Penerapan model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery terhadap hasil belajar siswa materi rotasi benda tegar - Digital Library IAIN Palangka Raya

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bagian

ini

menguraikan

hasil–hasil

penelitian

pembelajaran

menggunakan Model pembelajaran berpikir Induktif dan Model Pembelajaran
Guided Discovery pada keseimbangan benda tegar. Hasil penelitian meliputi: (1)
Hasil belajar kognitif menggunakan Model pembelajaran berpikir Induktif; (2)
Hasil belajar kognitif menggunakan Model Pembelajaran Guided Discovery; (3)

Perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara model pembelajaran berpikir
induktif dan model pembelajaran Guided Discovery.
Observasi awal di SMA Negeri 4 palangkaraya dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2014. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2015. Pengambilan
data penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6, 13 dan 20 Mei 2015 untuk model
pembelajaran berpikir induktif di kelas XI-5 Sedangkan Pelaksanaan tes hasil
belajar kognitif dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2015 dengan Peserta tes
sebanyak 31 orang dan 4 orang tidak hadir.
pengambilan data penelitian untuk model pembelajaran Guided discovery
di kelas XI-2 dilaksanakan pada tanggal 7, 14 dan 21 Mei 2015 dan pelaksanaan
tes hasil belajar kognitif dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2015 dengan peserta
tes sebanyak 32 orang dan 1 orang yang tidak hadir.

52

53

1.

Hasil Belajar kognitif dan psikomotorik

a. Hasil Belajar Kognitif siswa menggunakan model pembelajaran
berpikir induktif
Hasil belajar kognitif siswa dapat diketahui menggunakan
instrumen soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Jumlah
soal yang digunakan untuk tes hasil belajar siswa sebanyak 20 soal yang
sudah divalidasi dan diuji cobakan.
Tes hasil belajar kognitif dgunakan untuk mengetahui seberapa
jauh belajar siswa setelah diajarkan dengan model pembelajaran berpikir
induktif dan model pembelajaran guided discovery pada pokok bahasan
rotasi benda tegar. Tes hasil belajar dianalisis menggunakan ketuntasan
individu.
Penentuan ketuntasan individu mengacu pada standar ketuntasan
dari SMAN 4 Palangka Raya, yaitu konversi nilai dimulai dari =2,67
sampai >2,67 dikatakan tuntas. Pengamatan hasil belajar kognitif
dilakukan setelah semua materi pembelajaran disampaikan. Siswa yang
mengikuti posttest berjumlah 27 siswa. Hasil pengamatan belajar
kognitif siswa secara singkat disajikan dalam tabel 4.1

54


Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Pembelajaran Berpikir Induktif
No

Nama
kognitif

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

GA
JK
AK
MA
YA
AW

S
NH
RS
K
HSP
YG
CI
DRS
DP
DM
TS
SM
Y
A
N
L
YC
Y
MD
TO

YE

Jumlah
Rata-rata

57
57
57
60
57
60
60
63
63
60
57
50
60
57
53

61
57
60
57
57
60
60
63
60
53
63
60
1582
58,59

Hasil belajar
Konversi
Kategori
2,28
2,28

2,28
2,40
2,28
2,40
2,40
2,52
2,52
2,40
2,28
2,00
2,40
2,28
2,12
2,44
2,28
2,40
2,28
2,28
2,40
2,40

2,52
2,40
2,12
2,52
2,40
63,28
2,34

TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS

TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS

55

b. Hasil Belajar Kognitif Siswa

Pembelajaran guided discovery

dengan

Menggunakan

Model

Pengamatan hasil belajar kognitif dilakukan setelah semua materi
pembelajaran disampaikan. Siswa yang mengikuti posttest berjumlah 31
siswa. Hasil pengamatan belajar kognitif siswa secara singkat disajikan
dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 hasil belajar kognitif pembelajaran guided discovery
No

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

GW
MYTP
SGA
DN
BE
FG
KCP
EA
AEA
SDRT
SDF
AF
FA
GJ
PIO
ANP
DRC
FR
IKP
YB
BAR
DS
RRP

Hasil belajar
kognitif konversi
Kategori
60
2,40
TIDAK TUNTAS
70
2,80
TUNTAS
65
2,60
TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
65
2,60
TIDAK TUNTAS
55
2,20
TIDAK TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
50
2,00
TIDAK TUNTAS
60
2,40
TIDAK TUNTAS
65
2,60
TIDAK TUNTAS
70
2,80
TUNTAS
80
3,20
TUNTAS
60
2,40
TIDAK TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
50
2,00
TIDAK TUNTAS
75
3,00
TUNTAS
50
2,00
TIDAK TUNTAS
50
2,00
TIDAK TUNTAS
65
2,60
TIDAK TUNTAS
50
2,00
TIDAK TUNTAS

56

24
25
26
27
28
29
30
31

M
ZAW
GB
EM
J
AT
E
Y
Jumlah
Rata-rata

75
55
60
55
65
75
75
70
2020
65,16

3,00
2,20
2,40
2,20
2,60
3,00
3,00
2,80
80,80
2,61

TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS

c. Hasil belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik dinilai melalui lembar pengamatan
psikomotorik diisi oleh pengamat dengan melakukan tes perorangan.
Pengamat terdiri dari 6 orang pengamat yaitu pengamat dari luar selain
peneliti dan telah pernah menjadi asisten fisika dasar. Setiap pengamat
memegang nama beberapa orang sampel, dengan waktu 20 menit untuk
setiap sampel dalam melakukan percobaan secara bergantian. Hasil dari
penilaian tes psikomotorik digunakan untuk memperoleh data tentang
kemampuan siswa dalam melakukan percobaan mengenai rotasi benda
tegar.
Data yang diperoleh mengenai hasil belajar psikomotorik untuk
model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran Guided
discovery dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4 berikut:

57

Tabel 4.3
Hasil belajar Psikomotorik pembelajaran berpikir induktif
No Nama
GA
1.
JK
2.
AK
3.
MA
4.
YA
5.
AW
6.
S
7.
NH
8.
RS
9.
K
10.
HSP
11.
YG
12.
CI
13.
DRS
14.
DP
15.
DM
16.
TS
17.
SM
18.
Y
19.
A
20.
N
21.
L
22.
YC
23.
Y
24.
MD
25.
TO
26.
YE
27.
Jumlah
Rata-rata

konversi

Berdasarkan

hasil

3,48
3,31
3,30
3,29
3,07
2,99
2,46
2,56
3,42
2,48
3,40
3,51
3,17
2,78
2,86
2,94
2,79
2,99
2,43
2,54
3,51
2,57
3,64
3,57
3,36
3,49
3,53
83,46
3,09

Ket
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS

pengamatan

psikomotorik

untuk

model

pembelajaran berpikir induktif yang ditunjukkan pada tabel 4.3 terlihat
bahwa rata-rata nilai konversi 3,09 yaitu dikategorikan tuntas.

58

Tabel 4.4
Hasil belajar Psikomotorik pembelajaran Guided Discovery
No Nama
1. GW
2. MYTP
3. SGA
4. DN
5. BE
6. FG
7. KCP
8. EA
9. AEA
10. SDRT
11. SDF
12. AF
13. FA
14. GJ
15. PIO
16. ANP
17. DRC
18. FR
19. IKP
20. YB
21. BAR
22. DS
23. RRP
24. M
25. ZAW
26. GB
27. EM
28. J
29. AT
30. E
31. Y
Jumlah
Rata-rata

konversi
3,72
3,49
2,84
2,98
2,78
3,07
3,05
3,27
3,08
3,34
2,94
2,63
2,45
3,24
2,74
2,70
2,80
2,81
3,34
3,21
3,35
2,97
2,97
2,84
2,79
2,94
3,03
2,97
3,10
3,06
3,08
93,59
3,02

Ket
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TIDAK TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS
TUNTAS

59

Berdasarkan

hasil

pengamatan

psikomotorik

untuk

model

pembelajaran Guided discovery yang ditunjukkan pada tabel 4.4 terlihat
bahwa rata-rata nilai konversi 3,02 yaitu dikategorikan tuntas.
Rekapitulasi analisis hasil belajar psikomotorik siswa dapat dilihat pada
lampiran 2.9
2. Perbedaan Hasil Belajar kognitif Siswa Menggunakan Model
Pembelajaran berpikir Induktif dan Model Pembelajaran Guided
Discovery pada Materi Rotasi benda tegar
Untuk mencari perbedaan dari hasil belajar kognitif siswa maka akan
di lakukan terlebih dahulu uji normalitas data dan uji homogenitas data.
1. Uji Normalitas
Prasyarat dalam analisis kuantitatif parametik adalah terpenuhinya
asumsi kenormalan terhadap distribusi data yang akan dianalisis. Uji
normalitas menggunakan Uji Lilliefor (uji kolmogrov-Smirnov) dengan
kriteria pengujian pada signifikansi

atau [

, maka

data berdistribusi normal, sedangkan jika signifikansi < 0,05 maka data
tidak berdistribusi normal.74 Hasil analisis uji normalitas data dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa
No.

Perhitungan Data

Keterangan

1

Hasil Belajar Kelas XI 2

0.001

Tidak Normal

2

Hasil Belajar Kelas XI 5

0,003

Tidak Normal

Level signifikan
74

Sig

= 0,05

Sundayana Rostina, Statistika Penelitian Pendidikan………….., h.88

60

2. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi
penelitian

mempunyai

variansi

yang

sama.

Uji

homogenitas

menggunakan uji homogenitas dua varians untuk hasil belajar dengan
menggunakan model

pembelajaran berpikir induktif dan model

pembelajaran guided discovery. Kaidah keputusan uji homogenitas dua
varians: Jika Fhitung < Ftabel maka varians homogen.75
Hasil analisis uji homogenitas hasil belajar dengan menggunakan
model pembelajaran

berpikir induktif dan menggunakan model

pembelajaran Guided discovery dengan rumus uji homogenitas dua
varians. Data hasil perhitungan secara lengkap pada lampiran 3.3 dan
secara singkat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Variabel
Hasil belajar menggunakan model pembelajaran
berpikir induktif dan menggunakan model
pembelajaran Guided discovery

sig
0,085

Keterangan
Homogen

Level signifikan 0,05
3. Uji hipotesis
Setelah diperoleh data postest berdistribusi normal dan homogen
maka hipotesis diuji menggunakan uji statistik parametrik (uji-T dengan α
= 0,05) yaitu indepandent sample T-Test dengan kriteria pengujian
apabila nilai sig > 0,05 maka HO diterima dan Ha ditolak, sedangkan
75

Sundayana Rostina, Statistika Penelitian Pendidikan………….., h.145

61

apabila sig < 0,05 maka HO ditolak dan Ha diterima. Namun jika dalam
analisis data postest berdistribusi tidak normal tetapi homogen atau
sebaliknya, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mann-Whitney.
Uji hipotesis terdapat tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif siswa
antara model pembelajaran berpikir induktif dan model pembelajaran
guided discovery pada materi Rotasi benda tegar dengan data postest
kedua kelas dapat dilihat pada tabel 4.7. rekapitulasi uji hipotesis untuk
hasil belajar kedua kelas dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 3.5.
Tabel 4.7
Hasil Uji Beda Hasil Belajar Kognitif Siswa
No
1.
2.

Uji Hipotesis
(Uji Beda)
Uji Mann-Whitney
Uji Kruskal-Wallis
Sig* 5% = 0,05

Sig *
0,006
0,006

Keterangan
Ada perbedaan signifikan
Ada perbedaan signifika

Hasil uji beda dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji
Kruskal-Wallis untuk nilai Postest hasil belajar siswa antara model
pembelajaran berpikir indukti dan model pembelajaran guided discovery
diperoleh Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,006 karena Asympsig (2-tailed) <
0,05 maka maka HO ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan nilai postest hasil belajar siswa antara
pembelajaran berpikir induktif dan pembelajaran guided discovery setelah
pembelajaran.

62

B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan menggunakan du kelas sampel yaitu kelas XI-2
dan kelas XI-5 dengan menerapkan dua model pembelajaran yaitu model
pembelajaran berpikirinduktif dan

model pembelajaran guided discovery.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif
diterapkan pada kelas XI-5 dengan jumlah 27 siswa. Sedangkan model
pembelajaran guided discovery diterapkan pada kelas XI-2 dengan jumlah siswa
31 orang.
1. Hasil Belajar Kognitif dan Psikomotorik
a. Hasil Belajar Kognitif
Hasil analisis belajar kognitif siswa diukur melalui tes tertulis berupa
soal pilihan ganda sebanyak 30 soal. Berdasarkan postest Ketuntasan hasil
belajar siswa kelas XI-5 pada materi rotasi benda tegar dengan menggunakan
model pembelajaran berpikir induktif bahwa 9 orang siswa yang tuntas dan
18 orang siswa yang tidak tuntas sedangkan untuk kelas XI-2 dengan
menggunakan model pembelajaran guided discovery berdasarkan 4.2 terdapat
15 siswa yang tuntas dan 16 siswa tidak tuntas. Bila dilihat dalam bentuk
grafik persentase ketuntasan hasil belajar kognitif baik pada kels XI-5
maupun kelas XI-2 ditunjukkan pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini:

63

TIDAK TUNTAS

TUNTAS

33%
67%

Gambar 4.1 Diagram Presentase Ketuntasan Balajar Individual Kelas XI-5

TIDAK TUNTAS
TUNTAS 48%
52%

Gambar 4.2 Diagram Presentase Ketuntasan Balajar Individual Kelas XI-2
Berdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar
kognitif siswa secara individu kelas XI-2 dari 27 siswa terdapat 9 orang
yang tuntas dengan persentase 33% sedangkan siswa yang tidak tuntas 18
orang dengan persentase 67% dan pada kelas XI-5 terdapat 15 orang siswa
yang tuntas dengan persentase 48% dan 16 siswa yang tidak tuntas dengan
persentase siswa sebesar 52 %.
Rendahnya nilai postest dan banyaknya siswa yang tidak tuntas pada
kedua kelas tersebut dikarenakan tingkat kemampuan siswa dalam satu kelas
berbeda sehingga tingkat pencepaian materipun berbeda-beda pula. Hal ini

64

sejalan dengan pendapat S. Nasution yang menegaskan bahwa “anak-anak
yang memilki kemampuan intelegensi baik dalam satu kelas sekitar sepertiga
atau seperempat, sepertiga sampai setengah anak sedang, dan seperempat
sampai sepertiga termasuk golongan anak yang memiliki intelengensi
rendah”.76
ketidaktertarikan siswa terhadap pembelajaran fisika sehingga
kesulitan dalam memahami materi fisika dan soal-soal fisika. Selain itu,
dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif terutama dalam kegiatan
melakukan percobaan dan diskusi kelompok juga mempengaruhi hasil
belajar kognitif siswa, lebih lanjut pada saat pemberian tugas rumah pada
setiap pertemuan hanya ada sebagian siswa yang mengerjakan. Disamping
itudari sebahian siswa tersebut memilki jawaban yang sama, artinya hanya
beberapa siswa yang menjawab bersungguh-sungguh menjawab sendiri
tugas yang diberikan, seta tidak menutup kemungkinan sebelumm
dilaksanakan postest pada saat diumah siswa tidak belajar dan hanya
memahami materi pembelajaran yang telah dilakukan.
Sedangkan siswa

yang mampu mencapai ketuntasan belajar

dikarenakan kemampuan guru menjelaskan materi pelajaran,membimbing
dan mengarahkan siswa cukup baik, kemampuan siswa mengikuti proses
belajar mengajar, memperhatikan dan memahami penjelasan guru dari

76

Martinis Yasmin. Propesional Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008, h.126

65

kegiatan awal sampai kegiatan penutup cukup baik, kemampuan siswa
memahami dan mengerjakan soal cukup baik, kemampuan siswa dalam
melakukan percobaan dan diskusi kelompok cukup baik dan aktif, serta
sebelum dilakukan postest pada saat dirumah siswa belajar terlebih dahulu.
b. Hasil Belajar Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik diperoleh dari 6 orang penilaian pengamat
yaitu teman-teman mahasiswa yang pernah menjadi asisten saat praktikum
fisika dasar. Data hasil belajar psikomotorik tidak dianalisis untuk mencari
uji beda dikarenakan data tersebut merupakan data yang diperoleh setelah
diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berpikir
induktif dan model pembelajaran guided discovery.
Berdasarkan

tabel

4.3

untuk

kelas

yang

diterapkan

model

pembelajaran berpikir induktif secara keseluruhan tuntas dengan perolehan
nilai yaitu 3,09. Sedangkan untuk kelas yang diterapkan model pembelajaran
guided discovery berdasarkan tabel 4.4 secara keseluruhan siswa tuntas
dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 3,02. Gambar grafik berikut
menunjukkan nilai persentase hasil belajar psikomotorik.

66

rata-rata Psikomotori Siswa

3.1
3.08
3.06
3.04

Series 1
Column1

3.02

Column2
3
2.98
kelas XI-2

kelas XI-5

gambar 4.3 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar
Psikomotorik
Berdasarkan

gambar

4.3

persentase

ketuntasan

hasil

belajar

psikomotorik diatas memiliki selisih yang jauh berbeda namun memiliki
kategori tuntas. Nilai tersebut menunjukkan bahwa siswa dari kelas XI-2
maupun XI-5 mampu melakukan percobaan penggunaan alat.
2. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Siswa dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Berpikir Induktif Dan Model Pembelajaran Guided
Discovery
Kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda yaitu kelas XI-5
menggunakan model pembelajaran berpikir induktif dan kelas XI-2
menggunakan model pembelajaran guided discovery dengan tiga kali
pertemuan. Setelah diberi perlakuan yang berbeda, kedua kelas diberikan
postest hasil belajar kognitif yang sama. Nilai rata-rata postest kelas XI-5
yaitu 58,59 dan kelas XI-2 yaitu 65,16.

67

Analisis uji beda nilai hasil belajar siswa kelas XI-5 dan XI-2
diperoleh Asymp, sig (2-tailed) yaitu 0,006 yang artinya nilai Asymp, sig (2tailed) < 0,05 sehingga HO ditolak dan Ha diterima. Penerimaan Ha
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran berpikir induktif dan
siswa yang mendapatkan model pembelajaran guided discovery.
Model pembelajaran yang diterapkan yaitu model pembelajaran
berpikir induktif dan model pembelajaran guided discovery dalam
tahapannya terdapat percobaan yang hampir sama dengan LKPD yang
berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda, begitu juga nilai rata-rata
postest juga berbeda. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata postest siswa
maka model pembelajaran guided discovery lebih baik di terapkan disekolah
daripada model pembelajaran berpikir induktif.
Model pembelajaran guided discovery lebih efektif meningkatkan
keberhasilan dalam mempelajari mata pelajaran fisika materi rotasi benda
tegar. Informasi hasil perpaduan pengajaran model pembelajaran guided
discovery telah mampu memberikan gambaran yang jelas kepada siswa
sehingga siswa dapat mempelajari mata pelajaran fisika yang diajarkan
melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil dengan bantuan arahan dari
guru dibandingkan dengan menggunakam model pembelajaran berpikir
induktif.

68

Hasil temuan pada penelitian ini sejalan dengan penjelasan bahwa
keberhasilan pembelajaran tidak hanya melihat dari hasil belajar yang di
capai siswa tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya
merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya
hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswa dan proses
mengajar guru.77 Metode yang dapat dijadikan sebagai motivasi dalam proses
pembelajaran disekolah sekaligus sebagai pelajaran sendiri.
3. Keterbatasan Penelitian
Tempat dimana peneliti melakukan penelitian yaitu SMAN 4 Palangka
Raya, dimana sekolah tersebut telah menerapkan K13 yang di dalamnya
terdapat 3 asfek penilaian yaitu afektif, psikomotorik dan kognitif. Saat
proses belajar mengajar berlangsung peneliti juga melakukan 3 penilaian,
namun dalam penulisan skiripsi ini, peneliti hanya memasukkan dan
menghitung untuk nilai kognitif saja.
Kedua

model

mengembangkan

atau

pembelajaran

ini

memperbanyak

dianggap
persediaan

membantu
dan

siswa

penguasaan

keterampilan serta proses kognitif siswa. Meski begitu penelitian ini
memerlukan

keterampilan

guru

dalam

bertanya

dan

mengarahkan

pembelajaran.

77

65

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya: Bandung, 1998, h.