Kata Kunci : Minat Belajar Anak, Keterlibatan Orang Tua A. PENDAHULUAN - MINAT BELAJAR ANAK PRESPEKTIF KETERLIBATAN ORANG TUA

MINAT BELAJAR ANAK PRESPEKTIF KETERLIBATAN ORANG TUA

  

Oleh : Achmad Ridlowi

Abstrak

  Peranan orang tua terhadap anaknya sedikit banyak berkurang, karena orang tua telah disibukkan oleh pekerjaan mereka masing-masing, sehingga keluarga yang ada di rumah senantiasa menanti akan kasih sayang serta nasehat-nasehatnya terabaikan, jika hal ini dibiarkan terus berkembang akan berpengaruh pada kepribadian anak, karena tanpa kasih sayang dari orang tuanya anak akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, hal ini akan mencetak anak menjadi brutal serta jauh dari norma-norma yang ada dalam masyarakat. Ketika anak menjadi brutal, maka perkembangan anak itu akan terhambat oleh perbuatannya yang buruk tersebut, sehingga berimbas pada orang tuanya, terkena cela dari masyarakat dan akhirnya martabat keluarga tersebut akan runtuh, karena perbuatan anaknya tersebut.

  Adapun mengenai pendidikan yang perlu diberikan kepada anak adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia, yakni hati, akal dan fikir. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya, masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harmonis dan seimbang. Pendidikan seimbang yang dimaksud di atas adalah pendidikan umum serta pendidikan agama dipadukan.

  Pendidikan tersebut akan menghasilkan manusia yang berkepribadian walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dalam masyarakat dapat membedakan mana yang harus dikerjakan serta mana yang harus ditinggalkan.

  Kata Kunci : Minat Belajar Anak, Keterlibatan Orang Tua A. PENDAHULUAN

  Setiap orang tua mendambakan rumah tangga damai, menyejukkan hati, penuh keharmonisan, terutama orang tua yang anaknya banyak. Bila dalam satu keluarga jumlah anaknya banyak, maka perlu penanganan tersendiri agar tidak timbul keributan, saling permusuhan dan saling dengki. Untuk itulah, orang tua perlu menciptakan kondisi yang 1 dirasakan oleh anak-anak kebaikan dan keadilannya. 1 M. Thalib, 40 Tangung Jawab Orang Tua terhadap Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995, hal. 79.

  Pada jaman yang semakin berkembang dewasa ini, peranan orang tua terhadap anaknya sedikit banyak berkurang, karena orang tua telah disibukkan oleh pekerjaan mereka masing-masing, sehingga keluarga yang ada di rumah senantiasa menanti akan kasih sayang serta nasehat-nasehatnya terabaikan, jika hal ini dibiarkan terus berkembang akan berpengaruh pada kepribadian anak, karena tanpa kasih sayang dari orang tuanya anak akan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi, hal ini akan mencetak anak menjadi brutal serta jauh dari norma-norma yang ada dalam masyarakat. Ketika anak menjadi brutal, maka perkembangan anak itu akan terhambat oleh perbuatannya yang buruk tersebut, sehingga berimbas pada orang tuanya, terkena cela dari masyarakat dan akhirnya martabat keluarga tersebut akan runtuh, karena perbuatan anaknya tersebut.

  Dalam mengasuh anak, seorang ayah berhak untuk mengasuhnya sebagaimana yang disampaikan oleh Drs. Save M. Dagun dalam buku Psikologi Keluarga mengatakan bahwa: "Anak laki-laki yang diasuh oleh ayahnya menunjukkan adanya sikap yang menguntungkan; anak laki-laki ini akan berkembang lebih matang dan interaksi sosialpun 2 lebih baik. Ia juga lebih memperlihatkan kesadaran diri yang tinggi.

  Salah satu contoh sosial dalam masyarakat yaitu hubungan baik dengan masyarakat. Hubungan baik dengan masyarakat diperlukan, karena tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain terutama keluarganya dan masyarakat pada umumya, semua itu dapat tercapai jika diantara sesama muslim atau sesama anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya, ketika hidup dalam lingkungan masyarakat baik dalam masyarakat mikro(keluarga) maupun makro (masyarakat luas).

  Contoh di atas sangatlah tepat jika ditanamkan dalam pribadi anak untuk bermasyarakat, dengan demikian dalam diri anak akan tertanam rasa sosial yang tinggi serta menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya, sebagaimana norma-norma yang ada dalam masyarakat.

2 Ibid.,, hal. 165.

  Adapun mengenai pendidikan yang perlu diberikan kepada anak adalah pendidikan yang seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia, yakni hati, akal dan fikir. Seorang pendidik harus menyantuni ketiga-tiganya, masing-masing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya harmonis dan seimbang. Pendidikan seimbang yang dimaksud di atas adalah pendidikan umum serta pendidikan agama dipadukan.

  Dari paduan kedua pendidikan tersebut akan menghasilkan manusia yang berkepribadian walaupun memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga dalam masyarakat dapat membedakan mana yang harus dikerjakan serta mana yang harus ditinggalkan.

B. UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBINA PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK

  Menurut H.M. Arifin ada dua fungsi orang tua yaitu: a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga. 3 b. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.

  Di samping orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga, orang tua juga berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga, yakni orang tua harus memelihara keselamatan kehidupan keluarganya baik moril maupun materielnya. Jaminan materiel bagi kelangsungan hidup keluarga antara lain berupa nafkah.

  Anak sebagai buah hati dalam kehidupan keluarga merupakan suatu obyek yang sangat menarik untuk dikaji oleh para ahli. Dari keluarga itulah anak lahir, sehingga orang tua mempunyai kewajiban untuk membina keluarganya menuju keluarga yang bahagia serta sejahtera yang diliputi oleh pendidikan Islam yang ada didalamnya, untuk itu ayah sebagai kepala keluarga haruslah pandai-pandai mengatur keluarganya, dalam mewujudkan keluarga yang penuh kebahagian, kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan serta terdapat pendidikan yang bernafaskan Islam di dalam keluarga tersebut. 3 H.M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hal. 10. Adapun dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak oleh Abdul Mujib dibagi dalam beberapa bagian, yakni sebagai berikut: a.

  Dasar pendidikan budi pekerti Memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam bentuk yang sederhana. Keluarga memberikan bimbingan keagamaan kepada anak-anaknya yaitu berupa adap sopan-santun dalam keluarga, bagaimana menghormati kepada yang lebih tua, menghargai karya orang lain, dan lain sebagainya.

  b.

  Dasar pendidikan sosial Melatih anak didik dalam tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan keluarga, teman serta dalam bergaul dengan masyarakat sekitaranya.

  c.

  Dasar pendidikan intelek Anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian yang disajikan dalam bentuk permainan.

  d.

  Dasar pembentukan kebiasaan Pembinaan kepribadian yang baik dan wajar, yang membiasakan kepada anak untuk hidup yang teratur dan bersih, tertib, disiplin, rajin yang dilakukan secara berangsur-angsur tanpa unsur paksaan.

  e.

  Dasar pembentukan kewarganegaraan Memberikan norma nasionalisme dan patriotisme, cinta tanah air, dan 4 berkeprimanusiaan yang tinggi.

C. UPAYA ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK

  Menurut Afifuddin tentang pengertian kepribadian atau “personality” berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “prospon” yang berarti topeng (masker) yang biasa digunakan untuk sandiwara dalam memerankan, atau berasal dari bahasa Romawi “personae” yang berarti pemain (sandiwara). Topeng tersebut sering digunakan oleh pemain-pemain panggung untuk memerankan perangai, watak atau pribadi seseorang.

4 Ibid ., hal. 292-293.

  Misalnya menggambarkan orang-orang yang memiliki watak angkara murka, serakah, sombong dan lain senagainya, maka menggunakan lambang raksasa. 5 Gordon W. Allport, merumuskan kepribadian sebagaimana yang dikutip oleh Afifudin, dkk, dalam buku Psikologi Anak Usia Sekolah Dasas, mengemukakan sebagai berikut:

  Kepribadian adalah organisasi yang dinamis didalam individu dari sitem-sistem psikopsisik yang menentukan penyesuaian diri yang unik terh adap lingkungannya”. 6 Agar mudah dalam memahami pengetian kepribadian di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut: a.

  Organisasi Organisasi yang dimaksud adalah suatu keseluruhan dari unsur-unsur yang adala pada manusia, yang saling memperngaruhi dan bekerja sama.

  Dengan demikian kepribadian merupakan suatu kumpulan dari sifat-sifat, akal budi, kemauan, cita-cita, kelebnihan diri serta keadaan tubuh yang saling berhubungan dan yang menunjukkan kekhususan dari pada yang lain.

  b.

  Sistem-sistem psikopisik Kepribadian bukan hanya sekedar dari unsur-unsur jiwa atau raga saja, keduanya merupakan suatu kesatuan yang saling bekerja sama dan tak dapat dipisah-pisahkan.

  Suatu hal yang pasti dan merupakan suatu kenyataan bahwa, tak ada kegiatan yang semata-mata diperbuat oleh faktor badani tanpa diikuti oleh faktor jiwani. Atau bahkan tak ada suatu aksi yang semata-mata hanya direspon oleh faktor psikis tanpa didukung oleh faktor phisis, begitu pula sebaliknya.

  c.

  Dinamis Artinya perkembangan itu tidak beku, tetapi kepribadian tersebut selalu berubah dan bekembang menuju kearah kedewasaan.

5 Afifudin, SK, BK, dkk, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Solo: Harapan Massa, 1988, hal. 80.

  6 Ibid.,, hal. 81.

  Suatu contoh: Seorang anak yang berusia 3-5 tahun, sifatnya masih egosentris (kemratu-ratu), namun lambat laun sifat egosentris itu akan hilang dab berubah kearah sifat yang lebih dewasa. Dengan demikian organisasi dinamis itu bersifat dinamis serta aktif dan berubah kerah perkembangan.

  d.

  Menentukan Di atas telah disebutkan bahwa, kepribadian itu merupakan organisasi dan sistem- sistem psikopisik yang dimanis, sehingga banyak aspek yang ikut menentukan, mewarnai dan ikut mempengaruhi pola pikir anak, perilaku, akal budi, sifat, perangai, tabiat atau kepribadian seseorang. Dengan demikian, aspek-aspek tersebut sangat menentukan perkembangan kepribadian anak.

  e.

  Unik Maksudnya, setiap manusia tidak pernah ada yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap idividu mempunyai ciri khas sendiri-sendiri dalam hal kepribadian.

  Sebagai contoh antara Tini dan Tuti meupakan saudara kandung, namun kenyataannya kepribadian mereka tidak sama. Tini memiliki sifat pendiam, pemalu dan cengeng, sedangkan Tuti bersifat periang, banyak bicara, banyak tingkah, pemberani dan sebagainya. Jadi kesimpulannya adalah “setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam merespon suatu masalah”.

  f.

  Menyesuaikan diri dengan lingkungan Menyesuaikan diri merupakan suatu usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi yang serasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, atau dengan masyarakat sekitarnya, sehingga terjadi hubungan tibal balik yang harmonis diantara keduanya.

D. UPAYA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK 1. Pengertian Minat Belajar

  Sebelum lebih lanjut membahas tentang minat belajar lebih dulu dibahas tentang pengertian minat. Maka, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli sebagai berikut : a.

  Lester D. Crow dan Alice Crow Minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memberi stimulasi yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri”. (Crow dan Crow, 1984: 351).

  b.

  W. S. Winkell Minat diartikan sebagai, “Kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada suatu bidang study atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari hal itu”. (Winkel, 1989: 105).

  c.

B. Simandjuntak dan I. L. Pasaribu

  Minat adalah, “Suatu sikap subjek terhadap obyek atas dasar adanya kebutuhan dan kemungkinan terpenuhinya kebutuhan itu”. (Simandjuntak dan Pasaribu, 1986: 47).

  d.

  Doyles Fryer Minat atau intrest adalah, “Gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktifitasyang menstimulir perasaan senang pada individu”. (Nurkencana dan Sunartama, 1989: 229).

  Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, maka dapat diambil suatu pengertian mengenai minat, yaitu suatu gejala psikis yang di dalamnya terkandung perasaan senang dan menunjukkan adanya perhatian yang berpusat pada suatu obyek yang mempunyai daya tarik sehingga obyek cenderung untuk mendapatkan atau melakukan obyek tersebut baik berupa kegiatan, barang maupun orang.

  Setelah kita membahas apa itu belajar atau pengertian dari belajar. Tentang pengertian belajar itu sendiri mengalami banyak pengertian dari para ahli pendidikan yaitu : a.

  Hilgarl dan Bower Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. (Purwanto, 2000: 84). b.

  Abu Ahmadi “Suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara- cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. (Ahmadi, 1991: 14).

  c.

  AG. Soejono Belajar adalah, “Usaha murid membimbing dirinya keperubahan situasi maupun perubahan tingkat kemajuan dalam proses perkembangan inteleks pada khususnya dan proses perkembangan jiwa, sikap pribadi, keprigelan pada umumnya”. (Soejono, t.th.: 12).

  Dengan demikian, dari beberapa pendapat tentang pelajar di atas dapat diambil pemahaman bahwa seseorang dalam belajar akan mengalami perubahan dalam tingkah lakunya melalui pendidikan atau lebih khususnya melalui prosedur latihan. Perubahan tingkah laku tersebut akan nampak mempengaruhi kehidupan seseorang.

  Dari beberapa uraian di atas, baik mengenai minat maupun mengenai belajar, dapat dipahami bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau perasaan senang terhadap suatu bentuk perubahan tingkah laku yang dikarenakan pengalaman dan latihan yang dirasakan oleh seseorang dalam perkembangan dalam kehidupan.

  Keinginan atau senang tersebut merupakan suatu pendorong bagi terlaksanakannya aktifitas belajar. Minat sangat penting artinya dalam belajar, karena dengan seseorang mempunyai minat yang besar terhadap belajar, akan dengan mudah mendapatkan hasil yang diinginkan. Sebaliknya, bila seseorang tidak berminat untuk belajar, maka hasil belajar yang diinginkan tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan atau hasil belajarnya kurang maksimal.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar

  Seperti yang telah kita singgung di muka, bahwa minat adalah sumber hasrat belajar. Jadi di dalam jiwa seseorang yang memperhatikan sesuatu, ia akan memulainya dengan menaruh minat pada obyek tersebut. Karena itu, kadang-kadang minat tumbuh dengan sendirinya dan kadang-kadang perlu diusahakan. Minat yang timbul dengan sendirinya itu disebabkan oleh : a.

  Dorongan kodrat, baik di bidang biologis seperti ingin makan, ingin minum dan lain sebagainya maupun di bidang psikis seperti ingin tahu, ingin kenal dan lain sebagainya.

  b.

  Pengalaman yang diperoleh anak, misalnya anak tertarik pada soal-soal mesin karena ia sering melihat ayahnya memperbaiki mobil.

  Jadi minat akan timbul karena adanya rasa senang yang diikuti oleh sikap positif. Selain itu, terkadang minat itu timbul dengan disengaja minat juga timbul karena adanya suatu dorongan dari dalam diri seseorang, yang disertai oleh perasaan senang. Minat juga bisa timbul karena adanya reaksi dari obyek, maupun kegiatan-kegiatan dalam lingkungan yang dapat merangsang untuk mendapatkan atau melaksanakan obyek itu.

  Demikian pula terhadap minat belajar, timbul karena adanya dorongan dari dalam (intern) dan dorongan dari luar (ekstern). Belajar merupakan suatu proses yang kontinue, kecakapan yang lebih baik selalu disertai dengan bertambahnya minat tidak hanya dalam suatu mata pelajaran tertentu, akan tetapi juga terhadap mata pelajaran lain yang ada hubungannya. Namun semua mata pelajaran itu sesuai dengan minat serta tujuan orang belajar. Ada kalanya hal-hal yang harus dipelajari kurang sesuai dengan minat dan tujuannya tetapi, karena tuntutan lingkungan, maka ia harus mempelajari hal- hal yang berhubungan dengan kebutuhan hidup yang ada pada masyarakat itu.

  Maka, jelaslah bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap minat belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern. Hal ini sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi, tentang faktor yang mempengaruhi minat belajar, yaitu : a.

  Faktor intern berupa : 1.

  Kurangnya kemampuan dasar (intelegensi) murid.

  2. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situasi belajar tertentu.

  3. Kurangnnya minat terhadap situasi belajar.

  4. Kurangnya motivasi akan dorongan untuk belajar.

  5. Situasi pribadi, terutama emosional yang dihadapi murid tertentu.

  6. Faktor jasmaniah karena cacat.

  7. Faktor bawaan (hereditas).

  b.

  Faktor yang terletak di luar dirinya (faktor ekstern)

  1. Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai.

  2. Situasi keluarga, broken home, masalahnya ekonomi, kurang perhatian terhadap pendidikan sering pindah tempat dan sebagainya.

  3. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak, bacaan porno, film cabul, buntutan, perjudian dan sebagainya. (Ahmadi, 1978: 161).

  Jadi keberhasilan belajar anak juga ditentukan oleh seberapa besar minat belajar yang dimilikinya. Minat belajar yang dimiliki anak untuk belajar juga tergantung pada kondisi anak dan lingkungan di mana dia tinggal, dalam arti apabila kondisi sianak secara fisik dan psikis baik atau siap dan bermiant untuk belajar serta didukung dengan lingkungan yang baik pula akan lebih bisa mendapatkan hasil belajar yang baik pula dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Fungsi Minat Dalam Proses Belajar

  Orang tua sebagai pendidik anak dalam lingkungan keluarga mempunyai tanggung jawab dalam menumbuh kembangkan minat anak, terutama dalam hal belajar. Menumbuh kembangkan minat belajar anak ini bisa dilakukan orang tua dengan memberikan perhatian dan bimbingan belajar anaknya.

  Kecakapan anak bertambah baik di rumah maupun di sekolah apabila ada keinginan untuk belajar. Keinginan untuk belajar itu tumbuh baik dalam sendirinya mapun dengan pengaruh dari lingkungan luar.

  Jadi, minat memainkan peran penting dalam belajar anak dan juga berdamapk pada sikap dan perilaku anak. Bagi anak-anak minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berniat pada sebuah kegiatan akan lebih keras untuk belajar bila dibandingkan dengan anak yang kurang berniat atau merasa bosan. Jika orang tua ingin mendapatkan hasil belajar anaknya maksimal, rangsangan harus diatur supaya bertepatan dengan minat anak. Rangsangan-rangsangan itu bisa berupa rangsangan yang sengaja diperuntukkan bagi penumbuhan minat belajar anak maupun rangsangan yang tidak disengaja untuk menumbuhkan minat anak.

  Selain itu minat juga timbul berdasarkan kebutuhan anak-anaknya itu apabila anak-anak sedang mengalami pertumbuhan secara fisik, ia akan menaruh minat terhadap aktifitas-aktifitas fisik, seperti sepak bola, basket dan lain-lainnya, yang hal itu seiring dengan pertumbuhan fisiknya.

  Sehubungan dengan hal tersebut Wingstone sebagaimana dikutip Nurkancana dan Sumartana, berpendapat bahwa: Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak akan merupakan faktor pendorong bagi anak dalam melaksanakannya, sebab merupakan sumber dari usaha. Anak-anak tidak perlu mendapatkan dorongan dari luar apabila pekerjaan yang dilakukannya cukup menarik minatnya. (Nurkancana dan Sumartana, 1986: 230)

  Berdasarkan pendapat di atas minat merupakan sumber dari usaha dan timbul dari kebutuhan anak-anak. Begitu pula dengan minat belajar akan timbul suatu usaha dari anak dengan ia berniat untuk melakuakn aktifitas yaitu belajar.

  Dari beberapa uraian diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa fungsi minat dalam proses belajar yaitu minat sebagai pendorong terhadap aktifitas belajar anak dan juga sebagai sumber dari usaha anak dalam melaksanakan atau meraih sesuatu.

E. PENUTUP

  Setelah diadakan penelitian langsung di lapangan dengan melalui wawancara dan mengkaji dokumentasi yang ada serta pengamatan yang sesuai dengan permasalahan yang timbul dan tujuan yang sudah direncanakan, maka sebagai akhir pembahasan disini akan penulis simpulkan sebagai berikut: a.

  Suatu keluarga dalam membina perkembangan anak bisa melalui berbagai cara, yaitu: dengan pendidikan keteladanan, adat kebiasaan, pendidikan dengan nasehat, memberi perhatian, memberi hukuman yang bersifat mendidik dan mungkin masih banyak cara dalam mendidik anak untuk memdapatkan kedewasaan.

  b.

  Kepribadian anak akan tumbuh dengan daya nalar yang dimiliki oleh anak, selain itu pantauan dari keluarga terutama orang tua untuk mengembangkan kepribadiannya, sehingga anak berkembang dengan memiliki kepribadian yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdul Ghani 'Abud, Keluarga Muslim dan Berbagai Masalahnya, Bandung: Penerbit Pustaka, 1987. Afifudin, SK, BK, dkk, Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar, Solo: Harapan Massa, 1988. Arifin, M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Depag RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989. Djawad Dahlan M., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. M. Thalib, 40 Tangung Jawab Orang Tua terhadap Anak, Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1995.