Ekonomi Makro dan mikro ekonomi (15)
Indikator Ekonomi Makro Indonesia
Pengertian : biasanya hanya disebut indikator makro ekonomi, adalah suatu
analisis perkem-bangan ekonomi yang dapat digunakan untuk memprediksi
perkembangan ekonomi di masa depan.
Jadi ada dua fungsi utama dari "indikator makro-ekonomi" yaitu menganalisis
perkembangan ekonomi sampai saat kini, dan memprediksi perkembangan
ekonomi di masa dating.
Biasanya pemerintah menggunakan indikator ekonomi utama yaitu PDB
(Pendapatan Domestik Bruto), Indeks Harga, Tabungan Nasional, APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan Inflasi Harga.
Paul A. Samuelson
Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik; harga
beras, bahan bakar, mobil naik; tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang
modal juga naik. Sedangkan deflasi terjadi apabila harga-harga dan biaya-biaya
secara umum turun.
Dalam pengertian inflasi diatas, kita tidak mengatakan bahwa selama masa
inflasi semua harga dan biaya meningkat dalam proporsi yang sama; dan
memang jarang sekali terjadi laju kenaikan yang sama. Pada masa inflasi terjadi
kenaikan tingkat harga-harga yang diukur dengan indeks harga yaitu rata-rata
harga konsumen atau produsen.
Cara mengatasi inflasi (agar harga tetap stabil) adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan moneter
b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan non moneter
Kebijakan Moneter
pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui
instrumen sebagai berikut :
Politik diskonto, yaitu bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi. Politik ini disebut juga politik uang
ketat.
Politik pasar terbuka, yaitu bank sentral menjual obligasi atau surat
berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat sehingga
jumlah uang beredar dapat dikurangi.
Peningkatan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah
uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi
berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan Fiskal
meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang
perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mem-pengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian, dilakukan melalui instrumen berikut :
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak
menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi
jumlah konsumsinya, karena sebagian pendapatannya untuk membayar
pajak.
Kebijakan non Moneter
Beberapa kebijakan non moneter yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
b. Menekan tingkat upah.
c. Pemerintah melakukan pengawasan harga sekaligus menetapkan harga
maksimal.
d. Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
e. Penanggulangan inflasi yang sangat parah ditempuh dengan cara
melakukan sanering (pemotongan nilai mata uang).
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus
diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan
demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang
menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang
bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh
pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.
Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang
menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para
pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai
permintaan atas tenaga kerja
Angkatan Kerja
Angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan
sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang
mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif, bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan
usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja
yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada kenyataannya jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan
dampak positif terhadap kesejahteraan karena jumlah penduduk terdiri dari
penduduk dalam usia kerja (bukan angkatan kerja dan angkatan kerja) dan
penduduk diluar usia kerja (dibawah usia kerja dan diatas usia kerja)
Strategi Peningkatan Kesempatan Kerja
a. Pengendalian jumlah penduduk dalam jangka panjang.
b. Pengendalian angkatan kerja dalam jangka pendek melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan produktivitas tenaga kerja.
c. Pemerataan pembangunan infrastruktur secara merata dapat mencegah
migrasi desa ke kota
d. Perluasan dan penciptaan kesempatan kerja melalui kebijakan makro
(seperti penyederhanaan mekanisme investasi, pengembangan sistem
pajak yang ramah), kebijakan regional (melalui pengalokasian anggaran
untuk membangun infrastruktur yang menyerap tenaga kerja), kebijakan
sektoral (di sektor pertanian dapat dilakukan penguatan kelembagaan
(koperasi) dan UKM dalam pengelolaan hasil pertanian. Sedangkan di
sektor industri melalui promosi peluang investasi daerah serta di sektor
lainnya melalui sistem regulasi dan perizinan usaha yang lebih sederhana)
kebijakan khusus (usaha kerajinan dan makanan bagi wanita di pedesaan
dan lain-lain.
Pertumbuhan Ekonomi
Adalah perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu
negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Namun dengan
menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk
memberikan gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh
karena itu untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan
ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.
Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2000) :
a. Akumulasi modal
b. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja
c. Kemajuan teknologi
Akumulasi Modal
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan
diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian
hari.Demikian pula investasi dalam sumberdaya manusia dapat meningkatkan
kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap
produksi.Pendidikan formal dan informal akan dapat ditingkatkan lebih efektif
lagi supaya dapat menghasilkan tenaga terdidik yang dapat mempebesar
produktivitas.
Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja merupakan faktor positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertambahan penduduk yang
lebih besar akan menambah luasnya pasar domestik
Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang lebih penting.Kemajuan teknologi dapat meningkatkan nilai
tambah yang tinggi. Kemajuan teknologi berarti ditemukannya cara berproduksi
atau perbaikan produksi
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya.
Terdapat berbagai kriteria atau tolok ukur untuk menilai kemerataan (parah atau
lunaknya ketimpangan) distribusi dimaksud. 3 diantaranya yang paling lazim
digunakan adalah Kurva Lorenz , Indeks atau Rasio Gini dan kriteria Bank Dunia
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di
kalangan lapisan-lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini terletak di
dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase
kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase
kumulatif penduduk.
Kurva Lorenz
Indeks atau rasio gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0
hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan
nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin
baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar (semakin
mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau senjang.
Angka rasio gini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40 %
penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40 % penduduk
berpendapatan menengah; serta 20 % penduduk berpendapatan tinggi
(penduduk kaya). Ketimpangan atau ketidak merataan distribusi dinyatakan
parah apabila 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12
% pendapatan nasional. Ketidak pemerataan dianggap sedang atau moderat
apabila menikmati antara 12 hingga 17 % pendapatan nasional.
Penanggulangan Distribusi Pendapatan
Todaro (1995) Usaha-usaha memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat di
negara-negara sedang berkembang antara lain :
1. Mengubah distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif pemilikan
harta seperti memrioritaskan kredit komersial maupun bersubsidi bagi
pengsaha kecil, memberi kesempatan kepada para pekerja untuk turut
memiliki saham pada perusahaan serta pemberdayaan lembaga ekonomi
rakyat seperti koperasi dlsb.
2. Mengubah distribusi pendapatan golongan atas melalui pajak pendapatan
dan kekayaan yang progresif. Dalam hal ini beban pajak dibuat sedemikian
rupa sehingga beban yang lebih berat akan dikenakan pada golongan
yang berpenghasilan tinggi.
3. Memberikan pelatihan teknis kepada lulusan sekolah yang belum
mendapatkan pekerjaan. Dengan pelatihan ini diharapkan mereka akan
segera terserap ke dunia kerja, bahkan mungkin mereka akan dapat
menciptakan pekerjaan sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan bagi
orang lain.
Upaya Pemerataan Distribusi Pendapatan
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya
pangan, sandang dan perumahan.
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan.
d. Pemerataan kesempatan kerja.
e. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita.
f. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air.
g. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Kemiskinan
Suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi. (Bappenas 2002)
Penyebab kemiskinan
a. Ciri dan kondisi masyarakat yang amat beragam dan ditambah tingkat
kemajuan ekonomi negara ybs masih lemah, maka kebijakan nasional
umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek,
sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil memecahkan persoalan
ekonomi di tingkat bawah. (Mukhopadhay, 1985)
b. Kondisi masyarakat yang tidak atau belum turut serta dalam proses
perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam
kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang
memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari proses
pembangunan.
Ukuran Kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut, konsep yang digunakan untuk menentukan tingkat
pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup. (Todaro dan Smith, 2003)
2. Kemiskinan Relatif, terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh
keadaan sekitarnya dari lingkungan orang yang bersangkutan. Konsep
kemiskinan relatif bersifat dinamis sehingga kemiskinan akan selalu ada.
Pengertian : biasanya hanya disebut indikator makro ekonomi, adalah suatu
analisis perkem-bangan ekonomi yang dapat digunakan untuk memprediksi
perkembangan ekonomi di masa depan.
Jadi ada dua fungsi utama dari "indikator makro-ekonomi" yaitu menganalisis
perkembangan ekonomi sampai saat kini, dan memprediksi perkembangan
ekonomi di masa dating.
Biasanya pemerintah menggunakan indikator ekonomi utama yaitu PDB
(Pendapatan Domestik Bruto), Indeks Harga, Tabungan Nasional, APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), dan Inflasi Harga.
Paul A. Samuelson
Inflasi terjadi apabila tingkat harga-harga dan biaya-biaya umum naik; harga
beras, bahan bakar, mobil naik; tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang
modal juga naik. Sedangkan deflasi terjadi apabila harga-harga dan biaya-biaya
secara umum turun.
Dalam pengertian inflasi diatas, kita tidak mengatakan bahwa selama masa
inflasi semua harga dan biaya meningkat dalam proporsi yang sama; dan
memang jarang sekali terjadi laju kenaikan yang sama. Pada masa inflasi terjadi
kenaikan tingkat harga-harga yang diukur dengan indeks harga yaitu rata-rata
harga konsumen atau produsen.
Cara mengatasi inflasi (agar harga tetap stabil) adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan moneter
b. Kebijakan fiskal
c. Kebijakan non moneter
Kebijakan Moneter
pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro yakni menjaga stabilisasi
ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta
neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui
instrumen sebagai berikut :
Politik diskonto, yaitu bank menaikkan suku bunga sehingga jumlah
uang yang beredar dapat dikurangi. Politik ini disebut juga politik uang
ketat.
Politik pasar terbuka, yaitu bank sentral menjual obligasi atau surat
berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat sehingga
jumlah uang beredar dapat dikurangi.
Peningkatan cadangan uang kas yang ada di bank sehingga jumlah
uang bank yang dapat dipinjamkan kepada debitur/masyarakat menjadi
berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan Fiskal
meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang
perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mem-pengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian, dilakukan melalui instrumen berikut :
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pemerintah tidak
menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi
jumlah konsumsinya, karena sebagian pendapatannya untuk membayar
pajak.
Kebijakan non Moneter
Beberapa kebijakan non moneter yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Mendorong agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
b. Menekan tingkat upah.
c. Pemerintah melakukan pengawasan harga sekaligus menetapkan harga
maksimal.
d. Pemerintah melakukan distribusi secara langsung.
e. Penanggulangan inflasi yang sangat parah ditempuh dengan cara
melakukan sanering (pemotongan nilai mata uang).
Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan
kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus
diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan
demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang
menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang
bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh
pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.
Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang
menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para
pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai
permintaan atas tenaga kerja
Angkatan Kerja
Angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan
sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau sedang
mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif, bisa juga
disebut sumber daya manusia.
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan
usia kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja
yang banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu meningkatkan kegiatan
ekonomi yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada kenyataannya jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan
dampak positif terhadap kesejahteraan karena jumlah penduduk terdiri dari
penduduk dalam usia kerja (bukan angkatan kerja dan angkatan kerja) dan
penduduk diluar usia kerja (dibawah usia kerja dan diatas usia kerja)
Strategi Peningkatan Kesempatan Kerja
a. Pengendalian jumlah penduduk dalam jangka panjang.
b. Pengendalian angkatan kerja dalam jangka pendek melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan produktivitas tenaga kerja.
c. Pemerataan pembangunan infrastruktur secara merata dapat mencegah
migrasi desa ke kota
d. Perluasan dan penciptaan kesempatan kerja melalui kebijakan makro
(seperti penyederhanaan mekanisme investasi, pengembangan sistem
pajak yang ramah), kebijakan regional (melalui pengalokasian anggaran
untuk membangun infrastruktur yang menyerap tenaga kerja), kebijakan
sektoral (di sektor pertanian dapat dilakukan penguatan kelembagaan
(koperasi) dan UKM dalam pengelolaan hasil pertanian. Sedangkan di
sektor industri melalui promosi peluang investasi daerah serta di sektor
lainnya melalui sistem regulasi dan perizinan usaha yang lebih sederhana)
kebijakan khusus (usaha kerajinan dan makanan bagi wanita di pedesaan
dan lain-lain.
Pertumbuhan Ekonomi
Adalah perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu
negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri,
perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan
produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Namun dengan
menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk
memberikan gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh
karena itu untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan
ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.
Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2000) :
a. Akumulasi modal
b. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja
c. Kemajuan teknologi
Akumulasi Modal
Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan
diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian
hari.Demikian pula investasi dalam sumberdaya manusia dapat meningkatkan
kualitasnya dan dengan demikian akan menghasilkan efek yang sama terhadap
produksi.Pendidikan formal dan informal akan dapat ditingkatkan lebih efektif
lagi supaya dapat menghasilkan tenaga terdidik yang dapat mempebesar
produktivitas.
Pertumbuhan Penduduk dan Tenaga Kerja
Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja merupakan faktor positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertambahan penduduk yang
lebih besar akan menambah luasnya pasar domestik
Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi bagi para ahli ekonomi merupakan sumber pertumbuhan
ekonomi yang lebih penting.Kemajuan teknologi dapat meningkatkan nilai
tambah yang tinggi. Kemajuan teknologi berarti ditemukannya cara berproduksi
atau perbaikan produksi
Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya.
Terdapat berbagai kriteria atau tolok ukur untuk menilai kemerataan (parah atau
lunaknya ketimpangan) distribusi dimaksud. 3 diantaranya yang paling lazim
digunakan adalah Kurva Lorenz , Indeks atau Rasio Gini dan kriteria Bank Dunia
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di
kalangan lapisan-lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini terletak di
dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase
kumulatif pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase
kumulatif penduduk.
Kurva Lorenz
Indeks atau rasio gini adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0
hingga 1, menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan
nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin
baik atau merata distribusi. Di lain pihak, koefisien yang kian besar (semakin
mendekati satu) mengisyaratkan distribusi yang kian timpang atau senjang.
Angka rasio gini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi
pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40 %
penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40 % penduduk
berpendapatan menengah; serta 20 % penduduk berpendapatan tinggi
(penduduk kaya). Ketimpangan atau ketidak merataan distribusi dinyatakan
parah apabila 40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12
% pendapatan nasional. Ketidak pemerataan dianggap sedang atau moderat
apabila menikmati antara 12 hingga 17 % pendapatan nasional.
Penanggulangan Distribusi Pendapatan
Todaro (1995) Usaha-usaha memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat di
negara-negara sedang berkembang antara lain :
1. Mengubah distribusi pendapatan melalui redistribusi progresif pemilikan
harta seperti memrioritaskan kredit komersial maupun bersubsidi bagi
pengsaha kecil, memberi kesempatan kepada para pekerja untuk turut
memiliki saham pada perusahaan serta pemberdayaan lembaga ekonomi
rakyat seperti koperasi dlsb.
2. Mengubah distribusi pendapatan golongan atas melalui pajak pendapatan
dan kekayaan yang progresif. Dalam hal ini beban pajak dibuat sedemikian
rupa sehingga beban yang lebih berat akan dikenakan pada golongan
yang berpenghasilan tinggi.
3. Memberikan pelatihan teknis kepada lulusan sekolah yang belum
mendapatkan pekerjaan. Dengan pelatihan ini diharapkan mereka akan
segera terserap ke dunia kerja, bahkan mungkin mereka akan dapat
menciptakan pekerjaan sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan bagi
orang lain.
Upaya Pemerataan Distribusi Pendapatan
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya
pangan, sandang dan perumahan.
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan.
c. Pemerataan pembagian pendapatan.
d. Pemerataan kesempatan kerja.
e. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya
bagi generasi muda dan kaum wanita.
f. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air.
g. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
Kemiskinan
Suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang
tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap
manusiawi. (Bappenas 2002)
Penyebab kemiskinan
a. Ciri dan kondisi masyarakat yang amat beragam dan ditambah tingkat
kemajuan ekonomi negara ybs masih lemah, maka kebijakan nasional
umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek,
sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil memecahkan persoalan
ekonomi di tingkat bawah. (Mukhopadhay, 1985)
b. Kondisi masyarakat yang tidak atau belum turut serta dalam proses
perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam
kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang
memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari proses
pembangunan.
Ukuran Kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut, konsep yang digunakan untuk menentukan tingkat
pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin
kelangsungan hidup. (Todaro dan Smith, 2003)
2. Kemiskinan Relatif, terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh
keadaan sekitarnya dari lingkungan orang yang bersangkutan. Konsep
kemiskinan relatif bersifat dinamis sehingga kemiskinan akan selalu ada.