Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan
PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN
KONSULTAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP Deputi Bidang Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian PembangunanFocus Group Discussion (FGD) Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan Bappeda Provinsi Jawa Barat Bandung, 21 September 2018
Outline
Pembangunan Nasional dan Peran Konsultan Isu Strategis Pembangunan di Provinsi Jawa Barat Penguatan Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan Oleh Bappenas Saat Ini Langkah Strategis Dalam Penguatan Konsultan Di Masa Mendatang A B C DPembangunan Nasional dan Peran Konsultan A
Visi, Misi, Agenda Pembangunan
RPJMN III
Kerangka Kebijakan RPJMN Pelaksanaan Pembangunan Kabinet Kerja
(2015-2019) 2015-2019
Kondisi Internal dan Eksternal
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMERATAAN DAN PEMBANGUNAN
Memantapkan pembangunan KEWILAYAHAN POLHUKAM EKONOMI SDM SEKTOR UNGGULAN menyeluruh di berbagai bidang
L A dengan menekankan
Politik dan Pertumbuhan Kependudukan dan Pemerataan Antar
ION pencapaian daya saing
S Kedaulatan Pangan Demokrasi
Ekonomi Keluarga Berencana Kelompok Pendapatan A kompetitif perekonomian
N berlandaskan keunggulan SDA
Pengembangan Penegakan Hukum Kemiskinan Pendidikan Ketahanan Air dan SDM berkualitas serta
Wilayah kemampuan Iptek yang terus
Tata Kelola dan meningkat Pembangunan Pengangguran Kesehatan
Kedaulatan Energi Reformasi Pedesaan
Pertahanan dan N
Pembangunan
3 DIMENSI A
SDA, Lingkungan
Moneter Kesetaraan Gender N
Keamanan Kawasan Perbatasan
Hidup, dan
Pengendalian Bencana
N Penguatan Tata
GU PEMBANGUNAN
A B Pemberdayaan
Pembangunan Kelola Pemerintah
M Neraca Pembayaran
E Perempuan
Pembangunan Manusia Kawasan Tertinggal
Daerah Kemaritiman dan
P GI Kelautan
Sektor Unggulan E T
Pusat Pertumbuhan
A Keuangan Negara Perlindungan Anak
Pembangunan dan Kewilayahan R
Ekonomi di Luar Jawa
T S Pariwisata Pembangunan
Pembangunan Investasi Masyarakat Kawasan Perkotaan
PENDEKATAN Industri Manufaktur
PERENCANAAN Usaha Mikro, Perumahan dan Menengah, Besar Permukiman
Infrastruktur dan Konektivitas Penguatan dilaksanakan dengan Pendekatan Tematik,
Holistik, Integratif, dan Spasial
INDONESIA REPUBLIK Pencapaian Sasaran Makro Pembangunan
0,410
INDEKS PEMBANGUNAN
0,408 ANGKA
0,406 0,397 0,400
MANUSIA 0,393
KETIMPANGAN 0,389 naik menjadi
0,390 turun menjadi
0,380 0,389
70,81 0,370 dan semakin membaik
2014 2015 2016 2017 2018 Keterangan: Susenas, Maret 2014
- – Maret 2018
68,90 70,81 (2014) (2017)
Sumber: BPS, April 2018 turun menjadi dan
Tingkat kemiskinan jumlah 9,82% TINGKAT penduduk miskin berkurang menjadi
25,95 juta jiwa PENGANGGURAN Persentase penduduk miskin Jumlah penduduk miskin berkurang berkurang (persen) (juta jiwa) turun menjadi
11,25 28,28 2014 (Mar) 2014 (Mar) 5,13% 5,70% 5,13% 9,82 25,95
(Februari 2014) (Februari 2018) Sumber: Susenas, Maret 2018 2018 (Mar)
2018 (Mar) Sumber: Sakernas, Februari 2018
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2019
Tema RKP Pembangunan Manusia melalui Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar1 Pengurangan Kesenjangan antarwilayah melalui “Pemerataan Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman
2 Pembangunan untuk Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian, Industri, Pertumbuhan
3 Pariwisata, dan Jasa Produktif Lainnya Berkualitas ” Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan
4 Sumber Daya Air Stabilitas Keamanan Nasional dan
5 Kesuksesan Pemilu
Pembangunan Manusia melalui PP1. Percepatan Pengurangan Kemiskinan. PP2. Peningkatan Pelayanan dan Gizi Masyarakat. PP3. Pemerataan Layanan
Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan
1 Pendidikan. PP4. Peningkatan Akses Perumahan dan Pelayanan Dasar
Permukiman Layak. PP5. Peningkatan Tata Kelola Dasar Pengurangan Kesenjangan antarwilayah
PP1. Peningkatan Konektivitas dan TIK. PP2. Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat. PP3. Percepatan melalui Penguatan Konektivitas dan
2 Pembangunan Daerah Tertinggal. PP4. Penanggulangan Kemaritiman
Bencana. PP5. Peningkatan Sistem Logistik PP1. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Pertanian. PP2.
Percepatan Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Industri Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan
Pengolahan. PP3. Peningkatan Nilai Tambah Pariwisata dan Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian,
Jasa Produktif. PP4. Percepatan Peningkatan Keahlian Tenaga
3 Industri, Pariwisata, dan Jasa Produktif
Kerja. PP5. Pengembangan Iptek dan Inovasi PP1. Peningkatan Produksi dan Pemenuhan Energi. PP2. Peningkatan Produksi, Akses, dan Kualitas Konsumsi Pangan.
Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, PP3. Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Aksesibilitas Sumber dan Sumber Daya Air
Daya Air. PP4. Peningkatan Daya Dukung Alam dan Daya
4 Tampung Lingkungan
PP1. Kamtibnas dan Keamanan Siber. PP2. Kesuksesan Stabilitas Keamanan Nasional dan Pemilihan Umum. PP3. Pertahanan Wilayah Nasional. PP4.
Kepastian Hukum dan Reformasi Birokrasi. PP5. Efektivitas Kesuksesan Pemilu
5 Diplomasi
Sasaran Makro Pembangunan 2019 Pertumbuhan Ekonomi
5,3% Tingkat Pengangguran Terbuka
4,8 –5,2% Tingkat Kemiskinan
8,5 –9,5% Rasio Gini
0,380 –0,390 Indeks Pembangunan Manusia
71,98
- –5,3% (RKP 2018)
10,55 7,02 7,01 6,87
9,75% 5,33% 5,13%
0,0% 2,0% 4,0% 6,0% 8,0% 10,0% 12,0%
20
40
60
80 100 120 140 160
Jut a O ra n g Angkatan Kerja Pekerja Penganggur TPT
2007 2018 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2019 4,8 –5,2% (RKP 2019)
5,0
Penurunan ini perlu didukung oleh penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,6
- –2,9 juta orang. Lapangan kerja formal diharapkan dapat bertambah, terutama bagi angkatan kerja berpendidikan SMA ke atas, di sektor-sektor yang memberikan nilai tambah tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pilar Peningkatan IPM
IPM Indonesia terus meningkat dan sudah masuk Meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan kategori tinggi, mencapai 70,81 (2017) yang merata dan berkualitas:
- peningkatan kesehatan ibu dan anak;
71,98 71,5
- perbaikan gizi masyarakat;
Target 2017:
- penguatan upaya promotif dan preventif untuk mendorong masyarakat hidup
70,1 KESEHATAN sehat;
(NK APBN) • mencegah penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan:
- percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun;
- peningkatan kualitas pembelajaran; • pemerataan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi.
PENDIDIKAN Meningkatkan pendapatan masyarakat:
Target 2018 Target 2019
- perbaikan iklim investasi dan usaha;
68,90 69,55 70,18 70,81 (NK APBN) (Rancangan
- peningkatan ketersediaan lapangan kerja layak;
RKP 2019)
- fasilitasi pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM); • subsidi yang tepat sasaran bagi masyarakat miskin.
EKONOMI
USULAN JASA KONSULTAN DI INDONESIA Konsultan sebagai PERCEPATAN
1. Politik Indonesia Emas
PEMBANGUNAN Aktor Pembangunan NASIONAL 2045
2. Ekonomi
- Penyedia software dan brainware
3. Pendidikan dalam pembangunan
TENAGA KERJA
• Pionir inovasi dan adaptasi
4. Kesehatan KUALITAS INTERNASIONAL teknologi
5. Sosial Kemasyarakatan
• Pendamping pembangunan
daerah
6. Keagamaan PENINGKATAN DAYA Globalisasi Pasar
7. Kebudayaan SAING BANGSA Tenaga Kerja
8. Keamanan
9. Kewilayahan dan Tata Ruang Konsultan sebagai KEMAMPUAN INOVASI DAN Sumberdaya Pembangunan
10. Lingkungan Hidup ADAPTASI TEKNOLOGI
11. Sarana Prasarana
• Mampu bersaing dalam pasar
12. Pemerintahan Internasional
Pembangunan Wilayah
- Mampu bersaing dalam pasar jasa
SINERGI & • Menguasai ilmu dan teknologi
13. Hukum dan Kualitas SDM internasional
PEMERATAAN
- Memiliki etika dan profesionalisme
PEMBANGUNAN
14. Kedirgantaraan WILAYAH
- Menguasai ilmu dan teknologi terkini
15. Kelautan
- Memiliki Etika dan Profesionalisme
16. Manajemen PROFESIONALISME DAN MULTI-SKILL
17. Bidang Lain (yang belum tercakup) Sumber : Naskah Akademik 2017
Badan-badan serta Seluruh Kementerian Pemerintah Daerah Lembaga Pemerintah Republik Indonesia
(Pemda) Nasional Lembaga Keuangan Perbankan Nasional dan Perusahaan BUMN Multilateral (ADB,IDB, Swasta lainnya) Proyek Kerja Sama Lembaga Bilateral (JBIC, Perusahaan Swasta Pemerintah dengan AusAid, USAID, lainnya) Murni Swasta dan pengguna jasa lainnya yang belum tercakup diatas
- 6,04% sumbangan PDB Maritim yang termasuk dalam kategori rendah
- Produktivitas kemaritiman belum optimal
- Kawasan konservasi perairan hanya seluas 19,1 juta Ha
- Gini Koefisien masih tinggi 0.391
- Tingkat Pengangguran Terbuka 5.13% terdiri dari penganggur terdidik: SMA, SMK Diploma • Bonus Demogtafi; 68.5% usia produktif sebesar 181 Juta Jiwa >Ancaman Kejahatan Siber (Paham Radikal, Narkoba, Kejahatan Transnasional)
- Pemilu yang aman dan damai
- Kejahatan Transnasional • Lemahnya sentralitas ASEAN, Belum terpadunya Diplomasi Ekonomi, Lemahnya koordinasi antar Lem
- Produksi minyak dan gas bumi terus menurun, sementara kebutuhan energi terus meningkat
- Harga pangan (khususnya beras) yang masih berfluktuatif dan cenderung meningkat
- Penurunan kuantitas, kualitas dan aksesibilitas air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri
- Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih tinggi dan banyaknya kasus lingkungan hidup
BIDANG IPTEK
- Infrastruktur Iptek masih belum memadai
- Masih belum optimalnya fungsi
- Peningkatan upaya inclusivitas warisan budaya ditandai dengan registrasi 25.130 cagar budaya, pembangunan 11 museum tematis, revitalisasi 17 museum, 4 taman budaya, dan 118 desa adat.
- Peningkatan ketahanan dan peran budaya Indonesia di tengah peradaban dunia
Science Techno Park (STP) yang sudah ada.
- Peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan
- Penguatan sistem kesehatan meliputi farmasi dan alat kesehatan, SDM kesehatan, pembiayaan kesehatan , keamanan obat dan makanan,.
- Kapasitas dan jumlah SDM peneliti/perekayasa masih rendah.
- Kelembagaan dan jaringan
- Pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah
- Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, terdidik dan profesional
- Masih rendahnya anggaran litbang
- Pengelolaan sumber-sumber inovasi masih belum optimal
Iptek dinilai masih rendah sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan.
BIDANG WILAYAH
BIDANG SUMBER DAYA ALAM
BIDANG KEMARITIMAN
BIDANG KESEHATAN
BIDANG POLHUKAM
BIDANG BUDAYA
BIDANG KEPENDUDUKAN dan bidang lainnya yang belum tercakup diatas
Best Practice Negara Lain Dalam Kontribusinya Terhadap
Perencanaan Pembangunan Nasional
Korean Development Institute (KDI) KDI membantu pemerintah untuk formulasi rencana pembangunan ekonomi 5 tahunan, 3 tahunan, rencana manajemen ekonomi tahunan, serta untuk melakukan evalusi kebijakan ekonomi.
Korean Institute For International Economy Policy (KIEP) KIEP memegang peran penting dalam kebijakan FTA Korea melalui partisipasi langsung maupun tidak langsung dalam negosiasi- negosiasi FTA
Korea Labor Institute (KLI)
KLI membantu kebijakan
terkait ketenagakerjaan
termasuk pengangguran dan
upah, pengembangan SDM,
hubungan industri serta
keamanan dan keselamatan
kerjaPhilippine Institute for Development Study PIDS merupakan ‘think tank’ utama terkait kebijakan sosio-ekonomi. Think Thank ini dibiayai oleh Pemerintah Philipina
Behavioural Insights Team BIT membantu mendesain ulang kebijakan dengan pendekatan behavioural sehingga dampak yang dihasilkan diharapkan dapat mengatasi permasalahan terkait pengangguran dan peningkatan pengumpulan pajak
Konsultan dapat berperan sebagai pendamping pemerintah, swasta, lembaga, dan masyarakat dalam fokus permasalahan tertentu
ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT B
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun 2011- 2017Sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi:
a. Sektor Industri Pengolahan
b. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
c. Sektor Kontruksi
d. Sektor Informasi dan Komunikasi
e. Sektor Transporatsi dan Pergudangan
Rata-Rata Share Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2017 Kota Bandung 13,01 %
Terhadap Pulau Jawa 22,63 %
Share Terbesar
3 Dari 6 Provinsi di Pulau Jawa Terhadap Nasional
13,03 % Share Terbesar
3 Dari 34 Provinsi secara Nasional
TERENDAH: Kota Banjar 0,22 % Kabupaten Bekasi 15,71 %
Kab. Karawang 10,95 % ❶ ❷
❸ SHARE
KABUPATEN / KOTA ❸ TERBESAR TAHUN 2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Industri
Pengolahan Perdagangan Besar dan Eceran
15,27 % 35,13% 13,69% ❶ ❷
❸ ❸
SEKTOR DENGAN RATA-RATA SHARE TERBESAR TAHUN 2012 S/D 2017 Share Ekonomi Provinsi Terhadap Pulau dan Nasional
Angka Kemiskinan Lebih Rendah Dibandingkan Angka Kemiskinan Nasional Pola Spasial Persentase Penduduk Miskin 2017
Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2011-2017 (September) Kota Tasikmalaya 14,80 %
Kab. Kuningan 13,27 % Kab. Indramayu 13,67 %
❶ ❷ ❸
Angka Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat lebih rendah dibandingkan angka kemiskinan nasional, serta cenderung mengalami penurunan dengan laju lebih cepat dari laju penurunan angka kemiskinan nasional.
Secara Spasial angka kemiskinan tertinggi pada tahun 2017 (Maret) terdapat di Kota Tasikmalaya, Kab. Indramayu, dan Kab. Kuningan, sedangkan terendah di Kota Depok 2,34 %
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pola Spasial TPT Tahun 2017 (Agustus) Perkembangan TPT Provinsi Jawa Barat dan Nasional Tahun 2011-2017 (Agustus)
Kab. Bekasi 10,97 % Kab. Cirebon 9,61 %
Kab. Cianjur 10,10 % ❶ ❷
❸ TPT Provinsi Jawa Barat masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata TPT nasional, namun pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan pertumbuhan angka TPT lebih cepat dibandingkan nasional.
Secara Spasial, TPT tertinggi pada tahun 2017 (Agustus) terdapat Kab. Bekasi, Kab. Cianjur, dan Kab. Cirebon, sedangkan TPT terendah di Kab.
Pangandaran yakni 3,34 % Sumber: Badan Pusat Statistik
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)
Pola Spasial IPM Tahun 2016 Perkembangan IPM Jawa Barat dan Nasional Tahun 2011-2017
Kab. Cianjur 62,92 Kab. Garut 63,64
Kab. Tasimalaya 63,57 ❶ ❷
❸ Secara spasial IPM terendah terdapat di Kab. Cianjur, Kab. Tasikmalaya, dan Kab. Garut, sedangkan IPM tertinggi di Kota Bandung yakni 80,13.
IPM Provinsi Jawa Barat sedikit lebih rendah dibandingkan IPM nasional.
Namun antara 2011-2016 mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ppertumbuhan IPM nasional.
Isu kependudukan sebagai fundamental Angka Ketergantungan perencanaan pembangunan untuk meningkatkan
54,00 pelayanan publik.
)
52,00
Rasio Ketergantungan Terendah: 44 Usia (%
Non-Produktif setiap 100 Produktif an 50,00 1. Penyelesaian administrasi kependudukan. g n u
48,00
2. Perluasan kepesertaan SJSN pekerja ant g
46,00
er informal. Ket
44,00
o
- Jawa Barat sudah memasuki periode
42,00
Rasi bonus demografi dan diperkirakan akan
Late-transition
40,00 bertahan hingga tahun 2039.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
- Bonus demografi dapat diraih dengan
Tingkat Fertilitas (TFR) & Angka Kematian Bayi (IMR) kebijakan yang tepat, sebagai berikut:
2,1
18
a. Memperluas kesempatan investasi
16
16 2,09
2,09 2,09
14 14 pada sektor unggulan.
2,08 2,08 2,08 2,08
12
12
11
11
b. Meningkatkan keahlian tenaga kerja
2,07 2,07
10
10
10 TFR muda.
8 2,06
IMR
6
c. Menjaga keseimbangan pertumbuhan
2,05 2,05 4 penduduk. 2,04
2 d. Menurunkan IMR 3% setiap tahunnya. 2,03 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional 2017 Isu strategis cakupan SJSN:
31.543.208 1. Cakupan JKN baru mencapai sekitar 65,8% penduduk. 15.673.971
2. Kepesertaan sektor informal (PBPU) SJSN 7.034.666 5.511.647
2.469.310 Ketenagakerjaan dan JKN masih sangat terbatas. 853.614
Penerima Pekerja Pekerja Bukan Jamkesda Total
3. Rendahnya kepesertaan SJSN terjadi pada seluruh Bantuan Penerima Bukan Pekerja tingkat ekonomi masyarakat.
Iuran Upah Penerima Upah Sumber: BPJS Kesehatan
Peran Pemerintah Daerah dalam mencapai Universal Health Kepesertaan Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan 2017
Coverage (UHC) dan jaminan semesta program Jaminan Sosial 4.090.654
Bidang Ketenagakerjaan pada 2019: 1. Sosialisasi, Edukasi, dan Advokasi pentingnya SJSN.
2.460.996 1.407.448
2. Mendukung Penerima Bantuan Iuran melalui APBD bagi kedua program SJSN terutama bagi sektor informal 222.210 pertanian, perikanan serta pekerja informal rentan.
Penerima Upah Bukan Penerima Jasa Konstruksi Total Upah
3. Peningkatan kepatuhan perusahaan mendaftarkan SJSN pegawainya.
Sumber: BPJS Ketenagakerjaan
Target Indikator Makro Pembangunan Provinsi Jawa Barat Proyeksi Tahun 2019 PERTUMBUHAN
TINGKAT
TINGKATIPM: GINI RASIO: EKONOMI: KEMISKINAN: PENGANGGURA
N:
PROVINSI PROVINSI PROVINSI PROVINSI- - -
PROVINSI
5,65 % 7,27 %
7,88 %
NASIONAL NASIONAL NASIONAL NASIONAL71,98 0,38
NASIONAL
- – 0,39 5,40 8,50 – 5,80 – 9,50 4,8 – 5,2 % % %
Sumber: Kementerian PPN / Bappenas
Highlight Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (1/3)
Program Prioritas Percepatan Pengurangan Kemiskinan- Kegiatan penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah
- Pembinaan Norma Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan
Program Prioritas Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Gizi Masyarakat
- Peningkatan Imunisasi • Peningkatan Kapasitas Petugas Imunisasi
PN 1
- Peningkatan Cakupan Pemberian PMT Ibu Hamil KEK
- Stimulan Sarana Sanitasi Dasar • Pergerakan KB Fasilitasi Kampung KB
- Percepatan dan Penguatan STBM
- Pembinaan Kesehatan Keluarga
Program Prioritas Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas
- N/A
Highlight Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (2/3)
- Pembangunan Cold Storage • Meningkatnya Jalan Nasional
PN 2
- Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Higienis • Percontohan Budidaya Ikan Air Payau • Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah • Pelatihan Kewirausahaan • Pengembangan Jaringan Pemasaran Koperasi dan UMKM
PN 3
- Fasilitasi Permodalan bagi Wirausaha Pemula • Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar (Pengembangan Tanaman Kelapa dan Kopi Arabika)
- Pengadaan Sistem Pemantauan Kualitas Air Secara Kontinyu, Otomatis, dan Online • Kegiatan Rehabilitasi/Pembangunan Prasarana Budidaya Perikanan di
PN 4 Kabupaten Indramayu
- Pengembangan Usaha Pangan Pangan Masyarakat (PUPM)
- Lumbung Pangan Masyarakat
Highlight Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (3/3)
- Operasional Speddboat 6,8 m dan 12 m
- Pembangunan Pos PSDKP
PN 5 Saat ini di Provinsi Jawa Barat terdapat usulan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) maupun Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) yang akan dilaksanakan, yakni:
1. Jalan Tol Cisumdawu dalam tahap transaction PPP Agreement Signing
2. Bandara Internasional Jawa Barat, PT (BIJB)
- – Kertajati Internasional Airport, IDR 932 miliyar (USD 69,7 juta), RDP Ekuitas Provinsi Jawa Barat perlu mendorong untuk memanfaatkan peluang pembiayaan dalam pembangunan di daerahnya.
PENGUATAN PENGEMBANGAN DAN
PEMBINAAN JASA KONSULTAN OLEH
BAPPENAS SAAT INI
C
Latar Belakang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jasa Konsultan s/d s/d s/d s/d 1998
2000 s/d 2015 2017
2018 Inkindo dan
Kemen PU Bappenas dibawah
- Standar billing
Bappenas sektor jasa menerbitkan
Kedeputian Bidang rate mengalami menerbitkan konsultan
- Permen PU No. 13/
PEPP bersama stagnansi Permen Bappenas memperoleh
2013 standar Bappeda
- Pemerintah
Nomor 4 Tentang pembinaan
maksimal billing rate
Provinsi/OPD/INKIN kesulitan dalam Pengembangan pemerintah konsultan
DO melakukan penganggaran dan Pembinaan melalui
- Kepmen PU No. 31
penguatan pengadaan Jasa Konsultan Bappenas
/ 2015 untuk pelaksanaan jasa konsultan mengatasi darurat kegiatan jasa
kekurangan tenaga
konsultan ahli.Billing rate Penerbitan Surat Billing rate diatur diserahkan kepada
Permen Bappenas Edaran Bersama Penguatan peran oleh PUPR (berlaku mekanisme pasar
Nomor 4 Tahun 2018 – konsultan pusat- Bappenas sektoral di (Bappenas tidak meliputi 7 pasal, Kementerian daerah dilakukan Kementerian PUPR memiliki pengembangan dan Keuangan terkait melalui rangkaian dan hanya bidang kewenangan pembinaan terdapat penetapan standar kegiatan internal konstruksi) terhadap billing di dalam pasal 3-5 billing rate konsultan maupun eksternal rate)
Aspek Kebijakan
Aspek Operasional Pengadaan
3. Payroll Audit menghambat kelas remunerasi.
2. Standar format kontrak yang berbelit berpotensi multitafsir
1. Auditor belum standar menerapkan kaidah pemeriksa jasa konsultansi sehingga berpotensi terjadi kriminalisasi pelaku usaha
Aspek Akuntabilitas dan Audit
3. Adanya pola pengadaan NCS untuk pekerjaan yang sebenarnya adalah pekerjaan konsultansi
2. Keterbatasan jumlah tenaga ahli akibat permasalahan billing rate
1. Proses pengadaan yang tidak efisien (pembuktian dokumen dilakukan berulang- ulang pada setiap pokja pengadaan)
4. Adanya rangkap pekerjaan untuk Tenaga Ahli yang sama
1. Belum ada Institusi Pembina untuk Jasa Non Konstruksi
3. Syarat sertifikat Badan Usaha Non Jasa Konstruksi belum diterapkan secara konsisten
2. Standar billing rate sangat bervariasi dan stagnan sejak 1998
1. Belum ada payung hukum Usaha Jasa Konsultansi
Aspek Regulasi
5. Belum ada upaya sinkronisasi antar K/L/D/I terkait penetapan kualifikasi badan usaha
4. Belum adanya kebijakan dan strategi nasional
3. Belum ada regulasi tentang kualitas pekerjaan
2. Belum ada roadmap arah pengembangan
Dibutuhkan perkuatan kelembagaan dan fasilitasi antara K/L/Daerah dan penyedia jasa konsultan
Permasalahan dan Temuan Terkait Perkembangan Jasa Konsultansi
di Indonesia
Rangkaian Kegiatan Pengembangan Jasa Konsultan oleh BAPPENAS Apr-Mei Juni-Sept Okt-Nov Desember Penyusunan
Sinkronisasi Focus Group Arahan
Penyusunan Laporan ke Analisis Hasil Per-review Draft
Action Plan Draft Action Discussion ke Laporan FGD Menteri Selanjutnya kerangka
FGD hasil FGD Plan 2018 (internal Daerah (13 kota)
Bappenas (Bappenas- regulasi dan RAB Bappenas dan
INKINDO)
INKINDO) Disusun oleh Didiskusikan Disusun oleh Tim Disusun oleh Dilaksanakan Didiskusikan Disusun oleh Disusun oleh – Tim JK oleh JK Bappenas oleh Bappenas Tim JK oleh Tim JK Tim JK Tim JK –
Bappena dan Bappenas Bappeda-OPD Bappenas Bappenas Bappenas Bappenas-
INKINDO DPN/DPP Inkindo
INKINDO SESUAI DENGAN PERMEN BAPPENAS NOMOR 4 TAHUN 2018
Resume Hasil FGD April s.d September 2018 Yang Dilakukan BAPPENAS
No Pokok Pembicaraan Provinsi Jawa Barat (Kota Bogor) Provinsi Jawa Tengah (Kota Semarang) Provinsi Sumatera Utara (Kota Medan) Provinsi NTB (Kota Mataram) Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya) Provinsi Bali (Kota Denpasar) FGD INKINDO Emas (DKI Jakarta)Assurance (QA)
90% BU kecil, minim TA, dan perizinan SBU yang mahal
Perlu pasal permodalan sektor jasa konsultan
5 Penilaian Tenaga Ahli Belum ada standar penilaian tenaga ahli jasa konsultan
Belum ada standar penilaian terkait tenaga ahli jasa konsultan
Belum ada standar penilaian.
Penilaian kapasitas diberatkan kepada tenaga fungsional
Belum ada standar penilaian Belum ada standar penilaian
Bappenas mendukug penilaian tenaga ahli
6 Pengawasan Kontrak
dan Jaminan Mutu
Belum ada sistem jaminan kualitas dari output yang telah disusun oleh seorang konsultan
Perlu disusun mekanisme jaminan mutu terkait Quality
Diperlukan aturan baku dalam mengawasi kontrak konsultan adalah kontrak lumpsum
NTB memiliki lebih dari 90% perusahaan kecil dan hanya 1 perusahaan kategori besar
Kontrak jasa konsultan adalah lumpsum bukan unit price
Belum ada penerapan
ISO 9001 Belum ada standar jaminan mutu dan QA
Dibutuhkan penerapan ISO dan QA
7 Tantangan Konsultan Belum diintegrasikannya pengembangan
money follow
Bentuk-bentuk kegiatan yang sifatnya kontraktual berlaku untuk umum.
Minimnya konsultan daerah memahami RPJP, RPJM yang diturunkan kedalam
Perlu didorong sektor jasa konsultan tidak lagi
project based tetapi knowledge based
Minimnya konsultan yang mampu mengembangkan pembangunan di
Belum ada pemetaan keahlian konsultan dalam pembangunan
Konsultan didorong meningkatkan pemahaman regional
90% BU kecil, minim TA, akses permodalan, sistem keuangan, inovasi dan teknologi
Pasal 24 dalam UU No.2 tahun 2017. Menurunnya jumlah anggota badan usaha konsultan karena beralih profesi
1 Regulasi dan Billing
Dibutuhkan Roadmap atau Rencana Aksi Nasional
Rate
13,5 juta untuk S1, 52 juta untuk S3 (batas minimal oleh Bappeda)
Penawaran HPS dalam kontrak pengadaan jasa konsultan rendah
Konsultan belum berkembang secara maksimal.
Billing rate tidak
terimplementasi
Billing rate disesuaikan
dengan kemampuan anggaran daerah Standar remunerasi minimal belum terimplementasi
Standar remunerasi minimal belum terimplementasi
2 Sertifikasi dan
Standar Kompetensi
Sertifikasi badan usaha dilakukan oleh INKINDO
Belum ada pembinaan yang dilakukan khusus untuk jasa konsultan
Belum ada implementasi dari
Anggaran yang minim dalam pembinaan Akses peningkatan kompetensi di bale- bale masih minim
Konsultan bersertifikat hanya 3%
Kerja sama dengan LPJK dan Kadin. Sertifikasi harus diakui internasional
3 Pembinaan Personil
Konsultan
Belum ada pembinaan tenaga ahli oleh pemerintah daerah
Dibutuhkan mekanisme pembinaan yang sistematis dari pusat dan daerah
Kehadiran Bappenas dibutuhkan dalam pembinaan sektor konsultan
Pembinaan oleh PU tidak berjalan dengan optimal untuk jasa konsultan non konstruksi
Dibutuhkan pembinaan satu pintu dari pusat s.d daerah
Belum ada sistem dan modul pembinaan untuk konsultan non konstruksi
INKINDO melalui iuran tahunan dapat membina anggotanya (Bina Konstruksi)
4 Badan Usaha Perusahaan tidak memiliki tenaga ahli tetap sesuai yang dibutuhkan (Bappeda)
development
LANGKAH STRATEGIS DALAM
PENGUATAN KONSULTAN DI MASA
MENDATANG
D
Kepastian dan kredibilitas Standar kompetensi kerja di lembaga pendidikan dan berbagai sektor/bidang profesi
Tenaga Kerja pelatihan berbasis
Kompeten kompetensi
Program Diklat Sertifikasi Harmonisasi regulasi di
Berbasis Kompetensi Kompetensi Standar
1 bidang standarisasi dan
2 untuk untuk Kompetensi sertifikasi kerja serta pendidikan dan pelatihan
1,4 juta orang 1 juta orang berbasis kompetensi Kapasitas dan kredibilitas
3 Lembaga Asosiasi Lembaga lembaga sertifikasi
Sertifikasi Industri Diklat kompetensi profesi
Profesi
4 Langkah-langkah yang dilaksanakan antara Pengakuan lain: kompetensi di pasar
5 kerja dalam negeri
Pemetaan kompetensi di sektor masing-masing; dan luar negeri
Penyusunan standar kompetensi sesuai kebutuhan industri; Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan vokasi berbasis kompetensi;
Pelaksanaan uji kompetensi;
KOORDINASI DAN KERJA SAMA ANTARA
Penguatan lembaga yang berfungsi melaksanakan
PEMERINTAH, LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
sertifikasi; PELATIHAN, DUNIA USAHA Kerjasama dengan asosiasi profesi dan industri.
Jasa Konsultan
1. UU Jasa Konstruksi No.2 th 2017
2. UU SPPN No.25 th 2004
1. UU Insinyur No.11 tahun
3. UU Ketenagakerjaan No.13 th 2003 2014
4. UU Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
2. UU Arsitek No.6 tahun Sehat No.5 th 1994
2017
5. Perpres pengadaan barang dan Jasa No.16 th
3. UU Jasa Konstruksi No.2 2018 tahun 2017
6. Perpres SKKNI No.8 th 2012
7. Perpres Sistem Pelatihan Kerja Nasional No.31 th 2006
8. Permen PUPR Standar Remunerasi Minimal No.19/PRT/M/2017
9. Permen PU Sub Kualifikasi Tenaga Ahli No.8 th 2011
10. Permen PU Kerja Sama BUJK Asing dan Nasional No.5 th 2011 Sumber : Naskah Akademik Tahun 2017 Sumber : Pelaksanaan FGD Tahun 2018
UU NO. 25 TAHUN 2004 MoU Menteri PPN/Kepala Bappenas Selaku Kepala Lembaga Lembaga Pembina Jasa Konsultan
INKINDO Asosiasi Jasa Konsultan
Indonesia MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS
Pembina Jasa Konsultan sebagai KIBS Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian PPN/Bappenas menyelenggarakan tugas perencanaan pembangunan nasional termasuk di antaranya merencanakan kebutuhan dukungan dari unsur jasa konsultan non- kontruksi dalam rangka penyelenggaraan realisasi rencana pembangunan.
Menteri PPN/Bappenas selaku kepala lembaga Pembina jasa konsultan secara substansi memfasilitasi: 1) Sertifikasi Jasa Konsultan Non- konstruksi. 2) Penguatan jasa konsultasi dalam kerangka daya saing nasional.
BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2
1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.
2. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan Asas Umum Penyelenggaraan Negara.
4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:
a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Bekerjasama dengan Bappeda- Bappeda Peran BAPPENAS dalam Pembinaan Jasa Konsultansi