BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami A.1. Pengertian dukungan - Dukungan Suami Terhadap Kepercayaan Diri Istri Menjalani Aktivitas Setelah Masa Nifas di Rumah Bersalin Madina Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami A.1. Pengertian dukungan Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg

  menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga ( Chaniago, 2002).

  Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian memberinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).

  Landasan teori yang mengenai dukungan suami didasarkan pada teori-teori dukungan sosial, dikarenakan dukungan sosial dapat bersumber dari mana saja, terutama orang terdekat secara emosi (Suparyanto,2011).

  1. Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (As’ari, 2005).

  2. Dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu (Katc dan Kahn, 2000).

  3. Menurut Landy dan Conte (2007) dalam Mudita (2009), dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau informasi yang diterima oleh seseorang melalui kontak formal maupun informal dengan individu atau kelompok. A.2. Sumber-Sumber Dukungan Sosial Sumber-sumber dukungan sosial yaitu menurut Suhita (2005): 1.

  Suami Menurut Wirawan (1991) hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan menyelesaikan permaslahan bersama.

  2. Keluarga Menurut Heardman (1990) keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai.

  Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan- keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan.

  3. Teman/sahabat Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.

  A.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

  Menurut Reis (dalam Suhita, 2005) ada tiga faktor yang mempengaruhi penerimaan dukungan sosial pada individu yaitu:

  1. Keintiman Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar.

  2. Harga Diri Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.

  3. Keterampilan Sosial Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki keterampilan sosial rendah.

  A.4. Aspek-Aspek Dukungan Sosial

  House dalam Suhita (2005) berpendapat bahwa ada 4 (empat) aspek dukungan sosial yaitu :

  1. Emosional Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.

  2. Instrumental Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu.

  3. Informatif Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah pribadi.

  Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.

  4. Penilaian Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi.

  A.5. Bentuk Dukungan Sosial

  Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam 5 (lima) bentuk, yaitu :

  1. Dukungan instrumental (tangible assisstance), Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.

  2. Dukungan informasional, Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

  3. Dukungan emosional, Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

  4. Dukungan pada harga diri, Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

  5. Dukungan dari kelompok sosial, Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan suami adalah tindakan suami yang dapat memberikan bantuan kenyamanan, perhatian dan penghargaan kepada istri.

B. Kepercayaan Diri Istri B.1. Pengertian Kepercayaan Diri

  Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87), percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.

  Menurut Fred, kepercayaan diri adalah sesuatu tingkatan rasa sugesti tertentu yang berkembang dalam diri seseorang sehingga merasa yakin dalam berbuat sesuatu.

  Menurut Rahmat (2000) kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh yang mengacu pada konsep diri. Hal ini senada dengan pendapat Maslow yang mengatakan bahwa kepercayaan diri itu diawali oleh konsep diri.

  Konsep diri adalah gagasan seseorang tentang diri sendiri, yang memberikan gambaran kepada seseorang mengenai dirinya sendiri (Centi,1995).

  Salah satu pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal berkaitan percaya diri (self confidence).

  Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang Seorang wanita biasanya menikah dengan seordalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang

  B.2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri

  Menurut Luaster (1997) orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah :

  1. Keyakinan akan kemampuan diri yaitu sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh – sungguh akan apa yang dilakukannya.

  2. Optimis yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemampuan.

  3. Obyektif yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.

  4. Bertanggung jawab yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.

  5. Rasional dan realitis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, sesuatu kejadian dengan menggunkan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

  B.3. Proses Terbentuknya Kepercayaan Diri

  Menurut Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, tetapi ada proses tertentu di dalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri itu, melalui proses : 1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan kelebihan tertentu.

  2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan – kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisaberbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan – kelebihannya tersebut.

  3. Pemahaman dan reaksi positif seseorag terhadap kelemahan – kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.

4. Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada diri.

  B.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Kepercayaan Diri

  Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberap faktor yang dapat digolongkan menjadi dua , yaitu faktor internal dan faktor eksternal : a)

  Faktor internal Yang termasuk dalam faktor internal yaitu : 1.

  Konsep diri Terbentuknya kepercayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok

  Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.

  2. Harga Diri Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain.

  3. Kondisi fisik Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang.

  4. Pengalaman hidup Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan, yang paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih-lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

  b) Faktor Eksternal 1.

  Pendidikan Menurut Anthony (1992), Tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.

  2. Pekerjaan Menurut Rogers (dalam Kusuma,2005), bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta percaya diri. Kepuasan dan rasa bangga didapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.

  3. Lingkungan dan Pengalaman Hidup Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti suami yang saling berinteraksi dengan baik bersama istri akan member rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi (Centi,2005). Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan hidupnya (Drajat,1995).

  B.5. Macam-Macam Kepercayaan Diri

  Ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan kepercayaan diri yaitu ada 4 (empat) macam, yaitu :

1. Self-concept : menyimpulkan diri, melihat potret diri dan mengkonsepsikan diri sendiri secara keseluruhan.

  2. Self-esteem : perasaan positif terhadap diri, punya sesuatu yang dirasakan bernilai atau berharga dari diri, meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di dalam diri.

  3. Self efficacy : punya keyakinan atas kapasitas yang dimiliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, meyakini kapasitas dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan specific

  self-efficacy .

  4. Self-confidence: punya keyakinan terhadap penilaian diri sendiri atas kemampuan dan bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy (Neill, 2005).

  B.6. Sikap-sikap yang Tidak Memiliki Kepercayaan Diri

  Ketika ini dikaitkan dengan praktek hidup sehari-hari, orang yang memiliki kepercayaan diri rendah atau telah kehilangan kepercayaan diri, cenderung bersikap sebagai berikut : 1.

  Tidak memiliki sesuatu (keinginan, tujuan, target) yang diperjuangkan secara sungguh sungguh.

  2. Tidak memiliki keputusan melangkah yang decissive (ngambang).

  3. Mudah frustasi atau give-up ketika menghadapi masalah atau kesulitan.

  4. Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan atau setengah-setengah.

  5. Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab.

  6. Canggung dalam menghadapi orang-orang apalagi terhadap lingkungan atau situasi dan kondisi yang baru dikenalnya.

  7. Tidak bisa mendemontrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan.

  8. Sering memiliki harapan yang tidak realistis.

  9. Terlalu perfeksionis.

  10. Terlalu sensitive (perasa). Sebaliknya, orang yang mempunyai kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa mampu

  (tetapi sebetulnya tidak mampu) melainkan adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya mampu berdasarkan pengalaman dan perhitungannya.

  B.7.Saran Kepercayaan Diri

  1. Pastikan postur tubuh menunjukkan rasa percaya diri, seperti sikap duduk dan cara berdiri.

  2. Bergaullah dengan orang-orang yang berpikiran positif dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

  3. Ingat kembali saat merasa percaya diri.

  4. Latihan sesering mungkin sehingga tidak akan kesulitan menampilkan rasa percaya diri kapan pun dibutuhkan.

  5. Kenali diri sendiri.

  6. Jangan terlalu keras pada diri sendiri.

  7. Jangan takut mengambil resiko.

C. Aktivitas Setelah Masa Nifas

  Mas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010) dalam Benih (2010).

  Adapun aktivitas rutin yang biasanya dilakukan setelah masa nifas, antara lain : 1. Pekerjaan rumah tangga

  Bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ibu juga harus menghadapi bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis atau bermasalah dalam menyusui. Maka ibu tentu menjadi lebih letih dan lemas sehingga pekerjaan rumah tangga agak tebengkalai.

  Mendapatkan cukup istirahat sangatlah penting. Bayi baru lahir jarang membiarkan ibu tidur lebih dari empat jam dalam satu malam, sehingga sangat membantu jika ibu tidur sebentar-sebentar di siang hari. Ibu butuh makan dengan benar juga, terutama jika menyusui. Mengambil jalan pintas seperti sesekali membeli makanan cepat saji, paling tidak selama beberapa bulan pertama, akan sangat membantu ibu (Stoppard, 2008).

2. Hubungan intim/seks

  Jika seorang ibu merasa lelah dan tidak bersemangat, baik istri ataupun suaminya, tidak akan bisa menikmati hubungan intim mereka. Istri yang telah yang melahirkan anak suaminya dengan pengorbanan besar harus menentukan saat yang tepat kapan mereka bisa menikmati rutinitas seksualnya kembali.

  Kombinasi kelelahan fisik dari persalinan dan perubahan drastis pada kadar hormon setelah kelahiran menurunkan keinginan seksual. Kurangnya ketertarikan pada seks pada awalnya merupakan sesuatu yang alami dan diharapkan, karena tubuh memerlukan waktu untuk pulih, dan ibu juga membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dengan bayinya (Stoppard, 2008).

3. Pekerjaan di luar rumah

  Sebagai ibu yang bekerja, pasti tidak sepenuh waktu untuk bayinya. Ini sebuah transisi yang besar, dan bagi sebagian ibu ini adalah sebuah tantangan.

  Harus kembali bekerja dan memilih kembali bekerja adalah dua hal yang berbeda. Apapun alasan untuk ibu bekerja, ibu pasti mencari seseorang yang benar-benar dipercaya dalam hal pengasuhan bayi, karena prioritas utama ibu adalah bayinya.

  Banyak orang yang memiliki keluarga untuk merawat bayi mereka, ibu yang sebagai wanita karir mengambil keputusan ini, karena mempunyai kebutuhan dan solusi yang terbaik dan ada kecenderungan bergantung pada keluarga dan mengesampingkan pertentangan. Dan ibu berhak untuk mengatakan sesuatu berhubungan dengan pola pengasuhan anak (Benih, 2011).

Dokumen yang terkait

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

0 0 16

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

1 3 16

BAB I PENDAHULUAN - Evaluasi Keseimbangan Lintasan Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Menggunakan Metode Work Sampling

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Harga Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap RSU. Bunda Thamrin

1 1 7

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara - Pengaruh Komunikasi Dan Informasi Dalam Meningkatkan Aktivitas Kerja Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Defenisi Air - Penentuan Nilai pH dan Alkalinitas pada Air Filter HM. Yamin di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan

0 0 19

Penentuan Nilai pH dan Alkalinitas pada Air Filter HM. Yamin di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan

0 0 11

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL GAJI PADA BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT - Sistem Pengawasan Internal Gaji Pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Sumbagut

0 0 14

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT A. Sejarah Ringkas - Sistem Pengawasan Internal Gaji Pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Sumbagut

0 0 20

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI ISTRI MENJALANI AKTIVITAS SETELAH MASA NIFAS DI RUMAH BERSALIN MADINA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 No Kegiatan Waktu

0 0 37