Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

(1)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA

DI DESA SEUMADAM KECAMATAN KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

SITI ZUBAIDAH HARAHAP 111021016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNALTERHADAP TERJADINYA PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA

DI DESA SEUMADAM KECAMATAN KEJURUAN MUDA KABUPATEN ACEH TAMIANG

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

SITI ZUBAIDAH HARAHAP NIM. 111021016

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

seorang wanitayang masih berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hokum dan secara agama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 orang dengan sampel penelitian adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah, mempunyai pacar dan sudah bertunangan sebanyak 95 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dinalisis dengan tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikahusia 15-19 tahun sebanyak 26,3%. Ada pengaruh pengetahuan, kematangan emosi, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas terhadap pernikahan usia muda. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah budaya dengan nilai koefisien B = 3.404.

Disarankan kepada pemerintah Desa Seumadam agar dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah seperti kantor urusan agama, instansi pendidikan dan kesehatan untuk mengaktifkan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebagai wadah untuk mendapatkan infomasi tentang kesehatan reproduksi dan dapat mencegah masalah komplikasi pada kehamilan.


(5)

ABSTRACT

Early marriage is a holly/sacred relationship between a man and a woman who had age under 19 years or were currently enrolled in high school and the relationship have been legally recognized in law and religion.

The purpose of research was to know the influence of internal and external factors on early marriage among teenager at Seumadam Village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District. The research was observational with a cros-sectional approach. Population were all teens of 15-19 years as many as 556 people. Samples of the research were married teens aged 15-19 years who have a boyfriend and were engaged as many as 95 people. Data were obtained through interview using a questionnaire and analyze with the step of univariate, bivariate using chi square test and multivariate using multiple logistic regression test.

The result showed that respondents marriaged at age 15-19 year were 26,3%. There was an influence knowledge, emotional maturity, cultural, exposure to mass media and free sex on early marriage.The variable that most influenced with of early marriage among was cultural with the coefficient of B = 3.404.

It is suggested to the Seumadam Village to cooperate with the local government such as institution of religions affair office, education and health reactivate infor PIK-KRR (information center counseling adolescent reproductive health) as a forum to get information about complication a pregnancy problem.


(6)

Nama : Siti Zubaidah Harahap

Tempat/Tanggal Lahir : Desa Suka Mandi Hulu/ 25 Mei 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Anggota Keluarga : 3 Bersaudara

Alamat : Desa Seumadam Dusun Inpres Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang

Identitas Orang Tua

Ayah : Nama : B. Harahap Pekerjaan : Petani

Ibu : Nama : Wan Asnawiah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Riwayat Pendidikan

Tahun 1994-1995 : TK Ade Irma Suryani, Perbaungan Tahun 1995-2001 : SD Negeri Alur Mentawak, Dusun Inpres Tahun 2001-2004 : MTs S Nurul Iman, Dusun Inpres

Tahun 2004-2007 : SMA Swasta Al-washliyah, Kuala Simpang

Tahun 2007-2010 : Prodi D-III Kebidanan STIkes Langsa Yayasan Ummi Langsa

Tahun 2011-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya atas kehadirat Allah SWT dimana atas berkat rahmad dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Terjadinya Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penulisan, bahasa, maupun dari segi isinya, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku pembantu Dekan Bidang Akademik. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Keuangan. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

sebagai pembimbing I yang telah memberikan dan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal penulisan sampai selesai pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes sebagai pembimbing II yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staff yang membantu memfasilitasi secara administratif.

6. Bapak H. Ismail, S.ag selaku Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data untuk penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Hotting br Munthe selaku Datuk Penghulu Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan izin kepada saya dalam melakukan penelitian.

8. Sembah sujud penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, tersayang yang telah memberikan kasih sayang, doa yang tak henti-hentinya serta senantiasa memberikan dorongan baik moril maupun materil, seiring dengan doa restu dan motivasi beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(9)

9. Kepada Adinda tercinta Abdul Chaidir Harahap dan Siti Aisyah Harahap yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Buat teman-teman penulis Uci Kirana, Julia Alistawaty Purba, Agustina Sianipar, Ayu Yulia Ningsih Sirait, Dwi Putri Armiyati, Surya Honesty Sitorus, Imelda Mika Silalahi, Sri Rejeky atas dukungan dan semangatnya buat penulis serta seluruh teman seangkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu kelancaran skripsi ini.

Akhirnya selesai sudah perjuangan penulis dalam penyelesaian skripsi ini, semogailmu yang penulis peroleh selama ini dapat berguna bagi sesama.

Medan, Mei 2014


(10)

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pernikahan ... 9

2.1.1 Pengertian Pernikahan ... 9

2.1.2 Peranan Usia dalam Pernikahan ... 10

2.1.3Hakikat dan Kedudukan Pernikahan ... 11

2.2 Pernikahan Usia Muda ... 12

2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda ... 12

2.2.2 Penyebab Pernikahan Usia Muda ... 13

2.2.3 Dampak Pernikahan Usia Muda Terhadap Kespro ... 14

2.3 Remaja ... 17

2.3.1 Pengertian Remaja ... 17

2.3.2 Batasan Usia Remaja ... 17

2.4 Faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Usia Muda ... 18

2.4.1 Faktor Internal ... 18

2.4.2 Faktor Eksternal ... 22

2.5 Kerangka Konsep ... 24


(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2.2 Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.5 Defenisi Operasional ... 29

3.6 Aspek Pengukuran ... 30

3.7 Teknik Pengolahan Data ... 33

3.8 Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 35

4.1.1 Geografis ... 35

4.1.2 Demografis ... 35

4.1.3 Karakteristik Responden ... 36

4.2 Analisis Univariat ... 37

4.2.1 Faktor Internal ... 37

4.2.2 Faktor Eksternal ... 42

4.2.3 Pernikahan Usia Muda ... 48

4.3 Analisis Bivariat ... 48

4.3.1 Faktor Internal ... 48

4.3.2 Faktor Eksternal ... 50

4.4 Analisis Multivariat ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 55

5.1 Pengaruh Faktor Internal ... 55

5.1.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di DesaSeumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 55

5.1.2 Pengaruh Pemahaman Agama terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 56

5.1.3 Pengaruh Kematangan Emosi terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 57


(12)

Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun

2014 ... 59

5.2.2 Pengaruh Budaya terhadap Pernikahan Usia MudaPada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh TamiangTahun 2014 ... 61

5.2.3 Pengaruh Paparan Media Massa terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 62

5.2.4 Pengaruh Pergaulan Bebas terhadap Pernikahan Usia MudaPada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh TamiangTahun 2014 ... 64

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

6.1 Kesimpulan ... 66

6.2 Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Seumadam Kecamatan

Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang ... 36 Tabel 4.2 Distribusi Item Jawaban Pengetahuan tentang Pernikahan Usia

Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja

di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.4 Distribusi Item Jawaban Pemahaman Agama Terhadap Pernikahan

Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan

Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Pemahaman Agama Terhadap Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Item Jawaban Kematangan Emosi Terhadap Pernikahan

Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan

Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Kematangan Emosi Terhadap Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Item Jawaban Dorongan Orang Tua Terhadap Pernikahan

Usia Muda Pada Remajadi Desa Seumadam KecamatanKejuruan

Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Dorongan Orang Tua Terhadap Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 43 Tabel 4.10 Distribusi Item Jawaban Budaya Terhadap Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 44 Tabel 4.11 Distribusi Budaya Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di

Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 201445 ... 45 Tabel 4.12 Distribusi Item Jawaban Paparan Media Massa Terhadap Pernikahan

Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 45


(14)

Tabel 4.14 Distribusi Item Jawaban Pergaulan Bebas Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.15 Distribusi Pergaulan Bebas Terhadap Pernikahan Usia Muda Pada

Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.16 Distribusi Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam

Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 .. 48 Tabel 4.17 Hubungan Pengetahuan Dengan Pernikahan Usia Muda Pada

Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.18 Hubungan Pemahaman Agama Dengan Pernikahan Usia Muda Pada

Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.19 Hubungan Kematangan Emosi Dengan Pernikahan Usia Muda Pada

Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.20 Hubungan Dorongan Orang Tua Dengan Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.21 Hubungan Budaya Dengan Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di

Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.22 Hubungan Paparan Media Massa Dengan Pernikahan Usia Muda

Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.23 Hubungan Pergaulan Bebas Dengan Pernikahan Usia Muda Pada

Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.24 Hasil Uji Analisis Multivariat (Uji Regresi Logistik Ganda) ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran . 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 73

Lampiran 2 Surat Balasan Penelitian ... 74

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ... 75

Lampiran 4 Daftar Nama Responden ... 79

Lampiran 5 Master Data ... 88


(17)

ABSTRAK

Pernikahan usia muda merupakan hubungan yang bersifat suci/sacral antara seorang wanitayang masih berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hokum dan secara agama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Jenis penelitian bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 orang dengan sampel penelitian adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah, mempunyai pacar dan sudah bertunangan sebanyak 95 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dinalisis dengan tahapan univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikahusia 15-19 tahun sebanyak 26,3%. Ada pengaruh pengetahuan, kematangan emosi, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas terhadap pernikahan usia muda. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah budaya dengan nilai koefisien B = 3.404.

Disarankan kepada pemerintah Desa Seumadam agar dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah seperti kantor urusan agama, instansi pendidikan dan kesehatan untuk mengaktifkan PIK-KRR (Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja) sebagai wadah untuk mendapatkan infomasi tentang kesehatan reproduksi dan dapat mencegah masalah komplikasi pada kehamilan.


(18)

who had age under 19 years or were currently enrolled in high school and the relationship have been legally recognized in law and religion.

The purpose of research was to know the influence of internal and external factors on early marriage among teenager at Seumadam Village, Kejuruan Muda Subdistrict, Aceh Tamiang District. The research was observational with a cros-sectional approach. Population were all teens of 15-19 years as many as 556 people. Samples of the research were married teens aged 15-19 years who have a boyfriend and were engaged as many as 95 people. Data were obtained through interview using a questionnaire and analyze with the step of univariate, bivariate using chi square test and multivariate using multiple logistic regression test.

The result showed that respondents marriaged at age 15-19 year were 26,3%. There was an influence knowledge, emotional maturity, cultural, exposure to mass media and free sex on early marriage.The variable that most influenced with of early marriage among was cultural with the coefficient of B = 3.404.

It is suggested to the Seumadam Village to cooperate with the local government such as institution of religions affair office, education and health reactivate infor PIK-KRR (information center counseling adolescent reproductive health) as a forum to get information about complication a pregnancy problem.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga atau rumah tangga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada umumnya pernikahan dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal dikota maupun didesa. Namun apabila pernikahan dilakukan pada usia yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

Pernikahan usia muda juga dapat memberikan risiko yang lebih besar pada remaja perempuan khususnya pada aspek kesehatan reproduksi, dimana alat reproduksi remaja belum matang untuk melakukan fungsinya. Rahim (uterus) baru siap melakukan fungsinya setelah berumur 20 tahun keatas, karena pada masa ini fungsi hormonal melewati masa yang maksimal. Pernikahan usia muda juga akan berimplikasi pada keterbelakangan pengetahuan akibat terhambatnya proses pendidikan yang disebabkan karena pernikahan tersebut. Aspek sosial budaya masyarakat memberi pengaruh terhadap pelaksanaan pernikahan usia muda (Landung dkk, 2009).

Untuk mencegah terjadinya pernikahan usia muda, dapat dilakukan dengan penentuan batas minimum usia perkawinan. Karena secara tidak langsung


(20)

mempengaruhi kualitas dalam kehidupan berumah tangga. Keluarga yang berkualitas akan melahirkan sebuah generasi yang lebih baik (Rohmat, 2009).

Menurut undang-undang no. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Sedangkan usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan dapat dilakukan jika pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk melangsungkan pernikahan bagi calon yang belum mencapai 21 tahun, harus mendapatkan izin dari orang tua, artinya pernikahan dapat dilakukan apabila masing-masing calon mempelai sudah mencapai usia 19 tahun dengan catatan harus mendapatkan izin dari orang tua dan jika masing-masing calon mempelai sudah berusia 21 tahun tidak perlu lagi mendapatkan ijin dari orang tua. Sesuai dengan kesepakatan pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) menyatakan bahwa usia perkawinan pertama diijinkan apabila pihak wanita mencapai usia 21 tahun dan pria 25 tahun (Astuty, 2011).

Studi yang dilakukan United Nations Children’s Fund (UNICEF), fenomena kawin diusia dini (early marriage) masih sering dijumpai pada masyarakat di Timur Tengah dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan atau 48% menikah pada umur dibawah usia 18 tahun, Afrika sebesar 42% dan Amerika Latin sebesar 29% (Landung dkk, 2009).

Di Indonesia perempuan muda usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2% atau lebih dari 22.000 wanita muda berusia 10-14 tahun Indonesia sudah menikah yang


(21)

3

disebabkan karena hamil, karena ingin memperbaiki ekonomi, keluar dari kemiskinan, dipaksa orang tua dan karena status sosial. Jumlah perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki muda usia 15-19 tahun (11,7% P : 1,6% L) yang menikah sedangkan kelompok umur perempuan 20-24 tahun, lebih dari 56,2% sudah menikah. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan dan secara fisik pun mulai matang (BkkbN, 2012).

Berdasarkan Data Riskesdas tahun 2010, jumlah perempuan yang pernah kawin dengan umur kawin pertama (UKP) 15-19 tahun cukup tinggi, yakni sebesar 41,9% sedangkan umur 20-24 tahun sebesar 33,6%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya umur perkawinan pertama di Indonesia terutama terjadinya di daerah pedesaan (13,49%) dan di daerah perkotaan (8,13%) (Indrayani & Sjafli, 2012). Pada masyarakat pedesaan, pernikahan usia muda terjadi pada golongan ekonomi menengah kebawah yang lebih merupakan bentuk sosial pada pembagian peran tanggung jawab dari keluarga perempuan pada suami. Sedangkan di masyarakat perkotaan pernikahan usia muda umumnya terjadi karena kecelakaan (married by accident) akibat salah pergaulan oleh remaja (Landung dkk, 2009).

Menurut Melianti (2009), ada berbagai faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia muda antara lain faktor internal (sebab dari anak) seperti pengetahuan, pendidikan, kemauan sendiri dan faktor eksternal (dari luar anak) seperti pergaulan bebas, ekonomi dan budaya. Menurut Fadlyana & Larasaty (2009), faktor yang mendorong pernikahan usia muda diantaranya sosial dan ekonomi, sosial


(22)

dan budaya serta pergaulan bebas akibat terjadinya kehamilan diluar nikah. Sedangkan menurut Walgito (2000), salah satu yang melatarbelakangi perkawinan usia muda adalah norma dan pandangan yang ada dalam masyarakat. Keadaan sosial budaya dari masyarakat merupakan faktor pendorong seseorang melakukan perkawinan.

Berdasarkan studi kasus Landung dkk, (2009) mengenai Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja didapatkan bahwa pengetahuan kaum perempuan khususnya remaja masih rendah tentang kesehatan reproduksi. Mereka menganggap pengetahuan tentang kesehatan reproduksi hanya berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sehat, sehingga adanya pemahaman ini dapat mendorong kaum perempuan untuk lebih cepat melangsungkan pernikahan. Dimana kita ketahui bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi itu menyangkut tentang cara bersikap atau bertingkah laku yang sehat, bertanggung jawab serta tahu apa yang akan dilakukan dan apa akibat bagi dirinya, pasangannya dan masyarakat sehingga dapat membahagiakan dirinya juga memenuhi kehidupan seksualnya. Dukungan orang tua sehubungan dengan adanya kesepakatan dari orang tua untuk membina hubungan kekeluargaan dengan anggota keluarga lain yang menyebabkan remaja untuk turut serta kepada perintah orang tua. Sedangkan peran sosial budaya sehubungan dengan pemahaman bahwa wanita bertugas melayani suami dan anak-anak serta menghabiskan banyak waktu didapur sehingga remaja menjadi lebih cepat untuk dinikahkan. Ketiga hal tersebut merupakan faktor utama penentu terjadinya pernikahan usia muda pada masyarakat sanggalangi.


(23)

5

Berdasarkan data profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Kejuruan Muda jumlah perkawinan tahun 2011 s/d 2013 sebanyak 958 pasang dengan jumlah remaja menikah usia dibawah 20 tahun sebanyak 336 pasang (35,1%) dengan rincian pada tahun 2011 sebanyak 93 pasang (27,7%), tahun 2012 sebanyak 115 (34,2%) dan tahun 2013 sebanyak 128 pasang (38,1%).

Pernikahan usia muda juga terjadi di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Menurut data tahunan dari Kepala Desa Seumadam dari tahun 2011 s/d 2013 terjadi peningkatan jumlah pernikahan usia dibawah 20 tahun sebanyak 122 pasang (64,5%) dimana wanita 100 orang (81,96%) dan pria sebanyak 22 orang (11,6%). Dengan rincian tahun 2011 sebanyak 34 orang, tahun 2012 sebanyak 43orang dan tahun 2013 sebanyak 45 orang. Pada tahun 2013 jumlah remaja usia 15-19 tahun sebanyak 556 jiwa yang terdiri dari 312 remaja putri dan 244 remaja putra.

Dari hasil wawancara kepala desa setempat mengatakan pengetahuan remaja pada saat konseling pernikahan, mereka masih kurang mengetahui makna pernikahan yang sebenarnya. Selain itu dorongan orang tua, budaya dan pergaulan bebas sangat mempengaruhi terjadinya pernikahan usia muda. Faktor budaya disini orang tua takut jika anaknya lama menikah akan dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan dan didorong juga dengan keadaan lingkungan sekitar yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat menikahkan anak pada usia muda. Dorongan orang tua adalah usaha orang tua untuk mempengaruhi anaknya agar mau menikah diusia muda, seperti orang tua menganjurkan segera menikah dengan pria pilihan anaknya baik itu yang berdomisili satu lingkungan maupun diluar lingkungan agar tidak terlalu lama


(24)

pacaran dan bertunangan. Hal ini sesuai dengan dikatakan Suparyanto (2013) bahwa faktor yang menyebabkan pernikahan usia muda dikalangan remaja itu yang berasal dari diri sendiri (internal) seperti pengetahuan,kemauan sendiri, agama dan faktor dari luar (eksternal) seperti kemauan orang tua, budaya, pergaulan bebas, ekonomi.

Berdasarkan survei pendahuluan terakhir yang dilakukan langsung di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang pada 15 responden remaja yang sudah menikah di usia muda didapatkan 5 orang (33,3%) mengatakan tujuan pernikahan untuk memperoleh keturunan, tanpa perlu kematangan emosional, agar terhindar dari perilaku seks pranikah serta mereka menganggap kesehatan reproduksi berkaitan dengan kehamilan dan persalinan yang sehat tanpa tahu akibat yang timbul karena pernikahan usia muda. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang dampak pernikahan usia muda terhadap kesehatan reproduksi serta kurangnya pemahaman remaja mengenai makna pernikahan. Padahal pernikahan itu bukan hanya untuk memperoleh keturunan saja tetapi kematangan emosional, kesiapan mental dan sosial serta rasa tanggung jawab terhadap materi. Dorongan orang tua sebanyak 4 orang (26,7%) dimana orang tua mereka sengaja menganjurkan anaknya menikah dengan tetangga yang berdomisili satu lingkungan agar jadi satu keluarga dan tidak terlalu lama tunangan atau pacaran. Budaya sebanyak 3 orang (20,0%) dimana orang tua menganjurkan mereka untuk segera menikah dikarenakan takut disebut perawan tua jika lama menikah dan karena sudah tradisi keluarga cepat menikah karena orang tua mereka juga cepat menikah. Karena pergaulan bebas sebanyak 3 orang (20,0%) yang menyebabkan mereka hamil dan harus berhenti sekolah untuk menikah.


(25)

7

Berdasarkan data diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan penelitian adalah “faktor internal dan eksternal apa sajakah yang memengaruhi terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor internal (pengetahuan, pemahamanagama, kematangan emosi) dan eksternal (dorongan orang tua, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas) terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman agama terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.


(26)

3. Untuk mengetahui pengaruh kematangan emosi terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui pengaruh dorongan orang tua terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

5. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

6. Untuk mengetahui pengaruh paparan media massa terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

7. Untuk mengetahui pengaruh pergaulan bebas terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi kepala desa untuk merencanakan pengadaan kerjasama dengan instansi terkait seperti instansi pendidikan, kesehatan, agama, lembaga swadaya masyarakat dalam rangka menurunkan angka pernikahan usia muda.

2. Agar dapat menambah pengetahuan remaja mengenai dampak pernikahan usia muda terhadap kesehatan reproduksi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pernikahan

2.1.1 Pengertian Pernikahan

Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan merupakan salah satu aktivitas individu. Aktifitas individu umumnya akan terkait pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh individu yang bersangkutan, demikian pula dalam hal perkawinan. Karena perkawinan merupakan suatu aktifitas dari satu pasangan, maka sudah selayaknya mereka pun juga mempunyai tujuan tertentu. Tetapi karena perkawinan itu terdiri dari dua individu, maka adanya kemungkinan bahwa tujuan mereka itu tidak sama. Bila tersebut terjadi, maka keputusan itu harus dibulatkan agar terdapat suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2000).

Menurut pandangan agama islam, pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Perkawinan memerlukan kematangan, persiapan fisik dan mental karena menikah merupakan sesuatu yang sakral dan dapat menentukan jalan hidup seseorang (Kurnia, 2013).


(28)

2.1.2 Peranan Usia dalam Pernikahan

Usia adalah salah satu hal yang memiliki peran besar dalam pernikahan, sebagaimana yang disampaikan Walgito (2000) mengenai beberapa kaitan pasangan dalam keluarga yang terbentuk sebagai akibat dari pernikahan, yaitu :

1. Hubungan usia dengan faktor fisiologis dalam pernikahan.

Usia pernikahan yang ditentukan dalam undang-undang pernikahan tahun 1974 adalah untuk pria yang sudah berusia 19 tahun dan bagi wanitanya berusia 16 tahun. Usia ini dapat dilihat dari segi fisiologis seseorang yang pada umumnya sudah matang, yang berarti pada usia tersebut pasangan sudah dapat membuahkan keturunan.

2. Hubungan usia dengan keadaan psikologis dalam pernikahan.

Usia memiliki kaitan dengan keadaan psikologis seseorang. Semakin bertambah usia seseorang diharapkan lebih matang aspek-aspek perkembangan psikologisnya. Pernikahan pada usia yang masih muda akan mengundang banyak masalah karena dari sisi psikologis pasangan yang belum matang. Pasangan akan mengalami keruntuhan dalam rumah tangga tangganya karena faktor usia yang terlalu muda sehingga dapat menimbulkan perceraian.

3. Hubungan usia dengan kematangan sosial.

Khususnya sosial-ekonomi dalam pernikahan. Kematangan sosial ekonomi pada umumnya berkaitan dengan usia individu. Semakin bertambahnya usia seseorang kemungkinan untuk kematangan dibidang sosial ekonomi juga makin nyata.


(29)

11

4. Usia yang ideal dalam pernikahan.

Tidak terdapat ukuran yang pasti mengenai penentuan usia yang paling baik dalam melangsungkan pernikahan, akan tetapi untuk menentukan umur yang ideal dalam pernikahan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan :

a. Kematangan fisiologis dan jasmani. Keadaan jasmani yang cukup matang dan sehat diperlukan dalam melaksanakan tugas dalam pernikahan.

b. Kematangan psikologis. Terdapat banyak hal yang timbul dalam pernikahan yang membutuhkan pemecahan dari segi kematangan psikologis.

c. Kematangan sosial. Kematangan sosial khususnya sosial-ekonomi diperlukan dalam pernikahan, karena hal ini merupakan penyangga dalam memutar roda ekonomi keluarga karena pernikahan.

d. Tinjauan masa depan atau jangkauan kedepan. Keluarga pada umumnya menghendaki adanya keturunan yang dapat melanjutkan keturunan keluarga, disamping usia seseorang yang terbatas dimana pada suatu saat akan mengalami kematian.

2.1.3 Hakikat dan Kedudukan Pernikahan

Pernikahan pada dasarnya merupakan aktivitas hidup yang ditempuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia baik secara fisologis, psikologis, sosial dan religi. Dipandang dari pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri dan dorongan seksual yang perlu dipenuhi. Rasa cinta dan sayang yang dipenuhi dari makhluk lawan jenis merupakan suatu fitrah kemanusiaan sekaligus adanya naluri seks tersebut. Untuk memenuhi hal tersebut tentunya harus


(30)

dilakukan sesuai dengan aturan dan adab, karena perkawinan menjadi kebutuhan terbaik bagi manusia untuk memenuhi hal tersebut (Takariawan, 2006).

2.2 Pernikahan Usia Muda

2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan dibawah usia 20 tahun (BkkbN, 2010). Menurut Suparyanto (2013), Pernikahan usia muda adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang salah satu pasangan berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan di sekolah menengah atas. Pernikahan usia muda merupakan perkawinan dibawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009). Menurut Lutfiati (2008), pernikahan usia muda merupakan institusi agung untuk mengikat dua lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga.

Pernikahan dalam umur belasan tahun adalah berdasarkan keputusan-keputusan yang sesaat. Kemungkinannya akan sangat buruk buat mereka, biasanya kedua anak laki-laki dan perempuan tidak dewasa secara emosional dan sering dimanjakan. Mereka ingin segera memperoleh apa yang dikehendakinya, tidak perduli apakah itu berakibat bencana (Shappiro, 2000).

Pernikahan dan kedudukan sebagai orang tua sebelum orang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis independen membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dipunyai oleh teman-teman yang tidak kawin atau orang-orang yang telah mandiri sebelum kawin, hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan halangan bagi penyesuaian perkawinan (Hurlock, 2000).


(31)

13

2.2.2 Penyebab Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual yang membuat mereka melakukan aktivitas seksual sebelum menikah sehingga menyebabkan kehamilan, yang kemudian solusi yang diambil adalah dengan menikahkan mereka (Sarwono, 2011).

Penyebab pernikahan usia muda tergantung pada kondisi dan kehidupan sosial masyarakatnya. UNICEF mengemukakan 2 alasan utama terjadinya pernikahan usia muda :

1. Pernikahan usia muda sebagai sebuah strategi untuk bertahan secara ekonomi (early marriage as a strategy for economic survival). Kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan timbulnya pernikahan usia muda. Ketika kemiskinan semakin tinggi, remaja putri yang dianggap menjadi beban ekonomi keluarga dan akan dinikahkan dengan pria lebih tua darinya dan bahkan sangat jauh jarak usianya, hal ini adalah strategi bertahan sebuah keluarga.

2. Untuk melindungi (protecting girls) pernikahan dini adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa anak perempuan yang telah menjadi istri benar-benar terlindungi, melahirkan anak yang sah, ikatan perasaan yang kuat dengan pasangan dan sebagainya. Menikahkan anak diusia muda merupakan salah satu cara untuk mencegah anak dari perilaku seks pranikah. Kebanyakan masyarakat sangat menghargai nilai keperawanan dan dengan sendirinya hal ini memunculkan sejumlah tindakan untuk melindungi anak perempuan mereka dari perilaku seksual pranikah (Kristy, 2007).


(32)

Menurut Al-Ghifari (2003), hal-hal yang memengaruhi pernikahan usia muda antara lain :

1. Rendahnya tingkat pendidikan terutama bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan.

2. Minimnya pengetahuan dan pemahaman tentang arti dan makna sebuah perkawinan.

3. Karena tekanan ekonomi yang semakin sulit berakibat timbulnya rasa frustasi sehingga pelariannya adalah kawin.

4. Sempitnya lapangan kerja, sementara angkatan kerja semakin membludak. 5. Hamil sebelum menikah/ semasa sekolah.

6. Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur perjodohan.

7. Mengikuti trend yang sedang berkembang saat ini, ikut-ikutan meramaikan suasana yang menurutnya membahagiakan.

2.2.3 Dampak Pernikahan Usia Muda Terhadap Kesehatan Reproduksi

Menurut Anonim (2010) dalam Syata (2013), ada beberapa risiko yang timbul dari pernikahan usia muda yaitu :

1. Risiko Tinggi Pada Kehamilan

Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil risikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun kebawah sering mengalami prematuritas (lahir


(33)

15

sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental, kebutaan dan ketulian.

2. Kematian Ibu

Kematian karena melahirkan banyak dialami oleh ibu muda dibawah umur 20 tahun. Penyebab utama karena kondisi ibu yang belum matang atau kurang mampu untuk melahirkan.

3. Kematian Bayi

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang berusia muda, banyak mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Ada yang lahir sebelum waktunya (prematur), ada yang berat badannya kurang dan ada pula yang langsung meninggal.

Menurut Mathur Greene dan Malhotra (2003), sejumlah konsekuensi negatif dari pernikahan usia muda yang mengakibatkan remaja terutama remaja putri yang menjadi fokus penelitian serta lingkungan disekitarnya :

1. Akibatnya dengan kesehatan (Health and related outcomes)

a. Melahirkan anak terlalu dini, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman mempengaruhi kesehatan remaja putri.

b. Kurangnya pengetahuan, informasi dan akses pelayanan. c. Tingginya tingkat kematian saat melahirkan dan abnormalitas. d. Meningkatnya penularan penyakit seksual dan bahkan HIV/AIDS. 2. Akibat dengan kehidupan (life outcomes)

a. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial.

b. Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum, karena keahlian, sumber-sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas.


(34)

3. Akibat dengan anak (outcomes for children)

Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka.

4. Akibat dengan perkembangan (development outcomes)

Hal ini berkaitan dengan Millennium Development Goals (MDGs) seperti dukungan terhadap pendidikan dasar dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Dan bahwa menikah diusia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran dimasyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa yang berhasil.

Menurut Nugraha (2002), pernikahan usia muda pada remaja pada dasarnya berdampak pada segi fisik maupun psikologis remaja yaitu :

1. Segi Fisik

Pasangan usia muda belum mampu dibebani suatu pekerjaan yang memerlukan keterampilan fisik, untuk mendatangkan penghasilan baginya dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga.

2. Segi Mental/ Jiwa

Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada setiap apa saja yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering mengalami


(35)

17

kegoncangan mental, karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosinya.

Menurut BkkbN (2003), ada beberapa akibat lain dari pernikahan usia muda, diantaranya yaitu persoalan pendewasaan. Kedewasaan seseorang sangat berhubungan erat dengan usia. Usia muda memperlihatkan keadaan jiwa yang selalu berubah.

2.3 Remaja

2.3.1 Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescence (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa”,istilah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 2000). Sedangkan menurut Kusmiran (2012), remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri.

2.3.2 Batasan Usia Remaja

Menurut Hurlock (2000), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati :

1. Usia 11-13 tahun disebut masa remaja awal (Early adolescence)

2. Usia 14-16 tahun disebut masa remaja pertengahan (Middle adolescence) 3. Usia 17-20 tahun disebut masa remaja lanjut (Late adolescence)


(36)

Sedangkan menurut Pieter dan Lumongga (2011), masa remaja merupakan masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa yang akan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Usia 9-11 tahun disebut remaja awal 2. Usia 12-15 tahun disebut remaja tengah 3. Usia 16-20 tahun disebut remaja akhir.

2.4 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Pernikahan Usia Muda

Penyebab pernikahan usia remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor yang timbul dari dalam diri sendiri dan juga dari luar dirinya seperti pengetahuan, agama, ekonomi, dorongan orang tua, budaya dan pergaulan bebas (Suparyanto, 2013).

Pada penelitian ini faktor yang memengaruhi pernikahan usia muda adalah pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi, budaya, dorongan orang tua, paparan mediamassa dan pergaulan bebas.

2.4.1 Faktor Internal 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.


(37)

19

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengalaman tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Analisis (Analysis)

Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

4. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu areal (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari informasi-informasi yang ada.


(38)

6. Evaluasi (Evaluation)

Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

2. Pemahaman agama

Menurut pandangan agama islam seseorang dikatakan dewasa apabila dia sudah mengalami “Aqil baliqh” yaitu mimpi basah bagi laki-laki dan sudah mendapatkan menstruasi bagi perempuan atau telah mencapai usia 15 tahun. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “ Wahai para pemuda, barang siapa diantara

kalian sudah mencapai ba’ah, maka kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga dari pandangan mata dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka berpuasalah karena berpuasa adalah baginya kendali (dari

gairah seksual) ”. Jadi, pada usia tersebut setiap orang sudah bisa melangsungkan sebuah ikatan pernikahan agar mereka dapat terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang (Kurnia, 2013).

Menurut Yusuf (2010), dalam islam pada dasarnya tidak ada keterangan yang jelas untuk membatasi usia/umur diperbolehkannya seseorang melaksanakan aqad nikah. Hubungan antar laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridho dengan dilangsungkannya upacara pernikahan. Karena dengan pernikahan seseorang akan terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agama


(39)

21

seperti halnya seks bebas, sebab dengan cara pernikahan maka akan lebih efektif dan efesien untuk mencegah perbuatan zina, sehingga fenomena maraknya pernikahan di usia muda semakin banyak terjadi.

3. Kematangan emosi

Salah satu ciri kedewasaan seseorang dapat dilihat dari segi psikologis. Bila seseorang telah matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya, maka individu akan dapat berfikir secara matang, berfikir secara baik dan berfikir secara objektif. Hal ini dituntut agar suami istri dapat melihat permasalahan yang ada dalam keluarga secara baik.

Adapun aspek-aspek kematangan emosi diantaranya dapat menerima keadaan dirinya maupun keadaan orang lain seperti apa adanya sesuai dengan keadaan sesungguhnya, tidak bersifat impulsif (melakukan perbuatan tanpa berfikir), dapat mengontrol emosinya dengan baik sehingga dapat mengatur kapan kemarahan itu perlu dimanifestasikan, bersifat sabar, bersifat tanggung jawab yang baik (Walgito, 2000).

Periode kehidupan yang emosinya sangat menonjol yaitu pada masa remaja. Karena itu banyak perbuatan atau tingkah laku remaja yang kadang-kadang sulit dimengerti atau diterima oleh fikiran yang baik, selain itu para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang sehingga masih belum bisa menghadapi masalah yang timbul dalam pernikahan (Marlina, 2012).


(40)

2.4.2 Faktor Eksternal 1. Dorongan Orang Tua

Kemauan orang tua, dengan kata lain ada unsur dijodohkan untuk menikah dimasa kuliah. Perjodohan semasa anak masih kuliah bukanlah hal yang baru. Orang tua sebelumnya telah membuat komitmen dengan koleganya untuk mengawinkan anaknya, meskipun anaknya masih sama-sama kuliah (Ikhsan, 2004).

Mayoritas laki-laki dan perempuan yang kawin di bawah umur 20 tahun akan menyesali pernikahan mereka. Sayang sekali orang tua sendiri sering mendorong anaknya menikah diusia yang sangat muda. Orang tua menganggap bahwa pernikahan dalam usia muda mempunyai suatu faktor pematangan. Dibalik motivasi orang tua yang ingin sekali untuk segera mengawinkan anaknya ialah demi melepaskan mereka dari tanggung jawab atas perilaku kejahatan dan kenakalan anaknya (Shappiro, 2000).

2. Budaya

Faktor budaya juga turut mengambil andil yang cukup besar, karena kebudayaan ini diturunkan dari kepercayaan orang tertua. Dalam budaya setempat ada yang mempercayai apabila anak perempuannya tidak segera menikah, akan memalukan keluarga karena dianggap tidak laku dalam lingkungannya (Syata, 2013).

Pernikahan usia muda juga terjadi karena orang tua takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan. Faktor adat dan budaya, di beberapa belahan daerah di Indonesia, masih terdapat beberapa pemahaman tentang perjodohan. Dimana anak gadisnya sejak kecil sudah dijodohkan orang tuanya. Pada umumnya anak perempuan mulai menstruasi di usia 12 tahun. Maka dapat dipastikan


(41)

23

anak tersebut akan dinikahkan pada usia 12 tahun, yang masih jauh dibawah batas usia minimum untuk melakukan sebuah pernikahan (Ahmad, 2007).

3. Paparan Media Massa

Kemajuan teknologi yang semakin canggih, membuat remaja semakin mudah dalam mencari berbagai informasi melalui media, baik itu media massa maupun media elektronik yang terus menyajikan tantangan seksual seperti pornografi bagi kaum remaja yang dapat menyebabkan remaja melakukan pelecehan/ perilaku seksual terhadap lawan jenisnya pada usia sekolah yang pada akhirnya remaja harus berhenti sekolah untuk menikah (Kurnia, 2013).

Menurut Rohmawati (2008), Paparan media massa baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektrolit (TV, VCD, Internet) mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Paparan informasi seksualitas dari media massa (baik cetak maupun elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja. Remaja yang dalam periode ingin tau, dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat dan didengarnya dari media massa tersebut.

4. Pergaulan Bebas

Pernikahan usia muda terjadi karena akibat kurangnya pemantauan orang tua yang akan mengakibatkan kedua anak tersebut melakukan tindakan yang tidak pantas. Hal ini tidak sepenuhnya kedua anak tersebut yang harus disalahkan, mungkin dalam kehidupannya mereka kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, kasih sayang orang tua dan pemantauan orang tuanya. Yang pada akhirnya mereka melakukan pergaulan secara bebas (Wicaksono, 2013).


(42)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dikota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan. Pada halnya masa remaja adalah periode peralihan kemasa dewasa (Sarwono, 2011). 2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Terjadinya Pernikahan Usia Muda Pada Remaja.

2.6 Hipotesis

1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.

2. Ada pengaruh pemahaman agamaterhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.

3. Ada pengaruh kematangan emosi terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.

Faktor Internal Pengetahuan PemahamanAgama Kematangan Emosi

Faktor Eksternal Dorongan Orang Tua Budaya

Paparan Media Massa Pergaulan bebas

Pernikahan Usia Muda


(43)

25

4. Ada pengaruh dorongan orang tua terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.

5. Ada pengaruh budaya terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja. 6. Ada pengaruh pergaulan bebas terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada

remaja.

7. Ada pengaruh paparan media massa terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja.

8. Ada pengaruh sebagian atau semua variabel independen (faktor internal seperti pengetahuan, kematangan emosi, pemahaman agama dan faktor eksternal seperti dorongan orang tua, budaya, paparan media massa, pergaulan bebas) terhadap variabel dependen pernikahan usia muda.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangancross sectional

dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada kurun waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap terjadinya pernikahan usia muda pada remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena masih ditemukan remaja yang melakukan pernikahan di usia muda yaitu sebanyak 122 pasang dan belum pernah dilakukan penelitian di daerah tersebut mengenai pernikahan usia muda di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2013 s/d Mei tahun 2014. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 15-19 tahun di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Tahun 2013 sebanyak 556jiwa.


(45)

27

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja usia 15-19 tahun yang sudah menikah dan remaja belum menikah yang mempunyai pacar atau sudah bertunangan. Penentuan sampel menggunakan rumus besar sampel satu populasiyang digunakan untuk uji hipotesis(Hidayat, 2010):

+ -β ]²

n =

Keterangan :

= Besar sampel minimum

Z₁- = Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (α) 5% = 1,96 Z₁-β = Nilai deviasi standar pada tingkat kemaknaan (β) 10% = 1,282

P฀ = Proporsi yang melakukan pernikahanusia muda = 0,30 (Rejeki, 2012) Pa = Perkiraan proporsi yang diharapkan dari pernikahan usia muda= 0,16

+ 1,282 ]²

=

(0,16-0,30)²

n = 95,4 ≈ 95 responden

Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 95 responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sistematis yaitu dengan memberi nomor secara urut terhadap seluruh anggota populasi. Dengan alasan karena populasi homogen dan tidak menyebar luas, populasi dalam jumlah besar sehingga perhitungan dilakukan secara berurutan dengan menggunakan daftar nama responden


(46)

yang sudah ada dan lebih praktis. Menghitung nilai interval sampel dengan menggunakan rumus : i =

Keterangan :

i = interval sampel

N = ukuran populasi

n = ukuran sampel

i = = 5,8 ≈ 5

Setelah diketahui interval sampelnya kemudian kita menggunakan dengan cara memakai 5 gulungan kertas dengan nomor 1-5, dimana sampel pertama yang terambil angka 2 maka untuk mengambil sampel selanjutnya dengan menggunakan interval sampel yang sudah diperoleh seperti 2, 7, 12, 17, 22 dan seterusnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara menggunakan angket yang berisi daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Skunder

Data skunder yang terdiri dari data Kantor Urusan Agama Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang dan Kantor Datuk Penghulu Desa Seumadam berupa daftar nama remaja.


(47)

29

3.5 Definisi Operasional

Pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai dengan fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan dalam uraian dibawah ini :

1. Pernikahan usia muda adalah sebuah bentuk ikatan/pernikahan yang dilakukan oleh pasangan berusia dibawah 19 tahun atau sedang mengikuti pendidikan disekolah menengah atas.

2. Pengetahuan adalah pengertian/pemahaman responden dalam memahami tentang pengertian pernikahan, pernikahan usia muda, usia ideal menikah, penyebab perkawinan usia muda dan dampak perkawinan usia muda terhadap kesehatan reproduksi.

3. Pemahaman agama adalahpengetahuan remaja yang bersifat religius tentang pernikahan.

4. Kematangan emosi adalah kemampuan/respon remaja dalam berfikir, mengendalikan emosi dan menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. 5. Dorongan orang tua adalah Dukungan/kemampuan orang tua untuk

menganjurkan anaknya melakukan perkawinan di usia muda.

6. Budaya adalah adat istiadat atau tradisi kebiasaan yang turun temurun dianut oleh responden.

7. Paparan media massaadalah keadaan pernah tidaknya remaja mengakses situs pornografi melalui media massa baik media cetak maupun elektronik.

8. Pergaulan bebas adalah gaya interaksi/pergaulan responden dengan sesama teman yang cenderung mempunyai aturan/ batasan norma yang lemah seperti berpegangan tangan,berpelukan, berciuman dan melakukan hubungan seksual


(48)

sehingga akibat pergaulan tersebut mendorong responden melakukan perkawinan di usia muda.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda diukur dengan menggunakan 2 kategori : 1=Ya, jika remaja sudah menikah pada usia 15-19 tahun. 0=Tidak, jika remaja belum menikah pada usia 15-19 tahun. Skala : Nominal

3.6.2 Faktor Internal 1. Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Jika responden menjawab benar bernilai 1, jika responden menjawab salah dan tidak tahu bernilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 10 dan terendah 0 dengan 2 kategori: 0=Baik, jika skor responden benar (≥ 60%) dari skor total = 6-10.

1=Kurang, jika skor responden benar (< 60%) dari skor total = 0-5. Skala : Ordinal

2. Kematangan Mental

Variabel kematangan mental menggunakan 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban sangat sesuai, sesuai, tidak bisa, kurang sesuai dan tidak sesuai (Azwar, 2004) dengan penilaian sebagai berikut :

- Sangat sesuai : 4

- Sesuai : 3


(49)

31

- Kurang Sesuai : 1 - Tidak Sesuai : 0

Variabel Kematangan emosi dapat dikategori sebagai berikut : 0=Baik, jika skor responden ≥ 60% dari skor total = 11-20. 1=Kurang baik, jika skor responden < 60% dari skor total = 0-10. Skala : Ordinal

3. Pemahaman Agama

Variabel pemahaman agama terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban. Jika jawaban “Setuju” di beri nilai 1 dan “Tidak Setuju” diberi nilai 0, dengan total skor nilai tertinggi 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :

0=Baik, jika skor responden ≥ 60% dari skor total = 3-5. 1=Kurang, jika skor responden < 60% dari skor total = 0-2. Skala : Ordinal

3.6.3 Faktor Eksternal 1. Dorongan Orang Tua

Variabel dorongan orang tua terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban. Jika jawaban “setuju” diberi nilai 1 dan “tidak setuju” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :

1=Mendukung, jika skor responden ≥ 60% dari skor total = 3-5. 0=Tidak Mendukung, jika skor responden < 60% dari skor total = 0-2. Skala : Ordinal


(50)

2. Budaya

Variabel budaya terdiri dari 7 pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “Setuju” diberi nilai 1 dan untuk jawaban “tidak setuju” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 7 dan terendah 0 dengan 2 kategori :

1=Ada, jika skor responden ≥ 60% dari total skor = 4-7. 0=Tidak Ada, jika skor responden < 60% dari total skor = 0-3. Skala : Ordinal

3. Paparan MediaMassa

Variabel paparan media massa terdiri dari 5 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban. Jika jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan “Tidak” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :

1=Terpapar,jika skor responden ≥ 60% dari total skor = 3-5.

0=Tidak terpapar, jika jika skor responden < 60% dari total skor = 0-2. Skala : Ordinal

4. Pergaulan Bebas

Variabel pergaulan bebas diukur dari 5 pertanyaan dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Untuk jawaban pertanyaan “ya” diberi nilai 1 dan untuk jawaban “tidak” diberi nilai 0. Jadi, total skor jawaban tertinggi bernilai 5 dan terendah 0 dengan 2 kategori :

1=Melakukan, jika skor responden ≥ 60% dari total skor = 3-5. 0=Tidak Melakukan, jika skor responden < 60% dari total skor = 0-2. Skala : Ordinal


(51)

33

3.7 Teknik Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka pada masing-masing kategori. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputerisasi.

3.8 Analisis Data

Dari data yang telah dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer. Analisis dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan tiap variabel dalam penelitian yang dilakukan untuk mengetahui distribusi masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen terhadap variabel yang diduga berhubungan. Analisis ini menggunakan uji statistik Chi square dengan tingkat kemaknaan (level of significance) (α) = 0,05.

3. Analisis Multivariat

Analisis dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh masing-masing variabel independen yaitu pengetahuan, kematangan emosi, pemahamanagama, dorongan orang tua, budaya, paparan media massa dan pergaulan bebas terhadap


(52)

variabel dependen yaitu pernikahan usia muda pada remaja menggunakan uji regresi logistik ganda (MultipleLogistic Regression).

Langkah-langkah pemodelan regresi ganda adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model, variabel yang dipilih sebagai kandidat atau yang dianggap signifikan.

2. Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dimasukkan secara bersama-sama, kemudian variabel yang memiliki nilai P-value > 0,25 akan dikeluarkan secara bertahap (backward selection).

3. Pada uji regresi logistik ganda tahap pertama dipilih nilai signifikan (P < 0,25) pada uji bivariat (chi-square). Penggunaan kemaknaan statistik 0,25 untuk memungkinkan variabel-variabel yang terselubung sesungguhnya penting dimasukkan kedalam model multivariat.

4. Selanjutnya dilakukan pengujian secara bersamaan dengan metode Backward LR untuk mengidentifikasi faktor paling berpengaru terhadap pernikahan usia muda pada remaja.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1 Geografis

Desa Seumadam adalah salah satu desa di Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh Tamiang. Terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Inpres, Dusun Alur Mentawak, Dusun Harum Sari, Dusun Karya dan Dusun Sejahtera dengan luas wilayah ± 6.017 Km². Adapun batas wilayah Desa Seumadam sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatas dengan PT Socfindo

2. Sebelah Barat berbatas dengan PT Sisirau dan Areal Kebun Masyarakat 3. Sebelah Utara berbatas dengan PT Kebun Seumadam

4. Sebelah Selatan berbatas dengan PT Kebun Kiara dan Provinsi Sumatera Utara

Sarana perhubungan menuju Desa Seumadam sebagian besar diaspal dan dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat.

4.1.2 Demografi

Desa Seumadam mempunyai jumlah penduduk sebanyak 5.370 jiwa dengan 1.347 KK. Jumlah remaja sebanyak 556 jiwa yang terdiri dari putri sebanyak 312 jiwa dan putra sebanyak 244 jiwa. Jumlah remaja menikah usia muda sebanyak 122 pasang. Mayoritas penduduk Desa Seumadam beragama Islam. Latar belakang pendidikan penduduk yaitu Tidak Tamat SD, Tamat SD, SMP, SMA, D-I, D-II, D-III dan S1. Mata pencaharian penduduk Desa Seumadam mayoritas petani dan perkebunan.


(54)

4.1.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, suku dan pendidikan terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan muda Kabupaten Aceh Tamiang

No KarakteristikResponden n %

1 Umur

< 15tahun 15 15,8

≥15 tahun 80 84,2

Jumlah 95 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 33 34,7

Perempuan 62 65,3

Jumlah 95 100

3 Pendidikan

SD 27 28,4

SMP 55 57,9

SMA 13 13,7

Jumlah 95 100

4 Suku

Tamiang 45 47,4

Jawa 30 31,6

Banten 10 10,5

Mandailing 5 5,3

Karo 5 5,3

Jumlah 95 100

Dari Tabel 4.1dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas dengan umur ≥ 15 tahun sebanyak 80 orang (84,2%) dan minoritas dengan umur 15 tahun sebanyak 15 orang (15,8%), jenis kelamin responden mayoritas perempuan yaitu sebanyak 62 orang (65,3%) dan minoritas laki-laki sebanyak 33 orang (34,7%), pendidikan responden mayoritas SMP sebanyak 55 orang (57,9%) dan minoritas SMA sebanyak


(55)

37

13 orang (13,7%), suku responden mayoritas tamiang sebanyak 45 orang (47,4%) dan minoritas suku mandailing/karo masing-masing sebanyak 5 orang (5,3%).

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas yaitu faktor internal (pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi) dan faktor eksternal (dorongan orang tua, budaya, paparan media massa, pergaulan bebas) terhadap variabel terikat pernikahan usia muda pada remaja.

4.2.1 Faktor Internal

Faktor internal dalam penelitian ini terdiri dari pengetahuan, pemahaman agama, kematangan emosi yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Item Jawaban Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

No Pernyataan Benar Salah

n % n %

1. Pernikahan merupakan hubungan yang bersifat sakral/ suci antara pasangan dari seorang wanita dan pria yang telah diakui secara sah dalam hukum dan agama.

95 100,0 0 0 2. Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan

oleh pasangan atau salah satu pasangan masih berusia < 20 tahun.

57 60,0 38 40,0 3. Menurut undang-undang perkawinan No. 1/1974 usia

menikah ideal bagi wanita 16 tahun dan pria 19 tahun sedangkan menurut BkkbN usia ideal bagi wanita 21 tahun dan pria 25 tahun.

34 35,8 61 64,2 4. Pernikahan yang masih muda akan mengundang banyak

masalah karena dari sisi psikologis pasangan belum matang sehingga dapat mengakibatkan keruntuhan rumah tangga/ perceraian.

69 72,6 26 27,4 5. Dalam pernikahan tidak perlu dituntut adanya kematangan

emosi agar seseorang dapat menjalankan pernikahan dengan baik.


(56)

Tabel 4.2 (Lanjutan)

No Pernyataan Benar Salah

n % n %

6. Rendahnya pemahaman dan pengetahuan tentang arti dan makna sebuah pernikahan merupakan penyebab

pernikahan usia muda.

76 80,0 19 20,0 7. Melahirkan pada usia dibawah 20 tahun dapat

menyebabkan bayi lahir sebelum waktunya. 46 48,8 49 51,6 8. Kehamilan pada usia muda dapat berpengaruh terhadap

tingginya angka kematian ibu dan bayi. 59 62,1 36 37,9 9. Wanita yang menikah di usia muda cenderung mengalami

perdarahan akibat belum matangnya kesehatan reproduksi. 19 20,0 76 80,0 10. Pernikahan yang terjadi pada usia dibawah 20 tahun juga

dapat menyebabkan depresi dalam hubungan seksual. 17 17,9 78 82,1 Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden menjawab semua tentang arti pernikahan secara benar sebanyak 95 orang (100,0), berdasarkan pengertian pernikahan usia muda responden menjawab secara benar sebanyak 57 orang (60,0) dan menjawab salah sebanyak 38 orang (40,0), berdasarkan batasan usia pernikahan responden menjawab benar sebanyak 34 orang (35,8%) dan menjawab salah sebanyak 61 orang (64.2%), berdasarkan peranan usia dari segi psikologis responden menjawab benar sebanyak 69 orang (72,6%) dan menjawab salah sebanyak 26 orang (27,4%), berdasarkan peranan usia dari segi emosi responden menjawab secara benar sebanyak 6 orang (63,6%) dan menjawab salah sebanyak 89 orang (93,7%), berdasarkan penyebab pernikahan usia muda responden menjawab benar sebanyak 76 orang (80,0%) dan menjawab salah sebanyak 19 orang (20,0%), berdasarkan dampak pernikahan usia muda responden menjawab benar sebanyak 46 orang (48,4%) dan menjawab salah sebanyak 49 orang (51,6%), berdasarkan akibat pernikahan usia muda responden menjawab benar sebanyak 59 orang (62,1%) dan menjawab salah sebanyak 36 orang (37,9%), berdasarkan akibat pernikahan usia


(57)

39

muda responden menjawab benar sebanyak 19 orang (20,0%) dan menjawab salah sebanyak 76 orang (80,0%) dan responden menjawab dampak pernikahan usia muda secara benar sebanyak 17 orang (17,9%) dan menjawab salah sebanyak 78 orang (82,1%).

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten Aceh

Tamiang Tahun 2014

Pengetahuan n %

Baik 33 34,7

Kurang 62 65,3

Jumlah 95 100,0

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 95 orang responden tentang pernikahan usia muda adalah mayoritas remaja berpengetahuan kurang sebanyak 62 orang (65,3%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 33 orang (34,7%).

Tabel 4.4 Distribusi Item Pernyataan Pemahaman Agama tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan

Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju

n % n %

1. Menikah merupakan sunnah rasul. 95 100,0 0 0,0 2. Menurut agama, manusia diciptakan untuk

berpasang pasangan dalam ikatan pernikahan.

94 98,9 1 1,1

3. Menurut agama, jika laki-laki (mimpi basah) dan wanita menstruasi)/aqhil baligh sudah diperbolehkan untuk menikah.

53 55,8 42 44,2

4. Menurut agama, tidak ada batasan usia untuk diperbolehkannya seseorang melakukan pernikahan.

44 46,3 51 53,7

5. Menurut agama, pernikahan merupakan hal yang efektif dan efesien untuk mencegah perbuatan zina.


(58)

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden menjawab setuju menikah merupakan sunnah rasul sebanyak 25 orang (100,0%), setuju manusia diciptakan secara berpasangan sebanyak 94 orang (98,9%) dan tidak setuju sebanyak 1 orang (1,1%), setuju laki-lki dan perempuan aqil baligh menikah sebanyak 44 orang (46,3%) dan tidak setuju sebanyak 42 orang (44,2%), setuju tidak ada batasan usia dalam pernikahan sebanyak 44 orang (46,3%) dan tidak setuju sebanyk 51 orang (55,7%), setuju menikah salah satu cara mncegah perbuatan zina sebanyak 51 orang (53,7%) dan tidak setuju sebanyak 44 orang (46,3%).

Tabel 4.5 Distribusi Pemahaman Agama tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan Muda Kabupaten

Aceh Tamiang Tahun 2014

Pemahaman Agama n %

Baik 80 84,2

Kurang 15 15,8

Jumlah 95 100,0

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 95 orang responden didapatkan mayoritas pemahaman agama responden baik sebanyak 80 orang (84,2%) dan minoritas pemahaman agama kurang sebanyak 15 orang (15,8%).

Tabel 4.6 Distribusi Item Jawaban Kematangan Emosi tentang Pernikahan Usia Muda Pada Remaja di Desa Seumadam Kecamatan Kejuruan

Muda Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2014

No. Pernyataan SS S TB KS TS

n % n % n % n % n %

1. Saya termasuk orang yang dapat menempatkan persoalan sesuai keadaan.

4 4,2 68 71,6 5 5,3 18 18,3 0 0,0 2. Saya termasuk orang yang

dapat mengendalikan diri dan emosi.

2 2,1 42 44,2 18 18,9 27 28,4 6 6,3 3. Saya suka bertindak 1 1,1 29 30,5 10 10,5 48 50,5 7 7,4


(59)

41

Tabel 4.6 (Lanjutan)

No. Pernyataan SS S TB KS TS

n % n % n % n % n %

4. Saya bisa menahan amarah

dalam beberapa waktu. 2 2,1 16 16,8 29 30,5 27 28,4 21 23,1 5. Saya dapat menerima

keadaan diri saya dan orang lain apa adanya.

3 3,2 72 73,3 0 0,0 11 11,6 9 9,5

Keterangan : SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TB (Tidak bisa), KS (Kurang sesuai), TS (Tidak sesuai).

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden mengatakan sangat sesuai tentang orang yang dapat menempatkan persoalan sesuai keadaan sebanyak 4 orang (4,2%), sesuai sebanyak 68 orang (71,6%), tidak bisa 5 orang (5,3%) dan kurang sesuai sebanyak 18 orang (18,9%), mengatakan sangat sesuai tentang orang yang dapat mengendalikan diri dan emosi dengan baik sebanyak 2 orang (2,1%), sesuai sebanyak 42 orang (44,2%), tidak bisa sebanyak 18 orang (18,9%), kurang sesuai sebanyak 27 orang (28,4%), tidak sesuai sebanyak 6 orang (6,3), mengatakan sangat sesuai tentang suka bertindak setelah difikirkan sebanyak 1 orang (1,1%), sesuai sebanyak 29 orang (30,5%), tidak bisa 10 orang (10,5%), kurang sesuai sebanyak 48 orang (50,5%) dan tidak sesuai sebanyak 7 orang (7,4%), mengatakan sangat sesuai tentang bisa menahan amarah dalam beberapa waktu sebanyak 2 orang (2,1%), sesuai sebanyak 16 orang (16,8%), tidak bisa sebanyak 29 orang (30,5%), kurang sesuai sebanyak 27 orang (28,4%) dan tidak sesuai sebanyak 21 orang (22,1%), mengatakan sangat sesuai tentang dapat menerima keadaan diri saya dan orang lain apa adanya sebanyak 3 orang (3,2%), sesuai sebanyak 72 orang (75,3%), kurang sesuai sebanyak 11 orang (11,6%) dan tidak sesuai sebanyak 9 orang (9,5%).


(1)

budaya kategori * status pernikahan responden Crosstabulation

status pernikahan responden

Total belum menikah

menikah usia muda

budaya kategori tidak ada Count 39 2 41

% within budaya kategori 95,1% 4,9% 100,0%

% within status pernikahan responden

55,7% 8,0% 43,2%

% of Total 41,1% 2,1% 43,2%

ada Count 31 23 54

% within budaya kategori 57,4% 42,6% 100,0%

% within status pernikahan responden

44,3% 92,0% 56,8%

% of Total 32,6% 24,2% 56,8%

Total Count 70 25 95

% within budaya kategori 73,7% 26,3% 100,0%

% within status pernikahan responden

100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 73,7% 26,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 17,095a 1 ,000

Continuity Correctionb 15,206 1 ,000

Likelihood Ratio 19,851 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 16,916 1 ,000

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,79. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Crosstab

status pernikahan responden

Total belum menikah

menikah usia muda paparan media massa

kategori

tidak terpapar Count 41 4 45

% within paparan media massa kategori

91,1% 8,9% 100,0%

% within status pernikahan responden

58,6% 16,0% 47,4%

% of Total 43,2% 4,2% 47,4%

terpapar Count 29 21 50

% within paparan media massa kategori

58,0% 42,0% 100,0%

% within status pernikahan responden

41,4% 84,0% 52,6%

% of Total 30,5% 22,1% 52,6%

Total Count 70 25 95

% within paparan media massa kategori

73,7% 26,3% 100,0%

% within status pernikahan responden

100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 73,7% 26,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 13,391a 1 ,000

Continuity Correctionb 11,738 1 ,001

Likelihood Ratio 14,478 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 13,250 1 ,000

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,84. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

Crosstab

status pernikahan responden

Total belum

menikah

menikah usia muda pergaulan bebas

kategori

tidak melakukan

Count 22 1 23

% within pergaulan bebas kategori

95,7% 4,3% 100,0%

% within status pernikahan responden

31,4% 4,0% 24,2%

% of Total 23,2% 1,1% 24,2%

melakukan Count 48 24 72

% within pergaulan bebas kategori

66,7% 33,3% 100,0%

% within status pernikahan responden

68,6% 96,0% 75,8%

% of Total 50,5% 25,3% 75,8%

Total Count 70 25 95

% within pergaulan bebas kategori

73,7% 26,3% 100,0%

% within status pernikahan responden

100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 73,7% 26,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7,553a 1 ,006

Continuity Correctionb 6,132 1 ,013

Likelihood Ratio 9,619 1 ,002

Fisher's Exact Test ,006 ,004

Linear-by-Linear Association 7,473 1 ,006

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,05. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 95 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 95 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 95 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

belum menikah 0

menikah usia muda 1

Classification Tablea,b

Observed

Predicted status pernikahan responden

Percentage Correct belum

menikah

menikah usia muda Step 0 status pernikahan

responden

belum menikah 70 0 100,0

menikah usia muda 25 0 ,0

Overall Percentage 73,7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 57,146 6 ,000

Block 57,146 6 ,000

Model 57,146 6 ,000

Step 2a Step -1,400 1 ,237

Block 55,746 5 ,000

Model 55,746 5 ,000

a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 52,358a ,452 ,661

2 53,758a ,444 ,649

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.


(5)

Observed

Predicted status pernikahan responden

Percentage Correct belum menikah

menikah usia muda Step 1 status pernikahan

responden

belum menikah 65 5 92,9

menikah usia muda 6 19 76,0

Overall Percentage 88,4

Step 2 status pernikahan responden

belum menikah 65 5 92,9

menikah usia muda 6 19 76,0

Overall Percentage 88,4

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Step 1a Pkat 1,716 ,886 3,755 1 ,053 5,564 ,981 31,577

keKat -1,758 ,728 5,826 1 ,016 ,172 ,041 ,719

dotKat 1,366 1,203 1,290 1 ,256 3,921 ,371 41,438

bKat 3,085 ,969 10,140 1 ,001 21,861 3,274 145,971

pmKat 2,015 ,809 6,198 1 ,013 7,501 1,535 36,653

pbKat 2,603 1,246 4,366 1 ,037 13,507 1,175 155,274

Constant -8,327 2,253 13,655 1 ,000 ,000

Step 2a Pkat 1,703 ,862 3,902 1 ,048 5,490 1,013 29,744

keKat -1,671 ,714 5,483 1 ,019 ,188 ,046 ,762

bKat 3,404 ,949 12,863 1 ,000 30,075 4,682 193,198

pmKat 1,988 ,800 6,172 1 ,013 7,299 1,521 35,017

pbKat 2,633 1,220 4,660 1 ,031 13,918 1,274 151,987

Constant -7,425 1,918 14,981 1 ,000 ,001


(6)

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change

Step 1 Pkat -28,342 4,325 1 ,038

keKat -29,301 6,244 1 ,012

dotKat -26,879 1,400 1 ,237

bKat -33,390 14,423 1 ,000

pmKat -29,718 7,077 1 ,008

pbKat -29,368 6,378 1 ,012

Step 2 Pkat -29,137 4,516 1 ,034

keKat -29,789 5,820 1 ,016

bKat -36,932 20,106 1 ,000

pmKat -30,393 7,029 1 ,008

pbKat -30,342 6,927 1 ,008

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 2a Variables dotKat 1,324 1 ,250

Overall Statistics 1,324 1 ,250