LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK PENENTU

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK III
“PENENTUAN KADAR FE DALAM SAMPEL DENGAN MEDOTE
SPEKTROFOTOMETRI”

Tanggal praktikum: Kamis, 6 Oktober 2016
Tanggal pengumpulan laporan: Kamis, 20 Oktober 2016

DISUSUN OLEH :
AHMAD HANIF FAHRUDY (1147040003)
ANGGI YULIAN SILVIYANADEWI (1147040009)
AYU HASNA ASTARI (1147040015)

KIMIA V-A
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016

PENENTUAN KADAR FE DALAM SAMPEL DENGAN MEDOTE
SPEKTROFOTOMETRI

Ahmad Hanif Fahrudy, Anggi Yulian Silviyanadewi, Ayu Hasna Astari
Laboratorium Kimia Analitik, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 40614,
Indonesia

ABSTRAK
Penentuan kadar Fe dalam sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri.
Instrumen yang digunakan yaitu spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang spektrum UV 200-350 nm dan spektrum sinar tampak 350-800 nm.
Pada percobaan ini digunakan larutan standar Fe(SO 4)2.6H2O dengan konsentrasi
1 ppm; 1,5 ppm; 2 ppm; 2,5 ppm; dan 3 ppm. Nilai adsorbansi larutan sampel Fe
yaitu 0,0525 dengan maks 509,0 nm. Konsentrasi sampel Fe dalam sampel yaitu
sebesar 0,2180 ppm.

1. PENDAHULUAN
2.

Spektrofotometer UV-

Vis (Ultra Violet-Visibel)
adalah instrumen yang

digunakan dalam
menganalisis suatu senyawa
kimia dengan pengukuran
didaerah ultra violet dan
didaerah tampak. metode
spektrofotometri berdasarkan
pada serapan sinar oleh
senyawa yang ditentukan,
sinar yang digunakan adalah

sinar yang semonokromatis
mungkin.
3. Spektrofotometri UVVis melibatkan energi
elektronik yang cukup besar
pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai
untuk analisis kuantitatif
dibanding kualitatif.
4. Spektrofotometri UVVis adalah pengukuran

serapan cahaya di daerah

ultraviolet (200–350 nm) dan

senyawa yang menyerap pada

sinar tampak (350 – 800 nm)

panjang gelombang lebih

oleh suatu senyawa. Serapan

pendek.
6. Prinsip kerja

cahaya ultra violet dan
cahaya tampak
mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital

keadaan dasar yang berenergi
rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih
tinggi.
5. Panjang gelombang

spektrofotometri UV-Vis
adalah interaksi yang terjadi
antara energi yang berupa
sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi
yang berupa molekul. Besar
energi yang diserap tertentu
dan menyebabkan elektron
tereksitasi dari keadaan dasar

cahaya UV atau cahaya

ke keadaan tereksitasi yang


tampak bergantung pada

memiliki energi lebih tinggi.
7. Prinsip kerja

mudahnya promosi elektron.
Molekul-molekul yang
memerlukan lebih banyak
energi untuk promosi
elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang
lebih pendek. Molekul yang
memerlukan energi lebih
sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang
lebih panjang. Senyawa yang
menyerap cahaya dalam
daerah tampak (senyawa
berwarna) mempunyai
elektron yang lebih mudah

dipromosikan dari pada

spektrofotometri berdasarkan
hukum Lambert Beer, yaitu
apabila cahaya monokromatik
(Io) melalui suatu media
(larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia),
sebagian dipantulkan (Ir), dan
sebagian lagi dipancarkan
(It).
8.

Hukum Lambert-Beer

berlaku pada larutan dengan
konsentrasi kurang dari sama
dengan 0.01 M untuk
sebagian besar zat. Namun,
pada larutan dengan

konsentrasi pekat maka satu

molekul terlarut dapat

kemudian dipipet 10 ml

memengaruhi molekul

dengan pipet volum dan

terlarut lain sebagai akibat

dimasukkan ke dalam labu

dari kedekatan masing-

ukur 250 ml, lalu diencerkan

masing molekul pada larutan


hingga tanda batas (250 ml)

dengan konsentrasi yang

dan larutan ini menjadi 10

pekat tersebut. Ketika satu

ppm. Kemudian preparasi

molekul dekat dengan

deret standar (variasi ppm)

molekul yang lain maka nilai

dari larutan Fe(II) 10 ppm

serapan molar dari satu


dihitung dengan pengenceran

molekul itu akan berubah

mol (10 ppm) dan mol

atau terpengaruh. Secara

(variasi ppm). Di mana

keseluruhan, nilai adsorbansi

variasi ppmnya 1; 1,5; 2,0;

yang dihasilkan pun ikut

2,5; 3,0 dan volume

terpengaruh, sehingga secara


larutannya 2,5; 3,75; 5; 6,25;

kuantitatif nilai yang

7,5.

ditunjukkan tidak
mencerminkan jumlah
molekul yang diukur di dalam
larutan uji.
9. BAHAN DAN METODE
9.1 Pembuatan Larutan Standar
10. Pembuatan larutan

10.1Pengukuran Adsorbansi Larutan
Standar dan Larutan Sampel
11. Masing-masing volum
deret standar dimasukkan
dalam labu ukur 50 ml.
Kemudian pada masingmasing labu ukur


standar Fe(II) 100 ppm yaitu

ditambahkan 1 ml hidroksil

dengan menyiapkan padatan

amin-HCl, ditambahkan 8 ml

Fe(SO4)2.6H2O 0,07 gram

CH3COONa, ditambahkan 5

lalu dimasukkan dalam gelas

ml Fenantrolin. Larutan

kimia 250 ml. Padatan

kemudian diencerkan dengan

tersebut dilarutkan dengan

akuades hingga 50 ml lalu

100 ml akuades, ditambahkan

diamati kelima larutan

2 ml asam sulfat. Larutan

tersebut. Kemudian

ditentukan adsorbansi larutan

adsorbansinya, sehingga kurva yang

dengan panjang gelombang

dihasilkan yaitu linear dengan

maksimum 509,0 nm dan

persamaan y=0,2096 x +0,0068 .
16. Pada sampel yang

blankonya 0,0001.

mengandung Fe, larutan sampelnya
12.

HASIL DAN

PEMBAHASAN
13. Pada larutan standar Fe pada
labu ukur dengan konsentrasi 1 ppm
terbentuk larutan jingga dengan
adsorbansi 0,2267, larutan labu ukur
(1,5 ppm) terbentuk larutan jingga +
dengan adsorbansi 0,3237, larutan

berwarna jingga (-----) dan nilai
adsorbansinya yaitu 0,0525.
Konsentrasi Fe dalam sampel dapat
diketahui dari adsorbansinya, dengan
menghitung x dari persamaan linear
kurva standar dengan y adalah
adsorbansi larutan sampel:

labu ukur (2,0 ppm) terbentuk larutan

17.

y=ax+b

jingga ++ dengan adsorbansi 0,4206,

18.

y=0,2096 x +0,0068

larutan labu ukur (2,5 ppm) terbentuk
larutan jingga ++++ dengan
adsorbansi 0,5345, dan larutan labu
ukur (3,0 ppm) terbentuk larutan

19.
x=Konsentrasi Fe dan y= Adsorbansi sampel
20.

x=

y−0,0068
0,2096

21.

x=

0,0525−0,0068
0,2096

22.

x=

0,0457
0,2096

23.

x=0,2180 ppm

jingga +++++ dengan adsorbansi
0,6318.
14. Warna pada larutan standar
adalah berbanding lurus dengan
konsentrasinya, di mana larutan
dengan konsentrasi rendah memiliki
warna yang lebih cerah, sedangkan
larutan yang memiliki konsentrasi
tinggi warnanya semakin gelap.
15. Dari data pada tabel dan
gambar, terlihat bahwa semakin
besar konsentrasi suatu larutan,
semakin besar pula nilai

24. Dalam pembuatan
larutan untuk pengukuran
adsorbansi, dilakukan
penambahan hidroksil aminHCl karena senyawa tersebut
dapat mereduksi Fe3+ menjadi

Fe2+ meskipun sampel yang

diperlukan larutan buffet

digunakan adalah

berupa natrium asetat

FeSO4.6H2O yang mana Fe

sebelum ditambah 1,10-

memiliki bilangan oksidasi 2.

fenantrolin.
27. Pada perhitungan

Senyawa Fe2+ diketahui lebih
stabil dari pada Fe3+ karena
pada orbital 3d, senyawa Fe2+
memiliki 6 elektron yang
terisi penuh, sedangkan pada
senyawa Fe3+, orbital 3d
hanya terisi 5 elektron.
25. Pada analisis dengan

adsorpsi Uv-Vis, digunakan
panjang gelombang sebesar
509 nm karena pada panjang
gelombang tersebut, daya
serap larutan standar Fe (II)
berada pada titik maksimum.
Senyawa Fe (II) dapat

metode spektrofotometri UV-

mengabsorpsi radiasi karena

Vis, larutan yang

mengandung elektron yang

diidentifikasi haruslah

dapat dieksitasikan ke tingkat

berwarna. Pada keadaan

energi yang lebih tinggi.
28. Larutan yang diukur

dasar, larutan besi tidak
berwarna sehingga perlu
penambahan larutan 1,10fenantrolin agar membentuk
senyawa kompleks berwarna.
Hal ini disebabkan karena
spektrofotometer hanya
mengidentifikasi larutan
berwarna yang sesuai dengan
hukum Lambert-Beer.
26. Reaksi antara Fe

adsorbansinya diletakkan ke
dalam kuvet berbentuk
persegi, karena apabila kuvet
yang digunakan berbentuk
silinder, akan mudah
mengalami bias sehingga
nilai adsorbansinya kurang
tepat. Kuvet yang digunakan
sebaiknya terbuat dari kaca
kuarsa karena kaca kuarsa

dengan 1,10-fenantrolin

mampu meneruskan cahaya

merupakan reaksi

dengan baik. Tetapi, pada

kesetimbangan yang

percobaan ini kuvet yang

berlangsung pada pH 6

digunakan yaitu kuvet plastik,

sampai 8, sehingga

sehingga nilai adsorbansinya
kurang tepat.
29. DAFTAR PUSTAKA
30.

Gandjar, Ibnu Gholib dan

Rohman. 2007. Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
31.
Fatimah, S, Yanlinastuti dan
Yoskasih. 2005. Kualifikasi Alat
Spektrometer UV-vis Untuk
Penentuan Uranium dan Besi
dalam-U30. Hasil Penelitian

32.

Harjadi. 1990. Ilmu Kimia

Analitik Dasar. Jakarta: PT.
Gramedia.
33.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Universitas Indonesia.
34.
Basset, J. 1994. Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: EGC.
35.
Underwood, A. L. 1990.
Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
ke Enam. Jakarta: Erlangga.

36.

37.

Tabel Hubungan Konsentrasi terhadap adsorbansi

38.
N

40. Konsentrasi

42.

39. Larutan Uji
43. Larutan

1
46.

Standar 1
47. Larutan

44. 1

7
49. 0,323

2
50.

Standar 2
51. Larutan

48. 1,5

7
53. 0,420

3
54.

Standar 3
55. Larutan

52. 2

6
57. 0,534

4
58.

Standar 4
59. Larutan

56. 2,5

5
61. 0,631

5

Standar 5

62.
63.

(ppm)

41. Adsor
bansi
45. 0,226

60. 3

8

Gambar Kurva Larutan Standar

Kurva Hubungan antara Konsentrasi dengan Adsorbansi
0.7
0.6

f(x) = 0.21x + 0.01
R² = 1

Adsorbansi

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

0.5

1

1.5

2

Konsentrasi (ppm)

2.5

3

3.5