MAKALAH HUKUM TATA NEGARA. dõ

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA
MENGATASI PENYALAHGUNAAN HAM DENGAN PEMBELAJARAN YANG
TEPAT DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Disusun :
Arief Aji Santoso

8111416303

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberi nikmat yang
banyak kepada kita sehingga kita dapat menjalani hari-hari yang indah ini. Shalawat serta
salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Alhamdulillah telah selesai pembuatan tugas makalah ini sebagai tugas mata kuliah Hukum
Tata Negara. Judul makalah ini ialah MENGATASI PENYALAHGUNAAN HAM DENGAN
PEMBELAJARAN YANG TEPAT DALAM SISTEM PENDIDIKAN, semoga dapat
diharapkan mampu dijadikan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dari makalah ini.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada saudara, atas waktunya untuk membaca
makalah ini. Mungkin banyak kesalahan yang nantinya akan anda temukan saat membaca
makalah ini, karena kesalahan datang dari semua manusia. Oleh sebab itu saya selaku penulis
mohon maaf, jika ada kesalahan pada penulisan makalah ini.
Saya berharap makalah yang saya buat ini mampu di terima banyak orang dan dijadikan
sebagai bacaan dan acuan pembuatan tulisan dari berbagai banyak penulis. Saya sebagai
penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis,

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia dan dilindungi secara teratur sebagai
hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal
yang mutlak sebagai hak-hak dasar seseorang. Secara inheren berhak karena dia adalah
manusia, dan yang melekat pada semua manusia, terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama,
asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti
yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. HAM membutuhkan

empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati hak
asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses
hukum berdasarkan keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk
kebebasan dari penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.
Doktrin tentang Hak Asasi Manusia sekarang ini sudah diterima universal sebagai a
moral, political, and legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang lebih
damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil. Oleh karena
itu, dalam negara hukum, jaminan perlindungan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri yang
mutlak harus ada di setiap negara yang dapat disebut rechtsstaat. Bahkan, dalam
perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan hak asasi manusia itu juga diharuskan tercantum
dengan tegas dalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis negara demokrasi
konstitusional, dan dianggap sebagai materi terpenting yang harus ada dalam konstitusi, di
samping materi ketentuan lainnya, seperti mengenai format kelembagaan dan pembagian
kekuasaan negara dan mekanisme hubungan antarlembaga negara. Di Indonesia Hak Asasi
Manusia sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan juga tertera di dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
HAM memanglah hak yang dimiliki oleh individu sejak berada dalam kandungan, akan
tetapi penggunaannya tidak dapat digunakan semena-mena sehingga mampu merugikan
pihak lain. Jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, banyak sekali kasus yang merupakan
perilaku penyalahgunaan Hak Asasi Manusia. Kita tahu bahwa pendidikan yang ada di

Indonesia saat ini sudah tidak lagi mementingkan ketiga aspek yang harus dicapai yakni,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Saat ini pendidikan hanya mementingkan mengenai

hasil akademis yang harus dicapai, dan seringkali mengabaikan perilaku dan moral para
generasi muda. Sehingga generasi muda saat yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak
memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan bebas dimana-mana, tawuran, free-sex,
bahkan narkoba telah berhasil membunuh para generasi muda. Bahkan ada kabar yang
mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan
transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati
diri bangsa Indonesia yang religius. Menurut juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad
Ismail Yusanto, jika LGBT jadi legal, maka itu malapetaka bagi Indonesia. HAM seperti
ruang permainan tanpa batas yang atas namanya, orang bisa bebas bergerak tanpa batas
seperti masyarakat Eropa yang menuntut same sex marriage atau perkawinan sejenis, ini bisa
menjadi kehancuran generasi manusia. Oleh sebab itu sangatlah penting pemerintah dan
seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih mengawasi makna dari HAM tersebut. Pemerintah
perlu membuat sebuah lembaga khusus untuk menstabilkan HAM agar tidak disalahgunakan
oleh kelompok tertentu. Dan pemerintah juga harus membuat peraturan-peraturan yang
mengontrol HAM agar tidak disalahgunakan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian HAM?

2. Bagaimana akibat dari penyalahgunaan HAM tersebut?
3. Bagaimana pemerintah menyelesaikan kasus penyalahgunaan HAM?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang cara menyelesaikan penyalahgunaan Hak
Asasi Manusia.
3. Untuk menambah pengetahuan tentang Hak Asasi Manusia.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia dan dilindungi secara teratur sebagai
hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal
yang mutlak sebagai hak-hak dasar seseorang. Secara inheren berhak karena dia adalah
manusia, dan yang melekat pada semua manusia, terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama,
asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti
yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. HAM membutuhkan

empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati hak
asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses
hukum berdasarkan keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk
kebebasan dari penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.
2.2 AKIBAT DARI PENYALAHGUNAAN HAM
HAM memanglah hak yang dimiliki oleh individu sejak berada dalam kandungan, akan
tetapi penggunaannya tidak dapat digunakan semena-mena sehingga mampu merugikan
pihak lain. Jika dikaitkan dalam dunia pendidikan, banyak sekali kasus yang merupakan
perilaku penyalahgunaan Hak Asasi Manusia. Kita tahu bahwa pendidikan yang ada di
Indonesia saat ini sudah tidak lagi mementingkan ketiga aspek yang harus dicapai yakni,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Saat ini pendidikan hanya mementingkan mengenai
hasil akademis yang harus dicapai, dan seringkali mengabaikan perilaku dan moral para
generasi muda. Sehingga generasi muda saat yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak
memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan bebas dimana-mana, tawuran, free-sex,
bahkan narkoba telah berhasil membunuh para generasi muda. Bahkan ada kabar yang
mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan
transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati
diri bangsa Indonesia yang religius. Menurut juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad
Ismail Yusanto, jika LGBT jadi legal, maka itu malapetaka bagi Indonesia. HAM seperti
ruang permainan tanpa batas yang atas namanya, orang bisa bebas bergerak tanpa batas


seperti masyarakat Eropa yang menuntut same sex marriage atau perkawinan sejenis, ini bisa
menjadi kehancuran generasi manusia.
2.3

PERAN

PEMERINTAH

DALAM

MENYELESAIKAN

KASUS

PENYALAHGUNAAN HAM
Kita tahu bahwa pendidikan yang ada di Indonesia saat ini sudah tidak lagi
mementingkan ketiga aspek yang harus dicapai yakni, pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Saat ini pendidikan hanya mementingkan mengenai hasil akademis yang harus dicapai, dan
seringkali mengabaikan perilaku dan moral para generasi muda. Sehingga generasi muda saat

yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan
bebas dimana-mana, tawuran, free-sex, bahkan narkoba telah berhasil membunuh para
generasi muda. Bahkan ada kabar yang mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin
melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM.
Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang religius.
Hal tersebut bukan sepenuhnya kesalahan seorang pendidik, kita tahu realitanya,
peristiwa-peristiwa yang menjadi promblematika dalam pendidikan bahkan menyangkut
bagaimana nasib generasi muda Indonesia kedepannya, yaitu “hilangnya moral, hancurnya
generasi muda” sringkali terjadi, namun sayangnya generasi muda yang tidak memiliki moral
yang baik saat diberikan suatu teguran dari seorang guru baik berupa teguran lisan, tulisan,
maupun suatu tindakan langsung, mereka (yang ditegur) memanfaatkan HAMnya untuk
membela dirinya agar tidak bersalah. Yang kemudian berakibat pada seorang pendidikan
yang harus menerima hukuman karena perilakunya yang justru dapat menjadikan generasi
muda menjadi lebih baik. Inilah realita yang ada, saat orang berniat baik justru diberikan
hukuman, dan mereka yang menjadi pelaku “hancurnya karakteristik bangsa” dengan sejuta
cara memanfaatkan HAM berhasil menyabet gelar “tak bersalah” bahkan dinyatakan sebagai
“korban”.
Oleh karena itu Pemerintah diharapkan mampu mengendalikan makna dari HAM
tersebut, sehingga tidak dapat disalahgunakan oleh masyarakat luas. Dunia pendidikan wajib
memberikan pengetahuan tentang makna dari sebenarnya HAM tersebut, agar para generasi

muda mampu memilah makna dari HAM itu sendiri. Jika perlu, Pemerintah dapat membuat
sebuah peraturan baru yang dapat mengatur HAM, seperti membuat UU baru atau merefisi
UU tentang HAM tersebut. Sehingga tidak dapat disalahgunakan. Sehingga ada hukum yang
mengatur tindakan penyalahgunaan tersebut. Tentu juga tak lupa untuk merubah moral dari
aparatur hukum itu sendiri, sehingga mampu menangani kasus yang terjadi. Mengutip dari

buku Dr. Martitah M.Hum. (Mahkamah Konstitusi. 2013 Hal:77) yakni, “ Hukum menjadi
statis dan stagnan manakala tidak berusaha menyaingi dan menyingkirkan hambatanhambatan yang menjadi stagnan. Salah satu hal yang akan terhambat adalah tidak ada
munculnya kekuatan yang sebenarnya ada secara inheren dalam hukum. Kekuatan yang
tersimpan itu menjadi tidak muncul karena para penegak hukum sendiri yang
menyebabkannya. Penghambatannya adalah cara berhukum yang hanya mengeja teks UU,
sehingga tidak mucul kekuatan hukum yang menyelesaikan persoalan.”.
Perlunya tindakan khusus untuk menangani kasus penyalahgunaan HAM tersebut,
sehingga Indonesia dapat melahirkan penerus yang memiliki moral dan akhlak yang naik
demi terciptanya bangsa yang ideal.

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang

menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia dan dilindungi secara teratur sebagai
hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal
yang mutlak sebagai hak-hak dasar seseorang. Secara inheren berhak karena dia adalah
manusia, dan yang melekat pada semua manusia, terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama,
asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti
yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. HAM memanglah
hak yang dimiliki oleh individu sejak berada dalam kandungan, akan tetapi penggunaannya
tidak dapat digunakan semena-mena sehingga mampu merugikan pihak lain. Jika dikaitkan
dalam dunia pendidikan, banyak sekali kasus yang merupakan perilaku penyalahgunaan Hak
Asasi Manusia. Kita tahu bahwa pendidikan yang ada di Indonesia saat ini sudah tidak lagi
mementingkan ketiga aspek yang harus dicapai yakni, pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Saat ini pendidikan hanya mementingkan mengenai hasil akademis yang harus dicapai, dan
seringkali mengabaikan perilaku dan moral para generasi muda. Sehingga generasi muda saat
yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan
bebas dimana-mana, tawuran, free-sex, bahkan narkoba telah berhasil membunuh para

generasi muda. Bahkan ada kabar yang mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin
melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM.
Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang religius. Pemerintah
diharapkan mampu mengendalikan makna dari HAM tersebut, sehingga tidak dapat

disalahgunakan oleh masyarakat luas. Pemerintah perlu membuat sebuah peraturan baru yang
dapat mengatur HAM, seperti membuat UU baru atau merefisi UU tentang HAM tersebut.
Sehingga tidak dapat disalahgunakan. Sehingga ada hukum yang mengatur tindakan
penyalahgunaan tersebut. Tentu juga tak lupa untuk merubah moral dari aparatur hukum itu
sendiri, sehingga mampu menangani kasus yang terjadi.
3.2 SARAN
Jadilah manusia yang bermartabat, yang memiliki akhlak yang baik. Maka perbaikilah
moralmu, ahlakmu, dan jangan menyalahgunakan istilah Hak Asasi Manusia yang
menjadikan kita generasi yang manja dan tak lagi berdiri dengan tegak menjunjung tinggi
harkat dan martabat

DAFTAR PUSTAKA
http://gitaindahsafitrirathono.blogspot.co.id/2016/05/ham-disalahgunakan-pendidikan-danmoral.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/03/nefpmg-astagfirullah-hamdisalahgunakan-untuk-legalisasi-homoseksual-biseksual-dan-transgender
Martitah, 2013. Mahkamah Konstitusi: Dari Negative Legislature ke Positive Legislature?.
Jakarta: Konstitusi Press.