemen Spektrum penggunaan PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) yang Frekuensi
Radio diharapkan aspek-aspek manajemen sudah cukup banyak jumlahnya dan berada tersebar di kantor spektrum frekuensi dilaksanakan secara terintegrasi.
pusat Ditjen SDPPI hingga seluruh pelosok Indonesia yang
Evaluasi Sistem Monitoring dan Penertiban Frekuensi dan Perangkat Telekomunikasi (Amry Daulat Gultom) bekerja-sama dengan berbagai instansi penegak hukum
masa depan dilengkapi dengan perangkat monitoring yang lainnya yang berwenang
memadai.
3. Spektrum frekuensi sebagai sumber daya terbatas harus diperlukan, khususnya dalam prosedur peringatan sampai
Ketegasan dalam
dikelola secara efektif dan efisien dengan perencanaan dengan pemanggilan apabila peringatan yang disampaikan ke
penggunaan spektrum frekuensi yang bersifat dinamis dan pengguna tidak diindahkan. Pelaksanaan penertiban harus
adaptif terhadap kebutuhan masyarakat dan perkembangan dilaksanakan secara komprehensif namun dengan skala
teknologi. Dalam hal penertiban dan pengaturan spektrum prioritas. Sebaiknya regulator tetap memperhitungkan antara
frekuensi perlu dilakukan secara sistemik dan didukung yang sedang menjadi atau menyediakan layanan umum, yang
dengan sistem informasi yang akurat dan dapat sudah cukup lama melakukan upaya untuk memproses
dipertanggung jawabkan.
perijinannya, yang sudah beritikad untuk memproses dan yang
4. Dalam rangka mewujudkan manajemen yang baik dan sama sekali belum pernah memproses perijinannya. Sehingga
mempermudah penetapan tugas-tugas monitoring perlu aturan tetap harus ditegakkan secara konsisten, meskipun
dibuat suatu standar prosedur operasi ( Standard Operating masih dengan sejumlah skala prioritas tertentu yang dapat
Procedure/SOP) monitoring yang dibakukan secara dipertanggung jawabkan perijinan maupun bukti proses
nasional beserta buku teknik panduan monitoring perijinannya,
( handbook) berbahasa Indonesia dengan mengadopsi semua kewenangan pengurusan ijin penggunaan frekuensi radio yang
dokumen-dokumen monitoring yang relevan dan sudah terjadi selama ini dapat diminimalisasi secepat mungkin.
diamanatkan oleh ITU-R.
5. Terkait dengan penegakan hukum, dalam hal pengawasan pengembangannya harus memperhatikan aspek aspek sebagai
Suatu sistem monitoring yang ideal dan handal dalam hal
dan pengendalian penggunaan spektrum frekuensi perlu berikut:
dilakukan secara konsisten dan efektif. Hal ini perlu
1. Mampu melaksanakan layanan monitoring HF, VHF/UHF didukung dengan perangkat regulasi yang bersifat seperti yang terdapat pada kondisi eksisting
antisipatif dan memberikan kepastian serta jaminan
2. Mampu melaksanakan
terhadap pengguna eksisting yang sudah berijin. teknologi-teknologi terdepan yang diaplikasikan dewasa
6. Strategi-strategi yang dirumuskan memiliki keterkaitan ini
yang kuat satu sama lain mengingat masing-masing
3. Mampu melaksanakan
merupakan elemen sistem monitoring yang menjamin multimedia dan penyiaran
pemanfaatan spektrum frekuensi radio nasional untuk
4. Mampu melaksanakan monitoring untuk sistem satelit.
dapat berjalan sebaik-baiknya.
Beberapa hal yang diuraikan di atas tentunya dihadapkan pada banyak kendala dalam pengembangannya, untuk itu perlu dilakukannya pembenahan secara konsisten dan
D AFTAR P USTAKA bertahap.
Ditjen SDPPI. (2014a). Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 2013. Jakarta: Ditjen SDPPI.
V. S IMPULAN DAN S ARAN Ditjen SDPPI. (2014b). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Ditjen SDPPI 2013. Jakarta.
A. Kesimpulan Ditjen SDPPI. (2014c). Laporan Tahunan 2013 Direktorat Jenderal Sumber
1. Berdasarkan analisis SWOT dengan identifikasi faktor Daya dan Perangkat Informatika. Jakarta. internal dan eksternal, didapatkan 5 (lima) strategi utama
Ditjen SDPPI. (2014d). Prosedur Penanganan Gangguan - Direktorat Jenderal
yang perlu diambil dalam pencapaian tujuan tertib dan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Republik Indonesia - teraturnya frekuensi radio secara nasional, yakni sebagai Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Retrieved berikut :
January 5, 2014, from http://postel.go.id/artikel_c_11_p_610.htm
a. Pemanfaatan cakupan wilayah; Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2008). Peraturan Menteri
b. Optimalisasi SDM dan penyetaraan organisasi; Komunikasi dan Informatika Nomor: 29 /PER/M.KOMINFO/ 09/2008 Tentang Sertifikasi Alat Dan Perangkat Telekomunikasi. Jakarta:
c. Optimalisasi gedung dan perangkat;
Kementerian Komunikasi dan Informatika
d. Peningkatan sistem administrasi dan pelaporan; Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2011). Peraturan Menteri
e. Perbaikan sistem penanganan kasus. Komunikasi dan Informatika Nomor: 03 /PER/M.KOMINFO/ 03/2011