BAB III METODE PENELITIAN - Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco di Kota Medan

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas. Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan mempertimbangkan bahwa agroindustri nata de coco di daerah tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

  3.2 Metode Penetuan Sampel

  Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode snowball

  

sampling (bola salju), yaitu dengan menemui satu orang pengusaha nata de coco

  untuk menunjuk responden/sampel berikutnya yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah industri rumah tangga yang memproduksi nata de coco lembaran (masih mentah). Besar sampel yang didapat adalah sebanyak 4 sampel.

  3.3 Metode Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dengan cara melakukan wawancara langsung dengan pengusaha agroindustri nata de coco dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan.

3.4 Metode Analisis Data

  Untuk hipotesis 1 digunakan analisis deskriptif dan hipotesis 2 digunakan analisis SWOT. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut: 1.

  Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal.

  2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal, eksternal, dan matrik SWOT.

  3. Tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks internal eksternal.

  Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Internal dan Eksternal Faktor Strategi Internal & Eksternal Rating Bobot Skor

  (Rating x Bobot) Kekuatan/Kelemahan 1.

  2.

  3. Total Skor Kekuatan/Kelemahan 100 Peluang/Ancaman 1.

  2.

  3. Total Skor Peluang/Ancaman 100 Sumber: Rangkuti, 1997.

  Berdasarkan tabel tersebut, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strategi adalah menetukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan/kelemahan serta peluang/ancaman dalam kolom 1, lalu beri peringkat (rating) untuk setiap faktor pada kolom 2 berdasarkan respon sampel penelitian terhadap faktor-faktor tersebut, yaitu: Tabel 4. Peringkat (Rating) Faktor Internal dan Eksternal

  Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

  4 Sangat Besar Kekuatan Peluang

  3 Besar Kekuatan Peluang

  2 Kecil Kekuatan Peluang

  1 Sangat Kecil Kekuatan Peluang

  1 Sangat Besar Kelemahan Ancaman

  2 Besar Kelemahan Ancaman

  3 Kecil Kelemahan Ancaman

  4 Sangat Kecil Kelemahan Ancaman Sumber: Rangkutui, 1997.

  Kemudian beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1 pada kolom 3 dengan rumus seperti berikut: rating x total bobot

  Bobot = total rating Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4 (Rangkuti, 1997).

  Matrik SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk empat kemungkinan alternatif strategi.

  Tabel 5. Matrik SWOT

STRENGTHS (S)

  • Tentukan 5-10 faktor-

    faktor kekuatan

    internal WEAKNESSES (W)
  • Tentukan 5-10 faktor- faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)
  • Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang

  meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

  • Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang

  meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti, 1997.

  Keterangan: 1.

  Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

  2. Strategi ST Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

  3. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

  EKSTERNAL

  INTERNAL

THREATHS (T)

4. Strategi WT

  Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 1997).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

  Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat Defenisi dan Batasan Operasional sebagai berikut: Defenisi: 1.

  Agroindustri, adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian berupa limbah tanaman kelapa, yaitu air kelapa.

  2. Nata de coco, adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi.

  3. Strategi pemasaran, adalah rencana tindakan yang hendak diikuti oleh manajer pemasaran yang berdasarkan atas analisa situasi dan tujuan perusahaan. Batasan Operasional: 1.

  Tempat penelitian adalah perusahaan agroindustri nata de coco di Kota Medan, yaitu di Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.

  2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK AGROINDUSTRI NATA DE COCO

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

  Kota Medan terletak antara 3°.27' − 3°.47ʹ Lintang Utara dan 98°.35ʹ − 98°.44ʹ

  Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum berkisar antara 22,49° C – 23,97° C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15° C – 34,21° C. Kelembaban udara di wilayah Medan rata-rata 76 – 81 %. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang pada sebelah utara, selatan, barat, dan timur.

  Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat I di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Berikut adalah deskripsi kecamatan di Kota Medan yang merupakan lokasi penelitian pada agroindustri nata de coco, yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Johor, dan Kecamatan Medan Amplas.

4.1.1 Medan Tembung

  Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 7,78 km². Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan:

  : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Utara berbatasan dengan

  • : Kecamatan Medan Denai Sebelah Selatan berbatas dengan
  • : Kecamatan Medan Perjuangan Sebelah Barat berbatasan dengan Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang -

  Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 1,51 km² sedangkan Kelurahan Tembung mempunyai luas terkecil yakni 0,64 km². Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.784 orang dimana penduduk terbanyak di Kelurahan Bantan yakni sebanyak 29.693 orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung yakni sebanyak 9.821 orang. Perusahaan industri di Medan Tembung sudah mulai ramai, terutama industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 48 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Tembung.

4.1.2 Medan Johor

  Kecamatan Medan Johor merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 16,96 km². Kecamatan Medan Johor berbatasan dengan: : Kecamatan Medan Polonia

  Sebelah Utara berbatasan dengan

  • : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatas dengan
  • : Kecamatan Medan Selayang Sebelah Barat berbatasan dengan
  • Sebelah Timur berbatasan dengan : Kecamatan Medan Amplas -
Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala memiliki luas wilayah terluas yaitu sebesar 5,50 km² sedangkan Kelurahan Kedai Durian memiliki luas wilayah terkecil yaitu 0,98 km². Kecamatan Medan Johor dihuni oleh 123.851 orang dimana penduduk paling banyak berada di Kelurahan Kwala Bekala yakni sebanyak 32.599 orang, jumlah penduduk paling kecil berada di Kelurahan Kedai Durian yakni sebanyak 6.572 orang.

  Perusahaan industri di Medan Johor sudah mulai banyak bermunculan, terutama industri rumah tangga. Perusahaan industri besar banyak terdapat di Kelurahan Kedai Durian, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 23 industri besar dan sedang, dan 247 industri kecil dan industri rumah tangga di Kecamatan Medan Johor.

4.1.2 Medan Amplas

  Kecamatan Medan Amplas merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 13,764 km². Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan:

  : Kecamatan Medan Denai Sebelah Utara berbatasan dengan

  • : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Selatan berbatas dengan
  • : Kecamatan Medan Johor Sebelah Barat berbatasan dengan
  • Sebelah Timur berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang -

  Dari tujuh kelurahan di Kecamatan Medan Amplas, Kelurahan Harjosari II memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4,59 km², sedangkan Kelurahan Siti Rejo II mempunyai luas wilayah terkecil yakni 0,40 km².

  Kecamatan Medan Amplas dihuni oleh 115.543 orang dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Harjosari I yakni sebanyak 31.979 orang dan jumlah penduduk terkecil ada di Kelurahan Bangun Mulia yakni sebanyak 2.259 orang.

  Perusahaan industri di Medan Amplas sudah mulai banyak yang bermunculan, terutama industri kecil. Tercatat pada tahun 2012 terdapat sebanyak 17 industri besar dan sedang, 23 industri kecil, dan 21 industri rumah tangga di Kecamatan Medan Amplas.

4.2 Karakteristik Agroindustri Nata De Coco

4.2.1 Karakteristik Sampel

  Karakteristik sampel dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berusaha, serta luas lahan dan bangunan usaha. Secara rinci, karakteristik sampel pengusaha agroindustri nata de coco dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Karakteristik Pengusaha Agroindustri Nata De Coco

  Karakteristik Sampel Satuan Rataan Range Umur Tahun 32 22 – 38 Tingkat Pendidikan Tahun 13 12 – 16 Lama Usaha Tahun 2,75 2 – 3 Luas Lahan Usaha m² 887,5 150 – 2000 Luas Bangunan Usaha m² 167,5 70 – 400 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 1.

  Dari tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata umur pengusaha agroindustri nata de

  coco adalah 32 tahun dengan rentang antara 22

  − 38 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan yang dijalani oleh pengusaha tersebut rata-rata adalah 13 tahun, ini menunjukkan bahwa pendidikan pengusaha nata de coco adalah tingkat SMA/sederajat. Sedangkan pengalaman berusaha di bidang agroindustri nata de

  coco tersebut rata-rata adalah 2,75 tahun dengan rentang antara 2

  − 3 tahun. Rata - rata luas lahan usaha nata de coco adalah 887,5 m² dengan rentang antara 150 − 2000 m², sedangkan luas bangunan untuk memproduksi nata de coco rata-rata adalah 167,5 m² dengan rentang antara 70 − 400 m².

  4.2.2 Permodalan

  Modal usaha bagi pengusaha skala besar ataupun kecil merupakan unsur yang utama dalam mendirikan suatu usaha yang bertujuan untuk mendukung peningkatan pendapatan (profit) yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pengusaha itu sendiri. Modal usaha berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan (bank). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pinjaman pada bank.

  4.2.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu kegiatan produksi.

  Tenaga kerja dalam usaha agroindustri nata de coco di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai kegiatan produksi seperti pembelian bahan baku, penyaringan bahan baku, pemasakan air kelapa, pencetakan, pencucian wadah, pengemasan hasil, pengangkutan hasil, dll.

  Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata jumlah tenaga kerja yang dipakai adalah 6 orang dengan rentang antara 3

  − 7 orang. Jam kerja untuk memproduksi nata de coco rata-rata dari jam 8 pagi sampai 4 sore. Upah tenaga kerja pada industri ini adalah sebesar Rp 30.000/hari atau sekitar Rp 900.000/bulan.

4.2.4 Bahan Baku

  Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Bahan baku yang digunakan dalam memproduksi

  

nata de coco harus berkualitas, yaitu tidak kotor, tidak bau, dan tidak basi. Hal

tersebut dilakukan untuk mendapatkan kualitas nata de coco yang baik.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara 1000

  − 3000 liter/hari. Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku dari pasar- pasar yang berada di Kota Medan.

  Tabel 7. Kebutuhan bahan baku pada agroindustri nata de coco di daerah penelitian tahun 2013.

  Sampel Kebutuhan Air Kelapa per Hari 1 3000 liter 2 1500 liter 3 2000 liter 4 1000 liter Sumber: Analisis data primer.

4.2.5 Fasilitas Perusahaan

  Fasilitas Produksi Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi nata de coco adalah:

  Fasilitas perusahaan agroindustri nata de coco pada lokasi penelitian meliputi seluruh peralatan dan perlengkapan yang terdapat dalam perusahaan untuk memperlancar kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada agroindustri nata de coco di lokasi penelitian, fasilitas-fasilitas tersebut adalah: 1.

  • Jerigen air sebagai media penyimpanan air kelapa (bahan baku).
  • Saringan untuk menyaring air kelapa yang masih kotor karena tercampur material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll.
  • Tangki air sebagai media penyimpanan air kelapa yang telah disaring dan siap untuk dimasak.
  • Panci ukuran besar dengan kapasitas 150 dan 300 liter serta kompor untuk memasak air kelapa.
  • Botol sirup sebagai media penyimpanan bibit nata.
  • Gayung plastik untuk menuangkan air kelapa yang sudah dimasak ke dalam loyang plastik.
  • Loyang plastik untuk mencetak air kelapa yang akan difermentasi.
  • Koran sebagai penutup air kelapa pada loyang plastik selama proses fermentasi.

  2. Fasilitas Penyimpanan Bibit nata yang difermentasi serta nata de coco yang sudah dicetak disusun di rak dan disimpan di dalam gudang penyimpanan yang terdapat di dalam pabrik. Sedangkan untuk nata de coco yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tong berukuran besar dan disimpan di dalam gudang penyimpanan hingga nata de coco tersebut dijemput oleh agen.

  3. Fasilitas Transportasi Masing-masing industri nata de coco memiliki 1 mobil pick-up dengan kapasitas 50 jerigen untuk mengangkut bahan baku berupa air kelapa ke pasar.

4.3 Proses Pembuatan Nata De Coco

  Proses pengolahan air kelapa menjadi nata de coco terdiri dari dua tahapan, yaitu pembuatan bibit nata (starter) dan pembuatan nata de coco. Bahan baku yang digunakan adalah air kelapa, air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA.

  1. Pembuatan bibit nata (starter) Penyaringan

  • Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang kotor karena masih tercampur dengan material lain seperti serabut, pecahan tempurung, dll.
  • Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar yang sebelumnya sudah disterilkan, lalu dipanaskan dan dicampur dengan air

  Proses memasak cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih. Proses perebusan bertujuan untuk menghancurkan mikroba-mikroba yang terdapat dalam air kelapa. Fermentasi

  • Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dimasukkan ke dalam botol bekas sirup yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan plastik. Selanjutnya bibit nata dibiarkan sampai dingin. Setelah dingin, berikan cairan Acetobacter Xylinum dan disimpan di dalam ruangan sampai 4 – 5 hari hingga bakteri tumbuh pada bibit nata tersebut.

  2. Pembuatan nata de coco Penyaringan

  • Air kelapa yang akan dimasak terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kain saring. Hal ini dilakukan untuk memisahkan air kelapa yang masih kotor.
  • Air kelapa yang telah disaring dimasukkan ke dalam panci besar lalu dipanaskan dan dicampur dengan air cuka, gula, dan pupuk urea/ZA. Proses perebusan dilakukan ± 2,5 jam hingga air kelapa mendidih.

  Proses memasak

  • Dalam keadaan panas, air kelapa yang telah dimasak dituang ke dalam loyang yang sebelumnya telah disterilkan lalu ditutup dengan kertas koran. Selanjutnya nata de coco didiamkan selama satu hari. Setelah dingin, berikan cairan bibit nata (starter) dan diamkan selama 6 – 7 hari agar terbentuk lembaran nata de coco.

  Fermentasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

  

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Agroindustri dalam

Pemasaran Nata De Coco

5.1.1 Kekuatan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

  Adapun kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

  1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco Setiap perusahaan yang ingin masuk ke dalam agroindustri nata de coco memerlukan modal yang besar untuk biaya investasi dan operasi. Modal tersebut dapat menjadi ancaman bagi para pengusaha. Namun, di daerah penelitian modal bukannlah menjadi ancaman bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Modal usaha bisa berasal dari modal sendiri, modal keluarga, ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank. Lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usaha kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal kerja.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pinjaman pada bank yaitu pada Bank Mega dan BRI. Besarnya modal yang digunakan pada usaha nata de coco tersebut rata-rata adalah Rp 125.000.000 dengan rentang antara Rp 20.000.000 – Rp 300.000.000.

  2. Harga jual produk nata de coco per Kg Dalam menetapkan harga produk, perusahaan tidak hanya menetapkan harga berdasarkan kehendak perusahaan. Penetapan harga harus melihat penetapan harga pesaing, sehingga perusahaan dapat mempertahankan pelanggan (distributor) dan memperoleh keuntungan yang memuaskan. Penetapan harga yang terlalu tinggi menyebabkan kehilangan pelanggan (distributor) karena berpindah menjadi pelanggan dari perusahaan pesaing. Penetapan harga yang terlalu rendah juga menyebabkan berkurangnya keuntungaan (profit) yang diperoleh perusahaan, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan usaha. Dalam penentuan harga jual produknya pengusaha terlebih dahulu menghitung beberapa biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material/bahan baku, dan biaya lain-lain seperti biaya administrasi, biaya pemasaran, dan sebagainya setelah itu baru ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, rata-rata harga jual produk nata de coco dalam bentuk lembaran adalah Rp 1.500/Kg. Harga tersebut diperoleh berdasarkan total biaya untuk memproduksi produk nata de coco adalah Rp 850/Kg kemudian pengusaha ingin mengambil keuntungan sebesar 80%, maka besar harga jual yang ditetapkan adalah sebesar Rp 1.500. Harga tersebut merupakan kekuatan perusahaan agroindustri dan dianggap sesuai dengan permintaan akan nata de coco mentah di Kota Medan yang cenderung tinggi.

  3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco Dari segi sosial, usaha nata de coco menyerap tenaga kerja lokal yang besar baik perusahaan menengah, besar, kecil maupun rumah tangga. Usaha ini hanya menggunakan teknologi yang sederhana tanpa perlu pengetahuan yang spesifik. Tenaga kerja untuk memproduksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau pengetahuan khusus, tetapi lebih memerlukan ketrampilan dan ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi perusahaan agroindustri karena apabila terjadi peningkatan permintaan, pengusaha tidak mengalami kesulitan untuk mencari tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja juga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar. Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri nata de coco skala kecil-rumah tangga rata-rata adalah 6 orang dengan jam kerja kurang lebih 8 jam/hari yaitu mulai dari jam 8 pagi – 4 sore.

5.1.2 Kelemahan Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

  Adapun kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

  1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, agroindustri pada sampel penelitian hanya memproduksi nata

  

de coco dalam bentuk lembaran yang merupakan bahan baku bagi makanan dan minuman yang terbuat dari nata de coco. Tidak adanya variasi produk pada agroindustri ini dianggap sebagai kelemahan perusahaan karena keuntungan yang diperoleh hanya berasal dari penjualan produk mentah. Padahal dengan memiliki kekuatan perusahaan seperti modal dan tenaga kerja, nata de coco mentah tersebut dapat diolah menjadi berbagai minuman dan agar-agar dalam kemasan yang menarik yang tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menghasilkan produk mentah saja.

  2. Jumlah produksi nata de coco per hari Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, jumlah produksi nata de coco per hari rata-rata adalah 800 Kg/hari dengan rentang antara 500 – 1.000 Kg/hari. Dalam skala industri kecil/rumah tangga, produksi harian nata de coco dengan jumlah tersebut dianggap masih kecil karena dengan adanya kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan seharusnya dapat memproduksi hingga 3 – 5 ton/hari. Namun, perusahaan agroindustri nata

  

de coco di daerah penelitian tidak dapat memproduksi dalam jumlah besar karena

  jumlah produksi ditentukan oleh agen/distributor yang membeli hasil produk perusahaan tersebut. Dengan dibatasinya jumlah produksi tersebut merupakan kendala bagi usaha nata de coco dalam mendapatkan profit yang lebih tinggi.

  3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Akses ke saluran distribusi merupakan kendala dalam agroindustri nata de coco, karena saluran distribusi untuk produk nata de coco umumnya sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar nata de coco, sehingga para pengusaha nata de

  

coco skala kecil-rumah tangga mengalami kesulitan untuk melakukan distribusi produknya. Promosi/sistem penjualan produk yang dijalankan agroindustri nata

  

de coco di daerah penelitian lebih banyak ditujukan ke agen (distributor), karena

  para pengusaha nata de coco tidak memiliki akses (link) ke industri besar. Hal ini merupakan kendala bagi usaha tersebut untuk memperluas jaringan pemasaran produknya.

5.1.2 Peluang Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

  Adapun peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

  1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco Bahan baku sangat penting bagi perusahaan agroindustri yang mengolah suatu produk, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu kualitas dari produk yang dihasilkannya. Keberlangsungan input juga merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco.

  Air kelapa merupakan bahan baku yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun, dan harganya murah. Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng. Dalam hal penyediaan bahan baku, perusahaan agroindustri nata de coco sudah dapat mengkoordinir dengan baik sehingga proses produksi akan terus berjalan dan dapat mencapai target produksi yang dibutuhkan. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha agroindustri untuk meningkatkan jumlah produksinya.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan pengusaha nata de coco di daerah penelitian, penyediaan bahan baku berupa air kelapa cukup tersedia untuk kebutuhan produksi yaitu rata-rata sekitar 1875 liter/hari dengan rentang antara 1000

  − 3000 liter/hari dengan harga Rp 4.000 – Rp 6.000/jerigen (1 jerigen = 25 liter). Umumnya pengusaha memperoleh bahan baku tersebut dari pasar-pasar yang berada di Kota Medan.

  2. Pangsa pasar produk nata de coco Produk kelapa yang biasanya dijual oleh masyarakat adalah kopra, minyak goreng, gula merah, dan kelapa butiran. Padahal banyak sekali produk-produk yang bisa diturunkan dari buah kelapa. Salah satunya adalah nata de coco yang menggunakan bahan baku air kelapa. Dari segi skala perusahaan, usaha nata de

  coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri.

  Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar. Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, agroindustri

  

nata de coco pada daerah penelitian memproduksi nata de coco dalam jumlah

  yang lebih besar. Hal ini merupakan peluang bagi pengusaha nata de coco dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

5.1.4 Ancaman Agroindustri dalam Pemasaran Nata De Coco

  Adapun ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

  1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco Pola konsumsi terhadap nata de coco dan potensi pasarnya mempunyai prospek cerah. Keadaan ini dapat dimanfaatkan oleh industri penghasil produk ini.

  Agroindustri nata de coco terus berkembang dan menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meingkatnya permintaan terhadap produk nata de coco, maka banyak industri yang bergerak dibidang nata de coco. Dampak yang ditimbulkan dari industri tersebut adalah terjadinya persaingan dengan industri sejenis dalam memperebutkan konsumen dan dan mendapatkan bahan baku. Besar kecilnya ancaman masuknya pendatang baru/pesaing ke dalam agroindustri nata de coco tergantung pada rintangan masuk yang ada dan reaksi dari para pengusaha agroindustri.

  2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco Ancaman produksi utama yang dihadapi oleh industri nata de coco adalah musim/cuaca yaitu musim penghujan. Selain pada musim penghujan input air kelapa mengalami penurunan supply, musim hujan juga akan mengganggu suhu udara yang bisa sangat mempengaruhi proses fermentasi. Kestabilan suhu ruangan 28º - 31ºC dibutuhkan dalam proses fermentasi. Selain berpengaruh pada proses produksi, musim/cuaca juga berpengaruh dalam proses pemasaran. Pada saat musim hujan, permintaan akan nata de coco menurun sehingga produsen harus mengurangi produksinya yang akhirnya berdampak pada profit perusahaan.

5.2 Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco

  Perusahaan dalam menghadapi berbagai masalah dalam mencapai tujuan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat agar menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan, dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh bagi perusahaan. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaaan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari agroindustri nata de coco di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pemasaran Nata De Coco di Kota Medan sebagai berikut: Tabel 8. Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pemasaran agroindustri

  nata de coco di Kota Medan

  Faktor – Faktor Parameter Faktor Internal

  • nata de coco

  1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri Kekuatan

  2. Harga jual produk nata de coco per Kg

  3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri

  nata de coco

  • nata de coco

  1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri Kelemahan

  2. Jumlah produksi nata de coco per hari

  3. Promosi/sistem penjualan produk nata de coco Faktor Eksternal

  • nata de coco

  1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri Peluang

  2. Pangsa pasar produk nata de coco

  • 2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco Sumber: Analisis data primer.

  1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de coco Ancaman Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal pada pemasaran agroindustri

  

nata de coco di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan

  data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal/Internal

  

Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi

Eksternal/Eksternal Strategic Factors Analysis Summary (EFAS).

  Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut: Tabel 9. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

  Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

  Strength (Kekuatan)

  1. Penggunaan modal usaha pada 3 18,75 56,25 agroindustri nata de coco

  2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25

  3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri 2 12,5

  25

  nata de coco Weakness (Kelemahan)

  1. Variasi produk yang dihasilkan

  2

  20

  40 agroindustri nata de coco

  2. Jumlah produksi nata de coco per hari

  1

  10

  10

  3. Promosi/sistem penjualan produk

  2

  20

  40

  nata de coco

  TOTAL 13 100 227,5 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 5. Hasil pembobotan faktor internal yang paling tinggi pada kekuatan adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco dan harga jual nata de

  

coco per Kg, sedangkan hasil yang paling tinggi pada kelemahan adalah produk

  yang dihasilkan agroindustri nata de coco dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco .

  Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, rating, dan pembobotan dipindahkan ke tabel matrik EFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut: Tabel 10. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

  Faktor-Faktor Strategi Eksternal Rating Bobot Skor

  Opportunity (Peluang)

  1. Ketersediaan bahan baku dalam 4 28,57 114,28 agroindustri nata de coco

  2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26

  Threats (Ancaman)

  1. Perusahaan pesaing agroindustri

  2

  25

  50

  nata de coco

  2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

  2

  25

  50 terhadap agroindustri nata de coco TOTAL 11 100 278,54 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 6.

  Hasil pembobotan faktor eksternal yang paling tinggi pada peluang adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco, sedangkan hasil yang paling tinggi pada ancaman adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

  Selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal sebagai berikut:

  Tabel 11. Penggabungan matriks evaluasi faktor strategis internal dan eksternal pemasaran agroindustri nata de coco Faktor - Faktor Strategis Rating Bobot Skor

  Faktor Strategis Internal

  Strength (Kekuatan)

  1. Penggunaan modal usaha pada 3 18,75 56,25 agroindustri nata de coco

  2. Harga jual nata de coco per Kg 3 18,75 56,25

  3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri 2 12,5

  25

  nata de coco

  Total Skor Kekuatan

  8 50 137,5

  Weakness (Kelemahan)

  1. Variasi produk yang dihasilkan

  2

  20

  40 agroindustri nata de coco

  2. Jumlah produksi nata de coco per hari

  1

  10

  10

  3. Promosi/sistem penjualan produk

  2

  20

  40

  nata de coco

  Total Skor Kelemahan

  5

  50

  90 Selisih (Kekuatan – Kelemahan) 47,5 Faktor Strategis Eksternal

  Opportunity (Peluang)

  1. Ketersediaan bahan baku dalam 4 28,57 114,28 agroindustri nata de coco

  2. Pangsa pasar produk nata de coco 3 21,42 64,26 Total Skor Peluang

  7 50 178,54

  Threats (Ancaman)

  1. Perusahaan pesaing agroindustri

  2

  25

  50

  nata de coco

  2. Pengaruh pergantian musim/cuaca

  2

  25

  50 terhadap agroindustri nata de coco Total Skor Ancaman

  4 50 100 Selisih (Peluang – Ancaman)

  78,54 Sumber: Analisis data primer, Lampiran 7. Tabel 11 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan– kelemahan) adalah sebesar 47,5 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan terhadap pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang

  −ancaman) sebesar 78,54 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman terhadap pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi pemasaran agroindustri nata de coco di Kota Medan. Posisi strategi pemasaran dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan

  −kelemahan) dan nilai y diperoleh dari sel isih faktor eksternal (peluang −ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut:

  Faktor Eksternal Y (+)

  78,54

  Kuadran III Kuadran I Strategi Turn Around Strategi Agresif

  Faktor

  47,5

  X ( X (+)

  −) Internal

  Kuadran IV Kuadran II Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

  Y ( −) Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Pemasaran Agroindustri Nata De Coco.

  Posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran produk nata de coco di daerah penelitian berada di kuadaran I, artinya posisi ini menandakan bahwa situasi perusahaan sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

  Setelah mengetahui hasil pada gambar di atas, maka perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi ST (Strengths-Threats), Strategi WO (Weakness-Opportunities), dan Strategi WT (Weakness-Threats).

STRENGTHS (S)

  STRATEGI ST

  2. Mempertahankan pelanggan/distributor.

  (W1, W2, W3, O2)

  3. Menjalin kerjasama yang baik dengan pemasaok bahan baku. (W1, O1, O2)

  1. Perusahaan pesaing agroindustri nata de

  coco . (T1)

  2. Pengaruh pergantian musim/cuaca terhadap agroindustri nata de

  coco . (T2)

  1. Mengadopsi teknologi dalam proses produksi.

  STRATEGI WO

  (S1, T2)

  2. Memberikan pelatihan dan pengembangan bagi tenaga kerja. (S1, S3, T1, T2)

  STRATEGI WT

  1. Mengembangkan produk sesuai permintaan pasar. (W1, W2, T1)

  2. Melakukan promosi produk ke industri makanan & minuman. (W1, W3, T1)

  EKSTERNAL

  INTERNAL

  1. Meningkatkan kualitas produk. (W1, W2, O1, O2)

  3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran produk. (S2, O2)

  Tabel 12. Matrik SWOT

  2. Jumlah produksi nata

  1. Penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de

  coco . (S1)

  2. Harga jual nata de

  coco per Kg. (S2)

  3. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata

  de coco . (S3) WEAKNESS (W)

  1. Variasi produk yang dihasilkan agroindustri

  nata de coco . (W1)

  de coco per hari. (W2)

  2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2)

  3. Promosi/sistem penjualan produk nata

  de coco . (W3) OPPORTUNITIES (O)

  1. Ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de

  coco . (O1)

  2. Pangsa pasar produk

  nata de coco . (O2)

  STRATEGI SO

  1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2)

THREATHS (T)

  Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam pemasaran agroindustri nata de coco di daerah penelitian, melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matrik posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco berada pada kuadaran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

  Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strengths-

Opportunities ) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

  Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan perusahaan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah:

  1. Menghasilkan variasi produk. (S1, S2, S3, O1, O2) Saat ini produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco di daerah penelitian hanya berupa lembaran nata yang merupakan bahan baku bagi industri makanan dan minuman. Seharusnya dengan memiliki kekuatan seperti modal dan tenaga kerja, agroindustri ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai produk seperti minuman dan agar-agar dalam kemasan.

  2. Meningkatkan modal usaha. (S1, O2) Modal merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan suatu usaha. Dengan adanya pinjaman dari lembaga keuangan/bank, pengusaha agroindustri nata de coco dapat membeli alat dan teknologi untuk mengembangkan produknya serta menambah tenaga kerja yang terampil untuk memproduksi nata de coco dalam jumlah besar.

  3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran produk. (S2, O2) Tingginya permintaan akan nata de coco sebagai bahan baku industri makanan dan minuman merupakan peluang bagi para pengusaha nata de

  

coco untuk meningkatkan produksinya serta menjual hasil produksinya ke

  perusahaan besar. Untuk itu perlu adanya kerja sama dengan pemerintah agar perusahaan agroindustri skala kecil-rumah tangga memiliki akses (link) ke perusahaan besar.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

  1. a. Kekuatan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah penggunaan modal usaha pada agroindustri nata de coco, harga jual

  

nata de coco, dan jumlah tenaga kerja pada agroindustri nata de coco.

  b. Kelemahan agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah variasi produk yang dihasilkan agroindustri nata de coco, jumlah produksi nata de coco, dan promosi/sistem penjualan produk nata de coco.

  c. Peluang agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku dalam agroindustri nata de coco dan pangsa pasar produk nata de coco.

  d. Ancaman agroindustri dalam pemasaran nata de coco di daerah penelitian adalah perusahaan pesaing agroindustri nata de coco dan pengaruh musim/cuaca terhadap agroindustri nata de coco.

  2. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan pemasaran agroindustri nata de

  

coco di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths-

Opportunities ) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

  yang ada dengan kegiatan sebagai berikut: 1.

  Menghasilkan variasi produk.

  2. Meningkatkan modal usaha.

  3. Memanfaatkan peluang pasar untuk memperluas jaringan pemasaran.

6.2 Saran

  1. Kepada pengusaha agroindustri nata de coco Perusahaan agroindustri nata de coco dapat meningkatkan penggunaan

  • teknologi dalam proses produksi seperti pengolahan nata hingga menjadi minuman dalam kemasan yang menarik konsumen.
  • produk seperti bekerja sama dengan idustri makanan dan minuman lokal maupun luar daerah.

  Perusahaan agroindustri diharapkan dapat memperluas jaringan distribusi

  2. Kepada pemerintah Pemerintah diharapkan dapat melakukan pembinaan mengenai industri

  • skala kecil-rumah tangga, untuk itu pemerintah (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) perlu mendata ulang guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai profil dan karakteristik agroindustri nata de coco di Kota Medan.
  • seperti lembaga keuangan/bank untuk pembiayaan serta pemerintah daerah yang dapat memberikan pelatihan mengenai manajemen usaha, teknologi produksi, penanganan limbah, dll.

  Diperlukan kebijakan pemerintah agar mampu mendorong lembaga terkait

  3. Kepada peneliti selanjutnya Disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemasaran agroindustri nata de coco di berbagai daerah.