Asal Usul dan sejarah Mikroskop

Asal Usul sejarah Mikroskop
mikroskop (bahasa yunani: Micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk melihat
objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan
menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah
terlihat oleh mata.
dalam perkembangannya mikroskop mampu mempelajari organisme hidup yang berukuran sangat
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sehingga mikroskop memberikan kontribusi
penting dalam penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah mikrobiologi. Organisme
yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kadang-kadang disebut sebagai
mikroba, ataupun jasad renik. Dapat di amati dengan mikroskop.
Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah antonie van leeuwenhock (16321723) tahun 1675 antonie membuat mikroskop dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan
menumpuk lebih banyak lensa sehingga dia bisa mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air
hujan yang menggenang dan air jambangan bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Ia
menyebut benda-benda bergerak tadi dengan ‘animalcule’
jenis-jenis mikroskop
jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop
ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang
diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.
Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan.

Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop diseksi
untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk mengamati
bagian dalam sel. Mikroskop monokuler merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler
dan binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan,
mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya digunakan pelajar)
dan mikroskop riset (mikroskop dark-field, fluoresens, fase kontras, nomarski dic, dan konfokal).
struktur mikroskop
ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu:
Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa okuler.
Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja objek, pemutar halus
dan kasar, penjepit kaca objek, dan sumber cahaya.
pembesaran
tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan dari benda yang dimikroskop
lebih besar. Pembesaran ini tergantung pada berbgai faktor, diantaranya titik fokus kedua
lensa( objektif f1 dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak(t) lensa objektif terhadap lensa okuler dan
yang ketiga adalah jarak pandang mata normal(sn). Rumus:
sifat bayangan
baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar
lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan


diperbesar terhadap posisi benda mula-mula, lalu yang menentukan sifat bayangan akhir
selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya, bayangan akhir mempunyai sifat yang
sama seperti bayangan sementara, semu, terbalik, dan lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop
elektron bayangan akhir mempunyai sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan
diperbesar. Jika seseorang yang menggunakan mikroskop cahaya meletakkan huruf a di bawah
mikroskop, maka yang ia lihat adalah huruf a yang terbalik dan diperbesar.
PERKEMBANGAN MIKROSKOP
Mikroskop Optis
Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah mikroskop optis. Mikroskop
ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang
diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.
Pada 1674 Leeuwenhok dengan menggunakan mikroskop sederhana, dia dapat melihat
mikroorganisme. Mikroorganime terlihat dari setetes air danau yang diamati dengan menggunakan
suatu lensa gelas. Benda-benda itu disebut ‘animalcules’ terlihat dalam berbagai bentuk, ukuran dan
warna. Leeuwenhoek mengamati organisme yang dikorek dari sela-sela giginya. Kemudian hasil
pengamatannya digambarkan dalam bentuk sketsa sel bakteri dengan bentuk seperti bola, batang,
dan spiral sama seperti bentuk bakteri yang dikenal pada saat ini.

Leeuwenhoek telah membuat lebih dari 500 gambar mikroskop. Dalam desain dasar mikroskop
Leeuwenhoek, sebagian orang menganggap itu hanyalah kaca pembesar (karena hanya terbuat

dari 1 lensa saja), bukan mikroskop seperti yang digunakan sekarang (yang terdiri dari 2 lensa).
Dibandingkan dengan mikroskop modern, mikroskop buatannya adalah perangkat yang sangat
sederhana, hanya menggunakan satu lensa, terpasang dalam lubang kecil di piring kuningan yang
membentuk tubuh instrumen. Spesimen dipasang pada titik fokus yang menempel di depan lensa,
dan posisi dan fokus bisa disesuaikan dengan memutar dua sekrup. Seluruh instrumen panjangnya
hanya 3-4 inci dan harus diangkat mendekat dengan mata dan memerlukan pencahayaan yang baik
serta kesabaran yang besar dalam penggunaanya. Meskipun pada jamannya telah ditemukan
mikroskop 2 lensa yang hampir mirip dengan mikropskop saat ini, namun pada saat itu
pembuatannya masih rumit dibandingkan mikroskop ala Leewenhoek. Dan dengan ketrampilan
Leewenhoek dalam membuat lensa, dia berhasil membuat mikroskop yang mampu memperbesar
objek sampai lebih dari 200 kali sehingga gambar yang dihasilkan lebih jelas dan lebih terang.
Meskipun ia sendiri tidak bisa menggambar dengan baik, ia mempekerjakan ilustrator untuk
menggambar objek yang ia amati dan gambar itu digunakan untuk melengkapi uraian tertulis dari
objek yang ia amati.

Mikroskop Cahaya
Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr. Ernst Ruska menggabungkan penemuan ini dan
membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931.
LOVE AND LIVE


Untuk hasil karyanya ini maka dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan
Nobel dalam fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan
menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya
tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang
menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada
masa itu)

Bagian-bagian dari mikroskop cahaya:
1. lensa okuler
2. lensa objektif
3. lensa objektif yang lain
4. pengatur fokus secara kasar
5. pengatur fokus secara halus
6. papan letak objek/sampel/preparat yang dilihat
7. sumber cahaya
8. kondensor cahaya
9. penjepit sampel
Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama “Compound light microscope” adalah sebuah
mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana
yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya

masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung
yang terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar kedalam
kondensor.
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang
berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga
sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler
terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa
tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan
lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja
mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor.
Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.
Contoh sehari-hari menggambarkan masalah utama mikroskop cahaya. Ketika digunakan dalam
biologi sel modern, cluster padat ribuan sel menghamburkan cahaya sehingga kuat bahwa sel-sel
yang terletak di belakang sebuah objek tidak dapat dilihat. Meskipun lebih dikenal dari fiksi ilmiah,
konsep diri merekonstruksi sinar laser menawarkan solusi yang menjanjikan untuk masalah ini.
percobaan yang terbentuk laser khusus balok mampu diri merekonstruksi bahkan di hadapan
berbagai hambatan, misalnya tingginya jumlah hamburan biologi sel-cahaya, yang berulang kali
menghancurkan laser sinar profil. Self-rekonstruksi bekerja karena foton tersebar (kuanta cahaya) di
pusat balok terus digantikan oleh foton baru dari samping. Foton dari semua pihak bertemu di
tengah balok hampir di fase dalam rangka membangun profil balok baru, tidak terpengaruh oleh

cukup tertinggal dari hamburan tersebut. Para ilmuwan itu menggunakan hologram komputer (alat
yang mengubah fasa cahaya) untuk memodifikasi sinar laser konvensional ke yang disebut Bessel
sehingga fase profil balok yang memiliki bentuk kerucut. Meskipun Bessel balok yang dikenal
sebagai difraksi-bebas dalam ruang bebas, telah benar-benar jelas apakah, dan apa gelar, mereka
bisa mendapatkan kembali bentuk balok pertama mereka juga di media homogen, di mana
hamburan cahaya yang cukup.

Menelusuri Sejarah Penemuan Mikroskop
Kategori : Mikroskop

Mikroskop secara sederhana diartikan sebagai sebuah alat yang memungkinkan
manusia untuk mengamati suatu benda atau makhluk hidup yang berukuran terlampau
kecil sehingga tidak bisa dilihat dan diamati hanya dengan menggunakan mata
telanjang. Hadirnya mikroskop memunculkan cabang ilmu baru yang diberi nama
Mikrobiologi. Ilmu ini berkembang pesat dengan bertumpu pada kemampuan
mikroskop menampilkan hal-hal yang sangat detil dari objek yang diamati. Mikroskop
merupakan penemuan yang luar biasa dan berjasa mengembangkan multidisiplin
ilmu. Sejarah mikroskop tak bisa lepas dari penemuan lensa oleh seorang
ilmuan Thonius Philips Van Leewenhoek (1632-1723). Sejak belia, ia memang sudah
terpesona dengan lensa. Hal ini yang menjadikan ia begitu giat mempelajari lensa

selama hidupnya. Leewenhoek terdaftar sebagai salah satu mahasiswa Ilmu
Pengetahuan Alam yang lahir dan besar di Belanda. Ia dipenuhi dengan imajinasi
tentang makhluk berukuran mikro yang hidup bebas dan luput dari perhatian manusia.
Imajinasi ini, serta ketertarikannya pada lensa juga cermin yang kemudian mengilhami
ia menciptaka sebuah alat yang kini kita kenal dengan nama Mikroskop.
Pada awal kemunculannya, mikroskop hanya memiliki satu lensa saja yakni jenis lensa
okuler. Hal ini kemudian membuat para ahli banyak yang mengecilkan peranan
Leewenhoek dalam sejarah mikroskop sebab mereka beranggapan alat yang dibuat

oleh Leewenhoek bukan mikroskop melainkan lensa dengan corong yang tak lebih dari
sebuah kaca pembesar saja. Terlepas dari polemik sejarah yang ada, pastinya
Leewenhoek telah membuat sekitar 250 buah dengan pembesaran lensa 200 sampai
300 kali dari pembesaran awalnya. Dengan menggunakan alat yang ia temukan,
Leewenhoek berhasil mengamati mikroba yang yang ada pada tetesan air danau.
Perkembangan selanjutnya dalam sejarah mikroskop dimulai secara revolusioner
dengan campur tangan seorang ilmuan dari Berlin University bernama Dr. Ernest
Ruska. Ia menggembangkan penemuan Thonius Philips Van Leewenhoek yang hanya
menggunakan satu lensa dan kemudian menciptakan mikroskop transmisi electron
atau TEM pada tahun 1931. Berkat penemuan ini, lembaga pemberi Nobel di Norwegia
menganugerahkan Nobel Fisika padanya di tahun 1986. Mikroskop yang

dikembangakan oleh Dr. Ernest Ruska menggunakan dua lensa dengan medan magnet.
Selanjutnya, 3 tahun berelang, ia kemudian menciptakan mikroskop dengan tiga buah
lensa yang mampu membidik dengan resolusi sampai 100 nm. Angka ini jauh lebih
baik jika dibandingkan dengan jenis mikroskop cahaya yang saat itu lazim digunakan.
Dalam perkembangan sejarah mikroskop, perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya kajian mengenai mikroorganisme menjadi lebih mudah dan berdampak baik
pada berbagai bidang salah satunya adalah medis. Dengan mikroskop, peneliti lebih
bisa mengamati berbagai bakteri juga virus yang menyebabkan sejumlah oenyakit
serius untuk kemudian mencari kelemahannya dan menciptakan formula untuk
membasminya. Semua keajaiban tersebut tak bisa dipisahkan dari keberadaan
Mikroskop. Dan bukan hal yang berlebihan jika generasi saat ini berterimakasih pada
ilmuan cerdas bernama Thonius Philips Van Leewenhoek.

sejarah asal usul penemuan dan perkembangan mikroskop
sejarah asal-usul penemuan dan Perkembanganya Mikroskop - Mikroskop secara
sederhana diartikan sebagai sebuah alat yang memungkinkan manusia untuk
mengamati suatu benda atau makhluk hidup yang berukuran terlampau kecil sehingga
tidak bisa dilihat dan diamati hanya dengan menggunakan mata telanjang.

Zacharias Janssen


Dalam sejarah, yang dikenal sebagai pembuat mikroskop pertama kali adalah 2
ilmuwan Jerman, yaitu Hans Janssen dan Zacharias Janssen (ayah-anak) pada tahun
1590. Temuan mikroskop saat itu mendorong ilmuan lain, seperti Galileo Galilei (Italia),
untuk membuat alat yang sama. Galileo menyelesaikan pembuatan mikroskop pada
tahun 1609, dan mikroskop yang dibuatnya dikenal dengan nama mikroskop Galileo.
Mikroskop jenis ini menggunakan lensa optik, sehingga disebut mikroskop optik.
Mikroskop yang dirakit dari lensa optic memiliki kemampuan terbatas dalam
memperbesar ukuran obyek. Hal ini disebabkan oleh limit difraksi cahaya yang
ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Secara teoritis, panjang gelombang cahaya
ini hanya sampai sekitar 200 nanometer. Untuk itu, mikroskop berbasis lensa optik ini
tidak bisa mengamati ukuran di bawah 200 nanometer.

Hans Janssen

Untuk melihat benda berukuran di bawah 200 nanometer, diperlukan mikroskop dengan
panjang gelombang pendek. Dari ide inilah, di tahun 1932 lahir mikroskop elektron.

Sebagaimana namanya, mikroskop elektron menggunakan sinar elektron yang panjang
gelombangnya lebih pendek dari cahaya. Karena itu, mikroskop elektron mempunyai

kemampuan pembesaran obyek (resolusi) yang lebih tinggi dibanding mikroskop optik.
Sebenarnya, dalam fungsi pembesaran obyek, mikroskop elektron juga menggunakan
lensa, namun bukan berasal dari jenis gelas sebagaimana pada mikroskop optik, tetapi
dari jenis magnet. Sifat medan magnet ini bisa mengontrol dan mempengaruhi elektron
yang melaluinya, sehingga bisa berfungsi menggantikan sifat lensa pada mikroskop
optik. Kekhususan lain dari mikroskop elektron ini adalah pengamatan obyek dalam
kondisi hampa udara (vacuum). Hal ini dilakukan karena sinar elektron akan terhambat
alirannya bila menumbuk molekul-molekul yang ada di udara normal. Dengan membuat
ruang pengamatan obyek berkondisi vacuum, tumbukan elektron-molekul bisa
terhindarkan.
Ada 2 jenis mikroskop elektron yang biasa digunakan, yaitu transmission electron
microscopy (TEM) dan scanning electron microscopy (SEM). TEM dikembangkan
pertama kali oleh Ernst Ruska dan Max Knoll, 2 peneliti dari Jerman pada tahun 1932.
Saat itu, Ernst Ruska masih sebagai seorang mahasiswa doktor dan Max Knoll adalah
dosen pembimbingnya. Karena hasil penemuan yang mengejutkan dunia tersebut, Ernst
Ruska mendapat penghargaan Nobel Fisika pada tahun 1986. Sebagaimana namanya,
TEM bekerja dengan prinsip menembakkan elektron ke lapisan tipis sampel, yang
selanjutnya informasi tentang komposisi struktur dalam sample tersebut dapat
terdeteksi dari analisis sifat tumbukan, pantulan maupun fase sinar elektron yang
menembus lapisan tipis tersebut. Dari sifat pantulan sinar elektron tersebut juga bisa

diketahui struktur kristal maupun arah dari struktur kristal tersebut. Bahkan dari analisa
lebih detail, bisa diketahui deretan struktur atom dan ada tidaknya cacat (defect) pada
struktur tersebut. Hanya perlu diketahui, untuk observasi TEM ini, sample perlu
ditipiskan sampai ketebalan lebih tipis dari 100 nanometer. Dan ini bukanlah pekerjaan
yang mudah, perlu keahlian dan alat secara khusus. Obyek yang tidak bisa ditipiskan
sampai order tersebut sulit diproses oleh TEM ini. Dalam pembuatan divais elektronika,
TEM sering digunakan untuk mengamati penampang/irisan divais, berikut sifat kristal
yang ada pada divais tersebut. Dalam kondisi lain, TEM juga digunakan untuk
mengamati irisan permukaan dari sebuah divais.
Tidak jauh dari lahirnya TEM, SEM dikembangkan pertama kali tahun 1938 oleh Manfred
von Ardenne (ilmuwan Jerman). Konsep dasar dari SEM ini sebenarnya disampaikan oleh
Max Knoll (penemu TEM) pada tahun 1935. SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar
elektron pada permukaan sampel, yang selanjutnya informasi yang didapatkan diubah
menjadi gambar. Imajinasi mudahnya gambar yang didapat mirip sebagaimana gambar
pada televisi.
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada mikroskop
optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron
sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan sampel ketika permukaan
sampel tersebut discan dengan sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul
yang terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya

ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di
layar CRT inilah gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses
operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan
untuk melihat obyek dari sudut pandang 3 dimensi.
Demikian, SEM mempunyai resolusi tinggi dan familiar untuk mengamati obyek benda
berukuran nano meter. Meskipun demikian, resolusi tinggi tersebut didapatkan untuk
scan dalam arah horizontal, sedangkan scan secara vertikal (tinggi rendahnya struktur)
resolusinya rendah. Ini merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui
pemecahannya. Namun demikian, sejak sekitar tahun 1970-an, telah dikembangkan
mikroskop baru yang mempunyai resolusi tinggi baik secara horizontal maupun secara
vertikal, yang dikenal dengan "scanning probe microscopy (SPM)". SPM mempunyai
prinsip kerja yang berbeda dari SEM maupun TEM dan merupakan generasi baru dari
tipe mikroskop scan. Mikroskop yang sekarang dikenal mempunyai tipe ini adalah
scanning tunneling microscope (STM), atomic force microscope (AFM) dan scanning
near-field optical microscope (SNOM). Mikroskop tipe ini banyak digunakan dalam riset
teknologi nano ".

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah sebuah alat untuk
melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata kasar. Ilmu yang mempelajari
benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti
sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.

Sejarah ditemukannya mikroskop sejalan dengan penelitian terhadap mikrobiologi. Yang
memasuki masakeemasan saat berhasil mengamati jasad renik. Pada tahun 1664 Robert
Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat
melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat
mikroskop amatir berkebangsaan Jerman yaitu Antoni Van Leeuwenhoek (1632-1723),
menggunakan mikroskop dengan konstruksi yang sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia
dapat melihat organisme sekecil mikroorganisme (Kusnadi, 2003).
Kata mikroskop bersal dari bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan scropos yang
artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop adalah alat untuk melihat
obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Alat utama dalam mikroskop
yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam mikroskop baik
lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar
lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang

mempunyai sifat semu, tebalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula (Anonim,
2009). Dua nilai penting sebuah mikroskop adalah daya pembesaran dan penguraiannya, atau
resolusi. Pembesaran mencerminkan berapa kali lebih besar objeknya terlihat dibandingkan
dengan ukuran sebenarnya. Daya urai merupakan ukuran kejelasan citra; yaitu jarak minimum
dua titik yang dapat dipisahkan dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik berbeda dan
terpisah (Campbell, 2000). Mikroskop yang menggunakan cahaya disebut mikroskop optik.
Mikroskop optik dapat dibedakanmenjadi mikroskop biologi atau monokuler dan mikroskop
stereo atau binokuler. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis dan trans
paran. Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler
atau stereo digunakan un tuk pengamatan yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak.
Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu (Tim
Pengajar, 2009). Mikroskop yang biasa digunakan dalam laboratorium biologi adalah mikroskop
monokuler (latin : mono = satu, oculus = mata). Kebanyakan objek yang akan diamati dengan
menggunakan mikroskop monokuler ini harus memiliki ukuran yang kecil atau tipis sehingga
dapat ditembus cahaya. Bentuk dan susunan objek tersebut dapat dibedakan karena beberapa
bagian objek itu lebih banyak menyerap cahaya dari pada bagian-bagian yang lain. Mikroskop
membuat benda-benda kecil kelihatan lebih besar dari pada wujud sebenarnya, hal ini disebut
perbesaran. Mikroskop juga dapat membuat kita melihat pola-pola terperinci yang tidak tampak
oleh mata telanjang, hal ini disebut penguraian (Goldsten, 2004). Semakin tipis bahan yang
diperiksa semakin jelas nahan yang diperoleh. Cahaya yang dipantulkan dari suatu titik objek
tidak dapat direkombinasi kagi untuk membuat titik lain yang sebenarnya, tetapi hanya sebuah
piringan cahaya. Daya pembesaransebuah mikroskop, yaitu kemampuan untuk membedabedakan rincian halus, adalah sebanding dengan medium yang ditransmisi. Cahaya
mempunyai panjang gelombang sekitar 0,5 mm dan daya pembesaran paling baik (meskipun
menggunakan cahaya dengan gelombang paling pendek) adalah sekitar 0,45 mm obyek yang
letaknya lebih dekat dari itu tidak akan diperbesar sebagai lebih dari satu objek (Abercombie,
1933). Dibalik semua keunggulan dan kegunaannya, mikroskop juga memiliki kelemahan yaitu
daya pisah, bukan daya pembesaran. Daya pisah adalah kemampuan untuk membedakan dua
titik yang berdekatan sebagai titik yang jelas seta terpisah. Peningkatan ukuran tanpa disertai
gambar yang jelas tidak berarti banyak bagi seorang yang menggunakan mikroskop. Ini berarti
tidak ada gunanya mendapat gambar yang besar tetapi kabur (W. lay. 1992).