Pernikahan Dini pada Remaja Aceh di Kota Lhokseumawe Tahun 2014

  Lampiran 1.

  

HASIL WAWANCARA DENGAN KUA BANDA SAKTI

  Tempat : KUA Banda Sakti tanggal 19 Maret 2014 P : Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan pernikahan dini? KUA : Kalau di kami, pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan pada usia kalau perempuan di bawah 16 tahun dan laki-laki di bawah 19 tahun.

  Pernikahan ini harus melalui proses di Pengadilan Agama. P : Bagaimana dengan yang menikah di usia laki-laki di bawah 25 tahun dan perempuan di bawah 20 tahun pak? KUA : Itu banyak disini dan itu tidak ada masalah karena tidak bertentangan dengan Undang-undang Perkawinan tahun 1974 yang menyatakan anak perempuan baru boleh menikah di atas usia 16 tahun, dan seorang laki-laki di atas usia 18 tahun.

  P : Kalau ada yang datang mau menikah di bawah usia tersebut gimana pak? KUA : Kami tidak menikahkan. Solusi yang kami berikan : pertama, menyuruh untuk mengikuti proses di Pengadilan Agama; kedua menunggu hingga usia sampai batas yang sesuai dengan UU Perkawinan tahu 1974. P : Yang mana solusi biasanya yang dipilih pak? KUA : Biasanya lebih mau menunggu sampai batas usia yang sesuai ketimbang mengikuti proses di Pengadilan Agama. Begitu sudah sampai batas usia mereka datang lagi ke sini....... P : Ada berapa orang yang menikah di bawah usia perempuan 20 tahun dan laki-laki di bawah 25 tahun pada tahun 2013 pak? KUA : Coba kita hitung sama-sama ya....

  (Disini peneliti menghitung bersama dengan petugas KUA lainnya. Pernikahan di bawah usia 20 tahun untuk perempuan dan di bawah usia 25 tahun untuk laki-laki pada tahun 2013 ada 30 pasangan dari + 500 pasangan yang menikah). Yang paling banyak biasanya yang menikah di usia muda dari Desa

  Pusong Lama dan Pusong Baru. Kalau desa-desa lain tidak banyak paling satu-satu ..... P : Kenapa pak banyak kejadian di desa tersebut? KUA : Ya .... karena di situ mayoritas semua penduduk ekonomi rendah

  (nelayan). Rata-rata penduduk anaknya banyak, tidak bersekolah lagi dan daerahnya di pusat perkotaan .... Alasan orang tuanya kalau kami tanya selalu jawabannya ketimbang mereka nanti akan berbuat yang akan mempermalukan kita ya.... kita nikahkan aja... ketimbang tiap malam datang ke rumah dan selalu bepergian berdua. P : Apakah ada efek dari pernikahan usia dini ini yang datang mengadu ke

  KUA pak?

  KUA : Ya ... ada juga yang ribut-ribut mau bercerai tetapi setelah kita nasehatin mereka biasanya baik kembali dan tidak jadi bercerai. Biasalah bu.... anak-anak kalau sudah kita bilang baik-baik pasti mau didengar...... P : Jadi kesimpulannya pak, kalau menikah usia sesuai dengan UU

  Perkawinan tahun 1974 tidak masalah ya pak? KUA : Iya bu ... bagi kami petugas disini tidak masalah dan itu sudah sesuai dengan aturan. Kalau tidak sesuai silahkan ke Pengadilan Agama.

  P : Terima kasih banyak pak atas informasi yang bapak sampaikan. Saya mohon ijin pamit pak......... Assalammualaikum. KUA : Sama-sama bu ........ Waalaikumsalam.

  

HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA BIDANG KELUARGA

SEJAHTERA DI KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

KOTA LHOKSEUMaWE

  Wawancara tanggal 28 Februari 2014, Pukul 15.00 WIB Setelah ada kesepakatan dengan ibu Kabid Bagian Keluarga Sejahtera, maka peneliti langsung bertemu dengan beliau di kantornya.

  P : Assalamu’alaikum bu .... maaf bu mengganggu ... Kabid : Wa’alaikumsalam .... silahkan masuk. Ada yang bisa saya bantu ... P : Ini bu.... saya mau ngobrol-ngobrol dengan ibu tentang pernikahan usia dini di Kota Lhokseumawe ini....

  Kabid : Oh .... ya .... ya ... memang di Lhokseumawe ini cukup banyak terjadi pernikahan di bawah usia yang seharusnya... P : Menurut ibu berapa usia yang seharusnya pasangan suami isteri yang baik untuk menikah? Kabid : Ya .... kalau menurut kesehatan kan perempuan sebaiknya menikah di usia 20 tahun dan laki-laki 25 tahun. Kalau dia menikah di bawah usia tersebut alat-alat reproduksi secara teori belum terbentuk dengan sempurna, kematangan emosi juga belum baik.... Kalau ada masalah sedikit saja akan memicu pada pertengkaran dan berakhir dengan perceraian. P : Di Kota Lhokseumawe tahun 2013 ada berapa keluarga muda bu? Kabid : Pasangan usia subur yang sangat muda di Kota Lhokseumawe ada 287 dari 34.762 pasangan. Ini tersebar di 4 kecamatan, yang terbanyak pasangan usia muda ini terdapat di Kecamatan Banda Sakti. Di Banda Sakti ada 97 pasangan usia subur yang usianya masih muda (perempuan belum berusia 20 tahun). P : Apa saja usaha-usaha pemberdayaan perempuan mengenai kasus pernikahan dini ini bu.........? Kabid : Kami ada program PUP (Pendewasaan Usia Perkawinan). Program ini kami sosialisasikan pada masyarakat terutama di wilayah yang daerahnya di pinggiran-pinggiran Kota Lhokseumawe (Kecamatan Banda Sakti). Pendewasaan usia perkawinan ini untuk perempuan di atas usia 20 tahun dan untuk laki-laki usia 25 tahun. P : Menurut ibu kenapa pernikahan dini di Kota Lhokseumawe banyak terjadi bu...? Kabid : Ya .... Kota Lhokseumawe terletak di pinggir laut yang mayoritas penduduknya adalah nelayan, perekonomian keluarga yang sangat memprihatinkan menyebabkan anak-anak mereka putus sekolah sehingga pengetahuan mereka juga sangat kurang, akhirnya mereka menikah usia muda. Kesibukan orang tua dalam mencari nafkah sehingga kurang memperhatikan anak (kasih sayang kurang) sehingga anak akan mencari dan hidup sendiri-sendiri sesuai dengan keinginannya.

  Budaya orang pinggiran yang cepat-cepat menikah juga disini masih sangat kental. Para orang tua takut kalau anaknya dibilang perawan tua, apalagi anaknya tidak bersekolah dan tidak ada pekerjaan, mereka takut nantinya tidak ada jodoh..... Karena orang tua yang terlalu sibuk mencari nafkah sehingga anak kurang kasih sayang, anak akan mencari di luar rumah.... rumah bagi mereka adalah neraka.... apalagi orang tuanya sering bertengkar karena ekonomi keluarga yang sangat kurang. Sekarang ini teknologi juga sangat mempengaruhi kehidupan seorang anak. Anak yang bimbingan orang tua bagus, akan dibawa ke arah positif, tapi kalau tidak ada bimbingan maka akan dibawa ke arah yang negatif dan ingin dicoba. Akibat perkembangan teknologi sekarang ini, belum tentu anak SMP dan SMA belum pernah melakukan seks bebas.... Cuma tidak hamil aja..... mereka sudah tahu menyediakan kondom. Inikan perlu arahan dan bimbingan orang tua. Kalau tidak ya ... tergantung anak itu mau kearah positif atau negatif..... kalau terjadi kehamilan kan sudah terjadi pernikahan di usia dini. Orang tua juga masih tabu dalam menjelaskan hal- hal tentang hubungan seks bebas. Inilah problema yang masih terjadi di Kota Lhokseumawe. P : Di sekolah bu .... kan ada kesehatan remaja .... apa tidak ada dimanfaatkan untuk memasukkan program PP ini bu..... Kabid : Ada juga tapi mereka kurang aktif, mereka kurang memanfaatkan pojok kesehatan remaja (KRR).

  Karena perhatian dan kasih sayang orang tua kurang maka pengetahuan tentang agama juga tidak kuat ..... orang tua terlalu sibuk tidak sempat memperhatikan pendidikan anak. P : Apa saja kebijakan pemerintah dalam menanggulangi masalah ini bu ..... Kabid : Ya ..... program di kami menerapkan dan berusaha untuk sosialisasi tentang “Tanamkan 8 Fungsi Keluarga” yaitu :

  1. Fungsi Agama 2.

  Fungsi sosial budaya 3. Fungsi cinta dan kasih sayang 4. Fungsi perlindungan 5. Fungsi reproduksi 6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan 7. Fungsi ekonomi 8.

Fungsi lingkungan

  Insya Allah kalau program ini di jalan dengan baik oleh keluarga maka semua permasalahan dalam keluarga akan teratasi dan akan menjadi keluarga sejahtera (KS). P : Amin ya bu .... mudah-mudahan program ini bisa berjalan sesuai dengan yang telah diprogramkan.

  Terima kasih banyak atas informasi ibu tentang pernikahan dini ini ...... Saya mohon pamit bu ............ Kabid : Sama-sama bu ...............

  

HASIL WAWANCARA I DENGAN SUBJEK I (A)

  Tanggal wawancara : 23 Januari 2014, Pukul : 11.00 WIB Tempat : Di Laboratorium Praktik Kebidanan Akademi Kebidanan Pemkab Aceh Utara.

  Situasi : Wawancara dilakukan saat subjek dibawa oleh mahasiswa peneliti untuk berpraktek tentang pemeriksaan kehamilan di Akbid tersebut. Saat ini subjek dalam keadaan hamil + 36 – 38 minggu (9 bulan). (P=Peneliti, S = Subjek) P : Apa kabar bu? Sehat? S : Alhamdulillah sehat .... P : Berapa usia ibu sekarang? S : Saat ini umur saya 18 tahun. P : Berapa usia waktu menikah dulu? S : + 16 tahun P : Usia suami waktu menikah berapa? S : + 18 tahun P : Kenapa cepat menikah? S : Ya ..... karena udah jodoh .... ketimbang nanti saya buat dosa ya .... kami nikah aja, sekolah pun udah gak lagi bu ........ P : Menurut ibu, kenapa ibu menikah terlalu cepat. S : Gak cepat bu ... lebih cepat orang lain lagi ..... di kampung saya kalau dah gak sekolah lagi ya .... ngapain lagi ..... tunggu dilamar .... dan menikah. Saat ini peneliti melihat ada keengganan subjek kalau diajak mengobrol terus karena ada mahasiswa lain yang bukan bimbingan peneliti untuk memakai dia (subjek). Maka peneliti membuat suatu kontrak untuk bertemu kembali di lain waktu dan subjek mengiyakan.

  

HASIL WAWANCARA I DENGAN SUBJEK II (Ma)

  Tanggal wawancara : 23 Januari 2014, Pukul : 13.00 WIB Tempat : Di Laboratorium Praktik Kebidanan Akademi Kebidanan Pemkab Aceh Utara.

  Situasi : Wawancara dilakukan juga sama dengan Subjek I. Saat dibawa oleh mahasiswa peneliti untuk berpraktek subjek dalam keadaan hamil + 40 minggu (sudah saatnya untuk melahirkan) dan wajah subjek saat itu sekali-sekali meringis menahan sakit. (P=Peneliti, S = Subjek) P : Siapa namanya? S : Ma bu ..... P : Berapa usia sekarang? S : 16 tahun. P : Saat menikah berapa usianya? S : 15 tahun lebih dikit. P : Suami berapa tahun? S : Sekarang 18 tahun, saat menikah 17 tahun..... P : Menurut Ma apa menikah di usia muda itu bagus? S : Ga tahu ya bu ... di kampung saya banyak yang menikah belum tamat SMP lagi bu... sekitar 15 tahun. Kalau gak sekolah gak menikah malu bu ..... P : Kenapa gak sekolah lagi? S : Orang tua saya gak ada biaya bu .... maklum nelayan .... adik-adik masih ada dan sekolah..........

  Pembicaraan pada hari itu terpaksa diakhiri karena subjek sudah buru-buru mau pulang karena perutnya tambah mules, dan peneliti pun membuat janji untuk ketemu kembali setelah si subjek melahirkan, subjek menyetujui dan memberikan nomor hp- nya.

  HASIL WAWANCARA I DENGAN SUBJEK III (Mu)

  Tanggal wawancara : 24 Januari 2014, Pukul : 09.30 WIB Tempat : Di Laboratorium Praktik Kebidanan Akademi Kebidanan Pemkab Aceh Utara.

  Situasi : Wawancara dilakukan juga saat subjek dibawa oleh mahasiswa Akademi Kebidanan untuk berpraktek. Saat peneliti ketemu dengan subjek, subjek nampak sangat malu, sehingga peneliti tidak banyak mendapat informasi pada saat itu. (P=Peneliti, S = Subjek) P : Apa kabar, sehat? S : Alhamdulillah sehat bu....? P : Berapa usianya sekarang? S : 19 tahun.

  P : Berapa usia saat menikah? S : 18 tahun bu .... waktu itu saya masih kuliah bu...... P : Jadi kenapa mau cepat-cepat nikah? S : Udah jodoh mungkin ya ..... P : Sekarang masih kuliah? S : Setelah menikah saya tidak kuliah lagi bu ..... dan sekarang sudah hamil mau melahirkan lagi ... gimana bisa kuliah. Permisi ya bu..... saya mau periksa dulu (subjek kelihatan enggan untuk ditanya-tanya dan diajak ngobrol). P : Ok ... kapan-kapan kita ketemu dan ngobrol-ngobrol lagi ya ..... S : Iya bu ........... Pembicaraan hari itu sangat singkat ada kesannya subjek menyembunyikan sesuatu, kalau lama ngobrol takut ketahuan masalahnya apa.

  

HASIL WAWANCARA II DENGAN SUBJEK I (A)

  Tanggal wawancara : 10 Februari 2014, Pukul : 10.00 WIB Tempat : Di sebuah warung tempat jualan bahan-bahan pokok keperluan rumah tangga dekat rumah subjek.

  Peneliti menghubungi subjek untuk janjian bertemu dengan subjek menentukan tempat itu aja, karena subjek baru selesai melahirkan. Peneliti minta ke rumahnya saja tapi subjek tampak keberatan sehingga meminta peneliti datang ke tempat itu saja. Pemilik warung itu juga masih merupakan famili dari subjek sehingga anaknya yang masih bayi dapat ditidurkan di ayunan di warung tersebut. Suasana/situasi kelihatan lebih santai daripada pertemuan pertama dan subjek lebih bersahabat. (P=Peneliti, S = Subjek) P : Pa kabar A? Kayaknya sehat dan tambah cantik nih ....

  S : Ah ... ibu bisa aja .... maklum bu, abis melahirkan ya .... begini. P : Dulu A mengatakan menikah di usia 16 tahun, suami waktu itu usia berapa? S : Iya bu ..... saya nikah usia 17 tahun dan suami usia 19 tahun. setahun kemudian saya hamil dan sekarang punya anak.

  P : Dimana kenal sama suami? S : Pacaran bu..... saya pacaran 1 tahun kemudian nikah. P : A tamat sekolah apa? S : Saya nggak tamat SMP bu .... karena gak sekolah lagi ya ..... makanya nikah aja. P : Kenapa cepat kali nikah? S : Karena cepat dapat jodoh bu.... cepat diminta nikah ma suami. P : Kenapa nggak tunggu tamat sekolah dulu? S : Suami tidak mau nunggu lagi. P : Apa pekerjaan suami? S : Pergi ke laut bu ..... nelayan. P : Menurut A sendiri, apa menikah di usia 17 tahun termasuk cepat? S : Ya .... cepat bu ..... tapi cepat orang-orang lagi. P : Menurut A yang pantas seorang perempuan dan laki-laki menikah usia berapa? S : Perempuan tamat SMA atau kuliah-kuliah dulu, antara 23 tahun atau 25 tahun lah bu. P : Selain sudah jodoh dengan suami, apa alasan lain cepat-cepat menikah? S : Karena disini umumnya semua cepat menikah ya .... jangan sampe saya dibilang perawan tua. P : Orang tua A gimana? S : Ya, orang tua setuju aja. Saya dah mau orang tua saya mau juga. P : Apa orang tua ga bilang sekolah dulu? S : Ada sich bu .... tapi ya karena saya dah ga suka lagi sekolah ya udah kawin aja kata orang tua?

  P : Setelah berkeluarga apa ada kendala-kendala? S : Ada juga ribut-ribut dulu waktu pertama-tama berkeluarga, sekarang dah sama-sama berjanji untuk tidak ribut-ribut lagi apalagi dah punya anak.

  P : Sekarang A dan suami tinggal dimana? S : Tinggal di rumah kontrakan walaupun sederhana sekali. P : Nanti boleh saya main ke rumah? S : Boleh bu..... (Jawabannya agak berat) P : Suami dimana sekarang? S : Lagi melaut..... P : Penghasilan suami gimana? Apa mencukupi kebutuhan keluarga? S : Tidak tentu, kadang-kadang ada rezeki sekedarnya, kadang-kadang tidak ada tergantung cuaca. P : Dalam seminggu berapa hari suami ke laut? S : Tiap malam kecuali malam Jumat. P : Dulu menikah dimana A? S : Di Kantor KUA Banda Sakti bu.... P : Ok lah A ......... hari pun sudah siang kamu juga mau masak dan urus anak bayimu, kapan-kapan saya ke rumah kamu ya..... S : Iya bu .... nanti ibu kasih tau waktu kapan ya. P : Iya .... (Assalamualaikum) S : Alaikumusalam......

  

HASIL WAWANCARA II DENGAN SUBJEK II (Ma)

  Tanggal wawancara : 11 Februari 2014, Pukul : 14.30 WIB Tempat : Di rumah saudara subjek. Peneliti juga menghubungi subjek untuk janjian bertemu. Kemudian kami sepakat untuk ketemu di rumah saudara subjek yaitu di Desa Pusong Baru. Subjek kelihatan lebih segar (fresh) walau badannya yang kecil kelihatan lebih kurus ketimbang waktu hamil dulu. Kalau dilihat sekilas anak yang digendongannya seperti adiknya. Bayi tersebut juga kecil mungil. (P=Peneliti, S = Subjek) P : Apa kabar Ma? Kok kurusan? S : Baik bu .... ya .... maklumlah bu dah punya anak bayi.... malam-malam gak cukup tidur karena si kecil ini maunya menyusu terus. P : Gimana perasaan kamu udah punya anak? S : Ya senang bu .... tapi capek ya bu ... apalagi ayahnya malam dah pergi melaut pulang besok jam-jam 10 atau jam 11, capek dah tidur ... ya begitulah setiap hari bu. Tapi kalau di rumah terus, juga mau makan apa? Apalagi sekarang cuaca begini bu....... ngelaut aja belum tentu dapat ikan banyak, cuaca berangin jadi hasil tangkapan sedikit ..... ya .... beginilah nasib kami di desa ini..... P : Dulu Ma nikah usia 15 tahun ya? S : Iya bu..... saya menikah usia 15 tahun dan suami saya usia 18 tahun. Dia teman saya waktu kecil dulu. P : Maaf ya Ma, saya dengar-dengar kamu menikah karena “kecelakaan” ya? S : (Kaget, gugup), siapa yang bilang bu? P : Ada. Tapi kamu jangan takut dan berfikir saya akan membocorkan rahasia kamu? Saya berjanji saya akan simpan rahasia ini, asalkan kamu mau cerita ? S : Saya.....saya malu bu.. P : Jangan malu sama saya, saya terbuka? S : Janji ya bu.... sama ibu saja saya cerita ini? P : Iya... saya janji... S : Saya sama R (suaminya), sudah pacaran 1 setengah tahun.... Waktu itu hari minggu saya diajak dia ke pantai Reklamasi Pusong... terus waktu kami duduk-duduk dia lihatin saya di hapenya film porno... saya awalnya gak mau, tapi dia bilang gak apa-apa, sama pacar sendiri. Trus sore harinya waktu pulang, saya diajak di tempat yang sepi, di situ dia merayu saya, dia bilang cinta mati sama saya, sambil dipegang tangan saya, trus dia cium pipi saya, lama-lama dia cium bibir saya, meluk saya, sampai raba-raba payudara sama paha saya... saya gak bisa nolak karena aku juga cinta sama dia..dia janji mau nikahi saya... P : Terus....

  S : Saya akhirnya pasrah dia gituin saya....sampai dua kali dia ngelakuin itu sama saya... P : Habis kejadian itu apa yang Ma rasakan... S : Saya takut bu, takut pulang, udah berdosa... tapi R bilang dia akan tanggung jawab dan akan melamarnya bulan depan... jadi saya agak tenang dan saya diantarnya pulang ke rumah... P : Terus.. S : Untung R tanggung jawab bu, bulan depannya dia sama keluarganya datang ke rumah melamar dan langsung nikah....kami mendaftar di KUA Banda SAkti P : Setelah menikah tinggal dimana? S : Tinggal sama mertua bu... Di rumah saya masih ada adik-adik lagi. P : Berapa orang kamu di rumah orang tua? S : Saya anak ke-4 bu, kami semua 7 orang dan di rumah juga ada nenek dari mamak. Makanya kata suami kami tinggal di rumah orang tuanya saja. P : Dulu kamu mengatakan kamu menikah karena suka sendiri, kira-kira kenapa? S : Sekolah juga enggak bu ... kebetulan ada yang suka dan rasanya cocok ya udah kami nikah aja.... P : Menikah di usia yang muda apa ada ribut-ribut dalam rumah tangga? S : Gak ada bu .... apa yang mau diributkan bu, kalau ada rezeki kami makan kalau tidak ada ya .... sabar bu .... yang penting anak tidak boleh lapar. P : Kamu menikah dimana Ma? S : Di KUA Banda Sakti bu .... semua kami menikah disitu bu ..........

  Ada yang lebih muda dari saya juga dah menikah tapi rumah tangganya aman- aman aja. Ada juga satu atau dua orang yang sampe cerai ........ tapi gak lama balik lagi bu .......... Pembicaraan kami kembali terputus karena anaknya menangis, kasihan melihat bayi mungil itu ............ dia begitu mungil ........... waktu lahir berat badannya 2,5 kg. Pas- pasan ukuran bayi lahir normal keadaan ibunya yang kurus juga mempengaruhi air susu ibunya .............. walau kelihatan kurus kelihatan raut wajahnya senang-senang saja dengan keadaannya....... Peneliti mengakhiri pertemuan sore itu dan membuat kesepakatan untuk datang bertemu ke rumah mertua tempat tinggal subjek dan subjek menyambutnya dengan baik. “Hubungi saya terlebih dahulu ya bu, kapan ibu mau ke rumah”.

  

HASIL WAWANCARA II DENGAN SUBJEK III (Mu)

  Tanggal wawancara : 14 Februari 2014, Pukul : 10.00 WIB Tempat : di rumah saudara subjek. Peneliti menghubungi subjek untuk dapat bertemu, ternyata subjek sangat proaktif waktu dihubungi. Subjek menyuruh peneliti langsung aja datang ke rumah tempat tinggalnya yaitu di Desa Pusong Baru Kecamatan Banda Sakti Kota Lhok Semauwe. Tidak sulit mencari rumah subjek karena terletak dekat lorong menuju meunasah Pusong Baru, masyarakat juga sangat membantu peneliti waktu mencari alamat subjek. Rumah sangat sederhana ditempati oleh subjek dan keluarganya bersama suami dan anaknya, rumah tersebut hanya mempunyai satu kamar yang disekat dengan tripleks untuk pembatas kamar. Ruangan lain, ruang tamu dan dapur bersatu, sangat memprihatinkan keadaan rumah. Lantai semen kasar yang dibentangi karpet plastik. Rumah ini pun dikasih oleh nenek suami subjek, orang tua suaminya sudah meninggal, dari kecil suami subjek diasuh oleh sang nenek. Nenek tersebut tinggal di rumah tersebut yang ruangannya dibatasi oleh tripleks juga. (P=Peneliti, S = Subjek, N=Nenek) P : Assalammualaikum wr.wb S : Waalaikumsalam wr.wb, e............. ibu....... masuk bu........ maaf bu......... inilah rumah saya................ P : O...... gak..........apa-apa....... ini juga bagus, dah punya rumah S : Silakan duduk bu.............. maaf di atas lantai.......... P : Terima kasih. Bisa kita lanjutkan pembicaraan kita waktu itu Mu? S : Bisa bu, silahkan bu, apa yang mau ditanyakan? P : Kata Mu dulu menikah usia 18 tahun ya ? S : Iya......... bu..... orang bilang saya nikah usia 18 tahun dan tua bu... orang- orang itu (orang-orang tua di kampung itu) dulu menikah usia 12 tahun. N : Iya .... saya aja dulu bu nikah usia 14 tahun. P : Kenapa Mu tinggal di tempat neneknya suami? S : Sudah dikasih tinggal disini sama nenek. Ya .... tinggal disini aja kata suami.

  Lagi pula nenek tinggal sendiri. Rumah ini pun dah dibelah dua. N : Dari kecil suaminya sama saya .... untuk apa pindah ..... saya pun pergi pagi pulang sore, kerja tempat keluarga orang Cina .... saya bantu-bantu di sana .... lumayan saya dikasih gaji. Dari saya muda sampai tua segini saya masih dipakai. Baik kali keluarga tersebut sama saya nak ....

  P : Suami waktu menikah berapa tahun Mu? S : Waktu itu suami saya umurnya 18 tahun bu .... N : Si Adi (suami Mu) waktu mau menikah harus buat KTP lain karena umurnya belum cukup (belum 19 tahun). Petugas di KUA tidak mau menikahkan mereka. P : Siapa yang membuatkan KTPnya nek? N : Pak Kheciklah bu .... kami bayar Rp. 10.000,- untuk pembuatan KTP itu.

  P : Jadi KTP dibuat dengan umur 19 tahun? S : Iya bu.... umur suami saya ditambah 1 tahun jadi 19 tahun baru petugas KUA mau menikahkan kami.

  P : Apa semua yang belum cukup umur di desa ini dibuatkan KTP baru dengan ditambah umur? S : Iya bu.... P : Kalau perempuan bagaimana? N : Sama saja ..... perempuan juga begitu. Kalau belum 16 tahun diurus KTPnya.

  Apa nggak kita urus KTPnya bu.... orang itu (Subjek dan suaminya) selalu pergi bersama-sama berdua. Saya selaku neneknya kan malu dilihat orang, karena orangtua si A sudah lama meninggal dunia. Ketimbang terjadi perzinahan kan lebih bagus dinikahkan aja..... P : Oh... ya... orang tua Mu gimana apa setuju kamu menikah di usia 18 tahun dan waktu itu kamu kan masih kuliah? S : Orang tua saya waktu itu sempat marah juga bu.... tapi gimana lagi kami memang sudah berkeinginan menikah terus waktu itu .... ya, mau gak mau dinikahkan juga. Tapi setelah menikah saya dan orang tua tidak seharmonis dulu sebelum menikah. Orang tua saya masih marah ..... P : Sekarang hubungan dengan orang tua gimana ? S : Sekarang sudah baik bu.... orang tua saya berubah baik sama kami setelah anak saya ini lahir. Beliau sudah sayang sama cucunya, mudah-mudahan seperti itu terus ya bu ........ P : Amin ......terus bagaimana masalah ekonomi keluarga kalian? S : Ekonomi kami ya sama aja sama yang lainnya... suami saya itu nelayan.. penghasilannya tergantung cuaca dan tangkapan ikan. Saya harus pandai- pandai berhemat.. P : Apa gak ada bantuan dari orang tua? S : Ada juga bu, ibu saya juga kadang bantu uang juga, tapi kan gak mungkin sering-sering bu.. P : Apa kamu kuat dengan kehidupan yang seperti ini? S : Saya siap hidup susah dengan suami saya bu... karena saya sangat mencintai dia... kalau kita sudah cinta, setia, sayang masalah akan teratasi...Kalau ada masalah paling saling mengalah, jadi masalahnya gak jadi lebih besar. P : Mu, sebelum menikah kan Mu sempat kuliah, tau gak dampak hamil muda pada kesehatan reproduksi? S : Ya sikit-sikit lah bu,... dampaknya organ reproduksi belum matang sehingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan. Dampak pada bayinya seperti lahir kurang bulan, berat badan lahir kurang, dan lain-lain. Tapi saya bersyukur bu, pada kehamilan saya gak ada masalah yang serius. P : Oo.. gitu ya....

  Mu.... nenek ... hari sudah siang saya permisi pulang ya ..... makasih banyak telah menerima saya datang bertamu dan mengobrol-ngobrol dengan saya..... S : Sama-sama bu .... setelah ini datang-datang lagi ya bu....

  P : Insya Allah .........Assalammualaikum .......... S&N: Alaikumusalam

  

HASIL WAWANCARA III DENGAN SUBJEK I (A)

  Tanggal wawancara : 15 Februari 2014, Pukul : 11.00 WIB Tempat : di rumah A Peneliti kembali menghubungi subjek dan janjian bertamu ke rumah subjek.

  Setelah mencari alamatnya di Desa Pusong Lama, jalan menuju tempat pendaratan ikan (TPI Pusog). Rumah subjek masuk lorong kecil yang kira-kira lebarnya 0,5 meter dan jalannya seperti jembatan kayu yang sudah banyak bolong-bolong karena kayu sudah lapuk. Di bawahnya biasa air kalau laut sedang pasang. Kira-kira 50 meter dari jalan TPI tadi ketemulah dengan rumah subjek. Rumah terbuat dari papan dan tripleks, berkamar tidur hanya satu, ada ruang tamu kecil dan dapur kecil. Lantai terbuat dari kayu dan sudah ada juga yang lapuk. Rumah kelihatan rapi walau dengan perabotan yang sangat-sangat sederhana. Di samping mengasuh anak sendiri subjek juga ada dititipin anak tetangga yang tidak berapa jauh dari rumahnya. Katanya ya untuk nambah-nambah penghasilan suami walau cuma sedikit. (P=Peneliti, S = Subjek) P : Assalamualaikum .....

  S : Alaikumsalam....... masuk bu...... silahkan duduk. P : Makasih ..... sama siapa di rumah? S : Cuma bertiga bu ..... saya, anak saya dan ini anak tetangga yang dititip suruh jaga karena mamanya pergi kerja. Lumayan bu ... walau sedikit tuk nambah penghasilan suami. P : Dulu kata A waktu baru-baru nikah suka ribut-ribut sama suami, malah sempat mau bercerai, kenapa? S : Biasa bu.... masalah cemburu..... suami cemburu lihat saya ngomong dengan laki-laki lain dan saya juga cemburu kalau lihat suami dekat dengan perempuan lain. Intinya karena sama-sama muda kali ya bu ..... suka timbul perasaan curiga dan cemburu.

  P : Sekarang masih sering ribut? S : Gaklah bu ... semenjak sudah punya anak sudah tidak lagi dan kami sudah saling membuat kesepakatan agar saling percaya dan mempercayai.

  Sekarang pun saya bu jaga anak tetangga, untuk nambah-nambah penghasilan suami .... keadaan sekarang sangat susah bu .... suami ke laut pun gak ada tangkapannya karena cuaca buruk. Ni saya berencana mau jualan kecil-kecilan di TPI itu bu ..... P : Bagaimana penghasilan keluarga? S : Kalau cuaca bagus ya lumayan bu.....

  Tapi kalau begini bu ... tuk makan aja susah bu .... belum lagi bayar kontrakan rumah. Kadang-kadang bu kami tidak makan, kadang-kadang makan sekali sehari tapi untuk anak tetap saya usahakan untuk ada makanan (pisang). Beginilah bu ... kami disini rata-rata seperti ini kalau gak, mana mau kami (ibu-ibu hamil) mau dijadikan bahan praktek mahasiswa ibu .... Kalau kami

  ikut jadi bahan praktek mahasiswa ibu alhamdulillah kami ada sedikit dikasih hadiah bu ... hitung-hitung untuk biaya persalinan dan beli popok baru untuk bayi kami. P : Apa ada ribut-ribut dalam berkeluarga kalau tidak ada uang? S : Kalau masalah tidak ada uang tidak pernah ribut bu ..... gak makan juga nggak apa-apa yang penting setia dan percaya serta sabar. Tapi di desa ada juga bu

  .... yang ribut karena tidak ada uang .... malah ada yang sampai cerai.... habis itu balik rujuk lagi. Saya dulu di usia 3 bulan nikah sempat cerai juga bu .... tapi setelah itu rujuk lagi..... sekarang dah punya anak dan aman........ P : Talak berapa waktu itu? S : Talak satu bu .... waktu itu tinggal di rumah orang tua saya .... setiap saat ribut bu.... Setelah rujuk kami pisah dari orang tua dan berusaha untuk mandiri dengan mengontrak rumah ini..... alhamdulillah dah jarang-jarang ribut bu ..... P : Waktu A menikah ada buat KTP? S : Tidak ada bu .... saya cuma pake kartu pelajar. Di daerah ini rata-rata menikah dengan menunjukkan kartu pelajar. Karena belum ada KTP. Setelah menikah baru buat KTP. Adik ipar saya menikah juga usianya baru 15 tahun, dia juga cuma pake kartu pelajar. Itulah bu ... disini rata-rata semua miskin bu ... apa gak cepat-cepat menikah.... berharap dari orang tua .... orang tua pun tidak ada, adikpun rame..... saya menikah cepat mana tau bisa hidup lebih layak.... Rupanya nasibnya tetap sama. Kadang-kadang makan.... kadang-kadang tidak.... padahal suami sudah berusaha tapi ya rezekinya tidak ada .... hasil tangkapan ikan tidak ada karena cuaca buruk dan bulan terang.... mau minta sama tetangga atau saudara nasibnya juga sama. P : A, kalau dampak hamil pada usia muda tahu gak? S : Gak ada dampak yang berarti bu karena di sini banyak yang hamil usia muda gak banyak yang masalah. P : Hamil usia muda itu berdampak pada ibu dan bayi. Ibunya bisa mengalami komplikasi baik masa hamil juga waktu bersalin, bayinya juga bisa ada masalah di kandungan maupun setelah dilahirkan. S : (terdiam, menunjukkan ekspresi kurang paham) P : Hari sudah siang dan sangat panas saya permisi ya .... lain kali Insya Allah saya akan datang-datang lagi. S : Iya bu ... makasih banyak dah mau bertemu ke rumah saya. P : Assalamu’alaikum .......... S : Wa’alaikumsalam.........

  

HASIL WAWANCARA III DENGAN SUBJEK II (Ma)

  Tanggal wawancara : 04 Maret 2014, Pukul : 10.30 WIB Peneliti dan subjek bersepakat untuk ketemu di rumah subjek. Setelah mencari rumah subjek yang berada di Desa Pusong Baru. Peneliti memasuki lorong yang lebarnya + 1 m dan berupa jembatan dari kayu yang kebanyakan kayunya sudah lapuk. Di desa ini pun rumah-rumah seperti rumah terapung, maka lorong-lorong jalannya pun terapung. Di atas rumah dan di bawah air kalau pasang air laut. Kalau kering kita bisa melihat ke bawah, alangkah kotor dan kumuhnya wilayah ini. Setelah berjalan kira-kira 200 meter di lorong jalan terapung itu peneliti menemukan alamat rumah subjek di ujung lorong tersebut. Rumah sangat sederhana terbuat dari kayu, lantai kayu dan kamar dibatasi oleh tripleks, kamarnya ada sekitar 3 kamar, ruang tamu dan dapur. Suasana rumah berantakan karena penghuninya rame (banyak).

  Peneliti disambut oleh penghuni rumah subjek, mertua, kakak ipar subjek dan alangkah ramenya anak-anak. (P=Peneliti, S = Subjek, M=Mamak Mertua) P : Assalammualaikum .....

  S : Walaikumsalam....... masuk bu...... silahkan duduk. P : Terima kasih..... biar saya duduk di luar saja.... kayaknya enak ngobrol- ngobrol di luar saja lebih dingin.

  S : Iya bu.... suasana sekarang panas kali ya bu. M : Inilah rumah kami .... apa adanya ...... semua anak dan cucu saya tinggal disini.

  P : Berapa orang anak ibu dan berapa orang yang sudah menikah? M : Anak saya 5 orang bu .... yang sudah menikah 3 orang .... 2 perempuan dan 1 laki-laki (suami Ma).

  P : Yang sudah menikah tinggal disini berapa orang? M : 2 orang bu ... yang satu perempuan dibawa suaminya tinggal di Desa Ulee

  Jalan, tapi kalau siang anak-anaknya 3 orang juga main disini .... makanya rumah saya rame sekali .... biar rame, ribut tapi saya senang bu. P : Anak ibu yang sudah menikah, menikah di usia berapa bu? M : Yang perempuan rata-rata 17 dan 18 tahun, yang laki-laki suami si Ma usia waktu menikah 22 tahun. P : Menurut ibu usia seorang perempuan untuk menikah berapa yang baik bu? M : 17 tahun sudah bagus untuk perempuan apalagi tidak bersekolah .... zaman sekarang bu .... sudah susah jaga anak perempuan kecil-kecil sudah pacar- pacaran. Lama-lama kita orang tua kan malu sama tetangga dilihat anak perempuan kita dibawa-bawa sama laki-laki pacarnya. Saya bilang ... terus kalian menikah saja ketimbang nanti buat dosa... yang dosa bukan mereka saja orang tua lebih parah dosanya. Kalau mereka sudah menikah kita orang tua sudah lepas bu .... sudah ada suami yang menanggungnya. P : Ma dan suami masih tinggal disini?

  S : Iya bu ... kami belum punya uang untuk sewa rumah........ M : Dari pertama nikah sudah disini, pulang tempat orang tuanya juga jarang .... kalau mereka (Ma dan suami) betah disini saya bilang biar aja disini ngumpul........makan tidak makan yang penting ngumpul.

  P : Waktu melahirkan dimana? S : Ya... disini bu ... di rumah ini .... dirawat sama mertua saya ..... P : Kenapa tidak di tempat orang tua sendiri? S : Suami saya bilang biar disini saja bu ... mungkin suami saya lebih nyaman di rumah sendiri.... P : Kalau masalah dampak kehamilan pada usia muda tahu gak? S : Saya kurang tahu bu...saya cuma sekolah SMP.. saya kurang paham. P : Kog gak tahu? S : Ya saya gak pernah dapat informasi yang jelas.... P : Begini ya Ma, hamil pada usia muda itu dapat berdampak atau beresiko pada ibu dan bayi. Ibu beresiko mengalami gangguan-gangguan karena rahim belum siap untuk hamil dan melahirkan, gangguannya seperti mengalami tekanan darah tinggi pada saat hamil, dan itu beresiko pada saat melahirkan, juga beresiko kena kanker leher rahim (kanker serviks). Kalau pada bayi, resikonya bayi lahir kurang bulan, terus berat badan bayi kurang. S : Oo... gitu ya bu... P : Kalau dalam berkeluarga, apa ada kendala selama berumah tangga? S : Ada ... pasti ada bu .... terutama masalah keuangan .... tapi ya kita sama-sama ngerti. Kalau lagi ada rezeki kita makan sama-sama, kalau tidak ada.... ya .... kita sabar, yang penting anak-anak harus makan. M : Disini bu ... memang sudah begini keadaannya .... kita semua sudah sama- sama maklum. Disini orang tua kebanyakan senang kalau anak perempuannya sudah ada yang lamar, berarti sebentar lagi beban tanggung jawab orang tua akan berkurang. P : Berarti disini rata-rata cepat-cepat menikah, baik laki-laki maupun perempuan ya? S : Iya bu ........... M : Laki-laki kerjanya juga melaut tidak sekolah, paling-paling tamat SMP. Ada yang disukai ya .... menikah aja .... kerjakan sudah ada tinggal rezeki sama yang di atas (Allah SWT). P : Terima kasih banyak bu ... saya sudah datang berkunjung dan diterima dengan senang hati di sini .... dan saya mohon pamit .... S : Sama-sama bu .... ibu sudah mau lihat gubuk kami yang kumuh ini ..... M : Kalau ada waktu datang lagi ya nak .......... P : Insya Allah bu .... Assalamualaikum M/S : Wa’alaikumsalam........

  DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar Lorong menuju Rumah Subjek Gambar Kawasan Perumahan Gampong Pusong

  Gambar Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal Subjek Gambar Kawasan Perumahan Tempat Tinggal Subjek

  Gambar Tampak Dari Depan Perumahan Gampong Pusong Gambar Rumah Tinggal Subjek