Struktur Ekonomi dan spesialisa (1)
PENDAPATAN NASIONAL, PERTUMBUHAN, DAN STRUKTUR EKONOMI
4.1 konsep-konsep pendapatan Nasional Indonesia
Istilah “pendapatan nasional” dapat berarti sempit dan luas. Dalam arti sempit adalah
national income. Dalam arti luas berarti Produk nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik
Bruto (PDB), Gross Domestic Produk (GDP), atau Gross Nasional Produk (GNP), Produk
Nasional Netto (PNN), atau Net Nasional Produk (NNP), atau National Income (NI).
4.1.1
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan produk domestik bruto. PDB
itu dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu : (1) pendekatan
produksi, (2) pendekatan pendapatan, dan (3) pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor atau
lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9) sewa rumah,
(10) pemerintahan, dan (11) jasa.
Sedangkan menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu setahun. Adapun menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah
jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap
domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi rumah tangga, serta (4)
ekspor neto ( ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun. Produk nasional Bruto
(PNB) adalah produk domestik bruto ditambah pendapatan netto atas faktor luar negeri.
Yang dimaksud dengan pendapatan netto atas faktor luar negeri ialah pendapatan atas
faktor produksi warga negara Indonesia yang dihasilkan di luar negeri dikurangi pendapatan
atas faktor produksi warga negara asing yang dihasilkan di Indonesia. Pajak tak langsung
neto ialah jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah
seluruh subsidi yang diberikan pemerintah. Apabila produk nasional neto atas dasar harga
pasar tadi dikurangi dengan pajak tak langsung neto ini, maka diperolehlah angka produk
nasional neto atas dasar biaya faktor produksi.
4.1.2
Metode Penghitungan Pertumbuhan Riil
PDB, PNB, PNN, dan PN secara umum disebut agregat ekonomi maksudnya angka
besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu negara. Ada tiga metode untuk
mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan yaitu :
Metode revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produki masing-masing tahun dengan menggunakan harga
tahun tertentu.
Metode ekstrapolasi
Dilakukan dengan cara memperbarui (updating) nilai tahun dasar sesuai dengan indeks
produksi atau tungkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.
Metode deflasi
Dilakukan dengan cara membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relatif yang
sesuai.
4.1.3
Metode Penghitungan Nilai Tambah
Nilai tambah (added value) adalah selisih antara nilai akhir suatu produk dengan nilai bahan
bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut di
sektor yang bersangkutan. Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan terdapat
empat macam cara yaitu : (1) metode deflasi ganda, (2) metode ekstrapolasi langsung, (3)
metode deflasi langsung, (4) metode deflasi komponen pendapatan.
Metode deflasi ganda dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika keluaran (intermediateinput) menurut harga konstan. Metode deflasi langsung dilakukan dengan menggunakan
indeks harga implisit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga
produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut
harga yang berlaku. Metode deflasi komponen pendapatan dilakukan dengan cara
mendeflaksikan komponen-komponen nilai tambah atas pendapatan-pendapatan yang
membentuk unsur nilai tambah tersebut, yakni pendapatan tenaga kerja, modal dan
manajemen.
4.2 Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan nasional Indonesia pada tahun 1993, menurut taksiran biro pusat statistik,
sebesar Rp 116.8 triliun. Sedangkan PDB dan PNB untuk tahun yang sama masing-masing
Rp 139,6 triliun dan Rp 133,4 triliun.
TABEL 4.1 Produk Domestik Bruto, Produk nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional
Indonesia, pada tahun 1987 – 1993, Menurut Harga Konstan pada tahun 1983 (dalam miliar
dollar)
keterangan
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
149.
PDB
94.518
perubahan (%)
PNB
90.270
perubahan (%)
PN
perubahan (%)
80.145
100.045
107.525
115.308
123.264
131.174
643
5,85
7,48
7,24
6,9
6,42
6,46
96.500
103.726
110.986
118.745
126.146
133.417
6,9
7,49
7
6,99
6,23
5,76
85.147
90.342
97.231
104.460
110.642
116.814
6,24
6,1
7,63
7,44
5,92
5,58
Sumber : institute banker Indonesia, statistik-indikator moneter, perbankan dan sektor riil,
Agustus 1994, halaman 47. angka-angka untuk tiga tahun terakhir merupakan taksiran
sementara
Secara spesifik, jika diukur berdasarkan angka-angka PDB, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang periode 25 tahun era PJPT I tergolong tinggi. Selama pelita I
perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 8,56% per tahun. Dalam pelita II laju
pertumbuhan itu menurun menjadi rata-rata 6,96% per tahun tingginya pertumbuhan
ekonomi selama dua pelita ini adalah berkat bonanza (“rezeki nomplok”) minyak bumi yang
kita terima.
4.3 Pendapatan per kapita dan kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan kenaikan nilai riil produk domestik bruto (PDB),
bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro.
Pertumbuhan ekonomi itu juga telah menaikkan pendapatan per kapita masyarakat.di dalam
lingkup Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993,
pendapatan per kapita Indonesia adalah yang terendah. Bahkan masih lebih rendah dari
Filipina yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, mengalami pertumbuhan pendapatan
per kapita negatif.
Terhadap India, perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik. Bukan saja karena
pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat.
Akan tetapi terhadap Cina, keadaan sebaliknya bisa terjadi. Meskipun sekarang PNB per
kapita Cina lebih rendah, pertumbuhan mereka akhir-akhir ini jauh lebih cepat. Tolok ukur
lain mengenai kesejahteraan penduduk sebuah negeri, yang bukan ditinjau berdasarkan
aspek pendapatan, sangat bervariasi.
TABEL 4.5 Beberapa Tolok Ukur Kesejahteraan Nonpendapatan Indonesia Dalam
Perbandingan Internasional
Tahu
Tolok Ukur
RR
Malay
Amerik
-
a
n
Indo-
Acua
nesi
Indi
Cin
Satua
n
a
a
a
sia
Serukat
g
tahun
1993
63
61
69
71
76
80
orang
1993
56
80
30
13
9
4
92
0,2
0,4
1,4
0,4
2,4
1,6
1990
23
52
27
22
1991
48
52
61
23
10
17
Jepan
Harapan
Hidup
Kematian
Bayi
per 1000
Kelahiran
Jumlah
Dokter per
1000
Penduduk
1988orang
Penduduk
Dewasa
perse
Buta Aksara
n
Porsi
Pengeluara
n
untuk
perse
Pangan
n
Sumber : World Development Report, 1993 dan 1955
Berkenaan dengan prestasi pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan per kapita
Indonesia, salah satu masalah harus diingat dan perlu menjadikan perhatian di masa
datang. Masalah itu ialah cukup besarnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Dalam konteks pembangunan ekonomi, kaum wiraswastawan (enterpreneurs)
merupakan kebanggaan nasional. Guna mengurangi kemiskinan maka, selain tindakan
nyata melalui program-program pembangunan untuk itu, perlu diciptakan prakondisi yang
mendukungnya.
4.4 Struktur Ekonomi Indonesia
Strktur ekonomi dapat dilihat berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu :
Tinjauan mikro-sektoral
sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris, industrial, atau niaga.
Tinjauan keruangan
Suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional dan berstruktur
kekotaan/modern.
Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
Menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis.
Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis dan yang
desentralis.
4.4.1
Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat secara makro-sektoral dalam membentuk produk domestik bruto perekonomian
Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris kini sudah berstruktur industrial.
Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDB yang pada tahun 1969 masih 46,9%
menjadi hanya tinggal 17,6% pada tahun 1993. dilain pihak, peranan sektor industri
pengolahan meningkat 8,3% menjadi 21,1% untuk kurun waktu yang sama.
4.4.2
Tinjauan Lain
Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980an, perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Sementara itu, pembangunan ekonomi yang
memang sengaja diarahkan ke industrialisasi tentu saja mengurangi kadar agraris struktur
perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan, karena perekonomian yang industrial
sudah menjadi konsensus nasional.
4.5 Konsep-konsep Pendapatan Ditinjau Kembali
Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan nasional gencar digugat. Konsep
konvensional yang ada dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama dalam
kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma yang berkelanjutan. Konsep
pendapatan yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukkan faktor biaya
kerusakan lingkungan di dalam penghitungannya. Apabila pendapatan nasional dihitung
dengan konsep gross domestic product (GDP) dan biaya lingkungan dilambangkan dengan
EC (Environtmental Cost), maka secara sederhana GDP-nya dapat dirumuskan sebagai :
Modified GDP = Conventional GDP – Enviromental Cost,
Alias
GDP mod = GDP – EC
Biaya kerusakan lingkungan meliputi nilai ekonomi yang hilang akibat misalnya
berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaannya
menjadi terbatas, penipisan cadangan sumber daya alam dan ongkos pemulihan kesehatan
yang terpaksa dikeluarkan masyarakat karena pencemaran lingkungan. Tinjauan ulang
konseptual bukan hanya terhadap pendapatan nasional secara agregat. Akan tetapi juga
terhadap konsep pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dianggap kurang memadai
untuk perbandingan internasional.
4.1 konsep-konsep pendapatan Nasional Indonesia
Istilah “pendapatan nasional” dapat berarti sempit dan luas. Dalam arti sempit adalah
national income. Dalam arti luas berarti Produk nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik
Bruto (PDB), Gross Domestic Produk (GDP), atau Gross Nasional Produk (GNP), Produk
Nasional Netto (PNN), atau Net Nasional Produk (NNP), atau National Income (NI).
4.1.1
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
Penghitungan pendapatan nasional Indonesia dimulai dengan produk domestik bruto. PDB
itu dapat dihitung atau diukur dengan tiga macam pendekatan yaitu : (1) pendekatan
produksi, (2) pendekatan pendapatan, dan (3) pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun.
Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor atau
lapangan usaha yaitu (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri
pengolahan, (4) listrik, gas dan air minum, (5) bangunan, (6) perdagangan, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) bank dan lembaga keuangan lainnya, (9) sewa rumah,
(10) pemerintahan, dan (11) jasa.
Sedangkan menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima
oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu setahun. Adapun menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah
jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi (1) pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, (2) pembentukan modal tetap
domestik bruto dan perubahan stok, (3) pengeluaran konsumsi rumah tangga, serta (4)
ekspor neto ( ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun. Produk nasional Bruto
(PNB) adalah produk domestik bruto ditambah pendapatan netto atas faktor luar negeri.
Yang dimaksud dengan pendapatan netto atas faktor luar negeri ialah pendapatan atas
faktor produksi warga negara Indonesia yang dihasilkan di luar negeri dikurangi pendapatan
atas faktor produksi warga negara asing yang dihasilkan di Indonesia. Pajak tak langsung
neto ialah jumlah seluruh pajak tak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi jumlah
seluruh subsidi yang diberikan pemerintah. Apabila produk nasional neto atas dasar harga
pasar tadi dikurangi dengan pajak tak langsung neto ini, maka diperolehlah angka produk
nasional neto atas dasar biaya faktor produksi.
4.1.2
Metode Penghitungan Pertumbuhan Riil
PDB, PNB, PNN, dan PN secara umum disebut agregat ekonomi maksudnya angka
besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu negara. Ada tiga metode untuk
mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan yaitu :
Metode revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produki masing-masing tahun dengan menggunakan harga
tahun tertentu.
Metode ekstrapolasi
Dilakukan dengan cara memperbarui (updating) nilai tahun dasar sesuai dengan indeks
produksi atau tungkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.
Metode deflasi
Dilakukan dengan cara membagi nilai masing-masing tahun dengan harga relatif yang
sesuai.
4.1.3
Metode Penghitungan Nilai Tambah
Nilai tambah (added value) adalah selisih antara nilai akhir suatu produk dengan nilai bahan
bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan nilai tambah produk tersebut di
sektor yang bersangkutan. Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan terdapat
empat macam cara yaitu : (1) metode deflasi ganda, (2) metode ekstrapolasi langsung, (3)
metode deflasi langsung, (4) metode deflasi komponen pendapatan.
Metode deflasi ganda dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika keluaran (intermediateinput) menurut harga konstan. Metode deflasi langsung dilakukan dengan menggunakan
indeks harga implisit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga
produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut
harga yang berlaku. Metode deflasi komponen pendapatan dilakukan dengan cara
mendeflaksikan komponen-komponen nilai tambah atas pendapatan-pendapatan yang
membentuk unsur nilai tambah tersebut, yakni pendapatan tenaga kerja, modal dan
manajemen.
4.2 Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan nasional Indonesia pada tahun 1993, menurut taksiran biro pusat statistik,
sebesar Rp 116.8 triliun. Sedangkan PDB dan PNB untuk tahun yang sama masing-masing
Rp 139,6 triliun dan Rp 133,4 triliun.
TABEL 4.1 Produk Domestik Bruto, Produk nasional Bruto, dan Pendapatan Nasional
Indonesia, pada tahun 1987 – 1993, Menurut Harga Konstan pada tahun 1983 (dalam miliar
dollar)
keterangan
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
149.
PDB
94.518
perubahan (%)
PNB
90.270
perubahan (%)
PN
perubahan (%)
80.145
100.045
107.525
115.308
123.264
131.174
643
5,85
7,48
7,24
6,9
6,42
6,46
96.500
103.726
110.986
118.745
126.146
133.417
6,9
7,49
7
6,99
6,23
5,76
85.147
90.342
97.231
104.460
110.642
116.814
6,24
6,1
7,63
7,44
5,92
5,58
Sumber : institute banker Indonesia, statistik-indikator moneter, perbankan dan sektor riil,
Agustus 1994, halaman 47. angka-angka untuk tiga tahun terakhir merupakan taksiran
sementara
Secara spesifik, jika diukur berdasarkan angka-angka PDB, pertumbuhan ekonomi
Indonesia sepanjang periode 25 tahun era PJPT I tergolong tinggi. Selama pelita I
perekonomian Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata 8,56% per tahun. Dalam pelita II laju
pertumbuhan itu menurun menjadi rata-rata 6,96% per tahun tingginya pertumbuhan
ekonomi selama dua pelita ini adalah berkat bonanza (“rezeki nomplok”) minyak bumi yang
kita terima.
4.3 Pendapatan per kapita dan kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan kenaikan nilai riil produk domestik bruto (PDB),
bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro.
Pertumbuhan ekonomi itu juga telah menaikkan pendapatan per kapita masyarakat.di dalam
lingkup Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993,
pendapatan per kapita Indonesia adalah yang terendah. Bahkan masih lebih rendah dari
Filipina yang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, mengalami pertumbuhan pendapatan
per kapita negatif.
Terhadap India, perekonomian Indonesia masih jauh lebih baik. Bukan saja karena
pendapatan per kapita yang lebih tinggi, namun juga karena pertumbuhannya lebih cepat.
Akan tetapi terhadap Cina, keadaan sebaliknya bisa terjadi. Meskipun sekarang PNB per
kapita Cina lebih rendah, pertumbuhan mereka akhir-akhir ini jauh lebih cepat. Tolok ukur
lain mengenai kesejahteraan penduduk sebuah negeri, yang bukan ditinjau berdasarkan
aspek pendapatan, sangat bervariasi.
TABEL 4.5 Beberapa Tolok Ukur Kesejahteraan Nonpendapatan Indonesia Dalam
Perbandingan Internasional
Tahu
Tolok Ukur
RR
Malay
Amerik
-
a
n
Indo-
Acua
nesi
Indi
Cin
Satua
n
a
a
a
sia
Serukat
g
tahun
1993
63
61
69
71
76
80
orang
1993
56
80
30
13
9
4
92
0,2
0,4
1,4
0,4
2,4
1,6
1990
23
52
27
22
1991
48
52
61
23
10
17
Jepan
Harapan
Hidup
Kematian
Bayi
per 1000
Kelahiran
Jumlah
Dokter per
1000
Penduduk
1988orang
Penduduk
Dewasa
perse
Buta Aksara
n
Porsi
Pengeluara
n
untuk
perse
Pangan
n
Sumber : World Development Report, 1993 dan 1955
Berkenaan dengan prestasi pertumbuhan ekonomi dan kenaikan pendapatan per kapita
Indonesia, salah satu masalah harus diingat dan perlu menjadikan perhatian di masa
datang. Masalah itu ialah cukup besarnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan. Dalam konteks pembangunan ekonomi, kaum wiraswastawan (enterpreneurs)
merupakan kebanggaan nasional. Guna mengurangi kemiskinan maka, selain tindakan
nyata melalui program-program pembangunan untuk itu, perlu diciptakan prakondisi yang
mendukungnya.
4.4 Struktur Ekonomi Indonesia
Strktur ekonomi dapat dilihat berdasarkan empat macam sudut tinjauan yaitu :
Tinjauan mikro-sektoral
sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya agraris, industrial, atau niaga.
Tinjauan keruangan
Suatu perekonomian dapat dinyatakan berstruktur kedesaan/tradisional dan berstruktur
kekotaan/modern.
Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan
Menjadi perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuis.
Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dengan sudut tinjauan ini, dapat dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralis dan yang
desentralis.
4.4.1
Tinjauan Makro-Sektoral
Dilihat secara makro-sektoral dalam membentuk produk domestik bruto perekonomian
Indonesia yang hingga tahun 1990 masih agraris kini sudah berstruktur industrial.
Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDB yang pada tahun 1969 masih 46,9%
menjadi hanya tinggal 17,6% pada tahun 1993. dilain pihak, peranan sektor industri
pengolahan meningkat 8,3% menjadi 21,1% untuk kurun waktu yang sama.
4.4.2
Tinjauan Lain
Dilihat dengan kacamata politik, sejak awal orde baru hingga pertengahan dasawarsa 1980an, perekonomian Indonesia berstruktur etatis. Sementara itu, pembangunan ekonomi yang
memang sengaja diarahkan ke industrialisasi tentu saja mengurangi kadar agraris struktur
perekonomian. Ini memang tak perlu disesalkan, karena perekonomian yang industrial
sudah menjadi konsensus nasional.
4.5 Konsep-konsep Pendapatan Ditinjau Kembali
Sejak beberapa tahun terakhir, konsep pendapatan nasional gencar digugat. Konsep
konvensional yang ada dianggap kurang memadai untuk konteks sekarang. Terutama dalam
kaitan dengan isu lingkungan hidup atau paradigma yang berkelanjutan. Konsep
pendapatan yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukkan faktor biaya
kerusakan lingkungan di dalam penghitungannya. Apabila pendapatan nasional dihitung
dengan konsep gross domestic product (GDP) dan biaya lingkungan dilambangkan dengan
EC (Environtmental Cost), maka secara sederhana GDP-nya dapat dirumuskan sebagai :
Modified GDP = Conventional GDP – Enviromental Cost,
Alias
GDP mod = GDP – EC
Biaya kerusakan lingkungan meliputi nilai ekonomi yang hilang akibat misalnya
berkurangnya tingkat kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaannya
menjadi terbatas, penipisan cadangan sumber daya alam dan ongkos pemulihan kesehatan
yang terpaksa dikeluarkan masyarakat karena pencemaran lingkungan. Tinjauan ulang
konseptual bukan hanya terhadap pendapatan nasional secara agregat. Akan tetapi juga
terhadap konsep pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dianggap kurang memadai
untuk perbandingan internasional.