Perlindungan konsumen terhadap obat dan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan
pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan
menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam
skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan "range" yang sangat luas. Dengan
dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam
perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat
dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu
menjangkau seluruh strata masyarakat.
Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat,
seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu
pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan
produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar
mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak
rasional.Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup
konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada
kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau
terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas

serta berlangsung secara amat cepat.
Di era globalisasi ini terjadi gerakan perluasan pasar, dan di semua pasar yang
berdasarkan persaingan, selalu ada yang menang dan kalah. Perdagangan bebas juga
menambah kesenjangan antara negara maju dan negara pinggiran,yang akan membawa akibat
pada komposisi masyarakat dan kondisi kehidupan mereka. Setiap orang, pada suatu waktu,
dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan
apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang
universal ini pada beberapa sisi menunjukan adanya berbagai kelemahan pada konsumen
1

sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang aman. Oleh karena itu, secara
mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal.
Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal makin terasa
sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan
motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang
dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha.
Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung
tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampaknya. Dengan
demikian, upayaupaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan
konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya,

terutama di Indonesia, mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan, lebih-lebih
menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang. Maka dari itu diperlukan
pengawasan terhadap produk obat baik makanan agar aman dipakai atau dikonsumsi oleh
masyarakat, maka Presiden telah membentuk sebuah badan pengawasan terhadap obat atau
kosmetik berbahaya yaitu Badan Pengawas Obat dan Makanan yang disingkat dengan
BPOM. Badan inilah dengan dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan dan Menteri
Kesejahteraan Sosial yang diserahkan tugas pengawasan peredaran obat dan makanan di
Indonesia, yang dibentuk di masing-masing provinsi di seluruh Indonesia.
Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang
efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk
termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di
dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan POM yang memiliki jaringan
nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas
profesional yang tinggi.

1.2.Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makananan serta
kewenangannya?
2. Program apa sajakah yang dilakukan oleh Badan POM terkait Perlindungan
Konsumen dalam pengawasaan obat dan makanan ?

2

3. Bagaimana cara mengetahui keaslian Nomor BPOM suatu produk obat, makanan
ataupun kosmetik?
1.3.Tujuan
1. Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai Perlindungan Konsumen yang ada
di BPOM.
2. Mahasiswa dapat mengetahui implementasi perlindungan konsumen dalam Badan
Pengawas Obat dan Makanan Semarang

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian dan Latar Belakang Badan Pengawas Obat dan Makananan

Beserta kewenangannya

2.1.1. Pengertian dan Latar belakang Badan POM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND), yaitu sesuai Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 merupakan lembaga pemerintah pusat yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintah tertentu dari presiden serta
bertanggung jawab langsung kepada presiden. Latar belakang terbentuknya Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah dengan melihat kemajuan teknologi
telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri
farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan
kemajuan teknologi tersebut produk-produk dari dalam dan luar negeri dapat
tersebar cepat secara luas dan menjangkau seluruh strata masyarakat. Semakin
banyaknya produk yang ditawarkan mempengruhi gaya hidup masyarakat dalam
mengonsumsi produk.
Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat
memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak
iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengonsumsi
secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan teknologi produksi,
sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada
realitasnya meningkatkan risiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan
keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau

terkontaminasi oleh bahan berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar
dan luas serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu Indonesia harus memiliki
Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang
mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk
melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam
maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan Pengawas Obat dan
4

Makanan yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta 24 kewenangan
penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi.
2.1.2. Sejarah Badan POM
Tonggak sejarah lembaga pengawas obat dan makanan di Indonesia pada
umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan
Hindia Belanda, Yang lalu berlanjut pada masa penjajahan jepang dan masa
kemerdekaan. Dimasa orde lama, masalah obat dan makanan belum begitu
menjadi perhatian serius pemerintah karena masih tidak stabilnya kondisi
ekonomi, politik, dan sosial Indonesia.
Pada periode Orde Baru , pengaturan, pengendalian dan pengawasan di bidang
kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan dengan baik. Sehingga pada tahun
1975, institusi pengawasan farmasi dikembangkan dengan adanya perubahan

Direktorat Jenderal Farmasi menjadi Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. Berbagai peraturan perundang undangan telah dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan sebagai basis dan kerangka landasan untuk melanjutkan
pembangunan di masa-masa mendatang. Terhadap distribusi obat telah dilakukan
penyempurnaan, terutama penataan kembali fungsi apotek melalui Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 1980. Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap
obat dan makanan tersebut maka pemerintah mengambil kebijakan dengan
mengadakan perubahan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang
mana dahulu Direktorat Jenderal Obat dan Makanan bertanggung jawab kepada
Departemen Kesehatan namun sekarang setelah terjadinya perubahan maka Badan
Pengawasan Obat dan Makanan bertanggung jawab kepada Presiden. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan sekarang merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Yang didirikan berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 103 tahun
2001.1
2.1.3. Visi dan Misi BPOM
Visi BPOM :

1 Jurnal Lembaga BPOM; BAB II Profil Perusahaan; Sejarah, Universitas Sumatra Utara

5


a. Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya
Saing Bangsa.
Misi BPOM :
a.

Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

b.

melindungi masyarakat
Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan
Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku
kepentingan.
Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

c.
2.1.4.

Tugas BPOM


Secara umum tugas BPOM berdasarkan pada Pasal 67 Keputusan Presiden No.
103 Tahun 2001, Badan POM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangUndangan yang berlaku.2
Secara Khusus dalam Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 , maka Tugas
harian BPOM dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang
pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan atas produk terapetik,
narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen
serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.3
2.1.5. Fungsi BPOM
Badan BPOM mempunyai fungsi Utama :
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM.
4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi
pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

2 http://www.pom.go.id/new/index.php/view/tugas

3 Pasal 2 PerKBPOM No.14 / 2014

6

5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bindang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.4
Sesuai Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014, Unit
Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai fungsi :
1. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.
2. Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk terapetik, narkotika, psikotropika zat adiktif, obat tradisional, kosmetik,
produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya.
3. Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk
secara mikrobiologi.
4. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi
5. Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.
6. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi tertentu yang
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

7. Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.
8. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.
10. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala BadanPengawas Obatdan
Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.5

2.1.6.

Wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan

Sesuai Pasal 69 Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001, Badan POM memiliki
kewenangan :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya,
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk
makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.
5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri farmasi.


4 http://www.pom.go.id/new/index.php/view/fungsi
5 Pasal 3 Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014

7

6.

Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan
tanaman Obat.6
Khusus untuk standar keamanan, mutu dan gizi pangan, berdasarkan Peraturan

Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Pasal 41
ayat (4), yaitu menteri bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, atau kepala
badan berkoordinasi dengan kepala badan yang bertanggung jawab di bidang
standardisasi nasional untuk mengupayakan saling pengakuan pelaksanaan penilaian
kesesuaian dalam memenuhi persyaratan negara tujuan, sedangkan dalam hal
pengawasan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam Pasal 42 Peraturan
Pemerintah tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan juga mengatur yaitu, dalam
rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang
diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk
diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat
persetujuan pendaftaran yang ditetapkan oleh Kepala Badan, 7 apabila suatu produk
melakukan pelanggaran yakni tidak sesuai dengan syarat standar mutu pangan atau
terbukti mengandung bahan tambahan berbahaya, badan pengawas obat dan makanan
mempunyai kewenangan untuk menarik secara langsung produk tersebut dari
peredaran
2.1.7.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan merupakan “perpanjangan tangan” dari
Badan Pengawas Obat dan Makanan yang terletak di Ibu Kota Provinsi di seluruh
Indonesia. Sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
05018/SK/KBPOM Tahun 2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Di Lingkungan BPOM, maka BBPOM terdiri dari: Bidang Pengujian
Terapetik, Narkotika, Obat Tradisional, dan Produk Komplimen yang mempunyai
tugas melaksanakan penysunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan
laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

6 http://www.pom.go.id/new/index.php/view/wenang
7 Badan adalah badan yang bertanggung jawab di bidang pengawasan obat dan
makanan. Pasal 1 angka (27) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

8

bidang di bidang produk terapetik, narkotika, obat tradisional, kosmetika dan produk
komplimen.
1. Bidang Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya yang mempunyai tugas:
Melaksanakan penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan
penyusunan laporan pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian
dan penilaian mutu di bidang pangan dan bahan berbahaya.
2. Bidang Pengujian Mikrobiologi yang mempunyai tugas: Melaksanakan
penyusunan rencana dan program serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
secara mikrobiologi.
3. Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan yang mempunyai tugas: Melaksanakan
penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi dan penyusunan laporan
pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh untuk pengujian dan
pemeriksaan sarana produksi, distribusi dan instansi kesehatan serta
penyidikan kasus pelanggaran hokum di bidang produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kometika, produk
komplimen, pangan dan bahan berbahaya.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas maka bidang Pemeriksaan
dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana dan program pemeriksaan dan penyidikan obat dan
makanan.
2. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana produksi, distribusi, instansi kesehatan di bidang terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, dan produk
komplimen.
3. Melaksanakan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan
sarana distribusi di bidang pangan dan bahan berbahaya.
4. Evaluasi dan penyusunan laporan pemeriksaan dan penyidikan obat dan
makanan.
Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan terdiri dari:
1.

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan setempat,
pengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana produksi dan
9

distribusi, produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat
2.

tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan berbahaya.
Seksi penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap kasus
pelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplimen, pangan dan bahan
berbahaya.

Bidang sertifikasi dan Layanan Konsumen melaksanakan penyusunan rencana dan
program serta evaluasi dan penyusunan laporan sertifikasi produk, sarana produksi
dan distribusi tertentu dan layanan konsumen. Bidang sertifikasi dan layanan
konsumen terdiri dari:
a. Seksi sertifikasi mempunyai tugas melakukan sertifikasi produk, sarana
produksi dan distribusi tertentu. Seksi layanan informasi konsumen mempunyai
tugas melakukan layanan informasi konsumen.
b. Sub bagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administrasi dalam lingkungan Balai Besar Pengawas Obat dan Makakan.
c. Pengawasan Obat dan Makanan di pelabuhan dan perbatasan dilakukan oleh
satuan kerja Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan melalui bidang
pemeriksaan dan penyidikan.
Kewenangan BBPOM ada 2, yaitu:
1. Kewenangan Preventif yaitu kewenangan yang biasa juga disebut kewenagan
pre market adalah kewenangan BBPOM untuk memeriksa setiap produk obat
dan makana sebelum beredar dan dipasarkan ke masyarakat dengan melalui
tahap sertifikasi dan registrasi produk, sarana produksi serta distribusi produk
tersebut.
2. Kewenangan represif yaitu kewenangan yang biasa juga disebut kewenangan
post market adalah kewenangan BBPOM untuk mengadakan pemeriksaan
terhadap produk obat dan makanan yang beredar di masyarakat, dengan proses :
a. Pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi obat da/atau makanan.
b. Melakukan sampling dan uji laboratorium terhadap produk yang dicurigai
mengandung bahan berbahaya atau produk yang tidak mempunyai produksi
serta produk yang dicurigai berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

10

Apabila dari hasil pemeriksaan sampling uji laboratorium terbukti bahwa produk
obat atau makanan tersebut tidak memenuhi syarat maka BBPOM berwenang untuk
menarik produk tersebut dari peredaran, member peringatan kepada pelaku usaha dan
distribusi produk tersebut untuk tidak mengulangi perbuatannya, serta memberi
peringatan kepada masyarakat tentang produk yang tidak memenuhi syarat tersebut.
2.1.8. Struktur Organisasi Badan POM

2.2.

Program
Badan
POM
terkait
Perlindungan

dalam
obat

dan

Konsumen
pengawasaan

makanan

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) melayani dan melindungi
masyarakat, hal tersebut merupakan langkah konkrit Badan POM dalam memberikan
perlindungan konsumen. Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman
merupakan suatu gerakan berskala nasional yang bertujuan meningkatkan kepedulian
11

masyarakat terhadap keamanan Obat dan Pangan yang dikonsumsi untuk melahirkan
Generasi Peduli Obat Dan Pangan Aman (GENPOPA). GENPOPA menaungi seluruh
gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang Obat, Obat Tradisional, Kosmetik,
Produk Komplemen dan Pangan baik yang dilakukan oleh instansi pemerintah,
pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi Gerakan Pemberdayaan
Masyarakat/ Perlindungan Konsumen yang telah dilakukan oleh Badan POM anatara
lain (Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GNWOMI), Kelompok
Kerja Nasional Penanggulangan Obat Tradisional mengandung Bahan Kimia Obat
(Pokjanas Anti OTBKO), PJAS (Pangan Jajanan Anak Sekolah), Pasar Bebas dari
Bahan Berbahaya, GKPD (Gerakan Keamanan Pangan Desa), Remaja Indonesia
Anti Rokok (RIKO) dan Kosmetik aman (COSMOSAFE)
Berukut contoh Program-Program Badan POM terkait Perlindungan Konsumen:
1. Generasi Peduli Obat Dan Pangan Aman (GENPOPA)
Badan POM mencetuskan suatu bentuk upaya berskala nasional yang ditujukan
untuk

meningkatkan

kepedulian

dan

kewaspadaan

masyarakat

terhadap

penggunaan Obat dan Pangan yang aman yang disebut dengan Gerakan Nasional
Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA). Badan POM mengajak peran aktif para
stakeholder untuk menyukseskan kegiatan komunikasi, infomasi dan edukasi (KIE)
tentang Obat dan Pangan yang aman di seluruh wilayah Indonesia guna
menciptakan masyarakat yang mampu melindungi kesehatan dirinya sendiri.
2. Klub Pompi
Klub Pompi adalah sarana kita berbagi informasi dan ide tentang isu-isu makanan.
Baik tentang gizi, mutu, pencemaran, makanan aman dan tidak aman, pengawet,
pewarna, jajanan pinggir jalan, dll. Klub Pompi merupakan salah satu program BPOM
dalam Perlindungan konsumen kususnya bagi anak-anak.
3. Badan POM Sahabat Ibu
Program ini bertujuan untuk mengedukasi para perempuan utamanya ibu-ibu
agar menjadi konsumen Obat dan Makanan yang cerdas. "Sahabat Ibu Indonesia"
12

beranggotakan para ibu yang pernah mengikuti penyuluhan dari Badan POM dalam
format talkshow "Badan POM Sahabat Ibu" yang telah diselenggarakan Badan
POM bekerja sama dengan program CSR dari The Body Shop Indonesia sejak April
2012. Mengapa program ini dikususkan kepada para ibu, karena Ibu memiliki peran
sangat penting dalam membentuk Indonesia kuat, karena dari ibu lah lahir generasi
muda bangsa yang berkualitas. Dalam keluarga, ibu berperan sebagai decision
maker dalam memilih produk obat, obat tradisional, kosmetik, dan pangan yang
akan dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarganya. Oleh karena itu, ibu harus
menjadi konsumen cerdas agar seluruh keluarga terhindar dari produk yang berisiko
terhadap kesehatan,
2.3. Cara Mengetahui Keaslian Nomor BPOM Suatu Produk Obat, Makanan
ataupun Kosmetik
Seperti kita ketahui, ada banyak sekali pelanggaran peredaran obat dan makanan
di Indonesia. Berita tentang pemakaian zat berbahaya pada makanan ataupun
kosmetik sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Misalnya pemakaian bahan pengawet
formalin, pemakaian Hydroquinone dan merkuri berlebih pada kosmetik pemutih
kulit, susu formula berbakteri, kosmetika palsu, atau pun peredaran obat (juga jamu)
palsu, ditambah lagi kasus produk kosmetik dari cina yang hanya 2% saja terdaftar di
BPOM.
Adanya kasus tersebut menandakan adanya kesalahan terhadap sistem
pengawasan obat dan makanan di Indonesia. Hal itu ironis mengingat konsumsi
masyarakat terhadap produk obat, makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan obat asli
Indonesia cenderung meningkat. Sayangnya, konsumen tidak memiliki pengetahuan
yang memadai tentang keamanan produk yang dikonsumsinya itu. Rata-rata
konsumen Indonesia tergiur dengan janji manis dari iklan yang menawarkan hasil
dengan cepat.
Berkaca dari hal tersebut, kita membutuhkan sistem pengawasan obat dan
makanan yang efektif dan mampu mendeteksi, mencegah serta mengawasi produkproduk guna melindungi keamanan, keselamatan, dan kesehatan konsumen.
13

Pemerintah melalui Keppres Nomor 166 Tahun 2000 dan Nomor 103 Tahun 2001
membentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa pendaftaran makanan, minuman, obat
ataupun kosmetik ditangani langsung oleh Direktorat Penilaian Keamanan Pangan,
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), maka cara paling mudah mengetahui
nomor BPOM suatu produk benar-benar terdaftar atau palsu adalah sebagai berikut :
1) Masuk ke situs resmi BPOM disamping http://www.pom.go.id/
2) Klik tombol yang terletak di tengah bertuliskan ‘Produk Teregistrasi’
3) Kemudian akan muncul menu dimana anda bisa mencari produk berdasarkan
nomor registrasi, nama produk ataupun merk. Misal anda membeli produk
dimana dalam kemasan tersebut tercantum no registrasi BPOM, maka kita
pilih ‘nomor registrasi’ pada menu web tersebut, kemudian masukkan nomer
registrasi produk tersebut. Jangan memakai tanda baca seperti titik (.), koma
(,), titik dua (:) atau tanda baca lainnya.
4) Jika nomor tersebut telah terdaftar di BPOM, maka akan keluar hasil
pencarian sebagai berikut: Arti kode huruf yang terdapat pada nomor registrasi
BPOM TR = Obat tradisional produksi dalam negeri TI = Obat tradisional
Import SD = Suplemen produksi dalam negeri I = Suplemen Impor MD =
Makanan produksi dalam negeri ML = Makanan impor D = kosmetik dalam
negeri CL = kosmetik impor CA = kosmetik dengan tanda notifikasi.

BAB III
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
3.1.

Bentuk Perlindungan Hukum terhadap konsumen atas penjaminan
mutu oleh Balai Besar POM

Sesuai dengan observasi yang telah dilakukan oleh penyusun mengenai Perlindungan
Hukum terhadap Konsumen di Balai Besar POM Semarang penyusun mendapatkan
beberapa informasi sebagai berikut:
1. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap konsumen atas penjaminan mutu makanan
yang beredear di pasaran oleh Balai Besar POM Semarang
14

Balai Besar POM Semarang melakukan tugas dan kewenangan dalam melindungi
konsumen, diantaranya :
1) Pemeriksaan sarana distribusi pangan.
Balai Besar POM Semarang melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha di
bidang distribusi pangan untuk melindungi konsumen dari sarana yang
menjual produk-produk kadaluarsa, tanpa ijin edar, produk yang rusak, dan
pelaku usaha yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai ketentuan cara
distribusi makanan yang baik.
2) Pemeriksaan sarana produksi pangan.
Balai Besar POM Semarang telah melakukan pemeriksaan terhadap industri
rumah tangga pangan untuk melindungi konsumen dari bahan berbahaya,
sarana yang dinilai masih kurang dalam melaksanakan cara produksi makanan.
3) Pengawasan Parsel.
Dalam rangka mengamankan hari raya keagamaan (Idul Fitri, Natal, Tahun
Baru) Balai Besar POM Semarang melakukan operasi penertiban khusus
terhadap penjual parsel
4) Pengujian produk pangan jajan anak sekolah.
Dalam rangka pengawasan keamanan dan mutu produk pangan jajan anak
sekolah yang berada di masyarakat, Balai Besar POM Semarang melakukan
pengambilan dan pengujian terhadap sampel makanan yang beredar di pasaran
dengan menggunakan parameter kimia dan/ parameter biologi.
5) Pemantauan iklan.
Balai Besar POM Semarag melakukan pengawasan terhadapiklan pangan yang
beredar. Kegiatan yang dilakukan adalah mengawasi dan mengevaluasi iklan
dan promosi di media cetak, media elektronik, dan media luar ruangan.
6) Penutupan sementara aktifitas produksi terhadap pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran dan pencabutan ijin operasi/produksi pelaku usaha.
7) Melaporkan pelaku usaha yang melakukan pelanggaran ke pihak berwajib
agar diberi sanksi Perdata atau Pidana terhadap pelanggaran yang dilakukan
pelaku usaha.
8) Melakukan penarikan terhadap produk yang tidak terdaftar serta produk yang
mengandung zat- zat kimia yang tidak diperbolehkan, baik produk lokal
maupun produk hasil impor

2. Bentuk Perlindungan pro-justicia dan non-justicia
Hasil dari penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dalam pelanggaran produksi
pangan ditindak lanjuti secara non-justistia. Tindak lanjut tersebut berupa
pengamanan produk yaitudengan menarik semua produk dari pasaran dari para pelaku
usaha dan atau melakukan pemusnahan produk tersebut dikantor balai besar POM
atau dilokasi ditemukan adanya produk tersebut yang disaksikan langsung oleh pelaku
usaha,selainitu pihak BBPOM akan melakukan pembinaan terhadap para pelaku
15

usaha. Biasanya produk yang tersita yakni obat- obatan baik obat generik yang telah
kadaluwarsa obat – obat yang tak terdaftar baik obat generik maupun obat – obatan
tradisional selain obat – obatan Balai Besar POM Semarag kerap pula melakukan
penarikan terhadap produk – produk Kosmetik yang tak teregister dan bahan bahan
yang mengandung mercury atau yang tidak sesuai dengan standart kesehatan .
Namun terdapat pula beberapa kasus ditindak lanjuti secara pro-justitia oleh
PPNS Balai Besar POM Semarang. Biasanya kasus kasus yang ditindak lanjuti yakni
kasus yang berkaitan dengan pelaku usaha yang melakukan produksi terhadap produk
– produk atau makan yang tak sesuai dengan aturan hukum. Selain itu dalam Balai
Besar POM semarang juga memiliki sarana informasi serta pengaduan oleh
masyarakat mengenai produk – produk yang diduga tidak terdaftar serta tidak sesuai
standart, melalui Unit layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) yang berada di kantor
Balai Besar POM Semarang, para konsumen dapat mendapatkan informasi serta dapat
melakukan pengaduan mengenai produk -produk yang diduga bermasalah. Dengan
cara menelfon ke Balai Besar POM Semarang, atau bias melalui Surat tertulis maupun
surat elektronik yakni Fax atau Email. Konsumen juga dapat melakukan pengaduan
secara langsung dengan mendatangi Balai Besar POM Semarang da melaporkannya
dalam Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK). Jadi menurut hemat kami Balai
Besar POM Semarang telah melakukan keweangannya sesuai dengan Pasal 3
Peraturan Kepala Badan POM No. 14 Tahun 2014 serta telah mengupayakan
perlindungan terhadap konsumen sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999, yaitu yang tercantum dalam Pasal 29 UUPK dan Pasal 30 UUPK.
3.2.

Kendala yang dialami oleh Balai Besar POM Semarang dalam
menangani kasus produk makanan berbahaya yang beredar di pasaran:
1. Kurangnya sarana pendukung untuk melakukan pengawasan di sarana distribusi,
antara lain kurangnya akses data website Badan POM sera kuragnya tenaga ahli
dalam Balai Besar POM Semarang dalam melakukan pengawasan
2. Kurang optimalnya dalam mengungkap pelaku utama dalam menangani kasus
perederan makanan dipasaran secara illegal
3. sangat cepatnya peredaran produk-produk baru yang tak terdaftar di pasaran
4. Banyaknya perusahaan fiktif yang tak terdaftar yang memproduksi produk –
produk yang tak teregister dan tak memenuhi standart
5. Lemahnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat dalam menjaga/melindungi
dirinya dari penggunaan produk makanan yang tidak aman bagi kesehatan

16

BAB IV
PENUTUP

4.1.

KESIMPULAN
Badan Pengawas Obat dan makanan berawal dari Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan Tahun 1975 dibawah pengawasan Departemen Kesehatan. Untuk
mengoptimalkan pengawasan terhadap obat dan makanan maka pemerintah mengambil
kebijakan dengan mengadakan perubahan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan yang bertanggung jawab kepada Departemen Kesehatan menjadi bertanggung
jawab kepada presiden dan berganti nama menjadi Badan Pengawasan Obat dan
Makanan yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Yang didirikan
berdasarkan pada Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001.
Tugas dan fungsi utama dari BPOM adalah melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan, dan memiliki wewenang untuk menyusunan
rencana nasional secara makro di bidangnya, Perumusan kebijakan di bidangnya untuk
mendukung pembangunan secara makro, Penetapan sistem informasi di bidangnya,
Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan
dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan,Pemberi izin dan pengawasan
peredaran Obat serta pengawasan industri farmasi, Penetapan pedoman penggunaan
konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman Obat. Berdasarkan hasil
pembahasan pada BAB III dapat disimpulkan bahwa Balai Badan POM Semarang telah
melakukan tugas serta wewenangnya secara aik dan benar.serat mengedepakan prinsip
prinsip utuk melakukan perlindugan terhadap masyarakat mengenai produk – produk
obat – obatan ,kosmetik , makanan dan sebagainya.
4.2 SARAN
Badan Pengawas Obat dan makanan sebagai sebuah lembaga pemerintah non
departemen harus menguatkan kembali kinerjanya karena sebagai bagian dari
pemerintah, BPOM juga harus menjalani amanat konstitusi Indonesia dimana kesehatan
dan kesejahteraan dijamin oleh Negara dan BPOM bekerja melalui pengawasan obat dan
makanan yang optimal.
17

Sesuai pengamatan penyusun mengenai pengawasan yang dilakukan oleh Balai
Besar POM , agar konsumen mendapatperlindungan secara optimal maka penyusunn
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1

Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor dan aparat penegak hukum
lainnya dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum tindak pidana dalam

2

menjamin mutu makanan yang beredar.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melaui komunikasi informasi dan
edukasi maupun sosialisasi secara merata pada setiap sudut wilayah Semarang
guna melindungi diri konsumen sendiri dari produk yang tidak aman bagi
kesehatan. Melakukan sosialisasi secara berkelanjutan, berkesinambungan dan
terbuka antara pemerintah yang terkait, asosiasi dagang, serta seluruh
komponen masyarakat dengan harapan dapat tercipta kesejahteraan konsumen
serta perlindungan terhadap konsumen. Balai Besar POM Semarang
seyogyanya bertanggungjawab atas pembinaan dan penyelengggaraan

3

perlindungan konsumn untuk menjamin hak konsumen.
Sebaiknya Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) juga terdapat di
setiap desa, agar masyarakat mudah untuk memberi informasi tentang tindak
pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.

18

DAFTAR PUSTAKA

Abrianto. 2012. Skripsi: Pertanggungjawaban Terhadap Produk Industri Rumah
Tangga (Home Industry) Tanpa Izin Dinas Kesehatan.Makassar.
Andi Kurniasari, 2013, Skripsi Perlindungan Konsumen Atas Kode Badan Pengawas
Obat Dan Makanan (Bpom) Pada Produk Kopi
Krisyanti, Celina tri siwi. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Sinar Grafika.
Jakarta.
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo. 2010. Hukum Perlindungan Konsumen. Rajawali
Pers. Jakarta.
Miru, Ahmadi. 2011. Prinsip-prinsip perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia.
Rajawali Pers.
Rizky Adi Yuristyarini, 2015, Jurnal Pengawasan Terhadap Peredaran Kosmetik
Berbahaya Teregister Bpom Yang Dilakukan Oleh Dinas Kesehatan Kota Malang
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

1175/Menkes/Per/Viii/2010 (Studi Di Dinas Kesehatan Kota Malang)

.

19

Nomor

20