BAB III Metodologi Penelitian A

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran
Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang penting
terhadap keberhasilan audit dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Program pengembangan SDM yang cermat dan terarah dapat dilakukan untuk
meningkatkan kinerja SDM, dalam hal ini adalah auditor BPK, sehingga
mampu melaksanakan seluruh tanggung jawabnya.
Peningkatan kinerja pegawai akan meningkatkan kinerja lembaga
secara keseluruhan. Kinerja itu sendiri dapat diartikan sebagai prestasi kerja
atau hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai
persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan. Auditor yang memiliki kualifikasi tinggi
serta kompetensi yang sesuai dengan penempatan pada pekerjaan atau
jabatannya, mampu menghasilkan tingkat keberhasilan kinerja yang tinggi.
Penelitian dikhususkan dalam melihat kompetensi dari auditor di BPK.
Auditor BPK harus memiliki kompetensi yang sesuai untuk melakukan
pekerjaannya agar mampu menghasilkan kinerja yang baik. Kompetensi yang
dimiliki oleh auditor harus dikelola dengan baik untuk menghasilkan kinerja
berbasis kompetensi sehingga BPK memiliki sumber daya manusia
khususnya auditor yang berkualitas. Hal tersebut sesuai dengan kebijakan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), yang antara lain
menegaskan bahwa kompetensi merupakan persyaratan dan pertimbangan
penting dalam penataan pegawai negeri sipil (PNS) (Moeheriono, 2007).
Manajemen sumber daya aparatur Negara harus berbasis kompetensi, yang
mencakup pada semua aspek dalam pengelolaan manajemen sumber daya
manusia, yang meliputi antara lain: rekrutmen, seleksi, pengangkatan,
penempatan, pelatihan dan pengembangan pegawai.
BPK sejak 2007 telah menyusun standar kompetensi. Salah satunya
adalah Standar Kompetensi Perilaku Pegawai BPK yang telah ditetapkan
dalam Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 380/K/X-XIII.2/10/2009.

31 

32 
 

Standar Kompetensi Perilaku ini berlaku umum bagi seluruh pegawai BPK
sesuai dengan posisi dalam Keluarga Jabatannya masing-masing.
Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa, secara khusus, disusun dan
diperuntukkan


bagi

pemeriksa

guna

mendukung

pelaksanaan

tugas

pemeriksaan yang berbeda dengan pelaksanaan tugas-tugas lain yang ada di
BPK. Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa, secara khusus, disusun dan
diperuntukkan

bagi

pemeriksa


guna

mendukung

pelaksanaan

tugas

pemeriksaan yang berbeda dengan pelaksanaan tugas-tugas lain yang ada di
BPK. Dasar hukum yang melandasi Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa
BPK adalah Surat Keputusan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
7/K/I-XIII/12/2010 tanggal 17 Desember 2010 tentang Rencana Strategis
BPK 2011-201, Surat Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 456/K/XXIII.2/12/2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Human Resources
Management Plan dan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2010 tanggal 2 September
2010 tentang Jabatan Fungsional Pemeriksa dan Angka Kreditnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Pasal 9 ayat (1) huruf h, BPK berwenang
membina Jabatan Fungsional Pemeriksa (JFP). Untuk melaksanakan amanat

UU tersebut terutama dalam Pasal 12 dan Pasal 34, BPK telah menetapkan
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 4 Tahun 2010 tentang JFP
yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 136 Tahun 2010 pada
tanggal 17 Desember. Sebelum diundangkan, peraturan tersebut telah
dikonsultasikan dengan Pemerintah. Pemerintah juga telah menetapkan JFP di
lingkungan BPK dengan menetapkan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan) No. 17 Tahun 2010
tentang JFP dan Angka Kreditnya. Selanjutnya, Sekretaris Jenderal BPK
bersama dengan Kepala BKN menetapkan Petunjuk Pelaksanaan JFP sebagai
pedoman pelaksanaan kedua peraturan tersebut dalam Peraturan Bersama
Sekretaris Jenderal BPK dan Kepala BKN Nomor 1/PB/X-XIII.2/12/2010 dan
Nomor 24 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan JFP dan Angka
Kreditnya. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.

33 
 
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Visi, Misi dan Tujuan
Sumber Daya Manusia Berkualitas


Kompetensi Perilaku:
2. Intelektual Individu
3. Efektifitas Individu
4. Pengelolaan Tugas
5. Bekerja dengan Orang Lain
6. Bekerja Melalui Orang Lain
Kompetensi Teknis:
1. Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
2. Entitas Pemeriksaan
3. Teknik Pemeriksa
4. Komunikasi dalam
Pemeriksaan

Kinerja:
1. Pemeriksaan
2. Pengembangan
Profesi
3. Penunjang


Hubungan Kompetensi dengan
Kinerja

Peningkatan Kinerja Berbasis
Kompetensi Auditor di BPK

Rekomendasi

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber asli. Sumber asli disini
diartikan sebagai sumber pertama dari mana data tersebut diperoleh meliputi
wawancara langsung dengan auditor mengenai kompetensi, keahlian teknik
kerja, kinerja dan masalah-masalah yang sering terjadi pada saat proses audit

34 
 


dan kuisioner penilaian keahlian kerja berisi daftar pertanyaan kepada pihakpihak terkait yang berkaitan dengan kompetensi.
Data Sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara
komersial maupun non komersial. Peneliti menggunakan data statistik hasil
riset dari data dan informasi internal BPK.
3.3. Pengambilan Sampel dan Analisis Data
Ukuran minimum sampel yang diambil sebagai responden untuk
kuesioner, ditentukan berdasarkan pendapat Slovin yang dikutip oleh Umar
(2004) didapat menggunakan rumus: 
                                               

 

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = persen kelonggaran katidak telitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolerir
Setiap jawaban yang didapat dari para responden selanjutnya akan
dihitung dan ditentukan skornya dengan Skala Likert pada 5 (lima) tingkat.

Kelima penilaian tersebut masing-masing diberikan skor, penjelasan dapat
dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Skala Pengukuran Likert untuk Kompetensi
Skor
Keterangan
Interpretasi Pelaksanaan
1
2
3
4
5

Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Cukup Setuju
Setuju
Sangat Setuju

Sangat Tidak Baik
Tidak Baik

Cukup Baik
Baik
Sangat Baik

Tabel 6 . Skala Pengukuran Likert untuk Kinerja
Skor
Keterangan
Interpretasi Pelaksanaan
1
Tidak Pernah
Sangat Tidak Baik
2
Pernah
Tidak Baik
3
Kadang
Cukup Baik
4
Sering
Baik

5
Selalu
Sangat Baik

35 
 

Setelah jumlah sampel ditentukan, selanjutnya pengambilan sampel
akan dilakukan secara non-probabilitas. Menggunakan cara ini, semua elemen
populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel karena misalnya ada bagian tertentu secara sengaja tidak
dimasukkan

dalam

pemilihan

untuk

mewakili


populasi.

Cara

pengambilan sampel yang digunakan dengan cara ini adalah
Convinience Sampling (Umar, 2005). Convinience Sampling adalah teknik
penentuan sampel yang dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan untuk
memilih auditor yang mereka temui.
3.3.1

Uji Validitas
Uji Validitas dilakukan agar kuisioner mampu memperoleh
informasi yang relevan dengan cukup tinggi kesahihannya. Uji
tersebut berfungsi untuk menunjukkan sampai dimana ketepatan dan
kecermatan alat ukur melakukan fungsi pengukurannya.dimana
ketepatan

dan

kecermatan

alat

ukur

melakukan

fungsi

pengukurannya.
Kuesioner yang telah diisi oleh responden selanjutnya harus
melalui uji validitas untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam
suatu

daftar

(konstruk)

pertanyaan

atau

pertanyaan

dalam

mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan tersebut berupa
pernyataan yang pada umumnya mendukung suatu kelompok dalam
variabel tertentu.
Nilai validitas terhadap suatu butir pertanyaan atau pernyataan
dapat diketahui dengan melihat dari output SPSS (Statistic Program
adn Solution Services) yang terdapat dalam tabel dengan judul ItemTotal Statistics. Masing-masing butir pertanyaan atau pernyataan
dapat dinilai kevalidannya dengan melihat nilai yang dihasilkan
dalam kolom Corrected Item-Total Correlation. Pertanyaan atau
pernyataan yang dikatakan valid adalah butir pertanyaan atau
pernyataan yang memiliki nilai r-hitung yang terdapat pada kolom
Corrected Item-Total Correlation>r-tabel.

36 
 

Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner adalah
sebagai berikut (Umar, 2003):
1. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan
diukur
2. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah
responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban
4. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing
pertanyaan/pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat
diketahui dengan menggunakan korelasi product moment. Rumus
dari korelasi product moment yang digunakan yaitu:

 

R = Angka korelasi
Xi = Skor masing – masing pernyataan ke-i
Y = Skor total
n = Jumlah responden
Kesahihan uji validitas apabila nilai r hitung > r tabel yaitu
lebih besar dari 0,361. Pengujian ini dapat dilakukan melalui
Software Microsoft Excell.
3.3.2

Hasil Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan
dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan
dengan

konstruk-konstruk

pertanyaan

atau

pernyataan

yang

merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk
kuisioner. Menurut Nasution (2003), reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat pengukuran dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Keterandalan ditentukan dengan menggunakan
rumus alpha cronchbach dengan instrumen yang skornya merupakan
rentangan beberapa nilai, seperti 0 – 10 atau 0 – 1000 atau bentuk
skala 1-3, 1-5, dan seterusnya yaitu:

37 
 

 

r11

= Reliabilitas instrumen 

k

= Banyak butir pernyataan

σ t²

= Varian total

∑σ b² = Jumlah varian pernyataan
Rumus varian dapat diperoleh dari rumus :
 

n
Xi

= Jumlah responden
= Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor – nomor butir
pernyataan.
Reliabilitas dapat dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach

Alpha lebih dari 0,6, jika alat ukur atau kuesioner terbukti lebih dari
0,6 maka kuesioner dapat diandalkan sebagai alat ukur penelitian.
Menurut George (2003) nilai alpha yang dihasilkan dari pengujian
reliabilitas suatu instrumen penelitian dapat dibagi berdasarkan
beberapa klasifikasi (Tabel 4).
Tabel 7. Hasil Uji Klasifikasi nilai alpha
Klasifikaasi Nilai
Kesimpulan
Alpha
α > 0,9
Sempurna (excellent)
α > 0,8
Baik (good)
α > 0,7
Dapat diterima (acceptable)
α > 0,6
Diragukan (questionable)
α > 0,5
Lemah (poor)
α > 0,5
Tidak dapat diterima
(unacceptable)
Sumber: George (2003)
3.3.3

Analisis Persepsi/Skor Modus
Skor Rataan digunakan untuk mengelompokkan jawaban
responden terhadap masing-masing kriteria pada skala likert (skala 1
s/d 5). Kemudian jumlah responden dikelompokkan didalam setiap
kriteria lalu dikalikan dengan bobotnya, dan hasil perkalian di dalam
setiap kriteria dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah

38 
 

respondennya, sehingga diperoleh suatu nilai skor rataan yang berada
pada skala 1 s/d 5 (Umar, 2003). Cara menghitung Skor Rataan
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
x = Skor rataan terbobot
ƒi = Frekuensi pada kategori ke – i
wi = Bobot untuk kategori ke – i (1, 2,3,4, dan 5)
Hasil dari nilai skor rataan kemudian ditentukan rentang skala (1 s/d
5), yaitu sebagai berikut:
 

Keterangan:
m

= Jumlah alternatif jawaban tiap item

0,8 = Nilai maksimum dalam rentang Skala Likert yang digunakan
Dimana :

3.3.4

1

x

1,8 = Sangat Tidak baik (STS)

1,8

x

2,6 = Tidak baik (TS)

2,6

x

3,4 = Cukup baik (CS)

3,4

x

4,2 = Baik (S)

4,2

x

5 = Sangat baik (SS)

Asosiasi Chi-Square
Uji Chi-Square merupakan salah satu uji statistik non
parametrik. Uji Chi-Square digunakan untuk menguji apakah ada
hubungan antara beberapa variabel. Dalam penelitian ini, dilakukan
Uji Chi-Square untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
kompetensi dan kinerja karyawan dengan karakteristik karyawan
seperti lama bekerja, tingkat pendidikan, dan lama bekerja. Prosedur
Uji Chi-Square (

) adalah sebagai berikut:

1. Rumuskan Hipotesa:
H0 = kedua variabel saling bebas

39 
 

H1 = kedua variabel saling berhubungan
2. Tentukan kategori yang akan diuji
3. Tentukan level signifikansi
Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 (0,5%) karena
angka ini dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan antara
dua variabel dan merupakan tingkat signifikansi yang sudah
sering digunakan dalam penelitian ilmu sosial.
4. Buat tabel kontingensi dari alternatif atau kategori populasi.
5. Hitung harga Chi-Square (

Keterangan:

) dengan rumus sebagai berikut:

= Chi-Square
= frekuensi hasil observasi
= frekuensi yang diharapkan

6. Tentukan daerah-daerah penolakan hipotesis dengan mencari
harga Chi-Square pada tabel distribusi Chi-Square, pada level
signifikansi yang telah ditentukan dengan degree of freedom.
df = (r-1) (k-1), yaitu:
7. Terima H0 jika:

<

Tolak H0, tolak H1 jika:

tabel, df = (r-1) (k-1).
tabel, df = (r-1) (k-1)
>

tabel, df = (r-1) (k-1)

8. Rumusan kesimpulan.
3.3.5

Korelasi Rank Spearman
Analisis korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan suatu variable dengan variable lain (Umar,
2003). Berikut langkah proses penggunaan korelasi Rank Spearman
menurut:
1. Menentukan hipotesis
H0 : tidak ada hubungan antar kedua komponen
H1 : ada hubungan yang berarti antara kedua komponen
Dimana : H0 = Hipotesis observasi
H1 = Hipotesis alternatif

40 
 

Ttabel

α = 0,05

Menguji hubungan hipotesis nol (H0) menggunakan kriteria:
Tolak H0 : Jika nilai peluang < tingkat signifikansi
Tolak H1 : Jika nilai peluang > tingkat signifikansi
2. Lakukan statistik hitung
Rumus yang dipakai adalah sebagai berikut:
 

Keterangan:
rs = koefisien korelasi Rank Spearman
n = Jumlah pasangan pengamatan antara satu peubah
terhadap peubah lainya
di2

= selisih antara Rank bagi X dan Y

Besarnya nilai terletak antara -1 < rs < 1 , yang artinya :
rs = 1, hubungan X dan Y sempurna positif, mendekati 1 :
hubungan sangat kaut dan positif
rs = -1, hubungan X dan Y sempurna negatif
rs = 0, hubungan X dan Y sangat lemah dan tidak ada
hubungan
3. Lakukan statistik tabel
Tentukan statistik hitung dengan menggunakan tabel Rank
Spearman, kemudian bandingkan antara nilai rhitung dengan
rtabel
4. Simpulkan
Jika nilaihitung < nilaitabel, maka tolak H0 dan simpulkan bahwa
ada hubungan yang berarti dari dua variabel tersebut di atas.
Nilai Rank Spearman

akan berada pada selang -1

hingga +1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arah
pengaruh. Skala hubungan kedua peubah berdasarkan pada
batasan champion dapat dijelaskan sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah
antara peubah X dengan peubah Y

41 
 

0,21 – 0,40 : berarti korelasi memiliki keeratan lemah antara
peubah X dengan peubah Y
0,41 – 0,70 : berarti korelasi memiliki keeratan kuat antara
peubah X dengan peubah Y
0,71 – 0,90 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
antara peubah X dengan peubah Y
0,91 – 0,99 : berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat
sekali antara peubah X dengan peubah Y
1

 

: korelasi sempurna