Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

(1)

PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA PENGGALANGAN KECAMATAN SEI BAMBAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH :

111021049

GUSLESI IRA WIYENTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA PUTRI DI DESA PENGGALANGAN KECAMATAN SEI BAMBAN

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

111021049

GUSLESI IRA WIYENTI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Pernikahan dini di Indonesia masih sangat tinggi dan merupakan hal yang menjadi salah satu pokok masalah reproduksi yang dihadapi masa kini. Hal ini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, diri sendiri, dan orang tua.

Penelitian ini dilakukan di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan remaja putri, orang tua remaja putri, tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pernikahan dini dan Undang-Undang yang mengaturnya, hal yang menyebabkan pernikahan dini, dan faktor resiko yang dialami setelah menikah. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah 5 remaja putri yang telah menikah, 5 orang tua remaja putri, 2 tokoh agama dan 1 tokoh masyarakat. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil analisis menunjukkan faktor penyebab tingginya pernikahan dini adalah rendahnya pengetahuan remaja, orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hal yang paling banyak menyebabkan pernikahan dini adalah hamil diluar nikah, dan dampak kesehatan yang dirasakan remaja adalah abortus dan anemia.

Disarankan kepada remaja untuk mempersiapkan secara matang fisik dan mental sebelum menikah, mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat, bagi orang tua agar lebih mengawasi dan mengontrol tingkah laku anaknya. Dan tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemerintahan hendaknya memberikan sosialisasi Undang-Undang pernikahan, ceramah agama dan pengajian sehingga kontrol sosial dan agama terjaga dengan baik.


(5)

ABSTRACT

Early marriage in Indonesia is still very high and it became one of the staples of reproductive problems faced today. This is often caused by economic factors, education, yourself, and parents.

This research was conducted in the Penggalangan village-raising District of Sei Bamban Regency of Serdang Bedagai. The purpose of the this research is to know the knowledge of young women, parents of young women, religious figures and community leaders about early marriage and laws that govern it, the thing that leads to early marriage, and factors of risk experienced after marriage. This type of research using qualitative methods. The subject of research is the 5 young women who are married, 5 the parents of teenage daughters, 2 religious figures, and 1 community leaders. The data obtained by observation, interview, and documentation.

From the results of the analysis showed high early marriage cause factor is the low level of knowledge of teenagers, parents, religious leaders and community leaders. The most common cause of early marriage is pregnant out of wedlock, and the perceived health effects of adolescent is abort and anemia.

It is recommended to prepare adolescents to be mature physically and mentally before marriage, following social activities in the community, for parents to monitor and control the behaviour of his child. And religious figures, community leaders or government should give marriage legislation socialization, religious lectures and recitation so that social and religious control is maintained properly.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Guslesi Ira Wiyenti

Tempat / Tanggal Lahir : Penggalangan / 17 Agustus 1989

Agama : Islam

Anak Ke : 5 ( lima ) dari 5 bersaudara

Nama Ayah : Misnan

Nama Ibu : Tugiyem

Alamat : Dusun II Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1995-2001 : SD Negeri 104299 Penggalangan 2. Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 1 Sei Rampah 3. Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 2 Tebing Tinggi 4. Tahun 2007-2010 : AKBID Widya Husada Medan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan pada Allah SWT atas segala Rahmat dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Pernikahan Dini Pada Remaja Putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013”.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D, selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing II yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan fikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

4. Bapak Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Ibu Maya Fitria, M.Kes, sebagai penguji II dan Penguji III yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Kepala Desa Penggalangan yang telah memberikan dukungan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penelitian dapat selesai dengan baik.

6. Teristimewa kepada orang tua dan keluarga besar saya yang tak henti-hentinya berdoa dan memberikan dukungan baik moral maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

7. Sahabat-sahabat saya di FKM USU terutama di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara ( Kiki, Tina, Ayu, Ida, Putri, Kak Juli, Kak Uci, Jufri ) dan teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan semuanya, terima kasih atas dukungannya sehingga menambah semangat bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat. Semoga Allah SWT senantiasa memenuhi kehidupan Bapak, Ibu, dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Mei 2014


(9)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Grafik ... viii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Tujuan Umum ... 9

1.3.2. Tujuan Khusus ... 9

1.4.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori ... 11

2.1.1. Remaja ... 11

2.1.2. Pernikahan ... 18

2.1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini ... 19

2.1.4. Kesehatan Reproduksi ... 20

2.1.5. Dampak Pernikahan Dini Dilihat Dari Kesehatan Reproduksi ... 20

2.2. Penelitian Yang Relevan ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Subjek Penelitian ... 28

3.3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29

3.4. Pengujian Keabsahan Data ... 29

3.5. Teknik Analisis Data ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

4.2. Gambaran Informan ... 35

4.2.1. Karakteristik Informan ... 35

4.3. Bagi Remaja Yang Menikah Dini ... 36

4.3.1. Pengetahuan ... 36


(10)

4.3.3. Dampak Pernikahan Dini ... 40

4.4. Bagi Orang tua Remaja Yang Menikah Dini ... 42

4.4.1. Pengetahuan Orang tua Remaja Tentang Pernikahan Dini ... 42

4.4.2. Pola Asuh Yang Diberikan Orang tua Kepada Remaja ... 44

4.5. Bagi TOGA dan TOMA ... 47

4.5.1. Pengetahuan TOGA dan TOMA Tentang Pernikahan Dini ... 47

4.5.2. Penyebab Pernikahan Dini Menurut TOGA dan TOMA ... 50

4.5.3. Dampak Pernikahan Dini Menurut TOGA dan TOMA ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Karakteristik Informan ... 54

5.2. Analisis Data ... 55

5.2.1. Remaja Putri ... 55

5.2.1.1. Pengetahuan ... 55

5.2.1.2. Penyebab Remaja Melakukan Pernikahan Dini ... 58

5.2.1.3. Dampak Pernikahan Dini ... 60

5.2.2. Orang tua Remaja Putri ... 62

5.2.2.1. Pengetahuan ... 62

5.2.2.2. Pola Asuh Yang Diberikan Orang tua ... 63

5.2.3. TOGA dan TOMA ... 65

5.2.3.1. Pengetahuan ... 65

5.2.3.2. Penyebab Pernikahan Dini Menurut TOGA dan TOMA ... 66

5.2.3.3. Dampak Pernikahan Dini Menurut TOGA dan TOMA ... 68

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PARTISIPAN KUESIONER SURVEI DAN PANDUAN PERTANYAAN LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Trend Pernikahan Dini pada Remaja Umur 15-20 Tahun di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten serdang Bedagai Tahun 2013 ... 8


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 32

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku ... 33

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 33

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 34

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 34

Tabel 4.6. Informan Remaja Putri ... 35

Tabel 4.7. Informan Orangtua Remaja Putri ... 35

Tabel 4.8. Informan TOGA dan TOMA ... 36

Tabel 4.9. Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Dini ... 36

Tabel 4.10. Pengetahuan Remaja tentang UU Perkawinan ... 37

Tabel 4.11. Makna Pernikahan Bagi Remaja ... 37

Tabel 4.12. Hal Yang Menyebabkan Remaja Menikah ... 38

Tabel 4.13. Kesiapan Remaja Untuk Menikah, Seperti Fisik dan Mental ... 38

Tabel 4.14. Yang Dirasakan Remaja Setelah Menikah ... 39

Tabel 4.15. Yang Berperan Dalam Menentukan Pasangan Remaja ... 39

Tabel 4.16. Peran Orangtua/Keluarga ... 40

Tabel 4.17. Pengetahuan Remaja Akan Dampak Menikah Dini ... 40

Tabel 4.18. Dampak yang Dirasakan Selama Pernikahan ... 40

Tabel 4.19. Kondisi Kesehatan Remaja Setelah Menikah ... 41

Tabel 4.20. Dampak Negatif Ketika Hamil, Melahirkan, Hingga Sekarang ... 41

Tabel 4.21. Pengetahuan Orangtua Tentang Pernikahan Dini ... 42

Tabel 4.22. Pengetahuan Orangtua Tentang UU Pernikahan ... 42

Tabel 4.23. Tanggapan Orangtua Tentang UU Pernikahan ... 43

Tabel 4.24. Pola Asuh yang Diberikan Orangtua Kepada Remaja ... 44

Tabel 4.25. Alasan Orangtua Merelakan Anaknya Menikah Dini ... 44

Tabel 4.26. Perasaan Orangtua pada Saat Anak Menikah ... 45

Tabel 4.27. Sepengetahuan Orangtua, Apakah RT Anak Mereka Bahagia ... 46

Tabel 4.28. Pengetahuan TOGA dan TOMA tentang Pernikahan Dini ... 47

Tabel 4.29. Pengetahuan TOGA dan TOMA tentang UU Perkawinan ... 47

Tabel 4.30. Tanggapan TOGA dan TOMA Terhadap UU Perkawinan ... 48

Tabel 4.31. Berlakukah UU Tersebut di Desa ini, Masyarakat Tahu atau Tidak .... 48

Tabel 4.32. Seberapa Banyak Praktek Pernikahan Dini di Desa ini ... 49

Tabel 4.33. Apakah Orangtua Calon Mempelai Merelakannya ... 49

Tabel 4.34. Apakah TOGA dan TOMA Merasa Risih ... 49

Tabel 4.35. Menurut TOGA dan TOMA, Pernikahan Dini Harus Dicegah/Tidak .. 50

Tabel 4.36. Apa Yang Menyebabkan Mereka Menikah Dini ... 50

Tabel 4.37. Adakah Dampak Yang TOGA dan TOMA Rasakan ... 51

Tabel 4.38. Menurut TOGA dan TOMA Remaja Tersebut Bahagia ... 52

Tabel 4.39. Menurut TOGA dan TOMA, Apakah Perlu Adanya Kedewasaan ... 52

Tabel 4.40. Bagaimana Kontrol Sosial di Desa ini ... 53


(13)

ABSTRAK

Pernikahan dini di Indonesia masih sangat tinggi dan merupakan hal yang menjadi salah satu pokok masalah reproduksi yang dihadapi masa kini. Hal ini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, diri sendiri, dan orang tua.

Penelitian ini dilakukan di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan remaja putri, orang tua remaja putri, tokoh agama dan tokoh masyarakat tentang pernikahan dini dan Undang-Undang yang mengaturnya, hal yang menyebabkan pernikahan dini, dan faktor resiko yang dialami setelah menikah. Jenis penelitian menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah 5 remaja putri yang telah menikah, 5 orang tua remaja putri, 2 tokoh agama dan 1 tokoh masyarakat. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil analisis menunjukkan faktor penyebab tingginya pernikahan dini adalah rendahnya pengetahuan remaja, orang tua, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Hal yang paling banyak menyebabkan pernikahan dini adalah hamil diluar nikah, dan dampak kesehatan yang dirasakan remaja adalah abortus dan anemia.

Disarankan kepada remaja untuk mempersiapkan secara matang fisik dan mental sebelum menikah, mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat, bagi orang tua agar lebih mengawasi dan mengontrol tingkah laku anaknya. Dan tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemerintahan hendaknya memberikan sosialisasi Undang-Undang pernikahan, ceramah agama dan pengajian sehingga kontrol sosial dan agama terjaga dengan baik.


(14)

ABSTRACT

Early marriage in Indonesia is still very high and it became one of the staples of reproductive problems faced today. This is often caused by economic factors, education, yourself, and parents.

This research was conducted in the Penggalangan village-raising District of Sei Bamban Regency of Serdang Bedagai. The purpose of the this research is to know the knowledge of young women, parents of young women, religious figures and community leaders about early marriage and laws that govern it, the thing that leads to early marriage, and factors of risk experienced after marriage. This type of research using qualitative methods. The subject of research is the 5 young women who are married, 5 the parents of teenage daughters, 2 religious figures, and 1 community leaders. The data obtained by observation, interview, and documentation.

From the results of the analysis showed high early marriage cause factor is the low level of knowledge of teenagers, parents, religious leaders and community leaders. The most common cause of early marriage is pregnant out of wedlock, and the perceived health effects of adolescent is abort and anemia.

It is recommended to prepare adolescents to be mature physically and mentally before marriage, following social activities in the community, for parents to monitor and control the behaviour of his child. And religious figures, community leaders or government should give marriage legislation socialization, religious lectures and recitation so that social and religious control is maintained properly.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Isu ini diangkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya berbagai masalah reproduksi yang dihadapi dimasa kini. Saat ini kita sering dihadapkan dengan umur rata-rata remaja yang menikah dibawah usia antara 14-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009).

Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-Undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia dibawah 20 tahun beresiko terjadinya kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia dini menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi preeklamspsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat menyesuaikan bentuk panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan bayi lahir rendah dan resiko pada ibu yaitu dapat meninggal (Bunners, 2006).


(16)

Data UNICEF pada tahun 2001 menunjukkan bahwa wanita yang berusia 25 sampai 29 tahun yang menikah dibawah usia 18 tahun di Indonesia mencapai 34%, dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan, data statistik di Indonesia menunjukkan pada tahun 1999 terdapat 20% wanita yang menikah diusia sekitar 15-19 tahun dan 18% wanita yang menikah dengan laki-laki dibawah usia 20 tahun.

Menurut UNICEF 2005, pernikahan sebelum usia 18 tahun terjadi diberbagai belahan dunia, dimana orang tua juga mendorong perkawinan anak-anaknya ketika mereka masih berusia dibawah 18 tahun dengan harapan bahwa perkawinan akan bermanfaat bagi mereka secara finansial dan secara sosial, dan juga membebaskan beban keuangan dalam keluarga. Pada kenyataanya, perkawinan anak-anak adalah suatu pelanggaran hak asasi manusia, mempengaruhi pengembangan anak-anak perempuan dan sering juga mengakibatkan kehamilan yang beresiko dan pengasingan sosial, tingkat pendidikan rendah dan sebagai awal dari kemiskinan (UNICEF,2005).

Sedangkan berdasarkan Angka Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, jumlah kasus pernikahan dini mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan di Indonesia yakni 19,1 tahun. Dan berdasarkan SDKI tahun 2012 tercatat 4,8% menikah di usia 20-24 tahun dan 41,9% menikah pada usia 15-19 tahun atau 41 per 1000 pernikahan. Dari data tersebut, dapat dilihat besarnya angka pernikahan dini di Indonesia.


(17)

Menurut Taufik (2008) dalam Damayanti (2012), angka statistik pernikahan dengan pengantin wanita berusia dibawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84%.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pernikahan usia dini sering disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, faktor diri sendiri dan faktor orangtua (Puspitasari, 2006). Dari usia pernikahan yang terlalu dini, dapat beresiko terhadap kesehatan, menurut Gantt dan Rosenthal (2004) dalam Astuty (2011), kehamilan usia remaja beresiko terhadap harga diri rendah, depresi, penyalah gunaan obat, gangguan emosi, selain itu anaknya juga mengalami lahir prematur, BBLR, child abuse, diterlantarkan dan kematian. Hasil penelitian Abedin di Bangladesh pada tahun 2010, didapatkan bahwa 75% wanita menikah dan melakukan persalinan pertama sebelum usia 20 tahun yang pada akhirnya berdampak pada masalah kesehatan seperti aborsi dan kematian bayi setelah lahir.

Menurut Adiningsih (2004) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja sangatlah minim, informasi yang kurang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi sehingga memaksa remaja untuk melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media (cetak dan elektronik) dan hubungan pertemanan, yang besar kemungkinannya justru salah. Ternyata sebagian besar remaja merasa tidak cukup nyaman curhat dengan orang tuanya, terutama bertanya seputar masalah seks. Oleh karena itu, remaja lebih suka mencari tahu sendiri


(18)

melalui sesama temannya dan menonton blue film. Di dalam penelitian yang dilakukan sejak September 2004, mengungkapkan bahwa sekitar 65% informasi tentang seks remaja dapatkan dari kawan dan juga 35% sisanya dari film porno, hanya 5% dari responden remaja ini mendapatkan informasi tentang seks dari orang tuanya.

Menurut Mochtar 2008 dalam Damayanti 2012, resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan saat persalinan antara lain dapat terjadi disproporsi sefalo pelvik yang akan berdampak pada ibu, yaitu persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah maka bisa terjadi tali pusat menumbung, sedangkan dampak yang terjadi pada bayi, yaitu : persalinan lama dapat meningkatkan kematian bayi, fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat.

Resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi perempuan pada perkawinan dini antara lain aborsi, anemia, intra uteri fetal death, prematur, kekerasan seksual, atonia uteri, kanker servik, selain itu juga dapat beresiko pada ibu melahirkan yaitu kurang siapnya mental dan psikologi juga dapat menimbulkan masalah peningkatan angka perceraian dan berdampak juga pada sosial ekonomi (Manuaba, 2008).

Usia remaja menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi seperti masa remaja yang selalu ingin coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan yang minim, pekerjaan semakin sulit didapat yang berpengaruh pada pendapatan ekonomi keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia dini karena keterlanjuran berhubungan seksual yang menyebabkan suatu kehamilan. Adanya penolakan keluarga yang terjadi akibat malu, hal ini dapat


(19)

menimbulkan stres berat. Ibu hamil usia muda memiliki resiko bunuh diri lebih tinggi (Manuaba, 2008).

Desa Penggalangan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang baru beberapa tahun terpisah dari kecamatan sebelumnya yakni Kecamatan Sei Rampah. Karena Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang mengalami pemekaran sehingga terbentuk kecamatan-kecamatan baru. Desa Penggalangan terletak di pinggir Kota Sei Rampah yang letaknya juga tidak jauh dari pusat Kota Madya Tebing Tinggi. Alat transportasi sudah cukup memadai dengan jaringan komunikasi yang sudah cukup tersedia. Di desa Penggalangan sendiri hingga saat ini pernikahan usia dini merupakan hal yang dipandang negatif oleh masyarakat setempat, setiap individu yang menikah di usia dini hampir selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat. Meskipun demikian pernikahan usia dini masih tetap ada dan angkanya masih tinggi di desa tersebut.

Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, didapatkan informasi bahwa ada sebagian pasangan yang menikah di usia dini disebabkan oleh faktor orang tua dan ada juga oleh faktor diri sendiri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti baik itu berupa observasi maupun wawancara dengan beberapa masyarakat desa Penggalangan, peneliti menemukan bahwa sebagian warga yang menikah di usia remaja ada yang mengalami abortus dan mengalami perceraian. Dan mereka cenderung memisahkan diri dari lingkungan terutama dengan teman seusianya, dan ada yang tidak mampu merawat anaknya secara mandiri sehingga harus


(20)

bergantung pada orang tua dan mertuanya. Dan dari hasil wawancara dan tanya jawab peneliti dengan beberapa orang remaja putri yang masih sekolah, menyatakan bahwa mereka belum mengerti tentang kesehatan reproduksi dan apa saja dampak yang akan terjadi akibat pernikahan dini bagi kesehatan reproduksi baik bagi remaja itu sendiri atau pun lingkungan sekitarnya.

Terjadinya perkawinan usia dini di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai ini mempunyai dampak tidak baik kepada mereka yang telah melangsungkan pernikahan juga berdampak pada anak-anak yang dilahirkannya serta masing-masing keluarganya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua pekawinan di usia dini berdampak kurang baik bagi sebuah keluarga karena sedikit dari mereka yang telah melangsungkan perkawinan di usia dini dapat mempertahankan dan memelihara keutuhannya sesuai dengan tujuan dari perkawinan itu sendiri.

Berdasarkan fakta yang ada bahwa pola asuh demokratis lebih mendorong anak menjadi mandiri dan berprestasi di bandingkan dengan anak diasuh dengan cara otoriter. Hasil pola asuh pada pasangan muda ini untuk masing-masing pengasuh adalah pola asuh demokratik. Dengan pola asuh demokratik ini orang tua tidak mengekang pada anak-anaknya dan tidak memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya, sebaliknya mereka memberikan kepercayaan penuh terhadap anak-anaknya untuk bisa menjalani kehidupan dimasa yang akan datang.

Sikap atas persoalan ini terbagi dalam dua sisi yang berseberangan. Dengan alasan bahwa dengan menikah di usia muda akan menghindari hal-hal yang dilarang baik asas agama maupun sosial di tengah gejolak pergaulan


(21)

yang semakin ”menggila” seperti saat ini. Alasan lain adalah pikiran bahwa dengan menikah muda, mereka akan masih sehat dan aktif berkarya di saat anak-anak mereka tumbuh besar yang membutuhkan biaya untuk keperluan pendidikan dan persoalan lainnya. Selain itu muncul pula alasan lain yang mengatakan bahwa nikah muda itu ”asyik”, pokoknya asyik aja. Meskipun dengan dalih dari pada terjerat dalam pergaulan bebas dan menghindari terjadinya hamil di luar pernikahan. Meskipun masih banyak dijumpai alasan utama menikah di usia muda karena hamil di luar nikah.

Dari fakta yang didapat, dengan melihat dan menelaah bahwa mereka yang menikah muda akan lebih cenderung untuk mengalami kegagalan dalam rumah tangga mereka. Namun dalam alasan perceraian tentu saja bukan karena alasan kawin muda, melainkan alasan ekonomi dan lain sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari pernikahan yang dilakukan tanpa kematangan usia dan psikologis.

Menurut data tahunan pemerintah daerah Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, tercatat dari Tahun 2009-2013 terjadi peningkatan jumlah pernikahan di usia dini 15-19 tahun (pada tahun 2009 terdapat 15 orang, pada tahun 2010 terdapat 23 orang, pada tahun 2011 terdapat 22 orang, pada tahun 2012 terdapat 15 orang dan pada pertengahan tahun 2013 terdapat 14 orang ) yang rata-rata menikah setelah lulus SMA atau pun sebelum lulus SMA karena harus mengurus anak yang kemudian bekerja sebagai petani, buruh tak tetap atau penjaga toko untuk menafkahi kehidupan keluarganya.


(22)

Grafik 1. Trend Pernikahan Dini pada Remaja Umur 15-20 Tahun di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

Sumber : Profil dan Data Kependudukan Desa Penggalangan

Dari data-data tentang pernikahan usia dini di Indonesia dan faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, serta melihat fakta yang terjadi di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, peneliti ingin mengetahui secara komprehensif tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat merumuskan masalah penelitian yaitu masih dijumpai banyaknya kasus pernikahan yang dilakukan pada usia dini oleh remaja sehingga ingin diketahui secara komprehensif tentang apa yang dirasakan remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

0 5 10 15 20 25

2009 2010 2011 2012 pertengahan

2013

jumlah


(23)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui secara komprehensif tentang apa yang dirasakan oleh remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pemahaman remaja putri tentang pernikahan dini melalui pendekatan kualitatif pada remaja putri yang telah menikah di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui faktor resiko yang dialami remaja putri setelah menikah melalui pendekatan kualitatif pada remaja putri di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. 3. Untuk mengetahui pemahaman orangtua, tokoh masyarakat, dan tokoh

agama tentang pernikahan dini (Undang-Undang dan Kontrol sosial) melalui pendekatan kualitatif di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat diperoleh gambaran secara utuh dan keseluruhan tentang faktor resiko pernikahan dini pada remaja dan diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa masukan kepada para remaja dampak negatif dari perkawinan di usia dini dan sebagai bahan pertimbangan kepada pasangan remaja yang ingin melaksanakan pernikahan usia dini.


(24)

2. Dapat diperoleh gambaran secara konkrit tentang Undang-Undang ataupun Hukum-Hukum tentang pernikahan dini yang sudah disepakati berlaku atau tidak di masyarakat. Serta dapat diperoleh gambaran pemahaman orangtua dan masyarakat tentang pernikahan dini serta kontrol sosial berjalan dengan baik atau tidak.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Teori 2.1.1. Remaja a. Pengertian Remaja

Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).

Masa Remaja dibedakan dalam :

1) Masa Remaja Awal : 10-13 tahun 2) Masa Remaja Tengah : 14-16 tahun 3) Masa Remaja Akhir : 17-19 tahun

(Depkes RI, 2007).

Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).

Menurut Imelda (2006) dalam Damayanti (2012), masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan


(26)

tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi.

b. Perubahan Fisik Pada Remaja

Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13-15 tahun, harus dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan (Manuaba, 2008).

Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula (Manuaba, 2008).

Pada remaja putri terjadi perbedaan perubahan fisik, antara lain pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, menstruasi awal, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, payudara membesar, pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat), pertambahan berat badan dan tinggi badan (Depkes RI, 2007).

Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier) terjadi amat cepat. Perbedaan pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan organ reproduksinya, dimana akan diproduksi hormon yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder (Depkes RI, 2007).


(27)

Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling lambat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12-15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar saja belum tentu mempunyai emosi yang lebih matang (Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu : genetik ( faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi punya anak yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang (Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, dimana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara, rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia (12-13) tahun. Tumbuhnya rambut badan bervariasi luas. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 12-13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11-14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang pada laki-laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17-18 tahun (Manuaba, 2008).


(28)

c. Perkembangan Jiwa pada Remaja

Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.

Psikososial merupakan meniferasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007) menyatakan, bahwa akibat perubahan tersebut maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

1) Remaja Awal (10-13 tahun)

a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri ( self consciousness)

b) Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau menjadi agresif.

c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.


(29)

f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya geng/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.

g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi.

2) Remaja Pertengahan (14-16 tahun)

a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

c) Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak pada gaya baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko yang berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.

e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri yang berdampak pada lebih bersosialisasi dan tidak pemalu.

f) Membangun nilai, norma dan moralitas yang berdampak pada mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas yang berdampak pada ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.


(30)

h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis yang berdampak pada berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa yang berdampak pada mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Remaja Akhir (17-19 tahun)

a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama.

b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar stres keluarga yang berdampak pada mulai belajar mengatasi, dihadapi dan sulit berkumpul dengan keluarga.

c) Belajar mancapai kamandirian secara finansial maupun emosional yang berdampak pada kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.

f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, maka remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Akibat perkembangan


(31)

kelenjar kelamin remaja, maka mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai. Depkes RI (2007) menyatakan bahwa proses percintaan remaja dimulai dari :

(1) Crush

Ditandai dengan adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua dan sejenis. Bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.

(2) Hero-worshping

Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.

(3) Boy Crazy dan Girl Crazy

Pada masa ini kasih sayang remaja ditunjukkan kepada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

(4) Puppy Love (cinta Monyet)

Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan. (5) Romantic Love

Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaanya sudah stabil dan jarang berakhir dengan perkawinan.


(32)

2.1.2. Pernikahan a. Pengertian

Menurut Nastiti (2006) dalam Damayanti (2012), pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemuan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih matang. Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak.

Pernikahan menurut Dariyo (2008) dalam Damayanti (2012) adalah ikatan kudus antara pasangan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Pernikahan dianggap sebagai ikatan kudus (holy relationship) karena hubungan pasangan antara laki-laki dan perempuan telah diakui secara sah dalam Negara atau Agama.

Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Keturunan diperoleh dari kehamilan dalam masa reproduksi yang sehat yaitu umur istri antara 20-30 tahun. Usia tersebut merupakan usia terbaik karena organ-organ reproduksi dalam tubuh perempuan telah tumbuh sempurna.

Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.


(33)

b. Pernikahan Dini

Pernikahan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia dibawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan.

Masa ini disebut dengan istilah masa reproduksi muda artinya meskipun dapat hamil dan melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil (Manuaba, 2008).

2.1.3. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini

Menurut Suryono (2005), bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk melangsungkan pernikahan dini diantaranya :

1) Masalah ekonomi keluarga

2) Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki bahwa ingin mengawinkan anak gadisnya

3) Adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab

4) Di lingkungan masyarakat : a) Ekonomi

b) Pendidikan c) Faktor Orang tua d) Media Massa e) Faktor Adat


(34)

2.1.4. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sisitem reproduksi (WHO, 2011).

Suatu keadaan fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2007). b. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan Secara

luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi : 1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir

2) Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk PMS, HIV/AIDS

3) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi 4) Kesehatan Reproduksi Remaja

5) Pencegahan dan pananganan infertilitas 6) Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis

7) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, fistula, dll.

(Depkes RI, 2007).

2.1.5. Dampak Pernikahan Dini Dilihat Dari Kesehatan Reproduksi

Perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika hubungan seksual telah menghasilkan janin dapat mempengaruhi psikologis dan fisik (Manuaba, 2008).


(35)

a. Dampak Psikologis

Pada usia pernikahan dini yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seorang remaja akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006).

Sejatinya, anak berusia dibawah umur belum paham benar mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang melatar belakanginya melakukan itu. Jika sudah demikian, anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya (Sarwono, 2006).

Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat. Bahkan remaja akan merasa minder untuk bergaul dengan anak-anak seusianya mengingat statusnya sebagai istri. Hal ini biasa disebut depresi berat atau neoritis, depresi akibat pernikahan dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi introvertdan ekstrovert (Manuaba, 2008).

Pada pribadi introvert (tertutup ) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya, seperti perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan


(36)

kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus pernikahan dini tersebut (Manuaba, 2008).

Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukannya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah (Sarwono, 2006).

b. Dampak Fisik

Fisik atau dalam bahasa Inggris “Body” adalah sebuah kata yang berarti badan/benda dan dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu benda/badan yang terlihat oleh mata.

Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam persalinan. Perkawinan dini yang berlanjut menjadi kehamilan sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya. Proses kehamilan yang dapat terjadi anemi yang berdampak berat badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus berulang, perdarahan, untuk proses bersalin terkadang belum matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).


(37)

Menurut Iwan (2006) dalam Damayanti (2012) menyatakan bahwa pada remaja putra dampak dari pernikahan dini dipandang dari kesehatan reproduksi akan berpotensi terjadi impotensi, ejakulasi dini dan disfungsi ereksi, efek yang ditimbulkan dari pernikahan dini yang mengganggu kesehatan reproduksi yang paling banyak terjadi pada perempuan.

Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi fisik dan biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa dikatakan berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang menderita anemia ketika hamil dan melahirkan, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat pernikahan dini (Manuaba, 2008).

Secara medis usia bagus untuk hamil yaitu pada usia 21-35 tahun, maka bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi dan bisa dibuahi, namun bukan berarti siap untuk hamil dan melahirkan serta memiliki kematangan mental, yakni berpikir dan dapat menanggulangi resiko-resiko yang akan terjadi pada saat kehamilan dan persalinan. Seperti misalnya terlambat memutuskan mencari pertolongan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat persalinan karena minimnya informasi sehingga terlambat mendapat perawatan yang semestinya (Manuaba,2008).

Menurut Manuaba (2008), dampak fisik dari pernikahan diusia muda dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

a. Dampak bagi ibu

1) Intra Uterin Fetal Death

Intra Uterin Fetal death atau kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam


(38)

kandungan. Keadaan ini sering dijumpai pada kehamilan dibawah 20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai kematian janin bila ibu tidak merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan abortus.

2) Premature

Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan. Resiko terjadinya kehamilan premature, antara lain :

a) Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun b) Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia c) Lemahnya servik

3) Perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.

4) Kematian ibu

Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

b. Dampak bagi bayi

1) Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut pertumbuhan janin belum sempurna.

2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Kebanyakan hal ini


(39)

dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan ibu kurang gizi ( Manuaba, 2008).

2.2. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah kepustakaan yang telah peneliti lakukan ada beberapa hasil penelitian yang relevan antara lain :

Pertama, hasil penelitian Anthonie (2011) Makna Pernikahan Usia Muda di Kecamatan Tawalian Kabupaten Mamasa (Studi Kasus Pada 3 Pasangan Suami istri Usia Muda). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum masyarakat di Kecamatan Tawalian memiliki tanggapan yang negatif terhadap pernikahan usia muda, hal itu dibuktikan dari jawaban-jawaban yang diberikan subjek pada angket. Dan diketahui pula bahwa subjek memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai aspek-aspek yang diperlukan dalam sebuah pernikahan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

Kedua, hasil penelitian Astuty (2011) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab remaja melakukan pernikahan muda antara lain : faktor lingkungan masyarakat dan orangtua cukup berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri pada anak, karena si anak melihat kalau ibunya banyak yang juga melakukan pernikahan dini. Faktor tingkat ekonomi orang tua yang rendah banyak menyebabkan orang tua menikahkan anaknya di usia yang masih muda.

Ketiga, hasil penelitian Damayanti (2012) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta. Hasil penelitian ini ditemukan masih rendahnya


(40)

pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang didapat, baik dari institusi sekolah maupun dari keluarga serta petugas kesehatan.

Dari ketiga penelitian yang relevan diatas, secara teoritis memiliki hubungan atau relevansi dengan penelitian ini, secara konseptual dapat dijadikan sebagai acuan teori umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajiannya sama-sama ingin mengetahui tentang pernikahan dini pada remaja.

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada makna, faktor serta dampak pernikahan dini pada remaja, sedangkan studi penelitian ini lebih memfokuskan kepada pendekatan kualitatif tentang pernikahan dini pada remaja putri yang telah menikah. Jadi kajian teori penelitian yang relevan ini dapat dijadikan pedoman peneliti dalam memahami fenomena-fenomena yang ditemukan di lapangan.

Kajian pustaka ini, melalui beberapa teori-teori yang telah peneliti kemukakan dapat dijadikan landasan teori yang akan terus dikembangkan sejalan dengan pengumpulan data penelitian, juga dapat membantu pembaca dalam memahami temuan penelitian.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Yaitu metode penelitian berlandaskan pada filsafat postpositifisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dan mencoba menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu (Sugiyono, 2011).

3.2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah remaja putri Desa Penggalangan yang telah menikah di usia remaja (antara 15-20 tahun), orang tua remaja putri, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang bersedia menjadi riset partisipan yang dibuktikan dengan penandatanganan pada informed concent, mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dan berdomisili di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.

Cara penentuan atau pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan penarikan sampel yang ditetapkan dengan sengaja oleh peneliti, didasarkan atas kriteria yang dimaksud adalah penduduk yang berada di Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dengan mengambil beberapa informan yaitu remaja putri yang telah menikah di usia dini, orang tua remaja yang menikah dini, serta tokoh masyarakat dan tokoh agama. Hal ini dikarenakan angka kejadian pernikahan dini pada remaja putri masih


(42)

sangat tinggi jika dibandingkan dengan pernikahan dini yang terjadi pada remaja putra.

Untuk menentukan subjek dalam penelitian ini, peneliti datang ke kantor kepala desa untuk meminta data di catatan pernikahan desa Penggalangan. Dari data tersebut dapat kita peroleh nama, alamat, umur, dan usia menikah pertama kali. Kemudian peneliti bertanya kepada pegawai kantor kepala desa tersebut tentang keberadaan informan, apakah masih menetap di desa ini atau tidak. Lalu bertanya kira-kira informan mana yang bisa dijadikan sumber. Pegawai tersebut memberikan saran dan menunjukkan alamat masing-masing informan. Disini peneliti juga bertanya tentang informan yang cocok untuk dijadikan tokoh masyarakat dan tokoh agama, petugas pemerintahan desa ini juga memberi tahu alamat rumah informan tersebut. TOGA dan TOMA dipilih berdasarkan keaktifannya dalam bermasyarakat, yang mengetahui perkembangan desa ini. Lalu peneliti mendatangi rumah masing-masing informan, namun tidak semua informan ada dirumah. Peneliti harus bolak balik datang ke rumah informan, dan bertanya kepada keluarga yang tinggal satu rumah atau pun tetangga sebelah rumah mereka kapan kira-kira mereka ada dirumah. Setelah beberapa kali kembali ke rumah informan tersebut, peneliti bertemu dengan informan dan menyampaikan maksud dan tujuannya datang kerumah mereka. Pada awalnya mereka bingung dan tidak bersedia, namun dengan berbagai pendekatan peneliti menjelaskan kepada mereka. Kemudian secara perlahan mereka bersedia menjadi informan. Disini peneliti dan informan menyepakati waktu dan tempat yang tepat untuk wawancara.


(43)

3.3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik-teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sedangkan instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, yaitu dengan beberapa pendekatan kepada informan dengan menggunakan panduan pertanyaan disertai dengan kecakapan dan kesiapan peneliti dalam bertanya.

Pada awal penelitian, peneliti akan melakukan observasi terhadap tempat, waktu serta subjek. Dan menentukan waktu serta subjek penelitiannya, kemudian peneliti akan melakukan wawancara terhadap subjek penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dengan menggunakan jenis wawancara terstruktur yang termasuk dalam kategori in-dept interview yaitu wawancara mendalam yang bersifat luwes, artinya susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara berlangsung. Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu disiapkan pedoman wawancara yaitu pertanyaan-pertanyaan untuk dijadikan panduan yang disertai dengan alat-alat untuk membantu wawancara yaitu alat tulis, kertas, tape recorder/perekam suara, dan dituntut kesiapan peneliti dalam menjalankan penelitian tersebut. Dan setelah itu peneliti akan mencatat atau melakukan pendokumentasian terkait dengan semua hasil yang diperoleh dari observasi dan wawancara.

3.4. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini digunakan pengujian keabsahan data dengan triangulasi teknik. Yaitu pengujian data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh


(44)

dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. Untuk itu perlu diadakan pengecekan ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara :

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

b) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi

c) Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu

d) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain

e) Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis menurut Sugiyono (2011) yaitu analisis data selama di lapangan model Miles dan Huberman, yang terdiri dari data reduction, data display dan conclusion.

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih


(45)

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display (penyajian data)

Data diuji dengan menggunakan EZ-Test. Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011), yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya.

3. Conclusion Drawing/Verivication

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Desa Penggalangan terletak di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sei Rampah yang pada awalnya merupakan bagian dari Kecamatan ini. Namun karena Serdang Bedagai mengalami pemekaran, maka terbentuk kecamatan-kecamatan baru di Kabupaten ini. Desa Penggalangan terdiri dari 5 Dusun, dengan Luas 145 Ha dengan jumlah penduduk pada akhir Desember 2013 terdiri dari 4192 jiwa dan 1072 KK. Dusun 1 terdiri dari 633 jiwa dan 130 KK dengan luas wilayah 15 Ha, Dusun 2 terdiri dari 780 jiwa dan 209 KK dengan luas wilayah 40 Ha, Dusun 3 terdiri dari 863 jiwa dan 239 KK dengan luas wilayah 55 Ha, Dusun 4 terdiri dari 959 jiwa dan 269 KK dengan luas wilayah 20 Ha, dan Dusun 5 terdiri dari 957 jiwa dan 225 KK dengan luas wilayah 20 Ha.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada Akhir Desember 2013

No Dsn

UMUR

Jlh 0-5 Thn 6-12 Thn 13-16 Thn 17-59 Thn >60 Thn

1. I 48 123 125 267 70 633

2. II 82 158 155 291 94 780

3. III 96 168 172 329 98 863

4. IV 111 195 199 343 111 959

5. V 84 191 189 380 113 957

Jumlah 421 835 840 1610 486 4192

Sumber : Profil dan Data Kependudukan Desa Penggalangan (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari seluruh dusun di desa Penggalangan pada akhir desember 2013 penduduk didominasi oleh umur 17-59 tahun dengan jumlah 1610 orang. Dan paling sedikit adalah jumlah penduduk dengan umur 0-5 tahun yaitu 421 orang.


(47)

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada Akhir Desember 2013

No ETNIS/SUKU

DUSUN

Jumlah

I II III IV V

1. Melayu - 26 13 25 12 76

2. Batak 4 12 8 246 115 385

3. Karo 21 22 16 36 6 101

4. Mandailing - - 7 41 8 56

5. Simalungun - - - 44 16 60

6. Banten - - 36 14 16 66

7. Banjar 33 147 50 117 9 356

8. Aceh - - 22 - - 22

9. Jawa 572 565 711 399 748 2995

10. Minang - 1 - 12 12 25

11. Tionghoa - 3 - 25 11 39

12. Arab 3 4 - - - 7

13. DLL - - - - 4 4

Jumlah 633 780 863 959 957 4192

Sumber : Profil dan Data Kependudukan Desa Penggalangan (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, penduduk desa Penggalangan pada akhir desember tahun 2013 didominasi oleh penduduk yang bersuku Jawa dengan jumlah 2995 orang. Dan penduduk yang paling sedikit adalah penduduk dengan suku arab yaitu 7 orang, namun ada 4 orang yang tidak diketahui sukunya.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Desa penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada Akhir Desember 2013

No Agama

DUSUN

Jumlah

I II III IV V

1. Islam 631 771 852 623 879 3756

2. Protestan 2 9 11 290 61 373

3. Katolik - - - 37 - 37

4. Hindu - - - - 5 5

5. Budha - - - -

6. Khonghuchu - - - - 12 21

Jumlah 633 780 863 959 957 4192


(48)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, penduduk desa Penggalangan banyak menganut agama islam yaitu 3756 orang. Dan yang paling sedikit adalah penduduk yang beragama hindu yaitu hanya 5 orang.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada Akhir Desember 2013

No

Tingkat Pendidikan

DUSUN

Jumlah

I II III IV V

1. TK 11 14 32 23 20 100

2. SD 164 200 222 205 255 1046

3. SMP 117 158 139 202 226 842

4. SMA 77 100 122 149 103 551

5. D1 7 2 2 - 1 12

6. D2 - - - -

7. D3 2 6 4 8 2 22

8. S1 1 3 1 17 9 31

9. S2 - - - -

10. S3 Dst - - - -

JUMLAH 379 483 522 604 616 2604

Sumber : Profil dan Data Kependudukan Desa Penggalangan (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, tingkat pendidikan penduduk di desa Penggalangan yang paling banyak yaitu hanya sampai pendidikan sekolah dasar. Dan yang mencapai perguruan tinggi hanya sedikit, D1 hanya 12 orang.

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Desa Penggalangan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada Akhir Desember 2013 No Jenis Pekerjaan DUSUN Jumlah

I II III IV V

1. PNS - 3 2 20 7 32

2. TNI/POLRI 1 1 - - 2 4

3. KARYAWAN 9 8 10 20 17 64

4. WIRASWASTA 40 49 68 172 157 486

5. JASA 30 35 49 190 151 455

6. TANI 82 117 156 397 232 984

7. NELAYAN - - - -

8. BURUH 17 29 18 32 25 121

9. LAINNYA 3 6 5 12 1 27

Jumlah 182 248 308 843 592 2173


(49)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, penduduk desa Penggalangan rata-rata adalah petani dengan jumlah 984 orang. Dan penduduk dengan pekerjaan TNI/POLRI adalah jumlah yang paling sedikit yaitu hanya 4 orang.

4.2. Gambaran Informan 4.2.1. Karakteristik Informan

Karakteristik Informan meliputi : Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Usia Menikah Pertama Kali (bagi remaja putri).

Tabel 4.6. Informan Remaja Putri

No Nama Umur Pendidikan

Umur Pertama kali Menikah

1. Informan 1 24 SMA 19

2. Informan 2 20 SMA 18

3. Informan 3 24 SMP 18

4. Informan 4 20 SMA 18

5 Informan 5 18 SD 17

Berdasarkan tabel 4.6. di atas menunjukkan bahwa umur informan yaitu remaja putri yang menikah di usia dini bervariasi antara 18-24 tahun, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, 3 orang pendidikan SMA, 1 orang pendidikan SMP, dan 1 orang hanya pendidikan SD. Dan umur menikah informan pertama kali antara 17-19 tahun.

Tabel 4.7. Informan Orangtua Remaja Putri

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin Pendidikan

1 Informan 6 50 P SMA

2 Informan 7 58 P SD

3 Informan 8 60 P SD

4 Informan 9 54 P SD


(50)

Berdasarkan tabel 4.7. di atas menunujukkan bahwa umur orang tua remaja putri yang menikah dini berkisar 50-60 tahun, dengan latar belakang pendidikan yang rata-rata berpendidikan SD dan hanya satu orang yang berpendidikan SMA. Orang tua remaja putri yang bersedia menjadi informan rata-rata perempuan yaitu ibunya dan hanya satu orang laki-laki yaitu ayah remaja putri.

Tabel 4.8. Informan TOGA dan TOMA

No Nama Umur

(Tahun)

Jenis Kelamin

Pendidikan

1. Informan 11 64 L SD

2. Informan 12 42 P S1

3. Informan 13 48 L SMA

Berdasarkan tabel 4.8. di atas menunjukkan bahwa tokoh agama dan tokoh masyarakat berumur antara 42-64 tahun dengan pendidikan bervariasi, SD, SMA, dan S1. Tokoh agama berjenis kelamin laki-laki dengan pendidikan SMA, tokoh masyarakat berjenis kelamin laki-laki dengan pendidikan SD, dan satu perempuan sebagai tokoh pemerintahan desa dengan pendidikan S1.

4.3. Bagi Remaja Yang menikah Dini 4.3.1. Pengetahuan

Tabel 4.9. Pengetahuan Remaja tentang Pernikahan Dini

Informan Pernyataan

1 Pernikahan dini yaaa... pernikahan dibawah umur, eh bukan dibawah umur, pernikahan yaa belum waktunya yang tepat lah,sebenarnya diatas 20.

2 Nikah dini ? nikah diusia muda lah. Maksudnya... kek mana yaaa... nikah dibawah usia lah...

3 Entaah... nikah dini ? Apa ? nggak tau... apaaaa yaaa... yaa nikah dibawah usia lah...

4 Nggak tau sayaaa... nggak tau... 5 Nggak... nggak tau...


(51)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 3 orang informan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa arti dari pernikahan dini. Dan 2 orang informan mengatakan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia.

Tabel 4.10. Pengetahuan Remaja tentang UU Perkawinan Yang Melarang Melakukan pernikahan Dini

Informan Pernyataan

1 Nggak ... nggak tahu saya UU yang melarang menikah dini itu... 2 Nggak tahu...

3 Enggak... nggak tahu... 4 Nggak tahu sayaaa... 5 Nggak tahu...

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sama sekali tentang undang-undang yang melarang melakukan pernikahan di usia dini.

Tabel 4.11. Makna Pernikahan Bagi Remaja

Informan Pernyataan

1 Maknanya ? yaaa... gak ada. Maknanya Yaa cepet aja... Berumah tangga... yaa cepet dikasih momongan.

2 Maknanya yaaa bisaaaa... tukar fikiran gitu, yaaa banyaklah. Nggak tahu. Maksudnya bisaaa... kek mana yaaaa... komunikasai ini lah. Komunikasi lebih intens... bangun keluarga, punya anak.

3 Eeeeehhh... pengen apaa yaa ? punya anak... punya anak terus yaudah itu aja. Bangun keluarga yang sakinah mawaddah warahmah...

4 Maknanya ? apaa yaaa...Apa yaa kak...? yaaah sunah lah. Sunah nabi... sunah rosul...

5 Nggak tahu... jangan ditanyain lah maluu aku... Pengen bekeluarga aja, pengen mandiri, nggak mau nyusahin orangtua.


(52)

Berdasarakan tabel diatas dapat kita lihat bahwa ke 5 informan memiliki makna pernikahan yang berbeda-beda menurut mereka, 3 informan menyatakan bahwa makna pernikahan bagi mereka adalah ingin memiliki anak, 1 informan menyatakan mengikuti sunah rosul, dan 1 informan lagi menyatakan karena ingin mandiri dan tidak menyusahkan orangtua.

4.3.2. Penyebab Remaja Melakukan Pernikahan Dini Tabel 4.12. Hal Yang Menyebabkan Remaja Menikah

Informan Pernyataan

1 Yaaa karena udah cocok aja. Mmmm apa yaa ? bingung jelasinnya yaaa kan... bingung aku ngomongnya...gak ada... yaa karena kemarin itu kecelakaan, karena pergaulan bebas.

2 Memaaang... Pengen cepet aja lah, udah deket. Udah mantaf ajaa... 3 Alasannya yaa udah cocok...

4 Karenaaa... karena lakiknya usianya udah lanjut... udah cocok... 5 Gak apa-apa. Gak ada. Yaaa karena udah terlanjur iniii... udah 4

bulan waktu nikah...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 4 informan menyatakan bahwa alasan mereka melakukan pernikahan dini adalah karena sudah adanya kecocokan, 1 informan menyatakan karena usia suami sudah lanjut sehingga menuntut untuk cepat menikah, dan 2 informan menyatakan bahwa penyebab mereka melakukan pernikahan usia dini karena akibat pergaulan bebas yang menyebabkan hamil diluar nikah.

Tabel 4.13. Kesiapan Remaja Untuk Menikah, Seperti Fisik dan Mental

Informan Pernyataan

1 Siaaappp... siap. Walaupun terpaksa ya harus siap. 2 Insya allah siap....

3 Udaaahhh... siap... 4 Udah... siap.. 5 Udahhh.... hehee..


(53)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa mereka sudah siap melakukan pernikahan dini, baik fisik maupun mental. Walaupun mereka menikah karena alasan kecelakaan atau pergaulan bebas, namun mereka mengaku siap dalam mengahadapi pernikahan.

Tabel 4.14. Yang Dirasakan Remaja Setelah Menikah

Informan Pernyataan

1 Bahagiaaa.... gak da masalah.. 2 Bahagiaaa.... alhamdulillah...

3 Yaaa bahagiaaa... ada ini nyaaa... sedih nya... ada senengnya... 4 Bahagiaaa kak, alhamdulillah...

5 Alhamdulillah.... bahagiaaa...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa mereka bahagia dengan kehidupannya setelah menikah. Walaupun mereka menikah dini dan dengan latar belakang alasan menikah yang berbeda, tetapi tidak ada masalah yang berarti dalam rumah tangga mereka.

Tabel 4.15. Yang Berperan dalam Menentukan Pasangan Remaja

Informan Pernyataan

1 Gak adaa... sendiri... gak ada campur tangan orang lain... 2 Sendiriii... sayaa sendiriii laaahhh...

3 Yaaaa... yaaa sayaa sendiriii...

4 Kalau dalam nentuin pasangan yaaa... Sayaaa sendiriii.... gak ada campur tangan orang tua... yang jalanin kan saya... walaupun sebenarnya orangtua nggak seneng...

5 Sayaaa sendiriii laahhh... jadi siapaaa...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan menyatakan bahwa mereka menikah dengan orang pilihan mereka sendiri tanpa ada campur tangan orang tua atau pihak lain.


(54)

Tabel 4.16. Peran Orangtua/Keluarga Dalam Menghadapai Masalah yang Terjadi Dalam Rumah Tangga

Informan Pernyataan

1 Yaa kalau masalahnya berat ya mau juga lah ikut eeehhh apaaa... memberikan solusi sama kami gitu kan...

2 Nggak ada... kalau kami yaa kami aja. Nggak tau orangtua...

3 Nggak... kalau awak berantem diem-diem aja kok nggak tahu orangtua...

4 Nggak... nggak adaa... selesaikan sendiri kalau ada masalah... 5 Adaaa... tapi yaa kasih solusi, bukan yang negatif...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 informan menyatakan tidak ada ikut campur orang tua dalam menghadapi masalah yang terjadi di keluarga mereka. Dan 2 informan menyatakan ada peran orang tua dalam menghadapi masalah mereka namun hanya memberikan solusi terhadap masalah yang mereka hadapi.

4.3.3. Dampak Pernikahan Dini

Tabel 4.17. Pengetahuan Remaja akan Dampak dari Menikah di Usia Dini

Informan Pernyataan

1 Nggak... nggak tahu... 2 Nggak tahu kak...

3 Eeehh... dampaknya apa yaa ??? nggak tahu... 4 Nggak.... nggak tahu kak...

5 Nggak tahu...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan menyatakan tidak tahu tentang dampak dari menikah dini. Mereka sama sekali tidak pernah mendapatkan informasi tentang dampak dari pernikahan dini.

Tabel 4.18. Dampak yang Anda Rasakan Selama Pernikahan, Baik Diri Sendiri, Keluarga Maupun Masyarakat

Informan Pernyataan

1 Dampaknya ? gak adaaa... happy-happy aja... 2 Apa gak adaaa... udah memang jodohnya... 3 Nggak adaaa... Untuk keluarga pun gak ada...

4 Nggak ada kak, untuk keluarga pun nggak ada masalah... 5 Gak adaa laahhh... baik-baik aja...


(55)

Berdasarakan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan menyatakan tidak merasakan dampak apa-apa bagi diri mereka. Dan dampak terhadap keluarga dan masyarakat, ke 5 informan tidak merasakan adanya dampak. Semua baik-baik saja.

Tabel 4.19. Kondisi Kesehatan Remaja Setelah Menikah

Informan Pernyataan

1 Gak adaaa...nggak adaaa... sakit-sakit gak adaaa...

2 Apa pening lah paling. Darah rendah kan biasa memang ada darah rendahnya dari dulu. Ini lah kurang tidur... karena ada anak...

3 Nggak adaa... paling pening kepala... iyaaa mumet ndase... 4 Nggak adaa kak... sehat-sehat aja..

5 Nggak adaaa... sehat lah.... gak ada sakit, sehat-sehat aja.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan tidak merasakan dampak apa-apa bagi kesehatan mereka. Mereka merasa sehat-sehat saja, tidak ada masalah kesehatan yang berarti. 2 informan menyatakan mereka hanya merasa pusing-pusing saja.

Tabel 4.20. Ketika Hamil, Melahirkan, Hingga Saat Sekarang ini, Dampak Negatif yang Dirasakan Remaja terhadap Kesehatan

Informan Pernyataan

1 Nggak ada, sehat-sehat aja. Pernah lah keguguran anak kedua waktu umur 3 bulan. Ituu aja, yang lain nggak ada sehat-sehat aja aku. 2 Nggak ada kak, nggak ada masalah apa-apa alhamdulillah...

beratnya pun waktu lahir normal, 3 kilo 8 ons... Cuma aku ada darah rendahnya kak... sukak pening, kurang tidur karena ada anak ini kan...

3 Nggak adaa... sehat-sehat ajaaa... anak pertama sehat, anak kedua pun sehat. Cuma capek aja aku... sukak pening.

4 Dampaknya apaa yaa kak, ya nggak ada lah kak. Baik-baik aja koq kak, sehat-sehat aja. Anakku pun sehat...

5 Eeeeemmmm....apa yaa ??? nggak ada lah kayaknya... aman-aman aja. Sehat-sehat aja kak. Makin gemuk pun aku sekarang. Nii lah anak ku kak, sukak demam pilek. Kasian juga kalo udah sakit...


(56)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 5 informan mengatakan bahwa tidak ada dampak negatif yang dirasakan ketika hamil, melahirkan hingga saat sekarang ini. Kondisi kesehatan ke 5 informan tidak ada gangguan, baik untuk dirinya dan bayinya.

4.4. Bagi Orangtua Remaja Yang Menikah Dini

4.4.1. Pengetahuan Orangtua Remaja tentang Pernikahan Dini Tabel 4.21. Pengetahuan Orangtua tentang Pernikahan Dini

Informan Pernyataan

6 Nikah dini ? opo yooo... nikah dini yaa itu udah kepepetnya orangnya. Iyalah jodohnya yaa namanya udah ibaratnya dia udah kecelakaan, udah istilahnya kan bukan apa bilangnya ya kan dia udah terlalu agresif kali sama laki-laki. Nikah dini nikah yang apa di bilang, aku pun nggak ngerti. Apa itu nikah dini ? nikah dibawah umur belum cukup umurnya. Dia pun ngurusi suami pun masih kebingungan, ngurusi anak pun belum apa kali...

7 Pernikahan dini itu sebenarnya buk ya pernikahan yang belum cukup umur masih dibawah umur.

8 Nggak tahu aku... 9 Nggak tahu aku

10 Oohhh... nikah dini itu dibawah umur, peraturan pemerintah kalau wanita itu umur 21 keatas kalau laki-laki umur 25 tahun. Jadi maka kalau perkawinan dini itu umur 15-16 itu adalah perkawinan sangat muda belum siap berumah tangga.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 informan orang tua dari remaja menyatakan bahwa mereka mengetahui tentang arti dari pernikahan dini. Mereka dapat menyebutkan apa itu pernikahan dini dengan benar. Dan 2 informan lagi menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang pernikahan dini.

Tabel 4.22. Pengetahuan Orangtua Tentang UU Pernikahan yang Melarang Remaja Melakukan Pernikahan Dini

Informan Pernyataan

6 Nggak pernah tahu aku undang-undang nya... nggak tahu...

7 Sebenarnya tahu buk, tapi karena masalah anak kita ini yaa cemana lah zaman sekarang yaa mau tak mau ya dilaksanakan pernikahan buk.

8 Yo orak lah wong zaman-zaman mbiyen kok ora eneng koyok ngono..


(57)

9 Nggak tahu...

10 Peraturan pemerintah no.1 tahun 1974 wanita umur 21 tahun keatas laki-laki umur 25 tahun...

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 orang informan menyatakan tidak tahu tentang undang-undang yang mengatur pernikahan yang melarang melakukan pernikahan dini. Dan 2 orang informan menyatakan tahu undang-undang tersebut tetapi tidak dilaksanakan dengan baik.

Tabel 4.23. Tanggapan Orangtua Terhadap UU Pernikahan Terkait Larangan Melakukan Pernikahan Dini

Informan Pernyataan

6 Iyaa lah bagus lah. Kalau bisa ditarifkan gitu ya bagus ada undang-undang supaya masyarakatnya maju gitu loh. Siap dulu mengurus anak, ngurus suami biar dia jadi istri rumah tangga harmonis. Kalau nikah dini kan cepet kali nanti tahu lah ambil keputusan tu cepet kali, rumah tangga pun sukak kali kek gitu tu gak panjang. Karena belum siap mental dia, terpaksa.

7 Sebenarnya itu bagus, karena menurut didalam kesehatan cukup umur itu eehhh bisa dewasa, rumah tangga dewasa dan kemudian kesehatan ibu dan anak pun bagus.

8 Ya kalau udah 20 yaudah lah nikah. Kalau dibawah 20 ya nampak ku ya jangan lah...

9 Ya bagus lah... menurut mu gimana..

10 Makanya kalau pemerintah mengadakan UU tersebut tujuannya adalah kalau 21 keatas menikah perempuan sudah dewasa dalam membina rumah tangga, laki-laki pun demikian umur 25 penuh tanggung jawabnya dalam menjaga rumah tangga semoga rumah tangga itu menjadi eeh rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah... haaahh ituu lah..

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ke 5 informan yaitu orangtua dari remaja putri yang melakukan pernikahan dini menyatakan bahwa mereka setuju dengan UU yang melarang melakukan pernikahan dini.


(1)

gitu. Ya jadi dua-duanya masih ada. Ada yang gak bahagia ada yang bahagia gitu, tapi ya mudah-mudahan ya kita nasehati juga seperti yang sudah-sudah yang anak kita yang sudah dewasa. Mudah-mudahan dia membina rumah tangga menjadi rumah tangga yang bahagia, sakinah mawaddah warahmah. Amin ya rabbal almiiin...”

Responden ID : 8

Response : “ Ya dikekang lah... jadi masakkan dibiar-biarkan. Gak itu terserah yang bawak barang lah... kalau awak ini ngawasi...” “ Yaa ikhlas lah... lebih lego...”

“ Perasaannya yaa seneng lah...lepas tanggung jawab...” “ Ya selama ini ku tengok, yaaa bahagiaa lah..”

Responden ID : 9

Response : “ Yaa diawasin lah... terserah anaknya aja tapi tetap diawasi...” “ Relaa lah... ikhlas gak ada gini gituu... memang udah jodohnya...”

“ Yaaa minta-mitnta ya jangan ada gangguan apa-apa ya selamat gitu lah. Ya udah seneng sama seneng ya kek mana lagi ya kan...”

“ Bahagiaa... alhamdulillah...” Responden ID : 10

Response : “ Bebas tapi diawasi. Tapi namanya, namanya diawasi pun lebih enak menjaga kerbau 100 daripada menjaga 1 orang. Di tunggu di mukak keluar belakang, mukak belakang ditunggu keluar jendela.”

“ Yaa dengan sangat terpaksa rela membuat suatu surat pernyataan bahwa anak tersebut orangtua tidak menuntut karena anaknya sudah eeehh mengandung diluar nikah.” “ Ya merasa terpukul lah dalam hati tapi bagaimana lah karena sudah mengandung diluar nikah ya dengan sangat terpaksa membuat surat pernyataan tidak menuntut anaknya nikah dibawah umur.”

“ Ya menurut saya sesuai dengan pengalaman dalam berumah tangga seperti itu yang jelas tidak bahagia. Tidak bahagia karena dibawah umur belum mempunyai pengalaman, belum mateng. Jelas, kalau pernikahan dini itu cerita siap itu bohong, tidak ada. Mau gak mau karena hamil diluar nikah. “


(2)

Bagi TOGA dan TOMA Questions No : 1 Pengetahuan

Responden ID : 11

Response: “ Pernikahan dini itu pernikahan dibawah umur, kalau memang betul-betul ada walinya ya boleh aja walaupun muda boleh...”

“ Yang kamu pertanyakan UU pernikahan, ituuu lah yang gak tahu. Nggak lah, nggak sekolah itu, nggak tentang itu.“ “ Sebenarnya bagus itu ada UU yang ngatur itu... tapi ya kek mana lah kadang-kadang... nggak jalan lah nampaknya. Anak-anak sekarang mboh lah nggak iso ngomong uwak.”

“ Nggak berlaku lah di desa ini, orang wawak aja nggak tahu UU nya. Apa lagi masyarakat. Yang tahu ya darwis lah itu (tokoh agama). Kalau wawak ampun memang bener-bener nggak tahu...”

“ Banyaak.. banyak kali. Yang tahu mungkin ya penghulunya lah ituu. Kalau kita mana ingat-ingat.”

“ Yaa mau nggak mau lah terpaksa dinikahkan... mau kek mana lagii... udah terlanjur. Ya ntah rela ntah nggak, terpaksa lah mungkin.”

“ Waaah ya bingung tapi macem mana, kalau nggak dinikahkan ya memalukan baik itu untuk keluarga...”

“ Harus dicegah, tapi udah nggak tercegah cegah anak sekarang ini. Nggak tanggung anak-anak sak iki..”

Responden ID : 12

Response : “ Pernikahan dini apa yaa dek, pernikahan yang dilakukan masih dibawah umur... belum mencapai umur yang ditentukan pemerintah...”

“ UU pernikahan kakak nggak tahu dek, yang kakak tahu kalau sekarang boleh menikah diatas 20 tahun perempuan, laki-laki 25 tahun. UU nya nomor berapa kakak gak tahu.”

Page 10 “ Sebenarnya bagus ituu dek ada UU yang ngatur itu, pemerintah pun harusnya turun tangan. Tapi kakak liat sekarang pun anak-anak sekarang udah payah. Udah nggak bisa lagi dibilangin kadang-kadang. Tergantung orangnya masing-masing lah.”


(3)

“ Kayak nya nggak berlaku lah dek, nggak ada yang tahu itu kecuali orang-orang tertentu. Kakak aja nggak tahu... kejadian nikah dini pun udah banyak kali disini...”

“ Banyak lah dek...coba lah cek di catatan pernikahan ituu banyak kali. Udah biasa kayaknya sekarang nikah muda itu, udah kayak tren. Balik lagi kayak zaman dulu.”

“ Sebenarnya sih dek nggak rela lah, tapi ya mau gimana lagi. Nanti nggak dinikahkan payah. Anak udah mau, udah kecelakaan ya terpaksa lah dinikahkan. Mau apa lagi. Mau nggak mau ya harus rela lah.”

“ Dibilang risih sih risih dek kadang-kadang. Kita sebagai orangtua malu gitu kan generasi penerusnya nggak punya masa depan. Harusnya mereka itu masih bisa dikembangkan lagi. Tapi yaa gitu lah dek, namanya di desa. Sedang dikota aja udah banyak kok kejadian nikah muda. Udah nggak tabu lagi kayaknya.”

“ Harusnya dicegah lah dek, biar angka kejadian nikah muda itu jadi dikit. Harusnya yaa, anak-anak itu pendekatan agamanya dikuatkan, ikut-ikut pengajian, dengar ceramah-ceramah agama, orangtuanya juga saling kontrol, dan anak-anak remaja ini dikasih arahan-arahan lah sama petugas.” Responden ID : 13

Response : “ Pernikahan dini itu pengertiannya pernikahan yang dibawah 16 tahun, namun harus ada persetujuan orangtua.”

“ Pemerintah mengatur UU nya kalau perempuan diatas 19 tahun baru bisa nikah, dibawah 16 baru nggak bisa. Pengertiannya dibawah 16 tahun itu pernikahan dini itu. Ada pasal berikutnya yang mengatur boleh 16 tahun perempuan, laki-laki 19 tahun. Cuma harus ada persetujuan dari orangtua.” “ Sebenarnya bagus, memang aturan bakunya memang diatas 21 tahun itu, kalau dibawah 21 tahun wajib harus surat persetujuan dari orangtua. Ada blanko yang untuk di tanda tangani itu, nanti dilampirkan ke petugas pernikahan ini. Jadi kalau orangtuanya setuju pihak lain mana bisa nuntut, namanya orangtuanya sudah menyetujui ya kan.”

“ Memang bagus tapi nggak berlaku lah itu, memang aturan bakunya mesti diatas 20 tahun laki-laki perempuan. “


(4)

“ Banyak juga lah memang... nggak tahu persis jumlahnya berapa...”

“ Kebanyakan disini rela yang diatas 19 tahun, tapi kalau dibawah itu yaa mau nggak mau lah anaknya udah mau. Harus ada persetujuan orangtua. Mana bisa kita larang-larang itu.” “ Kalau itu saya nggak bisa bilang lah. Udah memang keadaannya kayak gitu sekarang. Kita kedepannya juga nggak tau akan seperti apa. Yang jelas ya kadang-kadang timbul kekhawatiran. Soalnya saya juga punya anak kan. Ya mudah-mudahan kedepannya kejadian pernikahan dini ini berkurang lah.”

“ Sebenarnya ya harus dicegah, tapi lihat kondisi sekarang ini sepertinya nggak bisa dicegah lagi lah... kalau orangtuanya pun mengizinkan yaa kita bisa apa...”

Question : 2 Penyebab Responden ID : 11

Response : “ Ooohhh banyak lah alasannya. Ada yang kecelakaan, kebanyakan ya karena kecelakaan. Yaa memang kecelakaannya itu masuk ke jurang belum masuk betul, masih miring. Arep kecemplong iso waeee... hahahaa...”

Responden ID : 12

Response : “ Aduuuhhh kalau itu dek nggak usah ditanya lagi lah. Kebanyakan ya karena udah kecelakaan disini. Udah bukan hal yang baru lagi. Udah biasa aja kayaknya sekarang gak ada malu-malunya lagi. Anak-anak ini pun moralnya entah cemana lagi, nggak berfikir lagi dampaknya apa. Mereka fikir enak apa nikah ituu. Enak sesaat aja nya. Tapi ya gitu lah dek anak muda sekarang.”

Responden ID : 13

Response : “ Disini kebanyakan itu tadi lah, udah terlalu apa kali hubungan mereka. Udah terlanjur itu tadi...terpaksa lah mau nggak mau untuk nutupin aib keluarga...”

Question No : 3 Dampak Responden ID : 11

Response : “ Nggak adaaa... nggak adaa. Udah jadi kek tradisi aja jadinya. Udah nggak heran... kek nya menikah muda udah biasa aja. Kek nya seperti ini awak pun nggak tahu nanti kedepannya kita nggak tahu kok bisa seperti ini yaa kan..


(5)

“ Ya bisa saja ada yang sejahtera ada yang nggak laah... jangankan kita yang awam yang tidak ada pengetahuan dan tidak ada sekolahan, sementara artis-artis saja yang sudah menikah belasan tahun ada juga yang nggak nggenah. Apa lagi kita orang-orang kampung yoo kan...”

“ Yaa perlu lah, kalau udah dewasa kan mereka bisa berfikir mana yang baik mana yang nggak. Ini ngurus anak ngurus suami pun ntah bisa ntah nggak. Bingung... terakhir orangtua juga yang repot.”

“ Ya bagus.. bagus lah. Kalu norma-norma agama anak-anak sekarang masih bagus. Tapi yaa gitu lah.. entah lah... “

“ Nggak ada... nggak adaa campur tangan pemerintah disini...” Responden ID : 12

Response : “ Dampaknyaaaa... apaa yaa dek. Nggak ada lah kayaknya. Aman-aman aja kakak rasa...”

“ Yaa nggak tahu lah dek. Ada yang sejahtera ada yang nggak lah...namanya nikah muda, ada aja itu konfliknya. Sedang yang tua aja adaa aja masalahnya, apa lagi yang muda..” “ Perluu lah dek... dari kedewasaan itu kan bisa dipimpinnya rumah tangga yang baik. Kalau nikah muda ini apa pun belum siap kakak rasa. Baik segi materinya, mentalnya, fisiknya. Nafsunya aja yang udah siap mungkin. Hehehe...”

“ Adat itu kan memang udah jalannya bagus, kalau bisa lebih ditingkatkan lagi lah...”

“ Nggak adaa lah dek. Kakak aja yang kerja disini gak pernah tahu ada UU ituu. Lagian gak ada program untuk itu...” Responden ID : : 13

Response : “ Termasuk sampai sekarang belum ada, aman-aman aja. Cuma itu tadi lah kalau begado ujung-ujungnya cepet pisah. Ituu lah, sebenarnya jodoh masing-masingnya itu, allah yang nentukan itu.”

“ Kalau dibilang sejahtera sih sepertinya tidak. Tergantung diri masing-masing lah itu bagaimana menyikapinya..”

“ Kalau menurut agama yaa kedewasaan itu perlu. Untuk membina rumah tangga itu bukan hal yang main-main. Butuh kesiapan yang betul-betul matang. Tapi anak-anak sekarang nggak mikir itu kayaknya, udah seneng udah sukak ya udah. Nggak mikir lagi...”


(6)

“ Baguuuss... tapi yaa gitu lah sekarang udah nggak, pernikahan dini udah sering terjadi lah...”

“ Campur tangan pejabat pemerintahan disini maksudnya pemerintahan desa ini... nggak ada lah. Mana ada campur tangan pemerintah...”.