Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi

Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKontribusi Sektor Pariwisata
Untuk Mendukung Peningkatan Pad Di Kota Palembang”.
Fauziah Afriyani
Universitas Indo Global Mandiri
Computer Science Faculty
Email: ziaaslan25@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of the study was to find out and analyze how the influence the number of tourist,
tourist attractions, hotel occupancy rates and revenue against to support the increase in local
revenue in the city of Palembang. This study used a qualitative and quantitative analysis
technique where method using econometric regression models.
The result showed that the variable number of attractions, the number of tourists, and the hotel
occupancy rate greatly affects local revenues in the tourism sector. the tourism sector should
contribute to the PAD could be increased again by considering supporting factors such as
accommodation facilities (hotels and travel cot), restaurants, travel agencies, tourism, power
tourism attractions, tourism education institutions and inhibiting the consolidation of the
tourism industry as a trade mark Palembang as a tourist destination and the accessibility of
foreign direct flights to Palembang.

Keyword: tourism sector, local revenue


PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan
suatu kegiatan yang harus dilakukan
oleh suatu Negara yang ingin maju.
Begitu pula Indonesia yaitu sebagai
Negara berkembang, dalam masalah
pembangunan merupakan hal yang
sangat penting bagi Negara
berkembang tersebut. Oleh karena
itu pemerintah berusaha
meningkatkan pembangunan di

berbagai sektor agar mencapai
pembangunan yang optimal, seperti
pembangunan di daerah-daerah,
yang lebih gencar untuk ikut serta
berperan aktif dalam pembangunan
nasional. Pembangunan-pembagunan
tersebut dapat dilaksanakan sebaik

mungkin agar suatu bangsa dapat
mewujudkan keinginannya untuk
menjadi Negara yang maju dan

sejahtera, salah satu sektor tersebut

ekonomi terutama sektor hotel,

adalah pariwisata

restoran, sektor jasa, maupun sektor

Menurut Spillane (1987),

industry, sehingga peranan

peranan pariwisata dalam

pariwisata dalam perekonomian


pembangunan negara pada garis

dapat mencakup ke semua kegiatan

besarnya berintikan tiga segi, yaitu

ekonomi. Peranan pariwisata dalam

segi ekonomi (sumber devisa, pajak-

perekonomian harus diperankan

pajak), segi sosial (penciptaan

untuk melihat bagaimana pariwisata

lapangan kerja), dan segi

memberikan kontribusi dalam


kebudayaan (memperkenalkan

perekonomian dan dampak

kebudayan kita kepada wisatawan-

pengembagan pariwisata terhadap

wisatawan asing). Para pakar

sektor-sektor ekonomi yang secara

ekonomi memperkirakan sektor

langsung maupun tidak langsung

pariwisata akan menjadi salah satu

merupakan salah satu yang


kegiatan ekonomi yang penting pada

diperlukan dalam kegiatan

abad ke-21. Dalam perekonomian

pariwisata.

suatu negara, bila dikembangkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

secara berencana dan terpadu, peran

yang merupakan gambaran potensi

sektor pariwisata akan melebihi

keuangan daerah pada umumnya


sektor migas (minyak bumi dan gas

mengandalkan unsur pajak daerah

alam) serta industri lainnya.

dan retribusi daerah. Berkaitan

Sektor pariwisata merupakan

dengan pendapatan asli daerah dari

kegiatan yang terdiri dari berbagai

sektor retribusi, maka daerah dapat

sektor kegiatan. Kegiatan pariwisata

menggali potensi sumber daya alam


dapat mencakup semua kegiatan

yang berupa obyek wisata.

Pemerintah menyadari bahwa sektor

semakin tinggi tentu akan

pariwisata bukanlah merupakan

meningkatkan penerimaan

sektor penyumbang terbesar dalam

pemerintah akan retribusi pariwisata,

pendapatan daerah, tetapi berpotensi

terutama jika potensi tersebut terus


dalam meningkatkan Pendapatan

dimaksimalkan pemungutannya.

Asli Daerah (PAD).

Keragaman produk dan potensi

Sektor pariwisata merupakan

pariwisata yang ada ditambah

salah satu sektor yang mendapat

dengan tersedianya fasilitas

prioritas utama dalam rangka

penunjang pariwisata yang memadai


memperbaiki struktur ekonomi

seperti penginapan, fasilitas rekreasi,

daerah serta dapat meningkatkan

tempat dan atraksi wisata,

kemandirian dan daya saing, dengan

merupakan aset pariwisata yang

demikian diharapkan mampu

besar dan dapat menjadi faktor

memberikan kontribusi yang cukup

penunjang dalam pengembangan


besar terhadap PAD.

industri pariwisata bagi Kota

Banyaknya objek atau tempat

Palembang. Dari uraian di atas,

maka akan dilakukan pengkajian
berkunjung di Kota Palembang
tentang. “Analisis Faktor-faktor yang
sekarang serta potensinya yang
mempengaruhi kontribusi sektor

pariwisata untuk mendukung

karena individu memberi suatu arti

peningkatan PAD di Kota


penting baru pada produk itu. Dalam

Palembang”.

pengaruhnya, harga baru itu telah

TINJAUAN PUSTAKA

menambah nilai kesenangan kualitas

2.1

Landasan teori

2.1.1

Permintaan Pariwisata
Pariwisata dipandang sebagai

suatu jasa yang sangat disukai
(Preferred goods or services), karena
ia lebih banyak dilakukan ketika
pendapatanmeningkat. Di saat
banyak keluarga yang memasuki
kelompok pendapatan lebihtinggi,
maka permintaan untuk berwisata
meningkat lebih cepat dari
pendapatan.Harrison (Lundberg,dkk
1997) membuat kurva permintaan
individual Veblenseperti yang
terlihat pada gambar 2.1.
Jika harga P1 ditetapkan,
maka individual akan meminta
sebesar Q1. Jika harga dinaikkan
menjadi P2 menurut kurva
permintaan D1, jumlah yang akan
diminta akan menurun ke Q2. Hal ini
tidak terjadi pada kurva Veblen

pelayanan atau pengalaman yang
ditawarkan. Kurva permintaan bukan
bergeser ke bawah melainkan
bergeser ke D2 akibat pengaruh
Veblen itu sehingga jumlah yang
diminta adalah Q3 pada harga P2.
Jika harga terus dinaikkan ke P3,
maka menurut kurva permintaan
Veblen, jumlah yang diminta
menjadi Q5, bukan suatu penurunan
jumlah yang diminta ke Q4. Ini
berlangsung sampai pada suatu titik
dimana pendapatan tidak lagi
mencukupi untuk membeli barang
tersebut.
2.2

Studi Pustaka

2.2.1.

Definisi Pariwista
Pengertian pariwisata secara

entimologi kata pariwisata berasal
dari bahasa sansekerta yaitu kata
“pari” yang berarti banyak; berkali-

kali; berputarputar, kata “wisata”

c. Pariwisata Untuk Kebudayaan

yang berarti perjalanan; bepergian.

(Cultural Tourism)

Pariwisata dalam bahasa inggris

d. Pariwisata Untuk Olah Raga

adalah ”Tour” yang diartikan dalam

(Sports Tourism)

kamus sebagai : (Spillane, 2001:22)

e. Pariwisata Untuk Urusan Usaha

Perjalanan atau bepergian untuk

Dagang (Business Tourism)

kesenangan mengunjungi berbagai

f. Pariwisata Untuk Berkonvensi

tempat yang menarik, atau

(Convention Tourism)

Kunjungan singkat atau kunjungan

2.2.3. Faktor-faktor yang

lewat suatu tempat.

Mempengaruhi Penerimaan

Sedangkan tourism diartikan
sebagai bisnis dalam memberikan

Daerah dari Sektor Pariwisata
Mata rantai industri

akomodasi dan pelayanan bagi para

pariwisata yang berupa hotel atau

turis (Tourism).

penginapan, restoran atau jasa boga,

2.2.2.

usaha wisata (obyek wisata,

Jenis Pariwisata
Walaupun banyak jenis

souvenir, dan Hiburan), dan usaha

wisata ditentukan menurut motif

perjalanan wisata (travel agent atau

tujuan perjalanan, menurut James J,

pemandu wisata) dapat menjadi

Spillane (1987 : 28-31) dapat juga

sumber penerimaan daerah bagi Kota

dibedakan adanya beberapa jenis

Semarang yang berupa pajak daerah,

pariwisata khusus sebagai berikut :

retribusi daerah, laba BUMD, pajak

a. Pariwisata Untuk Menikmati

dan bukan pajak (Badrudin, dikutip

Perjalanan (Pleasure Tourism)

dalam Nasrul).

b. Pariwisata Untuk Rekreasi
(Recreation Tourism)

Berikut beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi penerimaan

daerah Kota Palembang dari sektor

banyak pula uang yang dibelanjakan

pariwisata :

di daerah tujuan wisata tersebut,

a. Jumlah obyek wisata
Indonesia sebagai negara
yang memiliki keindahan alam serta
keanekaragaman budaya yang
mempunyai kesempatan untuk
menjual keindahan alam dan atraksi
budayanya kepada wisatawan baik
wisatawan mancanegara maupun
nusantara yang akan menikmati
keindahan alam dan budaya tersebut.
Tentu saja kedatangan wisatawan
tersebut akan mendatangkan
penerimaan bagi daerah yang
dikunjunginya. Bagi wisatawan
mancanegara yang datang dari luar
negeri, kedatangan mereka akan
mendatangkan devisa bagi negara
(Badrudin,2001).
b. Jumlah Wisatawan
Secara teoritis (apriori)
dalam Ida Austriana, 2005 semakin
lama wisatawan tinggal di suatu
daerah tujuan wisata, maka semakin

paling sedikit untuk keperluan
makan, minum dan penginapan
selama tinggal di daerah tersebut.
Berbagai macam kebutuhan
wisatawan selama perjalanan
wisatanya akan menimbulkan gejala
konsumtif untuk produk-produk
yang ada di daerah tujuan wisata.
Dengan adanya kegiatan konsumtif
baik dari wisatawan mancanegara
maupun domestik, maka akan
memperbesar pendapatan dari sektor
pariwisata suatu daerah. Oleh karena
itu, semakin tingginya arus
kunjungan wisatawan ke Kota
Palembang, maka pendapatan sektor
pariwisata seluruh Kota Palembang
juga akan semakin meningkat.
c. Tingkat Hunian Hotel
Menurut Dinas Pariwisata
hotel merupakan suatu usaha yang
menggunakan bangunan atau
sebagian dari padanya yang khusus

disediakan, dimana setiap orang
dapat menginap dan makan serta
memperoleh pelayanan dan fasilitas
lainnya dengan pembayaran. Dewasa
ini pembangunan hotel-hotel
berkembang dengan pesat, apakah
itu pendirian hotel- hotel baru atau
pengadaan kamar- kamar pada hotelhotel yang ada. Fungsi hotel bukan
saja sebagai tempat menginap untuk
tujuan wisata namun juga untuk
tujuan lain seperti manjalankan
kegiatan bisnis, mengadakan
seminar, atau sekedar untuk
mendapatkan ketenangan. Perhotelan
memiliki peran sebagai penggerak
pembangunan daerah, perlu
dikembangkan secara baik dan benar
sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, PAD,
penyerapan tenaga kerja serta
perluasan usaha. Hotel merupakan
salah satu jenis usaha yang
menyiapkan pelayanan jasa bagi
masyarakat dan wisatawan.

d. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita
merupakan salah satu indikator yang
penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi di suatu wilayah dalam
periode tertentu, yang ditunjukkan
dengan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) baik atas
dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. Pendapatan
perkapita yang tinggi cenderung
mendorong naiknya tingkat
konsumsi perkapita yang selanjutnya
menimbulkan intensif bagi
diubahnya struktur produksi (pada
saat pendapatan meningkat,
permintaan akan barang manufaktur
dan jasa pasti akan meningkat lebih
cepat dari pada permintaan akan
produk-produk pertanian)
(Todaro,2000).
Pendekatan Biaya Perjalanan
(Travel Cost Method)
Kooten dan Bulte (2000:113)
travel cost adalah metode yang

menjelaskan tentang banyaknya
permintaan suatu perjalanan yang
dilakukan dalam jangka waktu

1. Produk yang ditawarkan/disediakan
oleh operator jasa pelayanan
transportasi
2. Kualitas dan kuantitas pelayanan

tertentu.
Konsep dasar dari metode
travel cost adalah waktu dan

yang disediakan
3. Utilitas pengguna terhadap angkutan
tersebut
4. Perilaku pengguna

pengeluaran biaya perjalanan (travel
cost expenses) yang harus

PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian yang dilakukan oleh

dibayarkan oleh para pengunjung

Juliafitri yang berjudul “Analisis

untuk mengunjungi tempat wisata

Kontribusi Sektor Pariwisata

tersebut yang merupakan hatga

Terhadap Pendapatan Asli Daerah

untuk akses ke tempat wisata

(PAD) Kota Bitung”, menjelaskan

(Garrod dan Willis, 1999).

bahwa adanya korelasi kontribusi

Willingness To Pay (WTP)

pariwisata terhadap pendapatan asli

Willingness To Pay(WTP) adalah

daerah yaitu sebesar 0,36%, yang

kesediaan pengguna untuk

berarti kontribusi sektor pariwisata

mengeluarkan imbalan atas jasa yang

sangat kurang, sedangkan

diperolehnya. Pendekatan yang

pendapatan asli daerah yang sisanya

digunakan dalam analisis WTP

berasal dari sektor-sektor industri

didasarkan pada persepsi pengguna

lain.
Penelitian yang berikutnya berjudul

terhadap tarif dari jasa pelayanan
“Implementasi Kebijakan Retribusi
angkutan umum tersebut. Dalam
Tempat Wisata Sebagai Alternatif
permasalahan transportasi WTP
Pendukung Penerimaan Pendapatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
diantaranya adalah:
Malang”, yang diteliti oleh Sri

Hartini Djatmikowati, diperoleh

perolehan penerimaan Pemda Bogor

hasil: Indonesia sebagai salah satu

tercermin dalam APBD-nya,

aset daerah diharapkan mampu untuk

dikaitkan dengan kemampuannya

mendukung pelaksanaan

untuk melaksanakan otonomi daerah

pembangunan daerah. Melalui

terlihat cukup baik. Rata-rata

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari

pertahunnya memberikan kontribusi

retribusi tempat wisata diharapkan

sebesar 7,81% per tahun dengan

dapat memenuhi target dari rencana

rata-rata pertumbuhan sebesar

anggaran pendapatan daerah yang

22,89% pertahunnya. Sedangkan

diinginkan masyarakat untuk

pendapatan yang berasal dari

mengantisipasi penurunan PAD

komponen retribusi daerah, pada

maka implementasi retribusi tempat

kurun waktu yang sama,

wisata daerah Kabupaten Malang

memberikan kontribusi rata-rata per

perlu dilaksanakan dan di tingkatkan

tahunnya sebesar 15,61% dengan

dengan baik.
Dalam penelitian yang dilakukan

rata-rata pertumbuhan pertahunnya
sebesar 5,08% per tahun. Untuk

oleh Mohammad Riduansyah yang
meningkatkan kontribusi penerimaan
berjudul “Kontribusi Pajak Daerah
pajak daerah dan retribusi daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap
terhadap total penerimaan PAD dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
sekaligus memperbesar
Anggaran Pendapatan dan Belanja
kontribusinya terhadap APBD
Daerah (APBD) Guna Mendukung
Pemda Kota Bogor perlu dilakukan
Pelaksanaan Otonomi Daerah”,
beberapa langkah di antaranya perlu
menjelaskan bahwa adanya
dilakukan peningkatan intensifikasi
kontribusi penerimaan pajak daerah
pemungutan jenis-jenis pajak daerah
dan retribusi daerah terhadap total

dan retribusi daerah, kemudian

ruang lingkup penelitian ini. Dalam

dilakukan ekstensifikasi dengan

penelitian ini membahas faktor-

jalan memberlakukan jenis pajak dan

faktor yang mempengaruhi

retribusi baru sesuai dengan kondisi

kontribusi pariwisata dalam

dan potensi yang ada.
Dalam penelitian terdahulu oleh

peningkatan penerimaan daerah kota
Palembang yaitu variabel usia

Ida Austriana (2005), mahasiswa
wisatawan, pendapatan wisatawan,
Fakultas Ekonomi Universitas
dan anggaran rekreasi. Studi kasus di
Diponegoro. Tujuan dari judul
Pulau Kemaro dan Taman Purbakala
penelitian ini adalah untuk
Kerajaan Sriwijaya.
mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan daerah
3.3.

Teknik Analisis

3.3.1.

Teknik Analisis

dari sektor pariwisata kabupaten dan
kota di Propinsi Jawa Tengah dan
Kualitatif
untuk menganalisis faktor yang
Dalam penilitian ini teknik analisis
paling berpengaruh terhadap
yang digunakan berupa kualitatif,
pendapatan pemerintah daerah
dimana teknik ini berupa metode
kabupaten dan kota di Propinsi Jawa
penganalisaan dengan menjelaskan
Tengah.
tabel-tabel dan menjelaskan
3.1

Ruang Lingkup
perkembangan kepariwisataan Kota

Penelitian
Palembang..
Dalam rangka
3.3.2.

Teknik Analisis

mengumpulkan data yang relevan
Kuantitatif
dengan permasalahan yang akan di
Teknik analisis kuantitatif
bahas agar lebih terarah dan
merupakan teknik dimana metode
terperinci maka penulis membatasi

penganalisaannya dengan

diantara beberapa atau semua

menggunakan regresi model

variabel yang menjelaskan dari

ekonometrika. Peralatan yang

model regresi. Tepatnya istilah

digunakan adalah menggunakan

multikolinearitas berkenaan dengan

analisis regresi linear sederhana

terdapatnya lebih dari satu hubungan

dengan software EVIEWS. Secara

linear pasti dan istilah kolinearitas

matematis model yang digunakan

berkenaan dengan terdapatnya satu

untuk menganalisa jumlah

hubungan linear. Model regres yang

kunjungan tempat Wisata

baik seharusnya tidak terjadi korelasi

dipengaruhi oleh biaya perjalanan

diantara variabel independen. Jika

pengunjung (transportasi, tiket,

variabel independen saling

parkir, konsumsi, dan dokumentasi),

berkorelasi, maka variabel-variabel

biaya perjalanan ke obyek wisata

ini ortogonal.

yaitu tempat wisata

Variabel orthogonal adalah variabel

religi/peribadatan Pulau Kemaro dan

independen yang nilai korelasi antara

tempat wisata Taman Purbakala

sesama variabel independen sama

Kerajaan Sriwijaya, umur

dengan nol. Untuk mendeteksi ada

pengunjung, pendidikan, penghasilan

atau tidaknya multikolenieritas

per bulan, dan jarak.

didalam model regresi, yaitu dilihat
dari nilai R2 yang dihasilkan oleh

3.5

Uji Asumsi Klasik

suatu estimasi model regresi empiris

3.5.1

Uji Multikolinearitas

sangat tinggi, tetapi secara individual

Pada mulanya multikolinearitas
berarti adanya hubungan linear
(korelasi) yang sempurna atau pasti,

variabel-variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi

variabel dependen (Imam Ghozali,

lebih dari 0,8 maka terjadi

2005:91)

multikolinearitas.
3.5.2
Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk

Ada beberapa cara yang biasa
digunakan untuk mendeteksi ada

menguji apakah terdapat hubungan

tidaknya multikolinearitas dalam

dalam sebuah model regresi linier

model, diantaranya :

antara kesalahan pengganggu pada

1. Nilai R2 yang dihasilkan sangat

periode t dengan kesalahan

tinggi, tetapi secara individual

pengganggu pada periodet-1

variabel independen banyak tidak

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi

signifikan mempengaruhi variabel

maka ada masalah autokorelasi pada

dependen.
2. Melakukan regresi parsial dengan

model regresi.
Besaran Durbin-Watson digunakan

cara :
a) Lakukan estimasi model awal dalam

untuk mendeteksi adanya
autokorelasi dalam sebuah

persamaan sehingga didapat nilai
persamaan. Pedoman umum (Rule of
R2.
b) Lakukan auxiliary regression pada

Thumb) untuk mengetahui ada atau

masing-masing variabel penjelas.
c) Bandingkan nilai R2 pada model

tidak adanya masalah autokorelasi
dalam model penelitian dapat dilihat

persamaan awal dengan R2 pada
dari besaran D-W test sebagai
model persamaan regresi parsial, jika
berikut (Asngari, 2007:23):
R2 dalam regresi parsial lebih tinggi
maka didalamnya terdapat
multikolinearitas.
3. Melakukan korelasi antara variabelvariabel independen. Bila nilai
korelasi antara variabel independen



Jika D-W test berkisar 2 atau [1,5 2,5] tidak ada masalah autokolerasi
(ragu-ragu),



Jika D-W < 1,5 atau mendekati 0

berikut ini disajikan batasan-batasan

maka model mengalami masalah

oprasional variabel tersebut:

autokolerasi positif,


1. Penerimaan Daerah Sektor

Jika D-W > 2,5 atau mendekati 4

Pariwisata merupakan pendapatan

maka model mengalami autokorelasi

dari sektor pariwisata yang termasuk

negatif.

dalam penerimaan daerah

3.5.3

Uji Heteroskedastisitas

diantaranya adalah pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan, retribusi

Uji ini bertujuan untuk menguji

pemakaian kekayaan daerah,

apakah dalam model regresi terjadi

retribusi tempat penginapan,

ketidaksamaan varian dari residual

retribusi tempat rekreasi, pendapatan

suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Heteroskedastisitas terjadi
apabila variabel gangguan tidak
mempunyai varian yang sama untuk

lain yang sah.
2. Jumlah Obyek Wisata merupakan
banyaknya obyek wisata yang ada di
kota Palembang.
3. Jumlah Wisatawan merupakan

semua observasi. Akibat adanya

besarnya jumlah wisatawan baik

heteroskedastisitas, penaksir OLS

mancanegara maupun nusantara

tidak bias tetapi tidak efisien
(Gujarati, 2003).

yang berkunjung ke Kota Palembang
4. Jumlah Hotel merupakan banyaknya
jumlah hotel berbintang dan melati

3.6

Batasan Operasional

Variabel

yang ada di kota Palembang.
5. Usia adalah ukuran untuk melihat
tingkat kemampuan untuk

Guna mempermudah dan
memperjelas variable-variabel yang
tercakup dalam penelitian maka

melakukan perjalanan pariwisata.
6. Pendapatan merupakan indikator
yang sering digunakan untuk

mengukur tingkat kemakmuran suatu
daerah atau wilayah maupun
perorangan.
7. Anggaran Biaya merupakan jumlah

X1
X2
X3

α = Intercept / konstanta
β = Koefisisen
e = Term of error

biaya yang dikeluarkan pengunjung
untuk keperluan perjalanannya
dalam melakukan kunjungan wisata.

= Umur/Usia
= Pendapatan Responden
=Anggran Rekreasi

Hasil Perhitungan regresi
dengan menggunakan teknik analisis
model kuadrat terkecil (Ordinary

HASIL DAN PEMBAHASAN
Estimasi model regresi berganda

Least Square/OLS). yang dilakukan

ini dilakukan dengan memasukkan

dengan menggunakan Program

variabel dependen (kemampuan

Eviews 6.0, maka diperoleh hasil

membayar/WTP) dan variabel

sebagai berikut:
Berdasarakan hasil regresi,

independen (umur, travel cost, dan
pendapatan) yang telah diuji

diperoleh model regresi sebagai

kestationeritasannya dengan

berikut ini :

menggunakan uji Augmented Dickey

Y

Fuller (ADF). Estimasi regresi

0.490840 + 0.020228

berganda ini dilakukan dengan

T-hitung

menggunakan lag nol untuk umur,

(8.383921) (0.214110)

travel cost, dan pendapatan.Hasil

R2 = 0.741729

estimasi yang diperoleh

DW = 2.376656

menggunakan model persamaan
regresi berganda.
Y = α + ßX1 + ßX2 +ßX3+ e

= 1.015870 – 0.275244 +

= (6.302164) (-3.892099)

F-hitung = 33.50555

Hasil estimasi model berganda
dilakukan dengan memasukkan
variabel dependen (WTP) dan
variabel independen Umur/Usia

Dimana :
Y
= Travel Cost/WTP

(Age), Pendapatan (Y), Anggran

Rekreasi (a) menghasilkan estimasi

tidak signifikan dalam

nilai estimasi dengan nilai R2 sebesar

mempengaruhi kemampuan

0.741729, nilaiD-W test = 2.376656

responden untuk membayar. Untuk

dan secara umum tidak ditemukan

umur responden berpengaruh secara

masalah dan nilai probability

negatif dan signifikan dalam

variabel bebas yang telah signifikan

mempengaruhi kemampuan

(>5%) mempengaruhi Nilai WTP.

responden untuk membayar.

Nilai t-hitung Umur (Age) sebesar

Sedangkan pendapatan responde

3.892099dibandingkan dengan t-

berpengaruhpositif dan signifikan

tabel sebesar 1.69 (t-hitung>t-tabel)

dalam mempengaruhi kemampuan

pada tingkat α=5 persen (berada di

responden untuk membayar. Untuk

daerah penerimaan tetapi bernilai

memastikan tidak terjadi lagi

negatif, maka ho ditolak),

masalah pelanggaran asumsi klasik,

Pendapatan responden (Y) nilai t-

maka perlu dilakukan pengujian

hitung sebesar 8.383921

asumsi klasik pada model sebelum

dibandingkan dengan t-tabel sebesar

dilakukan analisis lebih lanjut dari

1.69 (t-hitung>t-tabel) pada tingkat

hasil estimasi.

α=5 persen (berada di daerah
penerimaan, ho diterima) dan

4.2.3.3 Uji Asumsi Klasik

Anggaran Rekreasi (A) sebesar

1.

0.214110 dibandingkan dengan t-

Uji Multikolinearitas
Model mengalami

tabel sebesar 1.69 (t-hitung0.85, diduga kuat model

dengankoefisien determinasi.

mengalami masalah

Sedangkan nilai Chi square pada α

multikolonieritas.

= 5% dengan df 40-3 = 37 adalah

korelasi diantara umur

sebesar 52.19. Karena nilai Chi

responden, pendapatan responden,

square hitung lebih besar dari nilai

dan anggaran rekreasi adalah lemah

kritis Chi square tabel maka Ho

(dikatakan korelasi kuat apabila

diterima artinya tidak ada masalah

menunjukkan angka ≥85 persen).

heterokedastisitas. Hal ini berarti

Dengan demikian model layak untuk

tidak terjadi Heteroskedastisitas pada

digunakan dalam penelitian ini.

model regresi, sehingga model

2.

Uji Heterokedasitas

regresi dapat dipakai untuk

Heterokedastisitas dilakukan

memprediksi Pertumbuhan Ekonomi

untuk menguji apakah dalam sebuah

berdasar masukan variabel

model regresi, terjadi ketidaksamaan

independen-nya.

varians dari residual dari satu

3.

pengamatan ke pengamatan yang

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini

lain. Heterokedastisitas terjadi jika

bertujuan untuk melihat apakah

varian tidak konstan

dalam model regresi linear ada

(heterokedastisitas) dan terjadi

korelasi antara kesalahan penggangu

hubungan yang kuat antara residual.

pada periode t dengan kesalahan

Nilai koefisien determinasi

penggangu pada periode t-1

(R2) sebesar 0.428975. Nilai Chi

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi

square hitung sebesar 0.0008

maka terdapat masalah autokorelasi.

diperoleh dari informasi Obs* R2

Terjadinya autokorelasi dapat dilihat

yaitu jumlah observasi dikali

dari nilai Durbin-Watson stat (DW-

test). Pedoman umum (Rule of

Estimator) atau dengan kata lain

Thumb) untuk mengetahui ada atau

memiliki kemampuan yang baik

tidak adanya masalah autokorelasi

dalam menjelaskan hubungan antar

dalam model penelitian dapat dilihat

variabel dalam model.

dari besaran D-W test sebagai

4.

berikut:






Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk

Jika D-W test berkisar 2 atau [1,5 -

melihat apakah diantara residual dan

2,5] tidak ada masalah autokolerasi

varian dari model regresi

(ragu-ragu),

berdistribusi normal atau tidak.

Jika D-W < 1,5 atau mendekati 0

Kurva regresi dapat dikatakan

maka model mengalami masalah

berdistribusi normal jika probabilita

autokolerasi positif,

uji Jarque-Bera kurang dari 100

Jika D-W > 2,5 atau mendekati 4

persen. Artinya menolak Ho yang

maka model mengalami autokorelasi

menyatakan residual tidak

negatif.

berdistribusi normal. Sehingga

Berdasarkan hasil regresi, terlihat
tanda angka D-W sebesar 1.963384.
Hal ini berarti model regresi tidak

model regresi berada pada kondisi
tidak layak diteliti.
Grafik residual memiliki bentuk

terdapat masalah autokorelasi.

seperti kurva normal walaupun tidak

Setelah dilakukan beberapa

persis, maka model regresi

pengujian, hasilnya menunjukkan

memenuhi normalitas. Nilai

model regresi lolos uji asumsi klasik.

probabilita uji Jarque-Bera sebesar

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

11,60 persen atau kurang dari 100%

model dalam penelitian ini bersifat

menyatakan bahwa sebesar 11,60

BLUE (Best Liniear Unbiased

persen residual tidak berdistribusi

normal, sedangkan sisanya sebesar

sektor pariwisata yang dapat dilihat

88,40 persen mengatakan residual

dari Biaya Perjalanan (Travel Cost)

hasil regresi kemampuan responden

antara lain pendapatan wisatawan

untuk membayar terdistribusi normal

dan anggaran rekreasi wisatawan

dan variannya konstan, artinya

berpengaruh positif. Artinya jika

model ini berada pada kondisi layak

terjadi penambahan pendapatan dan

diteliti.

anggran rekreasi maka jumlah
wisatawan akan meningkat,

5.1.

KESIMPULAN

sedangkan pada variabel usia

Berdasarkan hasil dan pembahasan

semakin muda umur maka tingkat

maka dapat disimpulkan bahwa :

wisatawan meningkat sebesar satu

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

persen maka akan berpengaruh

peningkatan pariwisata Palembang

terhadap kemampuan membayar

yaitu variabel jumlah obyek wisata,

wisatawan dalam sektor pariwisata

jumlah wisatawan, dan tingkat

(cateris paribus), dan sebaliknya

hunian hotel. Ketiga faktor tersebut

semkin tua umur maka tingkat

dapat meningkatkan penerimaan

wisatawan menurun yang

pariwisata Kota Palembang. Variabel

disebabkan malasnya wisatawan

jumlah obyek wisata, jumlah

untuk berpergian.

wisatawan, dan tingkat hunian hotel

5.2.

ini berpengaruh besar terhadap

SARAN

Berdasarkan pengamatan terhadap

penerimaan daerah di sektor

penerimaan daerah sektor pariwisata

pariwisata.

di Kota Palembang, maka dapat

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan untuk membayar (WTP)

disampaikan saran-saran sebagai
berikut :

1. Pemerintah daerah Kota Palembang
perlu meningkatkan fasilitas dan
perawatan obyek wisata serta
membuka obyek wisata baru yang
memiliki daya tarik untuk didatangi
oleh wisatawan baik nusantara
maupun mancanegara.
2. Kontribusi sektor pariwisata
terhadap PAD bisa ditingkatkan lagi
dengan mempertimbangkan faktor
pendukung seperti sarana akomodasi
(hotel dan pondok wisata), restoran,
biro perjalanan wisata, obyek wisata,
daya tarik wisata, lembaga
pendidikan pariwisata dan
penghambat industri pariwisata

Alternatif Pendukung
Penerimaan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Malang”
Jurnal
Ekonomi dan Manajement.
FISIP
UNMER
Malang.
Fandeli, Chafid. “Potensi Obyek
Wisata
Alam Indonesia” Dalam:
Fandeli.
Chafid (Ed) 2001. Dasardasar
Manajemen
Kepariwisataan Alam.
Yogyakarta: Liberty.
Gafur, Juliafitri Dj. “Analisis
Kontribusi
Sektor Pariwisata
Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Kota
Bitung”. Jurnal Ekonomi.

seperti pemantapan trade mark
Palembang sebagai daerah tujuan
wisata dan aksesibilitas penerbangan
langsung dari luar negeri ke Kota
Palembang.
DAFTAR PUSTAKA
Djatmikowati, Sri Hartini. 2007.
“Implementasi Kebijakan
Retribusi
Tempat Wisata
Sebagai

http://id.wikipedia.org/wiki/Elastisitas
Irayani, Marina. 2006. “Analisis
Penerimaan Daerah
Pemerintah
Kota Pekanbaru
Tahun
1999/2000-2003 (Studi
Komparatif
sebeum dan sesudah
Otonomi
Daerah)” Skripsi.
Universitas
Islam Indonesia Fakultas
Ekonomi

urusan Ekonomi
Pembangunan
Yogyakarta.
Karmani, Al. 2006. “Analisis
Penerimaan
Retribusi Pasar di
Kabupaten Ogan
Komring
Ilir”. Skripsi. Universitas
Sriwijaya.
Kerstenetzky, Celia. 2008.
“Sustainable
tourism: Basic Income for
Poor Communities”.
Lumbanbatu, Dorro. 2007.
“Elastisitas
Penerimaan Pajak
Penerangan
Jalan kota
Palembang”.
Skripsi. Universitas
Sriwijaya.
Mankiw, N. Gregory. “Pengantar
Mikro”.
Jakarta: Penerbit Salemba
empat.
2006.
Riduansyah, Mohammad. 2003.
“Kontribusi Pajak Daerah
dan
Rtribusi Daerah
terhadap
Pendapatan Asli Daerh
(PAD) dan
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD)
Guna
Mendukung Pelaksanaan
Otonomi
Daerah
(Studi Kasus

Pemerintah Daerah Kota
Bogor)”.
Pusat Pengembangan dan
Penelitian, Fakultas Ilmu
Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas
Indonesia.
Siswanto, Bambang. 2006.
“Elastisitas
Pajak Daerah Dalam
Menunjang
Otonomi Daerah Kota
Palembang”. Skripsi.
Universitas Sriwijaya.
Sudaryanto, Tri. 2007. “Kontribusi
Pajak
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di
Kabupaten
Bantul Tahun 1995-2005”,
Skripsi,
Universitas Wangsa
Manggala
Yogyakarta.
Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1999
tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999
tentang Otonomi Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004
tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2005
tentang Retribusi Daerah.

Wahab, Salah. 2003. “Manajemen
Kepariwisataan”. Jakarta:
Pradnya
Paramita
Yuningsih, Nining. 2005.
“Peningkatan
Pendapatan asli Daerah
(PAD)
Melalui
Pengembangan
Potensi Obyek Wisata
Pantai
Pangandaran di Kabupaten
Ciamis Jawa
Barat”,Skripsi,
Universitas Negeri
Semarang.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121