Aspek Pajak Bendaharawan Negara negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

Kementerian Keuangan Republik
Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak
KPP Pratama Cilegon

PER- 32/PJ/2015
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN,
PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN
ORANG PRIBADI

Objek & Subjek
Pajak

PPh Pasal 21
Atas Penghasilan yang diterima oleh Orang
Pribadi sehubungan dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan
Peserta Diklat
Pegawai

Negeri Sipil

Pegawai
Tetap
Pejabat
Negara
Pegawai

Bukan
Pegawai

Orang Pribadi
Pemberi Jasa
di segala
Bidang
Tenaga Ahli

Anggota
Kepanitiaan


Peserta
Kegiatan

Peserta
Kegiatan
Lainnya
Peserta
Rapat
Peserta
Perlombaan

Pemotongan PPh Pasal
21
Penghasilan
Dibayarkan kepada :
PNS, TNI, Polri, Pejabat
Negara
Gaji dan
Tunjangan
Rutin


Honorariu
m dan
Imbalan
diluar Gaji

Bukan PNS, TNI, Polri, Pejabat
Negara
Pegawai
Honorer

Bukan
Pegawai

Tarif Ps.17 x

Tarif Ps.17 x

Peserta
Kegiatan


Tarif Ps.17 x
0 % -> Gol I &
Penghasila
50% x
Tarif Ps.17 x
II
Penghasila
n
Kena
Penghasila
Penghasilan
5 % -> Gol III
n Bruto
Pajak
n
Bruto
Kena Pajak
15 % -> Gol IV
(PPh

dikali
ditanggung
Penghasilan
JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP
MAKA
Pemerintah)
Bruto (PPh
TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI
Final)
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Bruto – PTKP – (Biaya
Jabatan + Iuran Pensiun)

Next : detil penghasilan

Penghasilan yang Dikenakan PPh
Pasal 21/26












penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun
tidak teratur
penghasilan penerima pensiun secara teratur
uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus,
yang pembayarannya melewati jangka waktu 2
tahun;
penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas
imbalan kepada bukan pegawai;
imbalan kepada peserta kegiatan;
imbalan kepada dewan komisaris/pengawas
yang bukan merupakan pegawai tetap pada

perusahaan yang sama;
Termasuk:
imbalan kepada
mantan pegawai;
Natura/Kenikmatan
dari:
penarikan dana pensiun oleh pegawai.



Wajib Pajak PPh Final
Wajib Pajak Norma Penghitungan Khusus

Penghasilan yang Tidak Dikenakan
PPh Pasal 21/26








Pembayaran manfaat atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa
Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah
Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi
kerja
Zakat/sumbangan
wajib
keagamaan
dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(3) huruf l UU PPh

PPh Pasal 21:
Lainnya
Dewan Komisaris/
Pengawas non

Pegawai tetap

Mantan Pegawai

honorarium atau
imbalan yang
bersifat tidak teratur

jasa produksi,
tantiem, gratifikasi,
bonus atau imbalan
lain yang bersifat
tidak teratur

Peserta program
Pensiun yang masih
Berstatus pegawai

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto


penarikan dana
pensiun

Perhitungan Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak
Keterangan

Setahun

Untuk diri Wajib Pajak
Tambahan pegawai kawin
Tambahan anggota keluarga
sedarah max 3 orang
Tambahan untuk istri yang
penghasilannya digabung

Sebulan

3.000.00

0

3.000.000

250.000

3.000.000

250.000

36.000.000

3.000.00
0

Kode

Jumlah

TK/0

36.000.000

Kawin - 0

K/0

39.000.000

Kawin - 1 Anak

K/1

42.000.000

Kawin - 2 Anak

K/2

45.000.000

Kawin - 3 Anak

K/3

48.000.000

Tidak Kawin - 0

12 PTK
2/P P:
MK
.01
0/2
01
5

36.000.000

Status PTKP
WP

PM
K

PTKP Karyawati

Kawin

Hanya untuk
diri sendiri

Kawin
Suami tidak
berpenghasilan

1. Diri sendiri;
2. Status kawin;
3. Tanggungan
maks 3.

Tidak
Kawin

1. Diri sendiri;
2. Tanggungan
maks 3.

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat
serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/
memperoleh penghasilan

Faktor Pengurang
untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak

Biaya Jabatan & Iuran
Pensiun
BIAYA JABATAN
5 % x PENGHASILAN BRUTO
(Total)

Maks
Setahun

6.000.000

IURAN PENSIUN
4,75 % x PENGHASILAN BRUTO (Gaji)

Maks
Sebulan
500.000

Tarif Pasal 17 UU PPh
sebagai dasar penghitungan PPH Pasal 21
NO

Lapisan Penghasilan

Tarif

1.

S.d. Rp 50.000.000

5%

2.

Di atas Rp50.000.000 - s.d. Rp
250.000.000

15%

3.

Di atas Rp250.000.000 s.d.Rp500.000.000-

25%

4.

Di atas Rp500.000.000

30%

TETAP

Ph NETO - PTKP

PEGAWAI

BULANAN
TIDAK TETAP
HARIAN

Ph BRUTO - PTKP
Ph BRUTO – 300 RIBU
Ph BRUTO(>3jt s.d.8,2jt) –
PTKP Harian
Ph BRUTO(>8,2jt) – PTKP

PENSIUNAN

BERKALA

BERKESINAMBUNGAN
BUKAN PEGAWAI

BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1)
TIDAK BERKESINAMBUNGAN

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,
PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI
PESERTA KEGIATAN

Ph NETO - PTKP
((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan)
Kumulatif
(50% X Ph Bruto) Kumulatif
50 % x Ph Bruto
Ph Bruto Kumulatif
Ph Bruto

PPh Pasal 21
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga
Kerja Lepas
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan,
Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah
Upah Kumulatif satu bulan
melebihi Rp 8.200.000

Upah/Uang Saku Harian
Dikali 12
≤ 300.000

> 300.000

Dikurangi PTKP Setahun

Tidak Dipotong

Dikurangi 300.000

Penghasilan Kena Pajak

Dipotong 5%

Dikenakan Tarif Ps 17

Upah kumulatif > Rp3 jt s.d. Rp8,2 jt sebulan
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 = 5%

PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan

PPh Pasal 21:
Pegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Setiap Masa Pajak,
kecuali Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto
yang akan diterima selama
setahun,
 Penghasilan teratur
sebulan dikali 12

Masa Pajak terakhir

Selisih antara PPh yang
terutang atas seluruh
penghasilan kena pajak
selama setahun dengan PPh
yang telah dipotong masamasa sebelumnya

Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal
dunia atau meninggalkan
Indonesia selamanya;
2. Orang asing mulai
bekerja di Indonesia
pada tahun berjalan
untuk jangka waktu lebih
dari 6 bulan;
3. Karyawan pindah cabang

Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN mulai bekerja
pada tahun berjalan;
2. WP OP DN pindah kerja
ke pemberi kerja yang
lain

PPh Pasal 21:
Bukan Pegawai
berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)
PTKP sebulan,
Dihitung secara
kumulatif

Berkesinambungan
Exc. Pasal 13 ayat (1)

(50 % x Ph Bruto)

Tidak
berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)

Dihitung secara
kumulatif

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah
Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelum
Dipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

Penerima Penghasilan Tidak
ber-NPWP
PPh Pasal 21 sebesar 120%
lebih tinggi daripada PPh
Pasal 21 yang seharusnya
(20% lebih tinggi)
Setelah pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
Desember

merupakan kredit
pajak dalam SPT
Tahunan PPh

Ber-NPWP

sebelum pemotongan
PPh Pasal 21 bulan
Desember

Diperhitungkan oleh
pemotong dengan
PPh Pasal 21 bulanbulan selanjutnya

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final

Ketentuan Khusus

1. Uang Pesangon
2. Uang Manfaat Pensiun
3. THT/JHT
yang dibayarkan sekaligus

PP 68 Tahun 2009

Penghasilan bersumber dari
APBN/D yang diterima oleh
Pejabat Negara, PNS,
Anggota, TNI/Polri, dan
Pensiunannya

PP 80 Tahun 2010

Saat terutang
PPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan

Pemotong

Saat dilakukannya
pembayaran
atau
saat terutangnya
penghasilan

akhir bulan dilakukannya pembayaran
atau
akhir bulan
terutangnya
penghasilan

Kewajiban Pemotong









Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan
kalender.
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa Pajak
Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21



Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau
pegawai berhenti



Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti
potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan



Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam
SPT Masa PPh Pasal 21

Kewajiban Penerima Penghasilan



Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP



Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada
Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri



Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai
Pensiun



Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi
Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum
Mulai Tahun Kalender Berikutnya

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21
Rifki Zain seorang PNS
golongan IVa di Kantor
Kementerian Pendidikan Cilegon berdasarkan data pada
bulan Maret 2015 Rifki Zain memperolah gaji perbulan
Rp.3.800.000,00, tunjangan jabatan
Rp.540.000,00
perbulan dan mempunyai 3 orang anak.
Pada tanggal 25 Maret 2015 Kantor Kementerian Pendidikan
membayar honor tim kepada Rifki Zain sebesar Rp.1.200.000,00.
Mendapatkan rapel kenaikan gaji pada bulan Juli 2015 karena
kenaikan gaji berkala sehingga gaji Rifki Zain menjadi
Rp.3.900.000,00.

A.

PPh Pasal 21 Masa Maret 2015
Gaji Pokok
Tunjangan Istri
Tunjangan anak
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga
Tunjangan Jabatan
Tunjangan Beras
Pembulatan
Jumlah penghasilan bruto
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x
Iuran pensiun
4,75% x

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

5.218.000 =

Rp.

260.900

4.408.000 =

Rp.

209.380

3.800.000
380.000
228.000
4.408.000
540.000
270.000
5.218.000

470.280
Rp.

Penghasilan neto:
Penghasilan neto disetahunkan :
12 x
4.747.720
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak
- Status WP Kawin
- Tanggungan (3 anak)

4.747.720
56.972.640
36.000.000
3.000.000
9.000.000

Rp.

48.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Rp.

8.972.640

PKP dibulatkan
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan setahun
PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan sebulan
Tambahan 20% lebih tinggi karena belum ber-NPWP

Rp.

8.972.000
448.600
37.383
-

B.

PPh Pasal 21 atas Honorarium di Bulan Maret 2015
=

1.200.000

=

180.000

x

(PPh Pasal 21 atas Honorarium bersifat final)

15%

C.

PPh Pasal 21 atas Pembayaran Rapel Kenaikan Gaji Berkala 2015
Gaji Pokok
Tunjangan Istri
Tunjangan anak
Jumlah gaji dan tunjangan keluarga
Tunjangan Jabatan
Tunjangan Beras
Pembulatan
Jumlah penghasilan bruto
Penghasilan disetahunkan
12
x
5.218.000 =
Jumlah rapel Kenaikan gaji
6
x
100.000 =
Jumlah Penghasilan Bruto Setahun
Pengurangan :
Biaya Jabatan
5% x
63.216.000 = Rp.
Iuran pensiun
4,75% x
52.896.000 = Rp.
Penghasilan neto setahun:
PTKP (K/3)
- Untuk Wajib Pajak
- Status WP Kawin
- Tanggungan (3 anak)

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

3.800.000
380.000
228.000
4.408.000
540.000
270.000
5.218.000

62.616.000
600.000

Rp.

63.216.000

Rp.

5.673.360
57.542.640

3.160.800
2.512.560
36.000.000
3.000.000
9.000.000

Penghasilan Kena Pajak (PKP)
PKP dibulatkan
PPh Pasal 21 setahun atas seluruh penghasilan
PPh Pasal 21 setahun tanpa rapel kenaikan gaji berkala
PPh Pasal 21 atas rapel kenaikan gaji berkala

Rp.
Rp.
Rp.

48.000.000
9.542.640
9.542.000
477.132
448.600
28.532

Pelaporan SPT PPh Orang Pribadi Tahun
Pajak 2015

 Batas waktu penyampaian 31 Maret
2016
Besaran PTKP menggunakan
besaran
PTKP
sesuai
PMK-122/PMK.10/2015

Terima Kasih