Integrasi tanaman singkong dan ayam

1

1. LATAR BELAKANG
Sistem Integrasi Tanaman-Ternak (SITT) adalah intensifikasi sistem usahatani melalui
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara terpadu dengan komponen ternak sebagai
bagian kegiatan usaha. Tujuan pengembangan SITT adalah untuk meningkatkan produktivitas
dan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian untuk mewujudkan suksesnya revitalisasi
pembangunan pertanian. Komponen usahatani SITT meliputi usaha ternak ayam petelur,
tanaman pangan (padi & palawija), hortikultura (sayuran), perkebunan, (tebu) dan perikanan
(lele, gurami, nila). Limbah ternak diproses menjadi kompos & pupuk organik granuler serta
biogas; limbah pertanian (jerami padi, batang & daun jagung, pucuk tebu, jerami kedelai dan
kacang tanah) diproses menjadi pakan. Gas-bio dimanfaatkan untuk keperluan memasak,
sedangkan limbah biogas (sludge) yang berupa padatan dimanfaatkan menjadi kompos dan
bahan campuran pakan sapi & ikan, dan yang berupa cairan dimanfaatkan menjadi pupuk cair
untuk tanaman sayuran dan ikan (Hardianto, 2008).
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi sehingga
dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa
tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses
produksi. Pengembangan wilayah ekonomi berbasis pertanian yang diwujudkan dalam program
pembangunan pertanian pada hakekatnya merupakan rangkaian upaya untuk memfasilitasi,
melayani dan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berkerakyatan, berkelanjutan dan merata pada semua wilayah. Pengembangan pertanian secara
integrasi dengan mengoptimalkan segala potensi yang dipunyai merupakan suatu sistem yang
sangat tepat untuk dikembangkan oleh masyarakat. Pertanian terintegrasi merupakan suatu yang
berbeda dengan sistem pertanian campuran. Suatu sistem dikatakan sebagai pertanian campuran
adalah ketika minimal 10% pakan untuk ternak berasal dari tanaman dan atau sisa-sisa tanaman,
atau lebih dari 10% total produksi pertanian berasal dari aktivitas pertanian non ternak (Sere dan
Steindeld, 1996). Pertanian terintegrasi bukan hanya melakukan berbagai usaha pertanian (dua
atau lebih usahatani) tetapi menekankan adanya simpul-simpul yang menyatukan atau
menghubungkan diantara aktivitas usahatani yang satu dengan sistem usahatani yang lain.
Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik didalam tanah dan penyerapan karbon
lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pupuk nitrogen dan
sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien maka

2

sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasanan tersebut
sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan. Keberadaan sektorsektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh
komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen
lainnya. Disamping akan terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi tidak
akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Selanjutnya akan

terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan
efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu
adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Disamping akan terjadi peningkatan
hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksiakan
tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan
memiliki beragam sumber penghasilan. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga
beternak kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat
digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu memebeli pupuk lagi. Jika panen gagal
petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam untuk mendapatkan penghasilan.
Pertanian terpadu merupakan pilar kebangkitan bangsa Indonesia dengan cara menyediakan
pangan yang aktual bagi rakyat Indonesia dengan cara menyediakan pangan yang aktual bagi
rakyat Indonesia. Dalam segi ekonomi pertanian terpadu sangat menguntungkan bagi
masyarakat.
Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan istilah energi
metabolis.Walaupun

jagung

mengandung


protein

sebesar

8.5%,tetapi

pertimbangan

penggunaanjagung sebagai pakan adalah untuk energi.Apabila energi yang terdapat pada jagung
masih kurang,misalnya untuk pakan ayam broiler,biasanya ditambahkan minyak agar energi
ransum sesuai dengan kebutuhan ternak.Kontribusi energi jagung adalah dari saripatinya yang
mudah dicerna.

Jagung juga mengandung 3.5 % lemak,terutama terdapat dibagian lembaga

biji.Kadar asam lemak linoleat dalam lemak jagung sangat tinggi,sehingga dapat memenuhi
kebutuhan ayam ,terutama ayam petelur. Jagung mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif
rendah dan sebagian besar P terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia seluruhnya untuk
ternak berbentuk tunggal. Jagung mengandung lisin dan metionin yang relatif rendah dibandung
gandum atau dedak padi. Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas,terutama ayam

petelur, adalah kandungan xantofilnya yang tinggi (18 ppm) dan berguna untuk kuning telur

3

,kulit atau kaki berwarna lebih cerah.Hal ini tidak dijumpai pada biji – bijian lain,dedak padi,dan
ubi kayu.Oleh karena itu,apabila jagung tidak digunakan untuk pakan ayam petelur tetapi
menginginkan telur berwarna cerah,maka perlu ditambahkan sumber xantofil lain seperti tepung
daun lamtoro,corn gluten meal atau sumber xantofil murni.

Jagung putih umumnya tidak

mempunyai kandungan xantofil,sehingga kurang sesuai untuk bahan pakan. Di negara lain
dimana jagung putih banyak digunakan sebagai bahan pangan maka nilainya lebih tinggi
dibanding jagung kuning.Berdasarkan kandungan gizinya, komposisi jagung putih hampir sama
dengan jagung kuning,perbedaannya terletak pada kandungan xantofil. Komposisi kimia jagung
dapat bervariasi ,kandungan protein dan asam amino banyak dipengaruhi oleh genetik jagung
dan kesuburan tanah,pemupukan,dan iklim. Perubahan kandungan protein jagung umumnya
berhubungan dengan perubahan rasio antara kandungan protein dalam endosperm dan total
protein dalam biji.Beberapa pabrik pakan melaporkan bahwa jagung lokal Indonesia mempunyai
kandungan protein yang relatif lebih tinggi dibanding jagung impor,sehingga pada saat protein

pakan mahal,penggunaan jagung lokal lebih menguntungkan. Komposisi kimia jagung
dipengaruhi pula oleh kematangan jagung saat dipanen.Jagung yang di panen sebelum tiba
waktunya akan mempunyai derajat kamba (density) yang lebih rendah dan menghasilkan pati
yang rendah pula,sehingga nilai energi metabolis untuk ternak menurun. Oleh karena
itu,dianjurkan untuk memanen jagung pada saat sudah cukup umur. Komposisi kimia jagung
dan nilai gizi lainnya dipengaruhi oleh kadar air jagung.Jagung dengan kadar air tinggi
mempunyai komposisi kimia yang lebih rendah dibanding jagung dengan kadar air rendah jika
datanya di dasarkan atas bobot basah as is.Para peternak atau pembuat ransum seringkali
menggunakan data as is dalam menghitung formula,padahal jagung basah sama dengan jagung
kering yang ditambah air sehingga lebih encer. Jagung juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi bagi ternak rumansia,baik sapi maupun kambing/domba.Dibeberapa negara,jagung
digunakan untuk pakan sapi penggemukan.Untuk meningkatkan nilai gizinya,jagung dipanaskan
dengan uap dan di tekan (roll).Tekhnik rolled kering juga dapat di aplikasikan tetapi hasilnya
kurang memuaskan dibandingkan dengan pemenyatan cara basah dengan uap.
Subsektor peternakan sebagai bagian integral pembangunan pertanian memiliki peran
strategis dalam penyediaan bahan pangan dan pemberdayaan masyarakat dengan berupaya
meningkatkan produksi peternakan melalui penanganan seluruh potensi yang ada secara terpadu
dan seimbang. Salah satunya dengan pengembangan usaha peternakan sapi potong sebagai

4


penghasil daging untuk memenuhi permintaan daging.

Strategi pembangunan peternakan

mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal
dari ternak akan terus meningkat seiring dengan perningkatan jumlah penduduk, pendapatan dan
kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergisi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya
tingkat pendidikan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah
pembangnan di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang peternakan, peternakan
merupakan salah satu usaha yang sudah lama dilakukan oleh masyarakat di pedesaan adalah
beternak sapi potong, yang berbentuk usaha peternakan rakyat.

2. KELAYAKAN AGROEKOLOGI
a. Tanaman Jagung
Iklim :
Tanaman jagung berasal dari saerah tropis dan dapat menyesuaikan

diri dengan


lingkungan diluar daerah tersebut, Jagung tidak menuntut persyaratan ;ingkungan yang terlalu
ketat. Daerah yang dikehendaki oleh tanaman jagung yaitu daerah beriklim sedang hingga
daerah yang beriklim subtropis/ tropis basah, jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara
50o LU- 40o LS dengan curah hujan sekitar 85 – 200 mm/ bulan selama masa pertumbuhan.
Pertumbuhan jagung sangat membutuhkan sinar matahari.

Intesitas sinar matahari sangat

penting bagi tanaman terutama dalam masa pertumbuhan. Sebaiknya tanaman jagung mendapat
sinar matahari langsung. Suhu yang dikehendaki adalah antara 27 – 32 oC. Pada proses
perkecambahan benih, jagung memerlukan suhu sekitar 30oC. Panen jagung diupayakan pada
musim kemarau untuk pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Tanah
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau
lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air.
Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur
dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi
jagung hingga 15%. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang
paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil
yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada jagung cendrung


5

menurun. Jenis tanah di Indonesia dengan jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) yang
mempunyai pH tanah rata-rata rendah (masam) untuk penanaman jagung perlu dilakukan
pengapuran terlebih dahulu. Penanaman jagung (Zea mays L) umunya dilakukan dilahan kering
(tegalan) dan lahan basa (sawah). Tanaman jagung di lahan kering umumnya dikaitkan dengan
pola tanam yang sesuai pada derah setempat. Sementara peneneman jagung di lahan sawah
umumnya dilakukan pad musim kemrau setelah panen tanaman padi. Tanaman jagung
mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis tanah (Rukmana, 1997). Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup.
Tersedianya air dan zat makanan di dalam tanah sangat menujang proses pertumbuhan tanaman
hingga produksi. Kemasaman tanah yang cocok adalah pada pH tanah 6,0 – 7,0 (S1) dengan
salinitas < 2 mmhos/cm (Djaenuddin, 1994).

b. Ternak Ayam Petelur
Iklim
Kondisi iklim terhadap usaha peternakan ayam petelur di Indonesia cukup baik.
Temperatur udara minimum dan maximum diseluruh kepuluan Indonesia walaupun agak
berbeda-beda, tetapi sebagian besar masih dapat ditoleransi atau diadaptasi dengan baik oleh

ternak ayam ( ± 210C s/d ± 270C ). Bahkan dibeberapa daerah terdapat temperatur udara yang
sangat baik (favorable) bagi ternak ayam ( ± 150C s/d 210C ) dan samping itu di temukan pula
daerah yang mempunyai temperatur lebih tinggi dari kebutuhan optimal ternak ayam, seperti
daerah dataran rendah dan pantai. Keadaan iklim yang sedikit berbeda ini memerlukan perhatian
management yang berbeda seperti menyiapkan konstruksi kandang ayam, kwalitas ransum
makanan, penyimpanan hasil produksi dan sebagainya. Ada berbagai pola yang dapat dilakukan
dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Jika pola pemberian cahaya ini
tidak dilakukan dengan benar, maka justru akan merugikan peternak. Oleh karena itu, sebelum
peternak melakukan pengaturan pencahayaan dengan berbagai modifikasi, peternak harus
mengetahui fungsi cahaya tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengaturan
berbagai modifikasi yang disesuaikan dengan lingkungan dan kondisi ayam.

6

Tanah
Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang cocok untuk
kehidupan ayam petelur, harga tanah relative murah serta mudah dijangkau alat transportasi dan
komunikasi. Memelihara ayam petelur sebaiknya dilakukan pada ketingian 100-400 meter diatas
permukaan laut. Kurang dari ketinggian 100 meter dari permukaan laut maka ayam mudah stress
karena pengaruh panas. Sementara ketinggian diatas 400 meter akan berpengaruh buruk karena

curah oksigen semakin rendah, sehingga ayam akan rentan terhadap penyakit pernafasan maupun
penyakit metabolisme lainnya. Kasus-kasus yang sering terjadi didaerah dataran rendah adalah
ayam mudah mengalami panting (ayam bernafas dengan mulut) karena panas yang berlebihan,
bobot telur lebih ringan, kanibal dan tingkat kematian lebih tinggi. Kasus-kasus yang muncul di
dataran tinggi adalah ascites (perut kembung berisi cairan) dan penyakit pencernaan lainnya
akibat bakteri gram negative. Disamping itu, syarat mutlak lainnya adalah tersedia sumber air
yang cukup. Jenis tanah yang dipilih adalah yang mudah menyerap air seperti tanah berpasir.
Menurut pengalaman, jika jenis tanah kandang mudah menyerap air maka air yang tersedia
relative lebih bersih dan tidak tercemar kuman penyakit. Karenanya ayam tidak mudah terserang
penyakit. Tanah yang sulit menyerap air seperti tanah lempung/ tanah liat sebaiknya dihindari
untuk lokasi kandang.
Melakukan usaha ternak ayam petelur didataran tinggi yang ideal dan sumber air diambil
dari sumur bor yang relative bersih masih beresiko jika tanahnya tidak mudah menyerap air.
Kenyataan di lapangan membuktikan ayam yang dipelihara sering terserang penyakit pernafasan.
Seperti CDR, Snot serta penyakit pencernaan seperti coli dan penyakit enteritis lainnya.
Akibatnya, peternak didaerah yang tipelogi tanahnya seperti itu sering mengalami kasus dan
jumlah kematian yam jauh lebih banyak dari pada ayam yang dipelihara di lokasi yang ideal.
Selain ketinggian tempat, sumber air dan tipe tanah, memilih lokasi harus mempertimbangkan
kelembapan lokasi. Kelmbapan idela untuk ayam sekitar 50-70%. Kelembapan ini akan
membantu perkembangan bulu akan semakin baik. Lingkungan dengan kelembapan rendah akan

menyebabkan perkembangan dan bentuk bulu menjadi jelek. Sebaliknya kelembapan tinggi akan
menyebabkan masalah seperti kadar amoniak yang tinggi diikuti masalah gangguan pernafasan.
Lokasi yang ideal memang akan memudahkan dan menguntungkan peternak dalam bisnis ayam
petelur. Tetapi jangan melupakan harga tanah. Untuk peternakan pemula sangat tidak disarankan
membeli tanah kecuali mereka yang sejak awal sudah memiliki lahan. Sebaiknya mereka

7

menyewa tanah untuk jangka waktu pendek seperti 5 tahun atau 3 periode pemeliharaan.
Alasannya untuk menekan modal investasi awal (putaran modal lebih ringan) dan melihat
keaadan lokasi tersebut cocok dan layak untuk memelihara ayam atau tidak. Selain itu,
perkembangan harga di lokasi calon peternakan yang terletak didaerah kurang produktif
sehingga keiakan lebih lambat dibandingkan lokasi tanah yang berada ti tepi jalan besar atau
tanah yang produktif.
3. TEKNIS BUDIDAYA
A. Tanaman Jagung
Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya
tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha.

Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak
dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak.
Tanah yang akan ditanami, dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat
saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran
ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah
dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan
sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan
pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.
Teknik Penanaman
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak
tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam
semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100
cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm
(1tanaman/lubang). Panen < 80 hari, jarak tanamnya 20x50 cm (1 tanaman/lubang). Pada saat
penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering,
perlu diairi dahulu

8

Pemeliharaan
Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam
tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan
untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah
dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.
Pemupukan
Waktu
Perendaman benih
Pupuk dasar
2 minggu
Susulan 1 (3 Minggu)
4 Minggu
Susulan II ( 6 Minggu)

Dosis Pupuk Makro (per ha)
Dosis POC
Urea (kg)
TSP
KCl (kg)
(kg)
2 - 4 cc/ lt air
120

80

25

20 - 40 tutup/tangki

-

-

-

115

-

55

-

-

-

4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram )

115

-

-

4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram )

4 - 8 tutup/tangki ( semprot/siram)

Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih
muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka
dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi
batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan
waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang.

9

Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah
lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air
yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan
tanaman jagung.
Hama dan Penyakit
Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami
pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
atau mati.
Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan
bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 33,5 mm.
Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang
terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun.
b. Ulat Pemotong
Gejala

: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas
gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab:
beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang
jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).

Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut
(biasanya terdapat di dalam tanah);
Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab : cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis,
merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna
menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5

10

minggu mengalami gangguanpertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal
daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis
kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola
pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan
musnahkan;
b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang
dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan
meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah,
kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah
menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab;
c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman
dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta
terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan
memanjang.
Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3)
sanitasi kebun;
d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab

: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae
Schw, Uredo maydis DC.

Gejala

: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi
pembengkakan

dan

mengeluarkan

kelenjar

(gall),

pembengkakan

ini

menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
Pengendalian

: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar;

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab

: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.

11

Gejala

: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung
berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi
warna coklat sawo matang.

Pengendalian

: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,
perlakuan benih;

G. Panen dan Pasca Panen
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)
dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen
ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika
sudah matang fisiologis.
2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.
3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air
dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.
4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau
dengan mesin pengering.
5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.
6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa
tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur,
hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

12

B. Beternak Ayam Petelur
a. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Kandang
Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur
berkisar antara 32,2–35 °C, kelembaban berkisar antara 60–70%, penerangan dan atau
pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar
matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik,
jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi
udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun
dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang.
Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan
tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti
tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat
penerangan. Bentuk-bentuk kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua:
a) Sistem kandang koloni, satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam
petelur;
b) Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri dari kandang
ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak
kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam peternakan
ayam petelur komersial.
Jenis kandang berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a) kandang dengan lantai liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi,
pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni;
b) kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu
kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan
langsung ke tempat penampungan;
c) kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40%
luas lantai kandang untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari
30% di kanan dan 30% di kiri).

13

2. Peralatan
a) Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan
tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai
campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan
kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
b) Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat
dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak diletakkan
dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger, penempatannya agar mudah
pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan.
Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah
bertelur dan dibuat lubah yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c) Tempat bertengger
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan
kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari
angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d) Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa
saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
3. Penyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a)
b)
c)

Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
Pertumbuhan dan perkembangan normal.
Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

14

d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
a) Konversi Ransum.
Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam
menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur.
Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih
banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit
ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini
dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran
daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.
b) Produksi Telur.
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur
banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi
makannya banyak juga tidak menguntungkan.
c) Prestasi bibit dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam
sebatas kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat dilihat
pada data di bawah ini. - Babcock B-300 v: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen
house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.







Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum
1,8-2,0 kg/dosin telur.
Hisex white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89
gram/dosin telur.
H & W nick: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9
kg/dosin telur.
Hubbarb leghorn: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,81,86 kg/dosin telur.
Ross white: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9
kg/dosin telur.
Shaver S 288: berbulu putih, type ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9
kg/dosin telur.

15







Babcock B 380: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275,
ransum 1,9 kg/dosin telur.
Hisex brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98
kg/dosin telur.
Hubbarb golden cornet: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260,
ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.
Ross Brown: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0
kg/dosin telur.
Shaver star cross 579: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265,
ransum 2,0-2,08 kg/dosin telur.
Warren sex sal link: berbulu cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280,
ransum 2,04 kg/dosin telur.

4. Pemeliharaan
a) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja.
Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup.
b) Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu)
dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:



Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat
kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama
(umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor;
minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91
gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4
minggu sebesar 1.520 gram.

16

Kwalitas dan kwantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:


Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%;
serat kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400



Kcal.
Kwantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5
(umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129
gram/hari/ekor; minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8
(umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57
hari adalah 3.829 gram.

c). Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2
(dua) fase yaitu:
1. Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing
minggu, yaitu :
minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor;
minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor;
minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan
minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6
liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula
dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50
gram/liter air.
2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu
minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor;
minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor;
minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan
minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak
333,4 liter/hari/ekor.
d). Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara
menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah
penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama
daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang
telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat

17

kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang
diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
a)
b)
c)
d)
e)

Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna
Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
Vaksin NCD HB-1/Pestos.
Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
b) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
c) Sterilisasi alat-alat.
e). Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang
rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa
maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
5. Hama Dan Penyakit
Penyakit karena Bakteri
1. Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika
2. Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau
kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
3. Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
4. Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam
menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

18

5. Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
6. CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan
ayam remaja.
Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
7. Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.
Penyakit karena Virus
a. Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya
penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke
seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh
dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
b. Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan
produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan
ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai
40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal,
putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu
ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan
vaksinasi.
c. Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas.
Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah
dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian:
 belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini;
 pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
d. Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium.
Pengendalian: dengan vaksinasi.
e. Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas,
akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%.
Pengendalian: dengan vaksinasi.

19

f. Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat.
Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini
mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang
menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
a) Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam.
Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan
penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam
amino hingga menjadi racun. Pengendalian: belum ada.
b) Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan
jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam
rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang
mengandung kadar lemak tinggi.
Penyakit karena Parasit
a) Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik.
Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam
terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi
telur merosot dan kurang aktif.
b) Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu
ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu
umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping
kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan
cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara

20

langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah
karena ayam tidak aktif.
Penyakit karena Protozoa
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit
ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang
ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.
6. Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oelh ayam.
Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi tlur yang
disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara
pukul

10.00-11.00;

pengambilan

kedua

pukul

13.00-14.00;

pengambilan

ketiga

(terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari
ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk kandang.
3. Pengumpulan
Telur yang telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam
pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara
telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval, bersih dan
kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal
misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau keriting, bentuknya lonjong.
4. Pembersihan
Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam
dibersihkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus,
dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk
telur tetas.

21

5. SKALA PRODUKSI
Skala usaha yang akan dianalisis adalah untuk tanaman jagung seluas 1 Ha sedangkan usaha
ternak ayam adalah 2000 ekor ayam. Sumber bahan baku berasal dari sekitar lokasi usaha
misalnya benih jagung, pupuk urea, pupuk TSP, Pupuk KCl, Pupuk Kandang, dan pestisida.
Untuk usaha ternak ayam berasal dari lokasi dan luar lokasi misalnya untuk bibit ayam dan
pakan ternak (kecuali jagung) berasal dari Makassar, sedangkan untuk bahan kandang dan
peralatannya diperoleh pada daerah tempat usaha.
Analisa ekonomi usahatani jagung dan usaha peternakan ayam petelur sebagai berikut :
1. Analisis Ekonomi Usahatani Jagung
a. Biaya Investasi
Lahan 10.000 m2 (1 Ha) @ Rp. 5.000,Peralatan :
a. Ember 2 buah @ Rp. 15.000,b. Sekop 1 buah @ Rp. 50.000,c. Parang 3 buah @ Rp. 50.000,d. Pacul 1 buah @ Rp. 75.000
e. Handsprayer 1 buah @ Rp. 500.000,Jumlah biaya Investasi
b. Biaya Sarana Produksi (Biaya Variabel)
a. Benih Jagung 16 Kg @ Rp. 90.000,b. Pupuk :
- Urea 200 kg @ Rp. 1.800,- TSP 150 kg @ Rp. 2.000,- KCl 100 kg @ Rp. 6.000,- Pupuk Kandang 200 kg @ Rp.1000
c. Pestisida 20 kg @ Rp. 45.000
d. Tenaga Kerja 72 HKSP @ Rp.50.000,Jumlah Biaya Sarana Produksi (Biaya Variabel)
c. Biaya Tetap
1. Penyusutan Alat Rp. 100.000/ 4 bulan
2. Pajak
Jumlah biaya tetap

= Rp. 50.000.000,= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.

30.000,50.000,75.000,75.000,500.000,-

= Rp. 50.730.000,-

= Rp.

1.440.000,-

=
=
=
=
=
=

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

360.000,300.000,600.000,200.000,90.000,3.600.000,-

= Rp.

6.590.000,-

= Rp.
= Rp.

100.000,30.000,-

= Rp.

130.000,-

22

d. Penerimaan
Biji Jagung 4900 kg @ Rp. 2.500,-

= Rp. 12.250.000,-

e. Pendapatan Rp. 12.500.000 - Rp. 6.720.000
Pendapatan selama 2 tahun 6 x Rp. 5.780.000

= Rp. 5.780.000,= Rp. 34.680.000,-

2. Analisis Ekonomi Usaha Peternakan Ayam Petelur ( selama 2 tahun)
a. Biaya Investasi
Kandang ukuran 40 x 13 m
Peralatan :
a. Ember 4 buah @ Rp. 15.000,b. Sekop 2 buah @ Rp. 50.000,c. Parang 2 buah @ Rp. 50.000,d. Pacul 3 buah @ Rp. 75.000
e. Tempat Pakan Pipa Paralon 40 meter
f. Tempat Minum Pipa Paralon 40 meter
g. Peralatan Listrik 1 set
h. Thermometer 1 buah
Jumlah biaya Investasi

= Rp. 50.000.000
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.
= Rp.

60.000,100.000,100.000,225.000,600.000,600.000,250.000,300.000,-

= Rp. 52.235.000,-

b. Biaya Sarana Produksi (Biaya Variabel)
a. Bibit (Pullet) 2000 ekor @ Rp. 50.000,b. Pakan :
- Jagung 108 kg @ Rp. 3.500,- Konsentrat 3.600 kg @ Rp. 5.000,- Dedak 57.600 kg @ Rp. 1000,c. Vaksin, obat dan vitamin
d. Tenaga Kerja 2 orang (24 bulan) @ Rp.1.000.000,e. Rak Telur 28.620 buah @ Rp. 550,Jumlah Biaya Sarana Produksi (Biaya Variabel)

=
=
=
=
=
=
=

Rp.
378.000,Rp. 18.000.000,Rp. 57.600.000,Rp. 1.000.000,Rp. 48.000.000,Rp. 15.741.000,Rp. 240.719.000,-

c. Biaya Tetap
a. Penyusutan Kandang dan Alat Rp.1.751.600/ tahun
b. Pajak
c. Listrik selama 24 bulan @ Rp. 250.000,Jumlah biaya tetap

=
=
=
=

Rp. 9.537.750,Rp. 4.100.000,Rp. 6.000.000,Rp. 19.637.750,-

d. Penerimaan
a. Telur 864.000 butir @ Rp. 1.000,b. Ayam Apkir 1.800 ekor @ Rp. 55.000,c. Pupuk Kandang 540 karung @ Rp. 20.000,Jumlah Penerimaan

=
=
=
=

Rp. 864.000.000,Rp. 99.000.000,Rp. 10.800.000,Rp. 973.800.000,-

e. Pendapatan Rp. 973.800.000 – Rp. 260.356.750

= Rp. 713.443.250,-

= Rp. 100.000.000,-

23

6. PROSPEK PASAR DAN DAYA SAING
Dewasa ini Jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga untuk pakan.
Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai
50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan
diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total kebutuhan
nasional. Perkembangan industri peternakan di Indonesia berpotensi meningkatkan permintaan
terhadap jagung, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan potensi pasar bagi komoditas
jagung. Selain di sektor peternakan, jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan
bagi manusia. Pemanfaatan jagung sebagai bahan pangan sudah mulai dilirik oleh masyarakat,
terutama peran dan fungsinya untuk sebagai pengganti atau pelengkap bahan pangan yang
berbahan beras. Saat ini, di pasaran sudah banyak beredar produk pangan yang berbahan dasar
jagung, seperti tepung jagung yang mulai dilirik masyarakat sebagai bahan pembuat kue atau
produk olahan pangan lainnya.
Meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditas jagung akan meningkatkan pula
potensi pasar dan harga untuk bahan pangan yang satu ini. Dengan demikian, peluang usaha
budidaya jagung juga semakin terbuka lebar. Peluang usaha budiaya jagung memiliki banyak
kelebihan, disamping teknik dan cara budidaya yang cukup mudah, peluang usaha budidaya
jagung juga bisa dikembangkan dengan memanfaatkan seluruh potensi yang ada pada tanaman
jagung. Dalam hal ini, potensi bisnis yang dikembangkan tidak terbatas pada biji jagung yang
dihasilkan, tetapi daun dan batang tanaman jagung juga bisa menjadi potensi bisnis yang
memiliki prospek cerah. Daun dan batang tanaman jagung juga memiliki nilai ekonomi yang
cukup baik, terutama dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk ternak, misalnya sapi atau
kerbau.
Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Indonesia sebenarnya
memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan bahkan berpeluang pula menjadi pemasok di
pasar dunia mengingat makin meningkatnya permintaan dan makin menipisnya volume jagung
di pasar internasonal.

Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh

melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal dapat diarahkan
pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering
yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe

24

irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks
pertanaman. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk
usahatani jagung.

Usahatani jagung di Kabupaten Konawe masih memiliki daya saing dan

dianggap masih mampu membiayai input domestiknya, walaupun memiliki kecenderungan
menurun jika tidak diimbangi dengan harga jual produk yang memadai.
Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh
karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia, harga relatif murah
dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang public hal inilahn yang
menjadi daya saing dari komoditas tersebut.

Komoditas ini baik daging maupun telurnya

merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang sudah
bagus ini harus dimanfaatkan untuk memperdayakan peternak di pedesaan.

Dewasa ini

kebutuhan telur dalam negeri terus meningkat sejalan dengan peningkatan pola hidup manusia
dalam meningkatkan kebutuhan akan protein hewani yang berasal dari telur. Selain itu juga
adanya program pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak.
Kebutuhan akan telur yang terus meningkat tidak diimbangi dengan produksi telur yang besar
sehingga terjadilah kekurangan persediaan telur yang mengakibatkan harga telur mahal. Dengan
melihat kondisi tersebut budidaya ayam petelur dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan
bila di kelola secara intensif dan terpadu.
7. ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI
TANAMAN JAGUNG
a) BEP produksi dan BEP harga
Menyatakan titik impas berdasarkan produksi dan harga
BEP produksi = (6.720.000/2500) x 1

= 2.688 Kg

BEP harga = (6.720.000/4900) x 1

= Rp. 1.371,43

b) R/C atau B/C
R/C : Rasio penerimaan/pengeluaran = 12.500.000/ 6.720.000 = 1,86
B/C : Manfaat yang diniali sekarang/pengorbanan yang telah dinilai sekarang (biasanya ada
koreksi dari bunga bank, dan memperhitungkan lama proses produksi) =
5.780.000(0,942)/ 6.720.000 (0,942) = 0,86

25

c. NPV pada suku bunga 15 % dan18 %
NPV = PV of proceeds – PV of outlays
PV

= present value

PV of proceeds

= pendapatan kotor x tingkat bunga bank
= 12.500.000 x 18 (bunga tinggi)

= Rp. 225.000.000

= 12.500.000 x 15 (bunga rendah) = Rp. 187.500.000
PV of outlays

= total pengeluaran (capital outlays)
= Rp. 6.720.000

Kemudian dihitung pada bunga rendah dan bunga tinggi
NPV-1 (bunga rendah)
NPV-1 - total pengeluaran = keuntungan bersih (pada bunga rendah)
Rp. 187.500.000 - Rp. 6.720.000

= Rp. 180.780.000,-

NPV-2 (bunga tinggi)
NPV-1 - total pengeluaran = keuntungan bersih (pada bunga tinggi)
Rp. 225.000.000 - Rp. 6.720.000

= Rp. 218.280.000,-

d. IRR
Internal rate of return (IRR) menyatakan laju pengembalian internal untuk mengukur layak
tidaknya suatu usaha ataupun usaha tani. IRR merupakan satu kesatuan den