Sejarah dan Teori Singkat tentang Tes Pr

Nama: Fadhiah Elbas
Tugas: Teknik Proyektif - "Sejarah dan Teori Dasar Teknik Proyektif"

Kata proyeksi dikaitkan dengan alat yang bernama proyektor, sehingga proyeksi artinya
mengeluarkan gambar dari proyektor ke suatu layar proyeksi. Menurut Freud, proyeksi adalah
suatu proses psikopatologis. Proyeksi merupakan satu di antara mekanisme pertahanan diri yang
banyak terjadi pada individu, yaitu kecenderungan melakukan eksternalisasi dari dorongan yang
tidak dapat diterima dan tidak disadari oleh diri sendiri.
Istilah “Proyeksi" diperkenalkan oleh Sigmund Freud pertama kali di dalam salah satu karya pada
tahun 1894 yang berjudul judul “The Anxiety Neurosis”. Didalam karyanya ini dikemukakakn
beberapa hal sebagai berikut: “The Psyche develops the neurosis of anxiety when it feels itself
unequal to the task of mastering (sexual) excitation arising e ndogenously into the outer world”.
(Abt & Bellak, 1959: 8). Menurut Freud, psyche mengembangkan neurosis kecemasan saat
merasakan ketidakseimbangan dalam menguasai kegairahan (seksual) yang muncul ke dunia luar.
Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1896, didalam naskah yang berjudul “On the defence
Neuro psychose”, Sigmund Freud secara eksplisit mengatakan: “projection is a process of
ascribing one‟s own drives, feelings and sentiments to other people or to the outside world as a
defensive process that permits one to be unaware of these „undesireble phenomena‟ in oneself”.
Melalui pernyataan tersebut, Sigmund Freud menjelaskan proyeksi sebagai suatu proses
pertahanan yang berlangsung secara tidak disadari dimana individu yang bersangkutan tidak mau
menyadarinya. Dorongan-dorongan perasaan-perasaan, sentimen-sentimen, afek-afek dikenakan

pada obyek, subyek ataupun situasi diluar darinya, sebagai suatu mekanisme pertahanan akan
kecemasan yang diderita. Jadi disini proyeksi dihubungkan dengan usaha ego untuk mengurangi
atau menghilangkan ketegangan karena desakan-desakan dari id, yang oleh ego tidak dapat
diterima atau dirasakan sebagai menyakitkan.
Elaborasi lain tentang konsep proyeksi terdapat dalam naskah dari Schreber dalam hubungannya
dengan penderita paranoia, yaitu yang dikenal sebagai mekanisme “Reaksi formasi”. Sesuai
dengan konsep yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, maka Healy, Bronner dan Bowers
menerangkan proyeksi sebagai berikut: "a defensif process under the sway of the pleasure
principle whereby the ego thrusts forth on the external world unconsciousness, would be painful to
the ego”. (Abt & Bellak, 1959: 8) yang berarti, proyeksi adalah suatu proses pertahanan di bawah
gelombang prinsip kesenangan, sebagai cara yang tidak disadari ego untuk mendorong/menolak
dunia luar yang dianggap menyakitkan ego. Ferenczi (1909), menyebutkannya sebagai
“Uhr-Projektion”:
“Man kann annehmen daz den V. Neugeborenen alles, was seine Sinne wahrnehmen, einheitlich,
gleichsam monistisch vorkommt. Erst spater lernt er die tuckischen Dinge, die seinen Willen nicht

gehorchen, als Auszenwelt vom Ich-d.h. die Gefuhle von den Empfindungen-zu sondern.Das ware
der erste Projektionsvorgang, die Ur-Projektion, und den so vorge zeicheten Weg durfte die spater
paranoisch Werdensche dazu benutzen, um noch mehr vom Ich in die Auszenwelt zu dragen”.


Ferecnzi ingin mencakup pengertian proyeksi dari perkembangan proyeksi-fisiologis menjadi
proyeksi patologis.
Fiegenbaum (1936) mengemukakan bahwa segala macam bentuk proyeksi itu akhirnya mengarah
kepada suatu mekanisme defens (pertahanan) yang bersifat fundamental, yang mana segala
proyeksi itu dapat disusun dalam suatu skala, baik dari proses mimpi, kepercayaan, prasangka
ataupun ke yang patologis sifatnya. Kalau pada mulanya proyeksi memang hanya dihubungkan
dengan gejala pada penderita psikosis dan neurosis, maka kemudian Sigmund Freud
memperluasnya sebagai mekanisme utama dalam pembentukan kepercayaan-kepercayaan (Totem
and Taboe).Setelah penggunaan istilah proyeksi ini meluas dalam segala bidang psikologi dan
makin banyak terdapat karangan-karangan sehubungan dengan ini, maka makin banyak pula
perumusan-perumusan baru yang dikemukakan para tokoh. Jadi kalau tadinya pengertian
“Proyeksi” selalu dihubungkan dengan adanya konflik-konflik, maka di kemudian hari telah
dilakukan revisi dengan mengemukakan bahwa proyeksi juga dapat terjadi apabila tidak ada
konflk. Selanjutnya para ahli di Amerika Serikat menaruh perhatian pada istilah proyeksi ini dan
memasukkan istilah proyeksi ini di dalam teori mengenai “General Perception”.
Penyelidikan-penyelidikan selanjutnya membuktikan bahwa fenomena “Proyeksi” tidak saja
dikaitkan dengan gejala pada kasus-kasus “abnormal” atau pada mereka yang “terganggu jiwa”,
melainkan juga pada mereka yang “normal”. Ini dibuktikan dalam serangkaian eksperimen yang
dilakukan.
Sejarah Perkembangan Tes Grafis (Draw A Man, Draw A Tree, House Tree Person, Wartegg)

Diatas sedikit sejarah mengenai bagaimana munculnya Teknik Proyektif oleh Sigmun Freud dan
berikut akan dijelaskan tentang jenis-jenis tes proyektif yng mencakup sejarah dan teori dasarnya.
Menurut Anastasi (2007), teknik proyeksi terbagi atas : Pertama, Teknik Noda Tinta, yaitu teknik
proyeksi yang menggunakan noda tinta. Misalnya Tes Rorschach, Sistem
Komprehensif Exner, Teknik Noda Tinta Holtzman. Kedua, Teknik Gambar (Pictorial), yaitu
teknik yang menggunakan gambar orang atau hewan sebagai stimulus. Misalnya TAT, CAT, Tell
Me A Story, Gerontological Apperception Test, Rosenzweig Picture Frustration Study. Ketiga,
Teknik Verbal, yaitu teknik yang menggunakan kata-kata secara keseluruhan sebagai sebuah
stimulus. Misalnya, SSCT, FSCT. Keempat, Teknik Kinerja, yaitu sebuah teknik yang
memberikan kesempatan subjek untuk mengungkapkan diri melalui sebuah aktivitas tertentu.
Misalnya, DAM, DAT, Wartegg.
Pada akhir abad 19, Fechne, Wundt dan Ebbinghaus merupakan psikiater di bidang gangguan
mental, yang mempengaruhi teknik untuk melakukan asesmen klinis terhadap para pasiennya.

Dalam pengukuran kepribadian, Tes Grafis muncul sebagai salah satu jenis tes kepribadian bentuk
proyektif. Tes Grafis ini berkembang pada awal abad 20, walaupun pada beberapa dekade
sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi berupa pembacaan tulisan tangan, tanda
tangan dan coretan manusia yang dapat diintepretasikan. Dalam bidang Grafologi, muncul tokoh
penting seperti Goodenough, Machover, Moch, Kinget, Wartegg dan yang lainnya. Bidang
Grafologi ini terus berkembang hingga saat ini, untuk mengungkap proyeksi dari grafis, baik

dengan metode kualitatif maupun kuantitatif.
1. Draw A Man/Draw A Person
Ada dua jenis utama tes grafis menggambar orang, yaitu
a. Berdasarkan Teori Goodenough-Harris. Tes Goodenough-Harris mengungkap kemampuan IQ,
dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah
menggambar atau melakukan coretan. Tes ini meminta subjek untuk menggambar figur manusia,
karena adanya asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia
dan semenjak dini individu sudah seringkali menggambar orang dibandingkan menggambar
bentuk atau objek lain. Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan karena
adanya proses mental berdasarkan perkembangan intelektual. Menurut Goodenough, gambaran
anak kecil terkait erat antara konsep perkembangan mental dan kemampuan intelegensi secara
umum. Goresan atau coretan anak lebih menunjukkan ekspresi diri dibandingkan keindahan.
Gambar yang dibuat cenderung apa yang diketahui dan bukan apa yang dilihat. Aspek-aspek yang
ada pada tes ini antara lain adalah : kepala, kaki, tangan, tubuh, bahu, leher, muka, telinga, kening,
mata, bulu mata, pupil, dagu, hidung, mulut, bibir, lubang hidung, rambut, pakaian, bagian-bagian
pakaian, jari, lengan, tumit, dll.

b. Berdasarkan teori Machover (1949). Versi Machover lebih mengungkap kondisi psikis
berdasarkan teori psikoanalisa. Machover berasumsi bahwa individu menggambar orang adalah
cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakangi. Ada aspek yang dapat

diintepretasikan dari hasil coretan, yaitu : Cara subjek menggambar, posisi gambar, tekanan,
arsiran atau bayangan bentuk gambar, detil, penyimpangan dan penggabungan objek, ukuran,.
2. Draw A Tree
Draw a Tree dikembangkan oleh Karl Koch. Materi yang digunakan dalam tes ini adalah kertas A4
80gr, pensil HB, alas menggambar yang licin dan keras. Instruksi yang diberikan pada tes ini
adalah ”Gambarlah pohon, kecuali pohon cemara, randu, kelompok palma, bambu”. Mengapa
subjek diminta menggambarkan pohon? Tanaman memiliki sistem terbuka, yaitu pertumbuhan
yang menuju keluar. Segala sesuatu terjadi di permukaan, dibentuk dibawah kulit dan ujung-ujung
tunasnya. Keberadaan tanaman adalah gerakan hidup keluar, usaha menjauhi zone pertumbuhan
pusat. Hanya pohon yang memperlihatkan kondisi ini. Pohon tidak pernah berhenti berkembang,
melainkan tumbuh sempurna, berbunga, berbuah kemudian mati.

Manusia merupakan sistem tertutup. Hidup fisik diarahkan kedalam. Semua organ sudah ada sejak
awal. Dalam tubuh semua organ diberi makanan (darah), sepanjang hidup. Dalam eksistensi
manusia, segala sesuatu bergerak ke dalam dan dikendalikan organ pusat. Gambar pohon yang
dibuat manusia merupakan sekresi dari yang ada di dalam. Gerak keluar menjadi bentuk yang
menyerupai manusia, namun dengan sifat yang berbeda. Ini yang dikatakan sebagai proyeksi dari
psyche. Dalam melakukan interpretasi gambar, perlu diperhatikan usia dan latar belakang subjek.
Kematangan usia menentukan bentuk objek yang digambar. Latar belakang subjek cenderung
berpengaruh dengan jenis pohon yang digambar.

c. House Tree Person
House Tree Person dikembangkan oleh JN, Buck dan WL Warren dari Western Psychological
Services. Tes ini variasi dari tes DAP. Buck berasumsi bahwa, selain manusia, pohon dan rumah
juga memiliki arti simbolis. Pada tes ini, subjek diminta untuk membuat gambar bebas tanpa
ukuran berupa rumah, pohon, dan orang. Kinetic Drawing System for Family and School
dikembangkan oleh HM. Knoff dan HT Prout dari Western Psychological Services. Tes ini
ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Pada tes ini, subjek diminta menggambar keluarganya
yang sedang mengerjakan sesuatu. Setelah gambar selesai, subjek diminta untuk :
mengidentifikasi tiap anggota keluarga pada gambar itu ; mendeskripsikan apa yang dilakukan
anggota keluarga dalam gambar itu dan mengapa mereka melakukannya ; menjelaskan hubungan
antar anggota keluarga itu. Prosedur ini dapat diterapkan juga pada konteks sekolah.
d. WARTEGG (Drawing Completion Test)
Pada awalnya, tes ini dikembangkan oleh Krueger dan Sander dari Leipzig University dengan
paham Ganzheit Psychologie atau Wholistic Psychology atau Psikologi Gestalt.
Kemudian, pengembangan selanjutnya dilakukan oleh Ehrig Wartegg dan Kinget. Tes Wartegg
yang sering disajikan di Indonesia merupakan versi dari Kinget. Tes ini terdiri empat deret kotak di
bagian atas dan empat deret kotak di bagian bawah dengan ukuran 1,5 x 1,5 inchi. Masing-masing
kotak terdiri dari pola tertentu berupa titik, garis lengkung, garis kaku. Kinget berasumsi bahwa
delapan stimulus dapat memberi sarana bagi subjek untuk melakukan eksplorasi terhadap berbagai
nilai yang relevan. Dengan demikian, tester dapat melakukan diagnosa dari respon subjek. Sander

menyatakan bahwa goresan dapat menunjukkan empat aspek. Pertama, Emosi. Emosi terbagi dua
yaitu terbuka (outgoing) dan tertutup (seclusive). Kedua, Imajinasi. Imajinasi Kombinasi
didasarkan pada persepsi dan penerimaan berbagai hubungan realitas yang ada. Imajinasi Kreatif
didasarkan pada tidak adanya hubungan antara realitas dengan fantasi pribadi. Ketiga, Intelektual.
Inteligensi Praktis menekankan pada pola pikir sistematis, fakta, dan realitas konkret. Inteligensi
Spekulatif menekankan pada prinsip. Keempat, Aktivitas. Aktivitas Dinamis menunjukkan
individu siap mengeksplorasi dan antusias untuk pemenuhan kebutuhan diri. Aktivitas Terkontrol
menunjukkan subjek lebih stabil dalam setiap pilihan dan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
Subardja, Farida. 1987. Diktat Proyeksi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Kinget, G.M (2000). Wartegg, Tes Melengkapi Gambar (Terjemahan), Yogyakarta : Pustaka
Pelajar