Struktur Ekonomi dan spesialisa (1)

PENDAPATAN NASIONAL, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR EKONOMI
4.1 konsep-konsep pendapatan Nasional Indonesia
Istilah “pendapatan nasional” dapat berarti sempit dan luas. Dalam arti sempit adalah
national income. Dalam arti luas berarti Produk nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik
Bruto (PDB), Gross Domestic Produk (GDP), atau Gross Nasional Produk (GNP), Produk
Nasional Netto (PNN), atau Net Nasional Produk (NNP), atau National Income (NI).
4.1.1

Metode Penghitungan Pendapatan Nasional

Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan produk domestik bruto. PDB
itu dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu : (1) pendekatan
produksi, (2) pendekatan pendapatan, dan (3) pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor atau
lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9) sewa rumah,
(10) pemerintahan, dan (11) jasa.
Sedangkan menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima

oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu setahun. Adapun menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah
jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap
domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi rumah tangga, serta (4)
ekspor neto ( ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun. Produk nasional Bruto
(PNB) adalah produk domestik bruto ditambah pendapatan netto atas faktor luar negeri.
Yang dimaksud dengan pendapatan netto atas faktor luar negeri ialah pendapatan atas
faktor produksi warga negara Indonesia yang dihasilkan di luar negeri dikurangi pendapatan
atas faktor produksi warga negara asing yang dihasilkan di Indonesia. Pajak tak langsung
neto ialah jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah
seluruh subsidi yang diberikan pemerintah. Apabila produk nasional neto atas dasar harga
pasar tadi dikurangi dengan pajak tak langsung neto ini, maka diperolehlah angka produk
nasional neto atas dasar biaya faktor produksi.
4.1.2

Metode Penghitungan Pertumbuhan Riil

PDB, PNB, PNN, dan PN secara umum disebut agregat ekonomi maksudnya angka
besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu negara. Ada tiga metode untuk

mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan yaitu :


Metode revaluasi

Dilakukan dengan cara menilai produki masing-masing tahun dengan menggunakan harga
tahun tertentu.


Metode ekstrapolasi

Dilakukan dengan cara memperbarui (updating) nilai tahun dasar sesuai dengan indeks
produksi atau tungkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.


Metode deflasi

Dilakukan dengan cara membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relatif yang
sesuai.
4.1.3


Metode Penghitungan Nilai Tambah

Nilai tambah (added value) adalah selisih antara nilai akhir suatu produk dengan nilai bahan
bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut di
sektor yang bersangkutan. Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan terdapat
empat macam cara yaitu : (1) metode deflasi ganda, (2) metode ekstrapolasi langsung, (3)
metode deflasi langsung, (4) metode deflasi komponen pendapatan.
Metode deflasi ganda dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika keluaran (intermediateinput) menurut harga konstan. Metode deflasi langsung dilakukan dengan menggunakan
indeks harga implisit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga
produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut
harga yang berlaku. Metode deflasi komponen pendapatan dilakukan dengan cara
mendeflaksikan komponen-komponen nilai tambah atas pendapatan-pendapatan yang
membentuk unsur nilai tambah tersebut, yakni pendapatan tenaga kerja, modal dan
manajemen.
4.2 Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan nasional Indonesia pada tahun 1993, menurut taksiran biro pusat statistik,
sebesar Rp 116.8 triliun. Sedangkan PDB dan PNB untuk tahun yang sama masing-masing
Rp 139,6 triliun dan Rp 133,4 triliun.


TABEL 4.1 Produk Domestik Bruto, Produk nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional
Indonesia, pada tahun 1987 – 1993, Menurut Harga Konstan pada tahun 1983 (dalam miliar
dollar)
keterangan

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993
149.


PDB

94.518

perubahan (%)
PNB

90.270

perubahan (%)
PN
perubahan (%)

80.145

100.045

107.525

115.308


123.264

131.174

643

5,85

7,48

7,24

6,9

6,42

6,46

96.500


103.726

110.986

118.745

126.146

133.417

6,9

7,49

7

6,99

6,23


5,76

85.147

90.342

97.231

104.460

110.642

116.814

6,24

6,1

7,63


7,44

5,92

5,58

Sumber : institute banker Indonesia, statistik-indikator moneter, perbankan dan sektor riil,
Agustus 1994, halaman 47. angka-angka untuk tiga tahun terakhir merupakan taksiran
sementara
Secara spesifik, jika diukur berdasarkan angka-angka PDB, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang periode 25 tahun era PJPT I tergolong tinggi. Selama pelita I
perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 8,56% per tahun. Dalam pelita II laju
pertumbuhan itu menurun menjadi rata-rata 6,96% per tahun tingginya pertumbuhan
ekonomi selama dua pelita ini adalah berkat bonanza (“rezeki nomplok”) minyak bumi yang
kita terima.
4.3 Pendapatan per kapita dan kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan kenaikan nilai riil produk domestik bruto (PDB),
bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro.
Pertumbuhan ekonomi itu juga telah menaikkan pendapatan per kapita masyarakat.di dalam

lingkup Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993,
pendapatan per kapita Indonesia adalah yang terendah. Bahkan masih lebih rendah dari
Filipina yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, mengalami pertumbuhan pendapatan
per kapita negatif.
Terhadap India, perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik. Bukan saja karena
pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat.
Akan tetapi terhadap Cina, keadaan sebaliknya bisa terjadi. Meskipun sekarang PNB per

kapita Cina lebih rendah, pertumbuhan mereka akhir-akhir ini jauh lebih cepat. Tolok ukur
lain mengenai kesejahteraan penduduk sebuah negeri, yang bukan ditinjau berdasarkan
aspek pendapatan, sangat bervariasi.
TABEL 4.5 Beberapa Tolok Ukur Kesejahteraan Nonpendapatan Indonesia Dalam
Perbandingan Internasional
Tahu

Tolok Ukur

RR

Malay


Amerik

-

a

n

Indo-

Acua

nesi

Indi

Cin

Satua

n

a

a

a

sia

Serukat

g

tahun

1993

63

61

69

71

76

80

orang

1993

56

80

30

13

9

4

92

0,2

0,4

1,4

0,4

2,4

1,6

1990

23

52

27

22

1991

48

52

61

23

10

17

Jepan

Harapan
Hidup
Kematian
Bayi
per 1000
Kelahiran
Jumlah
Dokter per
1000
Penduduk

1988orang

Penduduk
Dewasa
perse
Buta Aksara

n

Porsi
Pengeluara
n
untuk

perse

Pangan

n

Sumber : World Development Report, 1993 dan 1955

Berkenaan dengan prestasi pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan per kapita
Indonesia, salah satu masalah harus diingat dan perlu menjadikan perhatian di masa
datang. Masalah itu ialah cukup besarnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Dalam konteks pembangunan ekonomi, kaum wiraswastawan (enterpreneurs)
merupakan kebanggaan nasional. Guna mengurangi kemiskinan maka, selain tindakan
nyata melalui program-program pembangunan untuk itu, perlu diciptakan prakondisi yang
mendukungnya.
4.4 Struktur Ekonomi Indonesia
Strktur ekonomi dapat dilihat berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu :


Tinjauan mikro-sektoral

sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris, industrial, atau niaga.


Tinjauan keruangan

Suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional dan berstruktur
kekotaan/modern.


Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan

Menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis.


Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan

Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis dan yang
desentralis.
4.4.1

Tinjauan Makro-Sektoral

Dilihat secara makro-sektoral dalam membentuk produk domestik bruto perekonomian
Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris kini sudah berstruktur industrial.
Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDB yang pada tahun 1969 masih 46,9%
menjadi hanya tinggal 17,6% pada tahun 1993. dilain pihak, peranan sektor industri
pengolahan meningkat 8,3% menjadi 21,1% untuk kurun waktu yang sama.
4.4.2

Tinjauan Lain

Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980an, perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Sementara itu, pembangunan ekonomi yang
memang sengaja diarahkan ke industrialisasi tentu saja mengurangi kadar agraris struktur
perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan, karena perekonomian yang industrial
sudah menjadi konsensus nasional.
4.5 Konsep-konsep Pendapatan Ditinjau Kembali

Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan nasional gencar digugat. Konsep
konvensional yang ada dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama dalam
kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma yang berkelanjutan. Konsep
pendapatan yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukkan faktor biaya
kerusakan lingkungan di dalam penghitungannya. Apabila pendapatan nasional dihitung
dengan konsep gross domestic product (GDP) dan biaya lingkungan dilambangkan dengan
EC (Environtmental Cost), maka secara sederhana GDP-nya dapat dirumuskan sebagai :
Modified GDP = Conventional GDP – Enviromental Cost,
Alias
GDP mod = GDP – EC
Biaya kerusakan lingkungan meliputi nilai ekonomi yang hilang akibat misalnya
berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaannya
menjadi terbatas, penipisan cadangan sumber daya alam dan ongkos pemulihan kesehatan
yang terpaksa dikeluarkan masyarakat karena pencemaran lingkungan. Tinjauan ulang
konseptual bukan hanya terhadap pendapatan nasional secara agregat. Akan tetapi juga
terhadap konsep pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dianggap kurang memadai
untuk perbandingan internasional.